Studi Eksperimen Perbandingan Laju Korosi pada Plat ASTM (American Society For Testing and Material) A36 dengan Menggunakan Variasi Sudut Bending

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI LAJU KOROSI DAN SURFACE MORFOLOGI PIPA BAWAH LAUT API 5L GRADE X65 DENGAN VARIASI SUDUT BENDING

Analisis Perbandingan Laju Korosi Pelat ASTM A36 antara Pengelasan di Udara Terbuka dan Pengelasan Basah Bawah Air dengan Variasi Tebal Pelat

Studi Laju Korosi dan Surface Morfologi Pipa Bawah Laut API 5L Grade X65 dengan Variasi Sudut Bending

ANALISIS PENGARUH SALINITAS DAN TEMPERATUR AIR LAUT PADA WET UNDERWATER WELDING TERHADAP LAJU KOROSI

STUDI EKONOMIS PENGARUH POST WELD HEAT TREATMENT TERHADAP UMUR PIPA

PENGARUH SUHU HEAT TREATMENT TERHADAP LAJU KOROSI MATERIAL PAGAR.

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya perubahan metalurgi yaitu pada struktur mikro, sehingga. ketahanan terhadap laju korosi dari hasil pengelasan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. ini mengalami kemajuan yang semakin pesat. Perkembangan tersebut

Analisis Pengaruh Cooling Rate pada Material ASTM A36 Akibat Kebakaran Kapal Terhadap Nilai Kekuatan, Kekerasan dan Struktur Mikronya

Analisa Pengaruh Jenis Elektroda terhadap Laju Korosi pada Pengelasan Pipa API 5L Grade X65 dengan Media Korosi FeCl 3

Analisa Kekuatan Material Carbon Steel ST41 Pengaruh Preheat dan PWHT Dengan Uji Tarik Dan Micro Etsa

STUDI PENGGUNAAN EKSTRAK BAHAN ALAMI SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA CAT UTUK PELAT KAPAL A36

ANALISA SURFACE PREPARATION PADA PLAT BAJA ASTM A36

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

ANALISA PERBANDINGAN LAJU KOROSI MATERIAL STAINLESS STEEL SS 316 DENGAN CARBON STEEL A 516 TERHADAP PENGARUH AMONIAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PENGARUH PERLAKUAN PANAS PADA ANODA KORBAN ALUMINIUM GALVALUM III TERHADAP LAJU KOROSI PELAT BAJA KARBON ASTM A380 GRADE C

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam teknik penyambungan logam misalnya

Persentasi Tugas Akhir

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mekanik, listrik, kimia dan konstruksi, dan bahkan kehidupan sehari-hari dapat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. masing-masing benda uji, pada pengelasan las listrik dengan variasi arus 80, 90,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. oksidasi yang dilakukan dengan metode OM ( Optic Microscope) dan

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1(Sept. 2012) ISSN: G-340

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1

Pengaruh Perlakuan Panas Pada Anoda Korban Aluminium Galvalum Iii terhadap Laju Korosi Pelat Baja Karbon Astm A380 Grade C

Analisa Tegangan pada Pipa yang Memiliki Korosi Sumuran Berbentuk Limas dengan Variasi Kedalaman Korosi

Analisis Struktur Mikro Baja Tulangan Karbon Sedang

BAB I PENDAHULUAN. logam menjadi satu akibat adanya energi panas. Teknologi pengelasan. selain digunakan untuk memproduksi suatu alat, pengelasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 304 TERHADAP LAJU KOROSI

III. METODE PENELITIAN. Adapun tempat pengerjaan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

ANALISA LAJU KOROSI PENGARUH POST WELD HEAT TREATMENT TERHADAP UMUR PIPA PADA PIPA API 5L GRADE B

PENGARUH HEAT TREATMENT

Analisa Temperatur Nitridisasi Gas Setelah Perlakuan Annealing pada Baja Perkakas

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI LARUTAN NaCl DENGAN KONSENTRASI 3,5%, 4% DAN 5% TERHADAP LAJU KOROSI BAJA KARBON SEDANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proses akhir logam (metal finishing) merupakan bidang yang sangat luas,

I. PENDAHULUAN. keling. Ruang lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi. transportasi, rel, pipa saluran dan lain sebagainya.

