INTEGRASI PENGEMBANGAN TANAMAN JAGUNG DENGAN TERNAK RUMINANSIA. Integration Development of Corn and Livestock

dokumen-dokumen yang mirip
TEKNOLOGI PRODUKSI BIOMAS JAGUNG MELALUI PENINGKATAN POPULASI TANAMAN. F. Tabri Balai Penelitian Tanaman Serealia

TEKNOLOGI BUDIDAYA JAGUNG UNTUK PRODUKSI BIOMAS PADA LAHAN MARJINAL. M. Akil Balitsereal Maros ABSTRAK

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering

POTENSI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG DAN LIMBAHNYA SEBAGAI PAKAN TERNAK DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN SEJUTA SAPI DI NUSA TENGGARA BARAT

ANALISIS NILAI TAMBAH LIMBAH JAGUNG SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI DI SULAWESI SELATAN ABSTRAK

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan

TEKNOLOGI PRODUKSI BIOMAS JAGUNG MENDUKUNG PENYEDIAAN PAKAN TERNAK SAPI PADA LAHAN SUB OPTIMAL. Ballitsereal Maros 2) BPTP Nusa Tenggara Timur ABSTRAK

PENGATURAN POPULASI TANAMAN JAGUNG UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI SIDRAP

TANGGAPAN PETANI TERHADAP SISTEM PERTANIAN NIRLIMBAH BERBASIS KOMODITAS JAGUNG DI SULAWESI SELATAN

PRODUKSI JAGUNG ORIENTASI TONGKOL MUDA MENDUKUNG PENYEDIAAN PAKAN TERNAK. ) Balai Penelitian Tanaman Serealia 2)

Kata kunci: jagung komposit, produktivitas, lahan kering, pangan

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran

I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia.

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR

KERAGAAN USAHATANI JAGUNG VARIETAS KOMPOSIT PADA BERBAGAI JARAK TANAM DI LAHAN KERING

UJI GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH TOLERAN LAHAN MASAM DI KALIMANTAN SELATAN

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

MENINGKATKAN KETERSEDIAAN PAKAN MELALUI INTRODUKSI JAGUNG VARIETAS UNGGUL SEBAGAI BORDER TANAMAN KENTANG

PENGGUNAAN BAHAN ORGANIK UNTUK MENINGKATAN PRODUKSI JAGUNG (Zea Mays L.) DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI

ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN

PEMANFAATAN LIMBAH JAGUNG SEBAGAI PAKAN TERNAK DI SULAWESI SELATAN

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

SISTEM PERTANIAN TERPADU TEBU-TERNAK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA DAN DAGING

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan

Diharapkan dengan diketahuinya media yang sesuai, pembuatan dan pemanfaatan silase bisa disebarluaskan sehingga dapat menunjang persediaan hijauan yan

PEMANFAATAN JERAMI JAGUNG FERMENTASI PADA SAPI DARA BALI (SISTEM INTEGRASI JAGUNG SAPI)

PENERAPAN IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM) KELOMPOK TANI KALISAPUN DAN MAKANTAR KELURAHAN MAPANGET BARAT KOTA MANADO

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi makanan. Sehingga faktor pakan yang diberikan pada ternak perlu

PENGARUH PUPUK NPK 20:10:10 DAN ASAM HUMAT TERHADAP TANAMAN JAGUNG DI LAHAN SAWAH ALUVIAL, GOWA

BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG (KAJIWIDYA DI BBPP BINUANG) SUSMAWATI WIDYAISWARA MUDA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Kebutuhan jagung dunia mencapai 770 juta ton/tahun, 42%

I. PENDAHULUAN. Dalam 5 tahun terakhir produksi nasional kedelai tergolong rendah berkisar 600-

SAMPAH POTENSI PAKAN TERNAK YANG MELIMPAH. Oleh: Dwi Lestari Ningrum, SPt

POTENSI INTEGRASI TANAMAN - TERNAK DI SULAWESI TENGGARA

PENERAPAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO JAGUNG HIBRIDA UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI LAHAN INCEPTISOLS GUNUNGKIDUL

PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI TANAMAN TERNAK MENDUKUNG PERTANIAN ORGANIK

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

PUPUK KANDANG MK : PUPUK DAN TEKNOLOGI PEMUPUKAN SMT : GANJIL 2011/2011

BAB I PENDAHULUAN. Ternak ruminansia seperti kerbau, sapi, kambing dan domba sebagian besar bahan

Abstrak. Kata kunci : Jagung hibrida, Sistem tanam, Varietas. Pendahuluan

KELAYAKAN BUDIDAYA JAGUNG DAN TERNAK SAPI SECARA TERINTEGRASI DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN

Analisis Usahatani Beberapa Varietas Unggul Baru Jagung Komposit di Sulawesi Utara

I. PENDAHULUAN. Jagung manis (Zea mays saccharata) merupakan salah satu komoditas pertanian

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI

ABSTRACT SITI ROMELAH. Intensive farming practices system by continuously applied agrochemicals,

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

I. PENDAHULUAN. Adalah penting bagi Indonesia untuk dapat mewujudkan ketahanan pangan

PROSPEK PENGEMBANGAN TANAMAN JAGUNG SEBAGAI SUMBER HIJAUAN PAKAN TERNAK

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu

Sistem Integrasi Tanaman Ternak (SITT) di Lahan Sawah Tadah Hujan untuk Antisipasi Perubahan Iklim

Efisiensi Pemupkan Nitrogen pada Beberapa Varietas Jagung di Gowa Sulawesi Selatan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jagung merupakan tanaman yang banyak dibudidayakan di dunia. Hal itu dikarenakan jagung memiliki nilai gizi yang

KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

KAJIAN PENGEMBANGAN JAGUNG PADA LAHAN SAWAH SEBAGAI TANAMAN MT III DI SULAWESI TENGGARA

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. atau sampai kesulitan mendapatkan hijauan makanan ternak (HMT) segar sebagai

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KAJIAN PERBAIKAN USAHA TANI LAHAN LEBAK DANGKAL DI SP1 DESA BUNTUT BALI KECAMATAN PULAU MALAN KABUPATEN KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH ABSTRAK

Petunjuk Praktis Manajemen Pengelolaan Limbah Pertanian untuk Pakan Ternak sapi

PENGARUH HUMIC ACID TERHADAP EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PUPUK NPK SUPER PADA TANAMAN JAGUNG. Zubachtirodin Balai Penelitian Tanaman Serealia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan energi dunia yang dinamis dan semakin terbatasnya cadangan energi

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat

KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN MAGELANG JURUSAN PENYULUHAN PETERNAKAN 2013

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian di Indonesia merupakan sektor yang terus. dikembangkan dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

PENDAHULUAN. Melon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu buah yang dikonsumsi segar.

Keberhasilan Pembangunan Peternakan di Kabupaten Bangka Barat. dalam arti yang luas dan melalui pendekatan yang menyeluruh dan integratif dengan

KERAGAAN BEBERAPA GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN SAWAH NUSA TENGGARA BARAT

PENGGUNAAN BERBAGAI PUPUK ORGANIK PADA TANAMAN PADI DI LAHAN SAWAH IRIGASI

KERAGAAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL JAGUNG KOMPOSIT DI TINGKAT PETANI LAHAN KERING KABUPATEN BLORA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Teknologi revolusi hijau di Indonesia digulirkan sejak tahun 1960 dan

PENGOLAHAN PUPUK PADAT DAN CAIR OLEH PUSAT INOVASI AGROTEKNOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA

RENCANA PENGEMBANGAN PETERNAKAN PADA SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TEKNOLOGI BUDIDAYA UBI KAYU UNTUK MENCAPAI PRODUKSI OPTIMAL

I. PENDAHULUAN. tinggi perlu didukung oleh ketersediaan hijauan yang cukup dan kontinyu. Tetapi

KAJIAN SISTEM TANAM JAGUNG UMUR GENJAH MENDUKUNG PENINGKATAN PRODUKSI

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kedelai (Glycine max L.) merupakan tanaman pangan yang penting sebagai

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

EFEKTIFITAS PUPUK HAYATI ECOFERT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG. Syafruddin Balai Penelitian Tanaman Serealia

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2009 sekitar ton dan tahun 2010 sekitar ton (BPS, 2011).

