PENGELOLAAN OPERASI K3

dokumen-dokumen yang mirip
#7 PENGELOLAAN OPERASI K3

PENGELOLAAN OPERASI K3 PERTEMUAN #6 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI

PENGELOLAAN KOMUNIKASI DAN PENERAPAN K3

MANAJEMEN RESIKO K3I

KRONOLOGI DOKUMEN Penyesuaian dengan PP No 50 Tahun 2012 DAFTAR ISI

1. Jelaskan tujuan dari sistem manajemen K3. Jawab : Sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-tingginya,

PENGERTIAN (DEFINISI) RESIKO DAN PENILAIAN (MATRIKS) RESIKO

#10 MANAJEMEN RISIKO K3

BAB V PEMBAHASAN. PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah

PROSEDUR KESIAPAN TANGGAP DARURAT

KEBIJAKAN ALKOHOL DAN OBAT TERLARANG PT BENING TUNGGAL MANDIRI

PENGELOLAAN KOMUNIKASI DAN PENERAPAN K3

PENGELOLAAN KOMUNIKASI DAN PENERAPAN K3

2. Rencana K3 yang disusun oleh perusahaan paling sedikit memuat : a. Tujuan dan Sasaran

Persyaratan Dokumentasi

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek Oleh: Arrigo Dirgantara

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER. 05/MEN/1996 TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Kepemimpinan & Komitmen

Medical Emergency Response Plan (MERP) / Tanggap Darurat Medis (TDM)

#11 MANAJEMEN RISIKO K3

PERTEMUAN #8 PENGELOLAAN KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN K3 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI

Jenis Bahaya Dan Cara Penanganan Kecelakaan Yang Terjadi Laboratorium Biologi

KOMITMEN DAN KEBIJAKAN DALAM MEMBANGUN K3 PERTEMUAN #4 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI

DOKUMENTASI SMK3 PERTEMUAN #7 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI

Tujuan Dari Sistem Manajemen K3

PEDOMAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN (SMK3)

RENCANA PROGRAM KERJA K3 (KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA) RUMAH SAKIT BERSALIN AMANAH

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN DI TEMPAT KERJA

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V PEMBAHASAN. Hasil penelitian yang dilakukan di PT. Asahimas Chemical mengenai

MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER. 05/MEN/1996 TENTANG

Persyaratan Dokumentasi

TIN211 - Keselamatan dan Kesehatan Kerja Industri Materi #3 Ganjil 2016/2017. Sistem Manajemen K3

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN (Berdasarkan PP 50 Tahun 2012) Nama : Alamat : Jabatan : Lama Bekerja : NO Isi pertanyaan Kel.

SOP KEAMANAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

A. KRITERIA AUDIT SMK3

PROSEDUR PENANGANAN BAHAN BERACUN DAN BERBAHAYA. Pengertian. Tujuan. 1. Bahan Beracun dan Berbahaya

Proteksi Bahaya Kebakaran Kebakaran Kuliah 11

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

(SMKP) ELEMEN 6 DOKUMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN PERTAMBANGAN (SMKP) MINERAL DAN BATUBARA

LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM

PT. FORTUNA STARS DIAGRAM ALIR KEADAAN DARURAT BAHAYA KEBAKARAN DI KANTOR PUSAT

DAFTAR DOKUMEN INTERNAL. 0. Manual Sistem Manajemen K3 01/AJS/MK

PT. SUCOFINDO CABANG MAKASSAR JLN. URIP SUMOHARJO NO 90A MAKASSAR

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH FAKTOR PERSONAL DAN MANAJEMEN K3 TERHADAP TINDAKAN TIDAK AMAN (UNSAFE ACTION) PADA PEKERJA

1. Melakukan kajian situasi

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga DAFTAR ISI

BAB II PROSES BISNIS PT. INDONESIA POWER UBP KAMOJANG

KUISIONER PENELITIAN

PT. SEPRO INDOTAMA Pelatihan & Konsultasi K3. Jln. Raya Lenteng Agung N0. 37 E, Tanjung Barat, Lenteng Agung,

JUDUL : Managemen Tanggap Darurat

AUDIT & INSPEKSI K3 PERTEMUAN #14 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI

BAB VIII PENUTUP. bahan bakar berasal dari gas berupa: LPG. generator, boiler dan peralatan masak di dapur.

BAB 1 PENDAHULUAN. penting seperti derasnya arus mobilisasi penduduk dari desa ke kota maupun


BAB I PENDAHULUAN. monoksida, atau produk dan efek lainnya (Badan Standar Nasional, 2000).