Analisis Teknis dan Ekonomis Penggunaan Komposit Serabut Kelapa dan Serbuk Pohon Kelapa sebagai Isolasi Kotak Pendingin Ikan pada Kapal Ikan

BAB I PENDAHULUAN. adalah sebagai media atau alat pemotongan (Yustinus Edward, 2005). Kelebihan

Pengukuran Laju Korosi Aluminum 1100 dan Baja 1020 dengan Metoda Pengurangan Berat Menggunakan Salt Spray Chamber

I. PENDAHULUAN. Baja atau besi banyak digunakan di masyarakat, mulai dari peralatan rumah

PENGARUH KARBURISASI PADAT DENGAN KATALISATOR CANGKANG KERANG DARAH (CaCO2) TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN KEASUHAN BAJA St 37

I. PENDAHULUAN. berperan dalam proses manufaktur komponen yang dilas, yaitu design,

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

Studi Eksperimen Pengaruh Durasi Gesek, Tekanan Gesek Dan Tekanan Tempa Pengelasan Gesek (FW) Terhadap Kekuatan Tarik dan Impact Pada Baja Aisi 1045

Pengujian Impak (Hentakan) Pengujian Metalografi Pengujian Korosi Parameter pada Lambung Kapal...

STUDI KINERJA BEBERAPA RUST REMOVER

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan pengujian oksidasi baja AISI 4130 pada

BAB II PENGELASAN SECARA UMUM. Ditinjau dari aspek metalurgi proses pengelasan dapat dikelompokkan

Iham Nurdiansyah 1), Suriansyah 2), Naif Fuhaid 3) ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. hidupnya. Salah satu contoh diantaranya penggunaan pelat baja lunak yang biasa

Pengaruh Variasi Fraksi Volume, Temperatur, Waktu Curing dan Post-Curing Terhadap Karakteristik Tekan Komposit Polyester - Hollow Glass Microspheres

Penelitian Kekuatan Sambungan Las pada Plat untuk Dek Kapal Berbahan Plat Baja terhadap Sifat Fisis dan Mekanis dengan Metode Pengelasan MIG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) F-266

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print) B-80

MATERIAL TEKNIK 5 IWAN PONGO,ST,MT

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

III. METODOLOGI PENELITIAN. a. Persiapan dan perlakuan serat ijuk di Laboratorium Material Teknik Jurusan

PERLAKUAN PEMANASAN AWAL ELEKTRODA TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK PADA DAERAH HAZ HASIL PENGELASAN BAJA KARBON ST 41

I. PENDAHULUAN. mengalami pembebanan yang terus berulang. Akibatnya suatu poros sering

Tugas Akhir. Studi Corrosion Fatigue Pada Sambungan Las SMAW Baja API 5L Grade X65 Dengan Variasi Waktu Pencelupan Dalam Larutan HCl

PENGARUH LAJU KOROSI PELAT BAJA LUNAK PADA LINGKUNGAN AIR LAUT TERHADAP PERUBAHAN BERAT.

Penentuan Laju Korosi pada Suatu Material

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

III.METODOLOGI PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah: 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di

BAB 1. PERLAKUAN PANAS

Korosi Retak Tegang (SCC) Baja Karbon AISI 1010 dalam Lingkungan NaCl- H 2 O-H 2 S

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini pada prosesnya dilakukan pada bulan Juli Tahun 2011 sampai. 2. BLK Disnaker Kota Bandar Lampung.