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

I. PENDAHULUAN. jagung juga digunakan sebagai bahan baku industri, pakan ternak dan industri

PENGEMBANGAN JAGUNG KOMPOSIT PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN. Balai Penelitian Tanaman Serealia 2. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTT

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK

PELUANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS JAGUNG DENGAN INTRODUKSI VARIETAS SUKMARAGA DI LAHAN KERING MASAM KALIMANTAN SELATAN

I. PENDAHULUAN. keharusannya memenuhi kebutuhan pangan penduduk. Berdasarkan Sensus

Transkripsi:

Integrasi Pengembangan Tanaman Jagung dengan Ternak Ruminansia Syafruddin 157 INTEGRASI PENGEMBANGAN TANAMAN JAGUNG DENGAN TERNAK RUMINANSIA Integration Development of Corn and Livestock Syafruddin Balai Penelitian Tanaman Serealia Jl. Dr. Ratulangi No. 274, Maros, Sulawesi Selatan E-mail: syaf.syafrudin@gmail.com ABSTRACT Meat demand increases every year and currently importing meat is still needed to meet domestic demand of meat. An effort to be self-sufficiency in meat is to increase cattle population. One major obstacle in the effort to increase ruminant population is the availability of feed, especially in the dry season. Utilization of corn biomass is one alternative to address the problem. Corn development program in Indonesia is directed toward sustainable self-sufficiency and in 2014 corn grain production as much as 20.83 million tons is targeted, resulting corn biomassas potential for feed as much as 20.83 million 36.8 million tons as waste. Corn biomassas can be utilized to feed cattle and cattle manure can be utilized as organic fertilizer for corn, so that zero-waste system integration is realized. Corn-livestock integration increases farm income from corn and cattle production as well as improves farming efficiency because waste resulted from corn and cattle can be utilized by each other. In integrating the development of corn with livestock proper management of corn crops is required to obtain high biomassas for feed without decreasing grain yield and also free from pesticide residues. Besides, it needs necessary biomassas processing so that the availability and quality of feed nutrients is assured during the growth of livestock. Keywords: agriculture-bioindustry, zero waste, manure, corn biomassas ABSTRAK Kebutuhan daging meningkat setiap tahun dan saat ini sebagian masih harus diimpor. Upaya yang dilakukan untuk swasembada daging adalah meningkatkan populasi ternak dalam negeri. Salah satu kendala utama peningkatan populasi ternak ruminansia adalah ketersedian pakan, terutama pada musim kemarau. Pemanfaatan biomassa jagung merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi masalah ketersediaan pakan. Program pengembangan jagung di Indonesia adalah untuk swasembada berkelanjutan dan pada tahun 2014 ditargetkan produksi jagung sebesar 20,83 juta ton biji. Produksi jagung sebesar itu akan menghasilkan potensi biomassa sebesar 20,83 36,8 juta ton yang dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak. Biomassa jagung dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan kotoran ternak dijadikan pupuk kandang/organik, menghasilkan sistem integrasi yang bebas limbah. Integrasi tanaman jagung-ternak di samping meningkatkan pendapatan usahatani dari hasil jagung dan ternak, juga meningkatkan efisiensi usahatani karena masing-masing mempunyai limbah yang dapat saling memanfaatkan. Dalam mengintegrasikan pengembangan jagung dengan ternak diperlukan pengelolaan tanaman jagung yang tepat untuk memperoleh biomassa pakan yang tinggi tanpa menyebabkan penurunan hasil biji, di samping bebas residu pestisida. Di samping itu, diperlukan pengolahan biomassa agar ketersediaan dan mutu nutrisi pakan terjamin selama pertumbuhan ternak. Kata kunci: pertanian-bioindustri, bebas limbah, pupuk organik, biomassa jagung PENDAHULUAN Populasi ternak sapi di Indonesia tahun 2012 sebanyak 15.421 ribu ekor dan kerbau sebanyak 1.305 ribu ekor, diperkirakan peningkatan populasi rata-rata 7 dan 5% setiap tahunnya (Dirjen Peternakan, 2012). Meskipun terjadi peningkatan populasi ternak, akan tetapi kebutuhan konsumsi daging lebih tinggi sehingga Indonesia masih harus mengimpor setiap tahunnya sebanyak 1-2 juta ekor sapi. Upaya yang dilakukan untuk swasembada daging, terutama daging sapi adalah meningkatkan populasi ternak dalam negeri. Peningkatan populasi ternak akan berdampak terhadap kebutuhan pakan ternak. Kebutuhan pakan setiap ekor sapi atau kerbau dewasa setiap hari adalah 35-40 kg.

