BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Asset a. Pengertian Asset Asset merupakan bentuk penanaman modal perusahaan. Bentuknya dapat berupa harta kekayaan atau atas kekayaan atau jasa yang dimiliki oleh perusahaan yang bersangkutan. Harta kekayaan tersebut harus dinyatakan dengan jelas, diukur dalam satuan mata uang, dan diurutkan berdasarkan lamanya waktu atau kecepatannya berubah kembali menjadi uang kas. Menurut Dyckman et al (1999:174), Aktiva adalah manfaat ekonomi yang dapat terealisasi di masa depan yang diperoleh atau diakuisisi oleh entitas tertentu sebagai hasil dari transaksi atau kejadian masa lalu. Sedangkan menurut Warren et al (2005:63), Aktiva (asset) adalah sumber daya yang dimiliki oleh entitas bisnis atau usaha. Sumber daya ini dapat berbentuk fisik ataupun hak yang mempunyai nilai ekonomis. b. Klasifikasi Asset Aktiva diklasifikasikan berdasarkan urutan likuiditas (konvertibilitas menjadi kas). Pos-pos yang dapat dengan mudah
dikonversi menjadi kas tanpa batasan diletakkan pada baris paling atas. Aktiva dengan tingkat likuiditas rendah (kecil kemumgkinan dapat dikonversi menjadi kas) diletakkan pada baris paling bawah. Menurut Jumingan (2006:17) aktiva perlu dikelompokkan ke dalam beberapa bagian, yaitu: 1) Aktiva Lancar 2) Investasi Jangka Panjang 3) Aktiva Tetap 4) Aktiva Tidak Berwujud 5) Beban Biaya yang Ditangguhkan 6) Aktiva Tidak Lancar Lainnya Berikut ini adalah penjelasan dari klasifikasi asset yang telah dipaparkan sebelumnya: 1) Aktiva Lancar (Current Asset) Menurut Dyckman et al (1999:177), Aktiva lancar mencakup kas dan aktiva lainnya yang diperkirakan dapat direalisasi menjadi kas atau dijual atau digunakan selama satu siklus operasi normal perusahaan atau dalam waktu satu tahun sejak tanggal neraca (salah satu yang lebih lama). Yang termasuk dalam aktiva lancar adalah kas (cash), investasi jangka pendek (temporary investment), wesel tagih (notes receivable), penghasilan yang masih akan diterima (accruals receivable), persediaan barang (inventory), dan biaya yang dibayar dimuka (prepaid expense).
2) Investasi Jangka Panjang (Long Term Investment) Investasi jangka panjang dapat berupa saham dan obligasi dari dan pinjaman kepada perusahaan lain, harta kekayaan yang tidak digunakan dalam operasi rutin perusahaan misalnya gedung yang disewakan kepada pihak lain, mesin yang digunakan di waktu yang akan datang, dana yang diperuntukkan bagi tujuan khusus selain pembayaran utang jangka pendek, pinjaman kepada anak perusahaan atau perusahaan afiliasi. 3) Aktiva Tetap (Fixed Asset) Menurut Jumingan (2006:19), Aktiva tetap (fixed asset) merupakan harta kekayaan yang berwujud, yang bersifat relatif permanen, digunakan dalam operasi reguler, lebih dari satu tahun, dibeli dengan tujuan untuk tidak dijual kembali. Yang termasuk dalam kelompok aktiva tetap adalah tanah (land), bangunan atau gedung (building), mesin-mesin (machinery), perabot dan peralatan kantor (office furniture and fixtures), perabot dan peralatan toko (store furniture and fixtures), alat pengangkutan (delivery equipment), dan sumber-sumber alam (natural resources).