ANALISIS SIMULASI UJI IMPAK BAJA KARBON SEDANG (AISI 1045) dan BAJA KARBON TINGGI (AISI D2) HASIL PERLAKUAN PANAS. R. Bagus Suryasa Majanasastra 1)

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) G-100

I. PENDAHULUAN. sampah. Karena suhu yang diperoleh dengan pembakaran tadi sangat rendah maka

PENGARUH VARIASI WAKTU ANODIZING TERHADAP STRUKTUR PERMUKAAN, KETEBALAN LAPISAN OKSIDA DAN KEKERASAN ALUMINIUM 1XXX. Sulaksono Cahyo Prabowo

PERANCANGAN ALAT UJI KOROSI SALT SPRAY CHAMBER DAN APLIKASI PENGUKURAN LAJU KOROSI PLAT BODY AUTOMOBILES PRODUKSI EROPA DAN PRODUKSI JEPANG PADA

III.METODOLOGI PENELITIAN. 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di

BAB 3 METODE PENELITIAN

ANALISIS PROSES TEMPERING PADA BAJA DENGAN KANDUNGAN KARBON 0,46% HASILSPRAY QUENCH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISA KEKERASAN PADA PISAU BERBAHAN BAJA KARBON MENENGAH HASIL PROSES HARDENING DENGAN MEDIA PENDINGIN YANG BERBEDA

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dibandingkan jenis martensitik, dan feritik, di beberapa lingkungan korosif seperti air

Analisa Kekuatan Tarik Baja Konstruksi Bj 44 Pada Proses Pengelasan SMAW dengan Variasi Arus Pengelasan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh pengelasan..., RR. Reni Indraswari, FT UI, 2010.

Oleh: Agung Mustofa ( ) Muhammad Hisyam ( )

KERANGKA KONSEP PENELITIAN PENGARUH NITROCARBURIZING TERHADAP LAJU KOROSI, KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO PADA MATERIAL DUPLEX STAINLESS STEEL

BAB I PENDAHULUAN. adalah karena sifat-sifat dari logam jenis ini yang bervariasi, yaitu bahwa

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Pemilihan Bahan. Proses Pengelasan. Pembuatan Spesimen. Pengujian Spesimen pengujian tarik Spesimen struktur mikro

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Data

PENGARUH VARIASI SUHU POST WELD HEAT TREATMENT ANNEALING

Gambar 4.1 Penampang luar pipa elbow

PENGARUH ARUS PENGELASAN LAS TIG TERHADAP KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIS STAINLESS STEEL TYPE 304 ABSTRAK