158 Prosiding Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia Ke-34: Pertanian-Bioindustri Berbasis Pangan Lokal Potensial Program Kementerian Pertanian untuk tanaman jagung saat ini adalah swasembada berkelanjutan, dengan tingkat peningkatan produksi untuk tahun 2014 sebesar 12% dari 18,5 juta ton menjadi 20,83 juta ton (Dirjen Tanaman Pangan, 2013). Target produksi tersebut akan dicapai melalui perluasan areal tanam dan peningkatan produktivitas dari 4,8 t/ha menjadi 5,3 t/ha. Peningkatan produksi biji tersebut juga mengakibatkan peningkatan biomassa tanaman yang sangat potensial untuk pakan ternak. Setiap 1 ton biji yang dihasilkan akan menghasilkan biomassa kering 1-1,85 ton. Karena itu, potensi biomassa yang dapat diperoleh dari 20,83 juta ton 36,8 juta ton. Peningkatan produksi jagung juga berdampak terhadap penggunaan pupuk, terutama pupuk anorganik. Pupuk anorganik seperti urea dan beberapa pupuk majemuk seperti pupuk Phonska dan pupuk NPK pelangi masih disubsidi pemerintah; karena itu diperlukan pengurangan penggunaan pupuk anorganik. Untuk mengurangi penggunaan pupuk anorganik, maka harus disertai dengan peningkatan penggunaan pupuk organik. Jika tidak disertai dengan penggunaan pupuk organik maka, akan terjadi penurunan produktivitas jagung. Sistem integrasi tanaman jagung-ternak adalah salah satu solusi untuk penyediaan pakan ternak secara berkesinambungan dan sekaligus dapat menyediakan pupuk organik (pupuk kandang) untuk tanaman jagung. Penggunaan pupuk organik dalam sistem integrasi tanaman jagung ternak akan meningkatkan efisiensi dan pendapatan usaha tani. Sistem integrasi tanaman-ternak mempunyai manfaat: 1) meningkatkan akses terhadap kotoran ternak, 2) peningkatan nilai tambah dari tanaman atau hasil ikutannya, 3) mempunyai potensi mempertahankan kesehatan dan fungsi ekosistem, dan 4) mempunyai kemandirian yang tinggi dalam penggunaan sumber daya mengingat nutrisi dan energi saling mengalir antara tanaman dan ternak (Makka, 2004). Sistem integrasi tanaman-ternak salah satu solusi yang sangat penting dalam mencegah penurunan kesuburan lahan dan tingkat produktivitas tanaman (Franke et al., 2010). Sistem Tanaman Jagung-Ternak Bebas Limbah Strategi Induk Pembangunan Pertanian (SIPP) 2015-2045 adalah membangun pertanianbioindustri berkelanjutan. Pertanian-bioindustri berkelanjutan memandang lahan pertanian tidak semata-mata merupakan sumber daya alam, namun juga industri yang memanfaatkan seluruh faktor produksi untuk menghasilkan pangan guna mewujudkan ketahanan pangan serta produk lain yang dikelola menjadi bioenergi serta bebas limbah dengan menerapkan prinsip mengurangi, memanfaatkan kembali dan mendaur ulang (reduce, reuse and recycle) (Suswono, 2013). Pertanianbioindustri menghasilkan pangan dan pakan yang sehat diperoleh dengan mengurangi penggunaan input eksternal yang berasal dari bahan anorganik dan meningkatkan penggunaan bahan alami terutama bahan organik insitu, residu seminimal mungkin, dan ramah lingkungan, mengurangi kebocoran hara dari agroekosistem melalui peningkatan penggunaan pupuk organik in situ atau recyle hara. Saat ini sebagian besar petani membakar limbah tanaman jagung (biomassa) untuk mempermudah melakukan pananaman ulang di lahannya. Di samping membuang percuma potensi pakan, hal itu juga mempunyai pengaruh buruk terhadap lingkungan. Brangkasan jagung mempunyai potensi yang baik sebagai pakan ternak ruminansia. Brangkasan jagung mempunyai nilai protein yang lebih tinggi dibanding jerami padi (Tabel 1). Karena itu, untuk memanfaatkan potensi pakan dari jagung perlu diintegrasikan pengembangan jagung dengan ternak. Tabel 1. Komposisi kimia jerami padi dan brangkasan jagung sebagai hasil samping pertanaman yang dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak Hasil samping pertanaman Komposisi kimia (% berat kering) Serat kasar Protein Lemak Abu Jerami padi 28,8 4,5 1,5 20,0 Brangkasan jagung 27,8 7,4 1,5 10,8 Sumber: Subandi et al. (2005) Pengembangan tanaman jagung diintegrasi dengan pengembangan ternak akan saling bersinergi dan saling menguntungkan. Integrasi tanaman jagung-ternak di samping meningkatkan