FORMULIR PROSEDUR OPERASI STANDAR RISIKO TINGGI

PT. BINA KARYA KUSUMA

Pengelolaan Sumber Daya Manusia Pada Manajemen K3

PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA PADA MANAJEMEN K3

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi,

BAB I PENDAHULUAN. York pada tanggal 30 Mei Pada tanggal 17 Agustus tahun yang sama,

128 Universitas Indonesia

SKRIPSI Sebagian Persyaratan. Oleh FAKULTAS YOGYAKARTA 20111

Bisnis Proses Mapping Perusahaan Target Tiap Proses Ruang Lingkup Perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KODE UNIT : O JUDUL UNIT

PT. BINA KARYA KUSUMA

2012, No Instalasi Nuklir, Reaktor Nuklir, dan Bahan Nuklir adalah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Keten

Bab I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

USULAN PERBAIKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA BERDASARKAN METODE SWIFT PADA PT KRAKATAU STEEL DIVISI WIRE ROD MILL

HEALTH, SAFETY, ENVIRONMENT ( HSE ) DEPARTMENT PT. GRAHAINDO JAYA GENERAL CONTRACTOR

2016, No Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan L

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Konsep Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERKANTORAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PEDOMAN PENANGGULANGAN KEDARURATAN AKIBAT KECELAKAAN B3 DAN LIMBAH B3

KODE UNIT : O JUDUL UNIT

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi, sektor industri mengalami perkembangan pesat

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

1. Menyiapkan upaya penyelamatan

STANDARD OPERATING PROCHEDURE (SOP) KEDARURATAN DI TEKNIK KELAUTAN ITB

BAB IV IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

IDENTIFIKASI BAHAYA B3 DAN PENANGANAN INSIDEN B3

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

BAB I PENDAHULUAN. dan kesimpangsiuran informasi dan data korban maupun kondisi kerusakan,

CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT. Belum Terlaksana

Anna Ngatmira,SPd,MKM ( Jogjakarta, 25 November 2014)

Petunjuk Keselamatan Umum Laboratorium Terpadu Universitas Diponegoro Pedoman berikut dibuat untuk meminimalkan atau menghilangkan bahaya di

PROGRAM KERJA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN

PEDOMAN WAWANCARA ANALISIS PENGELOLAAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN. (Kepala keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit)

Buku Petunjuk Pemakaian Pengering Rambut Ion Negatif

PROSEDUR PERLENGKAPAN PEMADAM KEBAKARAN. A. Perlengkapan Pemadam Kebakaran 1. Sifat api Bahan bakar, panas dan oksigen harus ada untuk menyalakan api.

BAB IV HASIL PENELITIAN

K3 Konstruksi Bangunan

Lampiran 3 FORMAT DAFTAR SIMAK AUDIT INTERNAL PENYEDIA JASA

Buku Petunjuk Pemakaian Pengeriting Rambut Berpelindung Ion

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN

Transkripsi:

PENGELOLAAN OPERASI K3 Bahan Kuliah Fakultas : Teknik Program Studi : Teknik Industri Tahun Akademik : Genap 2012/2013 Kode Mata Kuliah : TIN 211 Nama Mata Kuliah : Keselamatan dan Kesehatan Kerja Industri Materi : #8 Dosen : Taufiqur Rachman, ST., MT UNIVERSITAS ESA UNGGUL Jl. Arjuna Utara No.9, Tol Tomang, Kebon Jeruk Jakarta Barat 11510, Telepon: 021 5674223