4) Aktiva Tidak Berwujud (Intangible Asset) Djarwanto (2004:28) mengartikan aktiva tidak berwujud sebagai hak-hak yang dimiliki perusahaan. Hak ini diberikan kepada penemunya, penciptanya, atau penerimanya. Pemilikan hak ini dapat karena menemukan sendiri atau diperoleh dengan jalan membeli dari penemunya. Hak- hak ini dilindungi oleh undang-undang. Yang termasuk dalam aktiva tidak beruwujud (intangible asset) adalah hak cipta (copyrights), hak sewa/kontrak (leaseholds), hak monopoli (franchises), hak paten, merek dagang (trademarks), biaya organisasi (organization costs) dan goodwill. 5) Biaya yang Ditangguhkan (Deffered Charges) Biaya yang ditangguhkan umumnya muncul karena pembayaran di muka beban jangka panjang. Beban ini memiliki manfaat ekonomis di masa yang akan datang yang dapat ditentukan dengan meyakinkan. Biaya yang ditangguhkan (deffered charges) adalah pengeluaran-pengeluaran atau biaya yang mempunyai manfaat jangka panjang, dimana pembebanannya sebagai biaya usaha berlangsung untuk beberapa tahun atau periode (Jumingan, 2006:25). Yang termasuk dalam biaya
yang ditangguhkan adalah biaya penataan ulang mesin, biaya penerbitan obligasi, biaya pensiun dibayar dimuka, atau pembayaran di muka asuransi. 6) Aktiva Tidak Lancar Lainnya (Other Non-Current Asset) Aktiva tidak lancar lainnya (other non-current asset) adalah harta kekayaan perusahaan lain yang tidak termasuk pada kelompok-kelompok aktiva tersebut sebelumnya (Djarwanto, 2004:34). Perbedaan utama antara aktiva lancar atau jangka pendek dengan aktiva tidak lancar atau jangka panjang adalah: a) Aktiva jangka panjang tidak habis digunakan dalam siklus operasi tunggal. b) Manajemen bermaksud memiliki atau menggunakan aktiva jangka panjang melebihi periode satu tahun dari tanggal neraca atau satu siklus operasi normal (jika lebih panjang). Yang termasuk dalam aktiva tidak lancar lainnya adalah uang kas pada bank tertutup atau di negara asing, investasi lain-lain yang tidak termasuk dalam investasi jangka pendek maupun investasi jangka panjang.
c. Asset Turn Over Rasio perputaran aktiva mengukur perputaran semua aktiva perusahaan. Menurut Abdullah (2005:56), Rasio perputaran total aktiva dipergunakan untuk mengukur tingkat efisiensi perusahaan dalam menggunakan keseluruhan aktiva yang dimiliki guna menghasilkan penjualan tertentu. Menurut Harahap (2008:309), Rasio ini menunjukkan perputaran total aktiva diukur dari volume penjualan dengan kata lain seberapa jauh kemampuan semua aktiva menciptakan penjualan. Rasio ini dihitung dengan membagi penjualan dengan total aktiva. Adapun rumus untuk menghitung rasio ini adalah sebagai berikut: Asset Turn Over Penjualan Bersih Total Aktiva 2. Rentabilitas a. Pengertian Rentabilitas Pada umumnya rentabilitas dapat diartikan sebagai suatu perbandingan antara laba yang diperoleh dalam operasi perusahaan dengan modal. Menurut Harahap (2008:34), Rasio rentabilitas atau disebut profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya.
Rentabilitas dapat pula diartikan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Ada pula yang menyebutkan bahwa rentabilitas juga berkenaan dengan perbandingan laba dengan aktiva atau modal yang mengashilkan laba tersebut. Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba disebut juga dengan operating ratio. b. Jenis-jenis Rentabilitas Kartadinata (1983:66) membagi rentabilitas ke dalam dua bagian yakni: 1) Rentabilitas Ekonomi 2) Rentabilitas Modal Sendiri atau Return on Equity Rentabilitas ekonomi mengukur kemampuan aktiva perusahaan memperoleh laba dari operasi perusahaan. Karena hasil operasi yang ingin diukur maka dipergunakan laba sebelum bunga dan pajak. Aktiva yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan memperoleh laba operasi adalah aktiva operasional. Kalau perusahaan mempunyai aktiva non-operasional, aktiva ini perlu dikeluarkan dari perhitungan. Masalah yang timbul dalam perhitungan rentabilitas ekonomi adalah apakah kita menggunakan aktiva perusahaan pada awal tahun, akhir tahun,
atau rata-rata. Apabila dimungkinkan sebaiknya digunakan angka rata-rata. Rentabilitas Modal Sendiri mengukur seberapa banyak keuntungan yang menjadi pemilik modal sendiri. Karena itu dipergunakan angka laba setelah pajak. Angka modal sendiri juga sebaiknya dipergunakan angka rata-rata. c. Rasio Keuangan Adapun rasio keuangan dapat digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu sebagai berikut: 1. Rasio likuiditas, bertujuan menguji kecukupan dana, solvency perusahaan, kemampuan perusahaan membayar kewajiban yang segera harus dipenuhi. Yang termasuk rasio ini adalah rasio lancar (current ratio), rasio tunai (quick ratio), perputaran piutang (receivables turnover), perputaran persediaan (inventory turnover). 2. Rasio profitabilitas atau rentabilitas, bertujuan mengukur efisiensi aktivitas perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan. Misalnya marjin keuntungan (profit margin), marjin laba bruto (gross profit margin), perputaran aktiva (operating asset turnover), imbalan hasil dari investasi (return on investment), rentabilitas modal sendiri (return on equity), dan sebagainya.