Integrasi Pengembangan Tanaman Jagung dengan Ternak Ruminansia Syafruddin 159 pendapatan usaha tani dari hasil jagung dan ternak juga meningkatkan efisiensi usaha tani karena masing-masing mempunyai limbah yang dapat dimanfaatkan. Pertanaman jagung menghasilkan biomassa, baik biomassa segar maupun biomassa limbah (kering) yang dapat dijadikan pakan ternak. Pengembangan ternak akan menghasilkan kotoran ternak yang dapat dijadikan biogas pupuk organik (cair atau padat). Sistem integrasi jagung-ternak memerlukan manajemen seperti yang pada Gambar 1. Petani Manajemen Manajemen biji Ternak/daging, biogas Tanaman Jagung Biomassa hijauan atau limbah Ternak Ruminansia Pupuk organik padat atau cair Gambar 1. Sistem integrasi jagung dan ternak ruminansia Pengelolaan Tanaman Jagung untuk Produksi Biji dan Pakan Penyediaan pakan dari pertanaman jagung dimaksudkan adalah melakukan pengelolaan tanaman jagung sedemikian rupa sehingga dapat memperoleh bagian tanam jagung baik dalam keadaan segar maupun kering yang dimanfaatkan ternak ruminansia sebagai pakan tanpa menurunkan hasil biji yang diperoleh. Pengelolaan tanaman jagung untuk memperoleh pakan ternak antara lain: Pengaturan Populasi Tanam dan Waktu Panen Biomassa Pengaturan populasi tanam dan disertai pengaturan waktu panen biomassa sangat penting untuk mendapatkan produksi biomassa segar yang dapat digunakan sebagai pakan disertai dengan produksi biji yang juga tinggi. Peningkatan populasi tanaman akan meningkatkan biomassa segar, tetap menurunkan hasil biji. Populasi yang optimal untuk mendapatkan hasil biji dan biomassa yang tinggi adalah 133.333 tanaman/ha dan disertai dengan panen biomassa secara bertahap, yaitu panen biomassa 1 tanaman/rumpun pada umur 45 hst dan panen biomassa bagian bawah tanaman pada umur 85 hst (Tabel 2). Tabel 2. Pengaruh populasi tanaman terhadap biomassa dan hasil biji Populasi Jumlah tanaman per Waktu panen (hst) Total biomassa Hasil biji rumpun 30 45 85 segar (t/ha) (t/ha) Jumlah tanaman panen 66.667 1 - - 1 9,07 6,30 133.333 2-1 1 24,76 6,13 200.000 3 1 1 1 29,93 5,75 266.667 4 2 1 1 38,33 5,57 333.333 5 2 2 1 60,03 5,53 400.000 6 3 2 1 66,80 4,40 Keterangan: Jarak tanam 75 cm x 20 cm Sumber: Akil et al. (2005)