Pengelolaan Operasi K3 Dalam pengelolaan operasi manajemen K3, terdapat beberapa persyaratan yang dapat dijadikan suatu rujukan, yaitu: 1. OHSAS 18001 2. Permenaker 05/MEN/1996 Persyaratan OHSAS 18001 Dalam persyaratan OHSAS 18001, disebutkan bahwa untuk pengelolaan operasi/pengendalian operasi manajemen K3, beberapa yang harus dipenuhi anatara lain: 1) Identifikasi keseluruhan operasi dan aktivitas yang terkait dengan risiko yang diidentifikasikan. 2) Aktivitas tersebut harus dilakukan dalam kondisi yang ditetapkan, dengan: a. Menetapkan dan memelihara prosedur terdokumentasi untuk mengakomodasi perbedaan/deviasi kebijakan dan sasaran K3. b. Ketentuan kriteria operasi dalam prosedur. c. Menetapkan dan memelihara prosedur terkait untuk resiko-resiko K3 yang teridentifikasi. d. Menetapkan dan memelihara prosedur untuk desain tempat kerja, proses instalasi, mesin-mesin, prosedur operasi dan organisasi kerja. Persyaratan Permenaker 05/MEN/1996 Untuk pengelolaan operasi yang disyaratkan dalam Permenaker 05/MEN/1996, beberapa yang harus diperhatikan antara lain: 1) Perancangan dan Rekayasa Pengendalian risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja dalam proses rekayasa harus dimulai sejak tahap perancangan dan perencanaan. 2) Tinjauan Ulang Kontrak Pengadaan barang dan jasa yang melalui kontrak harus ditinjau ulang untuk menjamin kemampuan perusahaan dalam memenuhi persyaratan K3 yang ditentukan. 3) Pembelian Sistem pembelian barang dan jasa beserta prosedur pemeliharaannya harus terintegrasi dalam strategi penanganan pencegahan resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja. 2 / 8

Bagan Pengelolaan Operasi Manajemen K3 Dari persyatan yang telah disebutkan sebelumnya, mekanisme pengelolaan pelaksanaan dan operasi dari manajemen K3 dapat digambarkan sebagai berikut. Perencanaan Audit IMPLEMENTASI & OPERASI Umpan balik dari pengukuran kinerja Pemeriksaan dan tindakan perbaikan Gambar 1. Bagan Pengelolaan Operasi Manajemen K3 Input Pembuatan Prosedur Dalam sistem manajemen K3, terdapat istilah prosedur. Beberapa hal yang dapat dijadikan input/masukan dalam pembuatan prosedur untuk pengelolaan operasi manajemen K3, antara lain: 1) Kebijakan dan sasaran K3. 2) Hasil identifikasi bahaya potensial,penilaian dan pengendalian risiko. 3) Persyaratan peraturan perundang-undangan yang telah diidentifikasi. Beberapa contoh prosedur yang perlu dibuat, anatar lain: 1) Pembelian barang, atau pengadaan jasa atau penggunaan sumber daya eksternal, yang mencakup: a) Persetujuan dalam pembelian atau pengadaan bahan kimia, serta material berbahaya yang tercantum dalam Material Safety Data Sheet. b) Dokumentasi yang sesuai untuk keamanan penanganan. c) Seleksi dan evaluasi ulang bagi pemasok. d) Persetujuan dari desain pabrik baru atau atau perlatan baru sebelum digunakan. 2) Kegiatan-kegiatan berbahaya, yang mencakup: a) Identifikasi aktivitas-aktivitas berbahaya. 3 / 8

b) Ketentuan awal dan persetujuan metode kerja. c) Kualifikasi awal dari personel yang melakukan aktivitas-aktivitas berhaya. d) Perijinan dan Prosedur untuk mengendalikan personel manapun yang memasuki area berbahaya. 3) Material-material berbahaya, mencakup: a) Identifikasi inventori, dan lokasi penyimpanan. b) Ketentuan keamanan penyimpanan & pengendalian akses. c) Ketentuan dan akses ke Material Safety Data Sheet (MSDS) dan informasi yang relevan lainnya. 4) Pemeliharaan lokasi (plant) dan peralatan, yang mencakup: a) Ketentuan pengendalian dan pemeliharaan lokasi/tempat organisasi beserta peralatannya. b) Ketentuan, pengendalian dan pemeliharaan. c) Pemisahan dan pengendalian akses. d) Inspeksi dan pengujian K3 yang terkait dengan dengan peralatan dan sistem yang terintegrasi. Penanggulangan Kondisi Darurat atau Bencana Dalam persyaratan OHSAS 18001 dan Permenaker 05/MEN/1996, organisasi harus dapat mengendalikan situsi jika terjadi kondisi darurat atau bencana, dimana dalam persyaratan tersebut disebutkan: 1) Persyaratan OHSAS 18001 a) Persiapan dan Tanggap Darurat Organisasi harus menetapkan dan memelihara perencanaan serta prosedur untuk mengidentifikasi potensi terjadinya insiden dan situasi dan cara meresponnya, dan untuk mencegah dan menanggulangi kerusakan dan kecelakaan yang mungkin terkait dengan keadaan tersebut. 2) Persyaratan Permenaker 05/MEN/1996 a) Prosedur Menghadapi Keadaan Darurat atau Bencana Perusahaan harus memiliki prosedur untuk menghadapi keadaan darurat atau bencana, yang diuji secara berkala untuk mengetahui keandalan pada saat kejadian yang sebenarnya. b) Prosedur Mengahadapi Insiden Untuk mengurangi pengaruh yang mungkin timbul akibat insiden, perusahaan harus memiliki prosedur yang meliputi: 4 / 8