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) F-306

Pengendalian Laju Korosi pada Baja API 5L Grade B N Menggunakan Ekstrak Daun Gambir (Uncaria gambir Roxb)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-56 Studi Eksperimen Perbandingan Laju Korosi pada Plat ASTM (American Society For Testing and Material) A36 dengan Menggunakan Variasi Amri Royan Hidayat, Imam Rochani dan Heri Supomo Jurusan Teknik Kelautan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail: imamr@oe.its.ac.id Abstrak Proses pembentukan plat baja dalam industri kelautan diketahui bervariasi proses pengerjaannya, tidak hanya pengelasan saja, namun dapat pula konstruksi bending (bengkok)., mempunyai dua variasi metode yaitu hot bending dan cold bending. Untuk mengetahui metode mana yang lebih tepat digunakan pada industri kelautan, dilakukan penelitian dengan menggunakan perbandingan kedua metode bending tersebut menggunakan variasi sudut yakni 90 dan 135. Masing-masing sudut yang digunakan dibagi menjadi tiga yang akan mempengaruhi laju korosi pada plat tersebut. Uji laboratorium dengan menggunakan NaCl 2% dilakukan untuk mengetahui berapa laju korosi dari metode hot bending dan metode cold bending. Perhitungan kemudian dilakukan setelah hasil laju korosi didapat, untuk menentukan grafik laju korosi dari variasi bending tersebut. Hasil uji laju korosi pada metode cold bending dengan sudut bending 90 adalah 0,54 mm/year, dan untuk sudut bending 135 adalah 0,32 mm/year. Sedangkan hasil uji laju korosi pada metode hot bending dengan sudut bending 90 adalah 0,53 mm/year, dan untuk sudut bending 135 adalah 0,24 mm/year. Metode cold bending diketahui mempunyai nilai laju korosi lebih besar dibandingkan metode hot bending. Morfologi permukaan dianalisa dengan menggunakan Scanning Electron Microscopy (SEM). Permukaan dengan metode cold bending diketahui mengalami perubahan yang cukup besar dibanding dengan metode hot bending. Kata Kunci, hot bending, laju korosi, dan SEM. I. PENDAHULUAN ENGGUNAAN logam pada industri kelautan sering Pdigunakan sebagai bahan utama karena kekuatan yang dimiliki oleh logam lebih kuat dan harga yang lebih ekonomis. Logam yang mendominasi adalah baja. Baja adalah logam dari biji besi (tambang) yang diproses melalui beberapa langkah yang digunakan untuk kehidupan manusia sehari - hari dan serta mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Baja juga merupakan logam yang paling banyak penggunaannya. Hal ini karena kelimpahan besi di kulit bumi cukup besar. Berbagai upaya dilakukan untuk mempermudah penggunaan baja, salah satunya adalah dengan dibentuk lembaran yang dinamakan plat baja[1]. Variasi desain pada penggunaan plat baja suatu struktur industri kelautan, tidak hanya terbatas pada pengelasan (disambung), namun juga terdapat plat baja yang di bengkokkan (bending). Metode bending sendiri terdiri dari dua macam yaitu metode hot bending yang dilakukan dengan cara pemanasan pada plat dengan suhu tertentu, dan cold bending yang dilakukan dengan cara memberikan tekanan pada plat dengan bentuk tertentu. Proses pemberian tekanan ini sangat mungkin menimbulkan korosi pada material. Korosi adalah kerusakan atau keausan dari material akibat terjadinya reaksi lingkungan yang didukung oleh faktor-faktor tertentu [2]. Secara spesifik korosi di definisikan sebagai kumpulan dari keseluruhan proses dengan jalan dimana metal atau alloy yang digunakan untuk material struktur berubah bentuk dari bersifat metal menjadi beberapa kombinasi dari kondisi yang disebabkan oleh interaksi dengan lingkungan[2].. Pada studi eksperimen ini diteliti bagaimana perbandingan laju korosi pada plat ASTM A36 dengan menggunakan variasi bending yaitu metode hot bending dan metode cold bending pada sudut 90 dan 135. Masing-masing variasi sudut menggunakan 3. Pengujian ini dilakukan di laboratorium laju korosi Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS untuk mengetahui berapa laju korosi dari metode hot bending dan metode cold bending tersebut. Setelah hasil laju korosi didapat, langkah selanjutnya adalah perhitungan untuk menentukan grafik laju korosi dari variasi bending tersebut. II. METODOLOGI A. Bahan dan Peralatan 1) Bahan Material yang digunakan dalam penelitian ini adalah material jenis Plat A36. Dimensi permaterial yang digunakan, panjang 60 cm, lebar 20 cm dan tebal 0,8 cm. Variasi sudut bending untuk tiap metode cold bending dan hot bending yang digunakan 90 0 dan 135 0. 2) Peralatan Peralatan yang digunakan antara lain mesin bending, seperangkat peralatan uji elektrokimia dan Scanning Electron microscopy (SEM).