160 Prosiding Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia Ke-34: Pertanian-Bioindustri Berbasis Pangan Lokal Potensial Pemanenan Biomassa Secara Bertahap Panen biomassa segar secara bertahap dapat dilakukan pada umur tertentu pada pertanaman jagung untuk produksi biji, tanpa menurunkan hasil biji. Pemanen daun di bawah tongkol dipanen pada umur 75 hst (hari setelah tanam), brangkasan di atas tongkol dipanen pada umur 90. Varietas jagung Lamuru, Sukmaraga, dan Semar-10 menghasilkan total bobot biomassa (daun di bawah tongkol, brangkasan di atas tongkol, dan klobot) sebanyak 4,7-5,9 t/ha hst, sedangkan hasil biji kering berkisar 5,5 6,3 t/ha (Tabel 3). Tabel 3. Hasil biji kering dan biomassa pakan (hasil samping) varietas jagung pada lahan kering podsolik merah di Kabupaten Tanah Laut (Kalsel), MH 2003/2004 Hasil/biji Hasil biomassa (t/ha) Varietas kering Daun di bawah Brangkasan di atas (t/ha) tongkol *) **) tongkol Klobot Total 1. Lamuru 5,5 2,2 1,3 1,2 4,7 2. Sukmaraga 6,1 2,6 1,8 1,5 5,9 3. Semar-10 6,3 2,6 2,0 1,3 5,9 Keterangan : *) Dipanen pada umur 75 hst **) Dipanen pada umum 90 hst Sumber: Subandi et al. (2005) Pengaturan Waktu Panen Hasil Biji dan Biomassa Panen hasil biji dapat dilakukan saat masak fisologis, namun panen hasil biji dapat ditunda. Akan tetapi, panen biomassa sebaiknya dilakukan saat masak fisiologis karena bagian atas tanaman masih segar. Mempercepat pemotongan brangkasan di atas tongkol akan diperoleh biomassa pakan yang lebih segar/hijau dan lebih berat 14%, namun hal tersebut akan menurunkan hasil biji sebesar 7%, sedangkan penundaan panen biomassa setelah masak fisiologi akan menurunkan biomassa yang diperoleh. Karena itu, sebaiknya pengambilan biomassa saat masak fisiologis (Tabel 4). Penanaman varietas yang stay green, seperti varietas Bima-14, Bima-19 dan Bima-20 akan lebih baik karena pada saat masak fisiologis daun bagian atas masih hijau dan segar yang sangat baik untuk pakan. Tabel 4. Pengaruh saat pemotongan bagian tanaman di atas tongkol terhadap hasil biji dan biomassa pakan dari tanaman jagung varietas Saat pemotongan Hasil biji Biomassa pakan (t/ha) *) (t/ha) **) Dipotong 5 hari sebelum umur masak fisiologis 6,30 6,90 Dipotong pada umur masak fisiologis 6,78 6,04 Dipotong pada umur 5 hari setelah masak fisiologis 6,74 5,00 *) Kadar air 15% **) Bobot kering panen Sumber: Subandi dan Zubachtirodin (2005) Penggunaan biomassa jagung sebagai pakan ternak perlu memerhatikan sistem produksinya dalam kaitannya dengan penggunaan pestisida dan herbisida. Hal tersebut berkaitan dengan residu yang akan tertinggal pada biomassa, yang dapat menjadi racun berantai dalam siklus makanan ternak-manusia. Pengolahan Biomassa Pakan Penyedian pakan untuk ternak ruminansia di kawasan lahan sawah pada saat musim hujan dan di kawasan lahan kering beriklim kering saat musim kemarau sering menjadi kendala. Agar terjadi kontinuitas ketersedian pakan yang bermutu sepanjang tahun, maka diperlukan pengolahan biomassa