i. Penyediaan Fasilitas P3K dengan jumlah yang cukup dan sesuai sampai mendapatkan pertolongan medis. ii. Proses rawatan lanjutan. c) Prosedur Rencana Pemulihan Keadaan Darurat Perusahaan harus membuat rencana pemulihan keadaan darurat untuk secara cepat mengembalikan pada kondisi normal dan membantu memulihkan tenaga kerja yang mengalami trauma. Emergency Plan Terkait dengan perencanaan tanggap darurat (Emergency Plan) untuk pengelolaan operasi K3, beberapa hal yang harus diperhatikan adalah: 1) Identifikasi potensial kecelakaan dan kejadian darurat. 2) Identifikasi personel yang melakukan penanggulangan selama kejadian darurat. 3) Tanggung jawab, wewenang dan tugas-tugas dengan tanggung jawab khusus selama kejadian darurat. 4) Prosedur evakuasi termasuk denah evakuasi. 5) Identifikasi dan lokasi material berbahaya dan tindakan darurat yang dipersyaratkan. 6) Hubungan dengan jasa pihak eksternal terkait dengan kejadian darurat. 7) Komunikasi dengan badan pemerintah. 8) Komunikasi dengan publik. 9) Proteksi/perlindungan rekaman dan peralatan penting. 10) Informasi yang dibutuhkan selama kejadian darurat seperti gambar denah lokasi perusahaan, data material berbahaya, prosedur, instruksi kerja dan nomor telepon penting. 11) Keterlibatan pihak eksternal dalam emergency plan harus secara jelas diatur dan didokumentasikan. Peralatan Darurat Dalam manajemen K3, peralatan untuk situasi darurat harus diuji kelayakannya dalam waktu yang terencana, antara lain: 1) Sistem alarm. 2) Lampu dan tenaga listrik darurat. 3) Peralatan pemadam kebakaran. 4) Fasilitas komunikasi. 5) Tempat perlindungan. 5 / 8

6) Hydrant. 7) Stasiun pencuci mata. Pertolongan Pertama Pertolongan pertama (first aids) dapat didefinisikan sebagai pertolongan yang diberikan kepada seseorang yang telah terluka atau telah jatuh sakit. Pertolongan pertama juga mencakup membantu diri sendiri karena tidak adanya petugas medis. Pelatihan pertolongan pertama terbukti menjadi sangat berharga selama bencana, seperti gempa bumi atau kecelakaan industri. Dengan mengetahui apa yang harus dilakukan dalam keadaan darurat dapat mengurangi kebingungan dan kekacauan. Pengetahuan tentang pertolongan pertama adalah tanggung jawab semua orang dan harus dianggap sebagai alat penting dalam mencegah komplikasi dan menyelamatkan hidup. Terkait pertolongan pertama, OSHA (Occupational Safety and Health Administration) yang merupakan lembaga yang dibentuk oleh Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat mensyaratkan bahwa tenaga medis harus tersedia untuk konsultasi mengenai masalah-masalah keselamatan tempat kerja dan kesehatan. OSHA juga mensyaratkan bahwa harus ditentukan jumlah personil yang sesuai untuk diberikan pelatihan dalam prosedur pertolongan pertama dan ditetapkan bahwa perlengkapan untuk pertolongan pertama dapat tersedia di lokasi kejadian. Setelah melakukan langkah-langkah darurat untuk menjamin keselamatan korban, pertolongan pertama harus mengikuti pedoman berikut. 1) Jangan memindahkan korban kecuali untuk alasan keamanan (seperti korban dalam kontak dengan penghantar listrik secara langsung tanpa mekanisme mematikan listrik). 2) Tentukan posisi yang paling tepat untuk korban, dan tidak mengizinkan korban untuk naik atau berjalan. 3) Jangan ganggu korban dengan tindakan yang tidak diperlukan (misalnya dengan mengajukan pertanyaan yang tidak memiliki relevansi dengan perawatan medis). 4) Pencegahan kedinginan dengan menggunakan penutup atau selimut. 5) Memeriksa korban secara sistematis, memberikan perhatian khusus terhadap sifat dari kecelakaan atau sakit yang mendadak dan kebutuhan dari situasi tersebut. 6) Mengelola prosedur pertolongan pertama yang tepat. Beberapa hal penting yang dapat disimpulkan dari pertolongan pertama dan harus dimasukkan dalam desain program ini, antara lain: 6 / 8