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-57 B. Prosedur Kerja 1) Proses pada Bahan Uji a. Cold Pada Proses cold bending masing-masing material plat ASTM A36 dibentuk sudut 90 0 dan 135 0. Dimana pengerjaan proses ini yaitu dengan cara memberikan tekanan dari atas material untuk membentuk sudut yang diinginkan, dan pada mesin bending ini syarat yang diberikan tekanan adalah benda kerja tidak boleh melebihi 1/10 dari beban yang ada pada tekanan. b. Hot Proses perlakuan panas adalah kombinasi dari operasi pemanasan dan pendinginan dengan kecepatan tertentu yang dilakukan terhadap bahan uji dalam keadaan padat untuk membentuk sudut 90 0 dan sudut 135 0, sebagai suatu upaya untuk memperoleh sifat-sifat tertentu. Proses perlakuan panas pada dasarnya terdiri dari beberapa tahapan, dimulai dengan pemanasan sampai ke temperatur tertentu karena pada proses ini dibutuhkan ketepatan operasi pemanasan dan operasi pendingan, lalu diikuti dengan penahanan selama beberapa saat, baru kemudian dilakukan pendinginan dengan kecepatan tertentu 2) Proses Pembentukan Spesimen dari Bahan Uji Setelah plat dibending, kemudian dipotong untuk dijadikan tiga pada setiap plat di masing-masing sudut dan masing-masing metode bending, total keseluruhan adalah 12. Spesimen yang dipotong berukuran 5cm 2cm. Pemotongan plat menggunakan oksigen asitilyn yang biasa disebut las blander atau cutter wire. 3) Proses Pembersihan Spesimen Setelah pemotongan plat selanjutnya dilakukan proses brushing, yaitu membersihkan kotoran-kotoran yang menempel pada pipa dan untuk membuang sisa karat yang ada sehingga ketika diuji laju korosinya, plat bebas dari kotoran. Proses brushing sama seperti menggerinda. Setelah dibrushing, plat siap untuk diuji laju korosinya. 4) Analisis Laju Korosi Pengujian laju korosi menggunakan sel tiga elektroda dalam larutan NaCl 2% ditambah aquades. Sebelum pengujian laju korosi, ditimbang dulu massa sebelum terkorosinya untuk dilakukan perhitungan laju korosi secara manual. Kemudian ditutupi dulu menggunakan lem epoxy dan di tenganhnya dibiarkan terbuka sebesar 1 x 1 cm sebagai sampel uji. Pengujian Laju Korosi menggunakan sel 3 elektroda dengan bantuan software AUTOLAB ANOVA yang dilakukan di Laboratorium Elektrokimia Jurusan Teknik Kimia FTI ITS. ANOVA adalah suatu program yang biasa digunakan dalam penelitian elektrokimia. Dalam prakteknya, ANOVA dihubungkan dengan potensiostat sehingga arus yang dihasilkan pada setiap tegangan yang diberikan dapat direkam oleh komputer secara langsung. Dalam pengujian korosi ini digunakan potensio dinamik untuk melakukan Analisis Tafel untuk mendapatkan data arus korosi (Icorr) dan laju korosi (Corrosion Rate) [3]. 5) Scanning Electron Microscopy (SEM) Analisa SEM dilakukan untuk mengetahui bentuk permukaan morfologi bagian yang terkorosi [4]. Spesimen Tabel 1. Tabel hasil pengujian Laju korosi dengan metode. Gambar 1. Hasil pengujian laju korosi 1 pada sudut 90 dengan metode. yang dianalisa adalah dua dengan bagian yang sama, yaitu dengan sudut bending 90 dua. Hal ini bertujuan untuk membandingkan morfologi kedua yang memiliki nilai laju korosi yang paling tinggi pada masing-masing metode tersebut. III. HASIL DAN DISKUSI A. Hasil Uji Laboratorium dengan Metode Setelah proses cold bending dilakukan tahap selanjutnya adalah pengujian laju korosi di Laboratorium Elektrokimia Jurusan Teknik Kimia ITS Surabaya. Dari hasil pengujian laju korosi diperoleh hasil praktikum pada sudut 90º dan sudut 135º seperti yang disajikan pada Tabel 1. Berikut adalah salah satu hasil lab pada 1 dengan menggunakan metode pada sudut 90 0 dari hasil uji korosi dengan menggunakan software NOVA (hal yang sama juga dilakukan terhadap sudut lainnya dan dengan variasi metode bending) seperti pada Gambar 1. B. Hasil Uji Laboratorium dengan Metode Hot bending Metode lain yang dilakukan adalah proses hot bending. Selanjutnya hasil hot bending tersebut dilakukan tahap pengujian laju korosi di Laboratorium Elektrokimia Jurusan Teknik Kimia ITS Surabaya. Dari hasil pengujian laju korosi diperoleh hasil praktikum pada sudut 90º dan sudut 135º seperti yang disajikan pada Tabel 2. C. Hasil Perhitungan Manual Perhitungan manual dengan menggunakan persamaan 2.4 adalah seperti di bawah ini: - 90 aa. ii CCCCCC = KK nn. DD dalam bentuk 1. 90 0,23 0,97 0,41 1,61 0,54 2. 135 0,3 0,37 0,3 0,97 0,32