Integrasi Pengembangan Tanaman Jagung dengan Ternak Ruminansia Syafruddin 161 pakan, baik peningkatan nutrisi pakan maupun penyimpanannya. Untuk meningkatkan nilai nutrisi dan ketahanan simpan biomassa jagung sebagai pakan, biomassa jagung dapat dibuat menjadi silase, hay atau fermentasi. Pembuatan silase atau fermentasi biomassa jagung meningkat nilai protein dan menurunkan serat (Sariubang et al., 2004). Hasil penelitian Gunawan et al. (2013) menunjukkan bahwa jerami jagung yang difermentasi mempunyai kualitas baik, memiliki bentuk seperti dalam keadaan segar yaitu memiliki warna coklat kekuning-kuningan, aroma bau yang khas, dan berdaya simpan lama (belum berubah hingga dua bulan). Fermentasi jerami jagung meningkatkan protein kasar, gula pereduksi, dan menurunkan serat kasar, lemak, mineral (Ca, Fe, dan P), lignin, selulosa, dan hemiselulosa. Peningkatan kadar karbohidrat tertinggi diperoleh pada perlakuan jerami jagung difermentasi menggunakan EM-4 : urea : molases (10 : 1,5 : 1,5), yaitu 15,50%, sedangkan peningkatan kadar protein tertinggi diperoleh pada jerami jagung difermentasi menggunakan starbio : urea : molases (10 : 1,5 : 1,5), yaitu 11,60%. Penggunaan Pupuk Organik untuk Tanaman Jagung Pemanfaatan lahan secara intensif dengan penanaman secara kontinyu dapat menguras bahan organik tanah, memperburuk kesuburan dan tekstur tanah. Penambahan bahan organik, selain berfungsi memperbaiki kesuburan kimia tanah karena menjadi sumber hara bagi tanaman, dalam jangka panjang juga berfungsi untuk memperbaiki kesuburan biologi dengan meningkatkan mikroorganisme perombak atau penambat hara dan fisik tanah dengan memperbaiki tekstur tanah (Malherbe, 1994; Sanchez, 1976). Pupuk organik/kandang bervariasi kandungan haranya (Tabel 5). Penggunaan bahan organik mengefisienkan pemupukan anorganik, sehingga pemberian pupuk anorganik harus dikurangi. Pemberian 50% urea + 50% pupuk kandang sapi pada tanaman jagung sama baiknya jika dipupuk dengan 100% urea (Tilo dan San Valentine, 1984). Pemberian pupuk kandang sapi sebanyak 1 t/ha meningkatkan biomassa 30% dan hasil biji 4,5% (Akil, 2006). Tabel 3. Kandungan hara N, P, dan K beberapa bahan organik Bahan organik Kandungan (%) N P K Pupuk kandang ayam 1,00 0,80 0,40 Pupuk kandang domba 0,95 0,35 1,00 Pupuk kandang sapi 0,56 0,12 0,08 Pupuk kandang kuda 0,70 0,25 0,55 Pupuk kandang babi 0,50 0,35 0,40 Sumber: Syafruddin (2013) KESIMPULAN DAN SARAN Integrasi pengembangan tanaman jagung dengan ternak ruminansia akan terjadi sinergisme sehingga meningkatkan efisiensi dan pendapatan usaha tani serta mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan karena limbah jagung dan ternak termanfaatkan. Penyedian pakan ternak ruminansia dari biomassa jagung memerlukan pengelolaan tanaman jagung yang tepat sehingga diperoleh biomassa tinggi tanpa terjadi penurunan hasil biji. Di samping itu, diperlukan pengolahan biomassa agar terjadi peningkatan mutu nutrisi dan daya simpan pakan, sehingga ternak dapat memperoleh pakan bermutu dan cukup selama pertumbuhan ternak.