Melatih kader personil dalam perawatan darurat seperti pertolongan pertama dan pernafasan buatan (cardiopulmonary resuscitation/cpr). Pelatihan harus menyeluruh, diulang sesering mungkin, dan diarahkan terhadap bahaya spesifik lokasi. Menetapkan penghubung dengan tenaga medis lokal. Menginformasikan dan mendidik para personil tentang bahaya spesifik sehingga mereka dapat secara optimal membantu jika terjadi keadaan darurat. Pada tabel berikut ini dapat dilihat jenis dari cedera/luka yang umum terjadi beserta tindakan pertolongan pertama yang dapat dilakukan. Tabel 1. Jenis Cedera/Luka dan Tindakan Pertolongan Pertama Jenis Cedera/Luka Pendarahan Luka bakar karena pemanasan Luka bakar karena cairan kimia Sengatan listrik Shock (Terguncang) Luka mata karena cairan kimia Luka mata karena benda asing Keracunan gas beracun Pertolongan Pertama Tekan dengan pad bersih (seperti: kapas, kasa, kain, dll). Tinggikan/angkat luka kecuali ada kemungkinan patah tulang. Jangan mengganggu pembekuan darah. Jika ada pelepuhan tidak ada, rendam luka bakar dalam air dingin, tutup dengan kain bersih sampai bantuan tiba. Siram daerah yang terkena dengan air mengalir, melepaskan pakaian yang terkontaminasi dan menutupi daerah yang terkena dengan kain bersih. Lepaskan korban dari konduktor listrik yang hidup atau matikan sumber daya listrik, jika korban tidak bernapas, berikan pernafasan/resuscitation mulut ke mulut (CPR) jika diperlukan, longgarkan pakaian korban. Tempat korban telentang dengan kaki lebih tinggi dari kepala kecuali ada kecurigaan patah tulang, periksa pernapasan, terapkan pernapasan buatan jika perlu. Siram mata korban dengan air selama minimal 15 menit, keringkan/lap cairan kimia dengan kain bersih. Informasikan kepada korban agar tidak menggosok mata untuk menghilangkan benda asing, tenentukan lokasi dari obyek (atas atau bawah mata), dan menghapusnya dengan kain/tisu bersih, siram mata dengan air. Arahkan korban ke udara segar/bebas, periksa pernapasan, dan menerapkan pernapasan buatan atau CPR jika diperlukan. 7 / 8

Jenis Cedera/Luka Heat stroke (serangan dari panas) Pertolongan Pertama Kondisikan suhu tubuh korban menjadi lebih rendah dengan menggunakan air atau alkohol untuk kulit atau menempatkan korban dalam bak air dingin. Ketentuan Alat P3K Beberapa ketentuan terkait alat P3K adalah sebagai berikut: 1. Jumlah petugas P3K ditentukan berdasarkan jumlah pekerja serta kategori risiko. (sumber: HSE (First Aid) ISBN 0-7176-0426-8) 2. Daftar isi kotak P3K menurut bentuknya masing-masing ditentukan berdasarkan tingkat resiko terkadinya kecelakaan dengan mempertimbangkan jumlah tenaga kerja. (sumber: SNI-19-3994-1995) Ketentuan Pintu Darurat (Emergency Exit) Dalam pengelolaan operasi manajemen K3, terdapat ketentuan untuk pintu darurat (emergency exit), antara lain: 1. Setiap personel yang terlibat dalam organisasi harus memahami lokasi, dan rute pintu darurat (emergency exit). 2. Memiliki minimum dua rute darurat yang digunakan untuk menjadi jalan untuk ke tempat evakuasi personel. 3. Rute pintu darurat (emergency exit) harus berada pada lokasi yang permanen dan sepanjang rute tidak terdapat bahan/peralatan yang mudah terbakar. 4. Rute pintu darurat (emergency exit) harus menuju daerah yang mudah di akses dari luar perusahaan seperti jalan raya, tempat evakuasi atau tempat terbuka. 5. Rute pintu darurat (emergency exit) harus menyediakan tanda yang dapat menyala sepanjang rute sebagai panduan bagi personel bila keadaan gelap. 6. Rute ini harus selalu dipelihara untuk memastikan kelayakannya. Referensi Rudi Suardi. 2005. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Edisi I. PPM. Jakarta 8 / 8