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-58 Tabel 2. Tabel hasil pengujian Laju korosi dengan metode Hot bending. dalam bentuk 1. 90 0,36 0,77 0,46 1,59 0,53 2. 135 0,16 0,35 0,20 0,71 0,24 Tabel 3. Nilai laju korosi pada metode cold bending dengan perhitungan manual. No. dalam bentuk 1. 90 0,23 0,97 0,41 1,61 0,53 2. 135 0,3 0,37 0,3 0,97 0,32 Tabel 4. Nilai laju korosi pada metode Hot bending dengan perhitungan manual. No. Bendin g 1. 90 2. 135 Cold bending (mm/year ) (mm/year ) 0,361 0,769 0 6 0,4585 1,5890 0,5297 0,163 0,350 9 7 0,2062 0,7209 0,2403 CCCCCC = 0,00327 55,85 gggg mmmmmm 45,98 μμμμ cccc 2 2 7,86 gggg cccc 3 CPR = 0,53 mm/year - 135 aa. ii CCCCCC = KK nn. DD CCCCCC = 0,00327 55,85 gggg mmmmmm 27,92 μμμμ cccc 2 2 7,86 gggg cccc 3 CPR = 0,32 mm/year Perhitungan yang sama dilakukan untuk sudut lainnya pada setiap, seperti pada Tabel 3. Dari Tabel 3, perbandingan hasil yang diperoleh dari uji laboratorium dengan hasil perhitungan manual adalah sama (jika diambil dua desimal di belakang koma), maka dapat dikatakan hasil dari keduanya adalah valid. Perhitungan yang sama dilakukan untuk sudut lainnya pada setiap, seperti pada Tabel 4. Dari Tabel 4 di atas, perbandingan hasil yang diperoleh dari uji laboratorium dengan hasil perhitungan manual adalah sama (jika diambil dua desimal di belakang koma), maka dapat dikatakan hasil dari keduanya adalah valid. D. Analis Hasil SEM (Scanning Electron Microscope) Setelah didapatkan hasil laju korosi pada tiap metode bending, kemudian dianalisis dengan menggunakan SEM. Pada proses analisis SEM yang digunakan Gambar 2. Perbesaran 1000 pada metode (a) dan Hot bending (b). hanya satu pada setiap metode bending, yaitu sudut bending 90 pada no. 2. Pemilihan tersebut dikarenakan pada no. 2 sudut bending 90 memiliki nilai laju korosi paling tinggi dari - lain, yaitu berkisar anatara nilai 0,77-0,97 mm/year. Proses analisis ini bertujuan untuk mengetahui bentuk permukaan (surface morfologi) bagian yang terkorosi. Bagian ini diperbesar 100, 500, 1000, 2000, 3000, dan 5000. Semakin besar perbesaran gambar menunjukkan perubahan bentuk yang signifikan, dari permukaan yang terlihat hanya kasar saja hingga permukaan yang terlihat kasar ditambah dengan material plat yang sudah rusak akibat terjadinya korosi. Apabila perbesaran yang dilakukan semakin tinggi, maka gambar yang dihasilkan pun akan semakin jelas. Gambar 2a- 2b adalah gambar dimana bentuk permukaan bagian yang terkorosi pada sudut 90 pada no. 2 deangan perbesaran 1000. E. Pembahasan (Diskusi) 1) Analisa Perbandingan Laju Korosi Metode cold bending pada sudut 90 memiliki nilai laju korosi tertinggi dibandingkan yang lain. Hal ini dikarenakan metode cold bending mengalami tekuk. Ini berarti, ia mengalami pemendekan yang artinya ia mendapat compression (gaya tekan) yang lebih besar dibandingkan metode hot bending. Seperti diketahui bahwa gaya tekan dapat mengakibatkan stress yang dapat menyebabkan korosi. Jenis korosi ini yaitu Stress Corrosion Cracking (SCC) yang terjadi secara simultan antara tegangan tarik yang bekerja pada bahan tersebut dengan lingkungan korosif [2]. Sedangkan pada metode hot bending timbulnya korosi disebabkan oleh perlakuan panas yang diberikan pada plat. Jenis korosi ini dinamakan Hot Corrosion yang disebabkan oleh kombinasi antara oksidasi dan reaksi-reaksi dengan belerang, natrium, vanadium dan pengotor- pengotor lain yang terdapat di udara dan bahan bakar[6]. Panjang awal yang yang bernilai L 0 setelah diberi perlakuan bending mengalami panjang L 1, yaitu L 0 > L 1, ini berarti plat pada bagian ini mengalami pemendekan ( L= minus) akibat perlakuan di setiap metode bending yang digunakan[5]. Semakin besar perlakuan bending yang diperoleh, maka akan semakin tinggi korosi yang terjadi. Berdasarkan Tabel laju korosi, laju korosi pada sudut bending ini kedua metode bending dikategorikan cukup baik.