3. Rasio pemilikan, berkaitan langsung atau tidak langsung dengan keuntungan dan likuiditas. Mambantu pemilik saham dalam mengevaluasi aktivitas dan kebijaksanaan perusahaan yang berpengaruh terhadap harga saham di pasaran. Misalnya earning per share, nilai buku per saham (book value per share), rasio dividen, dan sebagainya. d. Jenis-jenis Rasio Rentabilitas 1) Profit Margin (Marjin Laba) Angka ini menunjukkan berapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan (Haarahap, 2008:304). Menurut Husnan dan Pudjiastuti (1999:75), Rasio ini mengukur seberapa banyak keuntungan operasional yang bisa diperoleh dari setiap rupiah penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukuo tinggi. Adapun rumusnya adalah: Marjin Laba Pendapatan Bersih 100% Penjualan 2) Gross Profit Marjin (Marjin Laba Kotor) Rasio ini dipergunakan untuk mengukur berapa besar laba kotor yang dihasilkan dengan total nilai penjualan bersih perusahaan (Abdullah, 2005:54). Semakin besar rasio ini
menunjukkan bahwa perusahaan mampu menekan Harga Pokok Penjualan pada persentase dibawah kenaikan penjualan. Adapun rumus untuk menghitung rasio ini adalah sebagai berikut: Laba Kotor Gross Profit Margin 100% Penjualan 3) Operating Profit Margin (Marjin Laba OPerasi) Abdullah (2005:55) menyatakan bahwa rasio ini sering disebut juga sebagai pure profit dalam arti bahwa profit yang dihasilkan benar-benar murni dari hasil operasi perusahaan sebelum diperhitungkan dengan kewajiban lainnya. Rasio ini mengukur kemampuan menghasilkan laba operasi dari sejumlah penjualan yang dicapai. Adapun rumus untuk menghitung rasio ini adalah: Operating Profit Margin Laba Operasi 100% Penjualan 4) Asset Turn Over Harahap (2008:305) menyatakan bahwa rasio ini menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik. Hal ini berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba. Atau dengan kata lain semakin tinggi rasio ini maka hal
ini menunjukkan perusahaan semakin efisien dalam penggunaan aktiva dalam menghasilkan penjualan. Adapun rumus untuk mengukur rasio ini adalah: Asset Turn Over Penjualan Bersih Total Aktiva 5) Return on Investment Abdullah (2005:57) menyatakan bahwa rasio ini sering juga disebut return on total asset dipergunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keseluruhan aktiva perusahaan yang dimiliki. Adapun rumus untuk menghitungnya adalah sebagai berikut: ROI Laba Bersih Setelah Pajak 100% Total Aktiva 6) Return on Equity Return on Equity merupakan rasio pengukuran terhadap penghasilan yang dicapai bagi pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen) atas modal yang diinvestasikan pada perusahaan (Abdullah, 2005:60). Semakin tinggi ROE maka semakin tinggi pula penghasilan yang diterima pemilik perusahaan yang berarti pula semakin baik kedudukannya dalam
perusahaan. Adapun rumus untuk menghitungnya adalah sebagai berikut: ROE Laba Bersih Modal Sendiri 100% 7) Return on Total Asset Harahap (2008:305) menyatakan bahwa rasio ini menunjukkan berapa besar laba bersih yang diperoleh perusahaan bila diukur dari nilai aktiva. Brigham dan Houston (2001:90) menyatakan bahwa rasio laba bersih terhadap total aktiva mengukur pengembalian atas modal aktiva (ROA) setelah bunga dan pajak. Laba Bersih ROA 100% Total Aktiva 8) Basic Earning Power Menurut Harahap (2008:305), Rasio ini mrnunjukksn kemampuan perusahaan memperoleh laba diukur dari jumlah laba sebelum dikurangi bunga dan pajak dibandingkan dengan total aktiva. Semakin besar rasio ini semakin baik. Adapun rumus untuk menghitungnya adalah sebagai berikut: Laba sebelum Bunga dan Pajak Basic Earning Power Total Aktiva