162 Prosiding Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia Ke-34: Pertanian-Bioindustri Berbasis Pangan Lokal Potensial Pemberian pupuk anorganik secara intensif akan menguras bahan organik tanah, yang dalam jangka panjang akan menurunkan produktivitas lahan dan pendapatan petani. Untuk mencegah terjadinya penurunan produktivitas lahan adalah dengan pengembalian bahan organik tanah melalui pemupukan organik. Oleh karena itu, agar produktivitas tanaman jagung tetap tinggi secara berkelanjutan dan tidak terjadi penurunan produktvitas lahan, maka pemupukan pada tanaman jagung di samping menggunakan pupuk anorganik sebaiknya juga menggunakan pupuk organik. Kombinasi pemberian pupuk anorganik dengan organik akan menyebabkan produktivitas yang tinggi secara berkelanjutan, meningkatkan efisiensi penggunaan N, dan mengurangi pencemaran lingkungan. Kombinasi pemupukan N-anorganik dan N-organik mempertahankan kesuburan lahan dan produktivitas optimal tanaman dalam jangka panjang ( Eche et al., 2013) Kombinasi pemberian pupuk organik biomassa tanaman jagung dengan pupuk anorganik mengefisienkan penggunaan pupuk anorganik, meningkatkan ketersediaan hara dalam tanah dan serapan hara dalam tanaman pada akhirnya berpengaruh positif terhadap hasil jagung (Xiaobin et al., 2001). Kebijakan pemerintah dalam peningkatan populasi dan produksi ternak sapi melalui program bantuan pengadaan bibit sapi pada kawasan pengembangan tanaman jagung harus dikaitkan dengan penerapan integrasi ternak sapi jagung dalam crop livestock system (CLS), terutama pada petani yang mempunyai luasan lahan yang kecil <1 ha. Sumber utama pakan ternak adalah biomassa tanaman jagung dan pupuk organik yang berasal dari kotoran ternak dimanfaatkan untuk produksi jagung. DAFTAR PUSTAKA Akil, M. 2006. Takaran dan cara pemberian pupuk kandang terhadap produksibbiji serta biomassa di lahan kering Gorontalo. Dalam Suyamto et al. (eds.) Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Jagung. hlm. 157-165. Dirjen Peternakan. 2013.Tabel Data Perkembangan Ternak. www.deptan..go.id. Franke, A.C., E.D. Berkhout, E.N.O. Iwuafor, G. Nziguheba, G. Dercon, I. Vandeplas, and J. Diels. 2010. Does crop-livestock integration lead to improved crop production in the savanna of West Africa? Experimental Agriculture 46:439-455. Gunawan, E.R., D. Suhendra, dan D. Hermanto. 2013. Optimalisasi integrasi sapi, jagung, dan rumput laut (PIJA) pada teknologi pengolahan pakan ternak berbassis limbah pertanian jagung-rumput laut guna mendukung program bummi sejuta sapi (BSS) di Nusa Tenggara Barat. Buletin Peternakan 37(3): 157-164. Dirjen Tanaman Pangan. 2013. Kebijakan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dalam Pengembangan Komoditas Jagung, Sorgum, dan Gandum. Makalah Disampaikan pada Seminar Tanaman Serealia di Balitjas tanggal 14 Juli 2013. 22 hlm. Eche, N.M., E.N.O. Iwuafor. I.Y. Amapui, M.V. Bruns. 2013. Effect application of organic an mineral soil amendemes in continuous cropping system for 10 years on chemical and physical properties of an Alfisol in Northern Guinea Savanna zone. International J. Of Agri. Policy an Research 1(4): 116123. Makka, D. 2004. Prospek Pengembangan sistem integrasi peternakan yang berdaya saing. hlm. 8-31 Dalam Haryanto et al. (eds.) Prosiding Sistem Integrasi Tanaman-Ternak. Balai Penelitian Lahan Rawa. Banjarbaru. Malherbe, I. 1994. Soil Tertility. 5 th Edition. Oxford Union Press: New York. p.125-135 Sanchez, P.A. 1976. Properties and Management of Soil in the Tropics. John Wiley and Sons. New York. p. 225 245 Sariubang, M., A. Syam, A. Nurhayu. 2004. Sistem usaha tani tanaman-ternak pada lahan kering dataran Rendah di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan. hlm. 126-132. Dalam Haryanto et al. (eds.) Prosiding Sistem Integrasi Tanaman-Ternak. Balai Penelitian Lahan Rawa. Banjarbaru. Subandi dan Zubachtirodin. 2005. Prospek pertanaman jagung dalam produksi biomassa hijauan pakan. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nusa Tenggara Barat. Mataram, 31 Agustus 1 September 2005.

Integrasi Pengembangan Tanaman Jagung dengan Ternak Ruminansia Syafruddin 163 Subandi, Zubachtirodin, dan A. Najamuddin. 2005. Produksi jagung melalui pendekatan pengelolaan sumber daya dan tanaman terpadu pada lahan kering masam. 2005. Makalah disampaikan pada Seminar Rutin Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor, 25 Agustus 2005. Suswono. 2013. Strategi Induk Pembangunan Pertanian 2015-2045 (Power Point). Disajikan pada sidang kabinet April 2013. Syafruddin. 2013. Pemupukan anorganik dan organik pada tanaman jagung. Makalah pada pelatihan aparat Dinas Pertanian, PPL, dan Kelompok Tani Sulawesi Selatan. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Sulsel. 6 hlm. Tilo, S.N. and G.O.San Valentine. 1984. Crop Residues/Farm manures. Mimeog. Report. Farming systems and soil res. Inst. UPLB. 19 p. Xiaobin, W., Dianxiong, and Z. Jingqing. 2001. Land application of organik and inorganik fertilier for corn in dryland farming region of North China. In Proceeding Sustaining the Global Farm. p.419-422