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-59 Gambar 3. Perbandingan rata-rata nilai laju korosi pada tiap sudut dengan metode. Gambar 4. Perbandingan rata-rata nilai laju korosi pada tiap sudut dengan metode Hot bending. Gambar 5. Hasil foto SEM dengan perbesaran 3000x metode Cold bending (a) dan Hot bending (b). a. 135 bending 135 memiliki perlakuan bending yang lebih sedikit dibandingkan 90. Dari Gambar 5a-5b, terlihat bahwa di antara dua sudut lainnya sudut 135 mempunyai nilai laju korosi dengan tingkat medium. Dibandingkan dengan metode hot bending, nilai laju korosi pada sudut 135 metode Cold bending adalah yang paling tinggi, dikarenakan metode cold bending mengalami tekuk. Ini berarti, ia mengalami pemendekan yang artinya ia mendapat compression (gaya tekan) yang lebih besar. Seperti diketahui bahwa gaya tekan dapat mengakibatkan stress yang dapat menyebabkan korosi. Jenis korosi ini yaitu Stress Corrosion Cracking (SCC) yang terjadi secara simultan antara tegangan tarik yang bekerja pada bahan tersebut dengan lingkungan korosif[2]. Sedangkan pada metode hot bending timbulnya korosi disebabkan oleh perlakuan panas yang di berikan pada plat. Jenis korosi ini dinamakan Hot Corrosion terjadi pada turbin gas disebabkan oleh kombinasi antara oksidasi dan reaksi-reaksi dengan belerang, natrium, vanadium dan pengotor- pengotor lain yang terdapat di udara dan bahan bakar[6]. 2) Analisa Perbandingan Rata-Rata Pada Metode Pada rata-rata nilai laju korosi disetiap metode bending terlihat bahwa semakin besar perlakuan yang diberikan atau yang terdapat pada material maka semakin cepat perpatahan terjadi. Penjelasan di atas, namun perbedaan metode bending juga memberikan pengaruh pada nilai korosi. Dalam eksperimen ini didapatkan bahwa nilai laju korosi dengan metode cold bending lebih tinggi dibandingkan dengan nilai laju korosi pada metode hot bending. Hal ini dikarenakan proses pengerjaan dilakukan dengan memanaskan baja hingga menjadi fasa austenit penuh dan didinginkan di udara (pendinginan tungku) hingga mencapai suhu kamar. Fasa yang dihasilkan berstruktur ferrite dan pearlite tergantung komposisi unsur karbon[7]. dapat dirangkum dalam Gambar 3-4. 3) Analisa foto Scanning Electron Microscope (SEM) Scanning electron microscope diketahui merupakan jenis miksroskop elektron untuk memindai gambar permukaan suatu sample padat dengan menggunakan sinar elektron berenergi tinggi dalam pola pemindai pixel. Untuk dapat membentuk sample yang berisi informasi tentang topografi/morfologi permukaan sample, hamburan elektron dalam membentuk bayangan elektron berinteraksi dengan atom-atom membentuk sample yang menghasilkan sinyal yang berisi informasi morfologi permukaan sample tersebut [4]. Perbedaan pada metode bending memberikan dampak yang cukup besar pada morfologi kedua. Adanya gaya tarik pada menimbulkan tegangan pada yang berdampak pada berubahnya permukaan plat, yang terlihat sudah tidak smooth. Bentuk permukaan pada metode sangat kasar karena molekul atommya sudah berubah ikatan. Sedangkan pada Hot bending perlakuan panasnya tidak lebih dari titik lebur plat baja (Melting point atau titik lebur baja sebesar 1500 C). Sehingga permukaan sisi morfologinya, yang menggunakan metode Hot bending masih terlihat lebih smooth dibandingkan yang menggunakan. Sifat mekanik baja tidak hanya tergantung pada komposisi kimia suatu paduan, tetapi juga tergantung pada strukturmikro. Suatu paduan dengan komposisi kimia yang sama dapat memiliki strukturmikro yang berbeda, dan sifat mekanik akan berbeda. Gambar 5 menunjukkan hasil foto SEM dengan perbesaran 3000x untuk sudut 90 no.2. Dari Gambar 5 terlihat bagian yang terkorosi sudah tidak smooth. Bentuk permukaannya sangat kasar karena molekul atommya sudah berubah antar ikatannya. Suatu struktur kristal yang sempurna, tegangan diserap secara merata oleh semua ikatan yang bersangkutan, tetapi bila ada gaya tarik yang diterima satu bagian berbeda dengan bagian lain, susunan atom dari material yang terkorosi akan berubah, perubahan ikatan inilah yang menyebakan zat-zat yang mampu mempercepat laju korosi