9) Earning Per Share Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba diukur dari jumlah laba sebelum dikurangi dengan bunga dan pajak dibandingkan dengan total aktiva (Harahap, 2008:305). Semakin besar rasio ini semakin baik. Pada umumnya, para pemegang saham atau calon pemegang saham sangat berkepentingan dengan Earning Per Share. Guna menghitung EPS perlu dihitung berapa besar laba bersih untuk pemegang saham biasa. Untuk itu laba bersih sesudah pajak harus dikurangi dengan dividen preferem stock. Adapun rumus untuk menghitungnya adalah sebagai berikut: Laba Bagian Saham Bersangkutan EPS Jumlah Saham 3. Hubungan Asset Turn Over terhadap Rentabilitas Asset turn over menggambarkan rasio perputaran total aktiva dipergunakan untuk mengukur tingkat efisiensi perusahaan dalam menggunakan keseluruhan aktiva yang dimiliki guna menghasilkan penjualan tertentu. Asset harus dikelola dengan baik yaitu dapat digunakan seefektif dan seefisien mungkin dalam menghasilkan laba. Perputaran aktiva (asset turn over) yang tinggi menunjukkan return on asset yang baik. Jadi jika semakin efektif
aktiva digunakan maka penjualan yang ada juga semakin meningkat. Secara otomatis jika penjualan meningkat maka laba yang diperoleh pun semakin meningkat. Dengan demikian jika kita menghitung ROA maka nilai ROA tersebut pun akan semakin meningkat karena penjualan yang dihasilkan semakin meningkat. ROA yang tinggi menunjukkan kinerja perusahaan yang baik dalam menghasilkan laba. Rumus ROA adalah membagikan laba bersih dengan total aktiva. Dilihat dari perhitungan ROA yang melibatkan total aktiva, maka aktiva berpengaruh terhadap ROA. B. Tinjauan Penelitian Terdahulu Tabel 2. 1 Ringakasan Tinjauan Penelitian Terdahulu Nama Judul Variabel yang Hasil Penelitian digunakan Endry Pengaruh aktiva aktiva Secara simultan (bersama- Leeguer produktif produktif sama) diketahui bahwa (2008) terhadap tingkat (kredit, surat variabel kredit, surat-surat rentabilitas pada berharga, dan berharga, dan penempatan bank-bank yang penempatan pada bank lain memiliki terdaftar di BEI pada bank pengaruh yang signifikan lain) dan terhadap tingkat rentabilitas rentabilitas pada bank-bank yang terdaftar di BEI.
Marselina Sinaga (2008) Pengaruh Perputaran Modal Kerja dan Perputaran Aktiva Operasi terhadap Tingkat Rentabilitas pada Industri Otomotif dan Komponennya yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Modal kerja, Perputaran Aktiva Operasi, dan Rentabilitas Indri, Analisis Efektivitas Yuliafitri, Pengaruh modal kerja, Koesmawan, Efektivitas operating dan Amilin Modal Kerja asset turn (2005) Dan Operating over dan Asset Turn Over rentabilitas Terhadap Tingkat Rentabilitas Pada Sektor Industri Dasar Dan Kimia Yang Tercatat Di BEJ Sumber: Data yang diolah penulis, 2009 Secara simultan (bersamasama), modal kerja dan perputaran aktiva operasi bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat rentabilitas pada industri otomotif dan komponennya yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Efektivitas modal kerja dan operating asset turn over secara individu tidak berpengaruh terhadap rentabilitas perusahaan. Secara simultan, efektivitas modal kerja dan operating asset turn over memiliki pengaruh signifikan terhadap rentabilitas.
B. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual Kerangka konseptual dari penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut ini: X Asset Turn Over Y Rentabilitas Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Sumber: Penulis, 2009 Keterangan: Variabel X : Asset Turn Over Variabel Y : Rentabilitas Asset turn over merupakan gambaran bagaimana semua/total aktiva (asset) yang ada dalam perusahaan dapat digunakan dapat secara efisien dan efektif dalam menghasilkan penjualan. Semakin tinggi tingkat perputaran aktivanya maka penjualannya pun semakin tinggi sehingga laba yang dihasilkan pun akan semakin tinggi. ROA merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur profitabilitas/rentabilitas perusahaan. Artinya, ROA dapat dijadikan sebagai indikator untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang optimal dilihat dari posisi aktiva yang dimiliki oleh sebuah perusahaan. Aktiva yang ada dalam perusahaan haruslah dikelola dengan baik agar dapat semakin efektif dan efisien
dalam menghasilkan penjualan. Asset turn over yang tinggi menunjukkan return on asset yang baik. 2. Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara yang harus diuji kebenarannya atas suatu penelitian yang dilakukan agar dapat mempermudah dalam menganalisis. Hipotesis pada penelitian ini adalah: H1 : Ada pengaruh positif Asset Turn Over terhadap Rentabilitas.