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-60 akan mudah masuk dan menyebabkan korosi akan lebih parah terjadi. Sehingga, semakin tinggi nilai laju korosinya maka morfologi permukaannya akan semakin kasar, begitu juga sebaliknya. Dari Gambar 6 terlihat jelas struktur pada dengan menggunakan metode tidak seperti metode Hot bending yang terlihat masih smooth. Walaupun tetap ada bagian yang sudah mulai berubah strukturnya IV. KESIMPULAN/RINGKASAN Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian laju korosi ini adalah : 1. Nilai laju korosi yang dihasilkan pada metode Cold pada sudut 90 adalah 0,54 mm/year, sedangkan pada sudut 145 0,32 mm/year. Dan nilai laju korosi pada metode Hot pada sudut 90 adalah 0,53 mm/year, sedangkan pada sudut 145 adalah 0,24 mm/year. 2. Penggunaan metode bending dengan menggunakan hot bending memiliki nilai laju korosi yang lebih kecil dibandingkan dengan nilai laju korosi pada metode cold bending, walaupun penggunaan metodenya lebih mudah cold bending. Dengan catatan, sudut bending sangat berpengaruh besar pada nilai laju korosi, Semakin kecil sudut bending, maka nilai laju korosinya akan semakin tinggi. Dan sebaliknya, semakin besar sudut bending, maka tingkat laju korosi material tersebut akan semakin berkurang. 3. Susunan morfologi atom pada material dengan menggunakan metode cold bending yang terkorosi mengalami perubuhan yang lebih besar dibandingkan menggunakan metode hot bending. DAFTAR PUSTAKA [1] Callister, W. D.. Material Science and Engineering An Introduction, Wiley 7ed (2007). [2] Supomo, Heri. Buku Ajar Korosi. Surabaya: Jurusan Teknik Perkapalan FTK ITS (2003). [3] Malani, A.P. Studi Laju Korosi dan Surface Morfologi Pipa Bawah Laut API 5L Grade X65 dengan Variasi, Tugas Akhir, Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember (2012). [4] Fansuri, Hamzah dan M. Niniet, Pelatihan Instrumentasi, Scanning Electron Microscope. Surabaya: Laboratium Energi ITS (2011). [5] Sulaiman, Pengaruh Proses Pelengkungan dan Pemanasan Garis Pelat Baja Kapal Aisi E 2512 terhadap Nilai Kekerasan dan Laju Korosi, Thesis, Semarang: Universitas Diponegoro (2010). [6] Trethewey, K. R. & Chamberlain, J. Korosi, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama (1991). [7] Zakharov, B.. Heat Treatment of Metal. Moscow: Peace Publisher (1962).