BAB I PENDAHULUAN. menjalankan tugasnya ini, negara haruslah mampu menjamin pemerataan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. untuk melaksanakan 8 (delapan) tujuan pembangunan, yang salah satunya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

Pendahuluan Landasan Hukum Hak-Hak Anak Batasan Usia Anak

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

BAB I PENDAHULUAN. dekade berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat cukup signifikan,

BAB 1 PENDAHULUAN. ibu melahirkan menjadi 118 per kelahiran hidup; dan 4) Menurunnya

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

POLICY UPDATE WIKO SAPUTRA

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sinergis dan terpadu untuk mempercepat penurunan AKI dan AKB di

Deputi Bidang SDM dan Kebudayaan. Disampaikan dalam Penutupan Pra-Musrenbangnas 2013 Jakarta, 29 April 2013

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Bayi (AKB) menjadi indikator pertama dalam menentukan derajat

BAB I PENDAHULUAN. terselenggara dengan sebaik-baiknya. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan Nasional Bangsa Indonesia sesuai Pembukaan

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan bidang kesehatan merupakan bagian terpenting dalam

PROFIL SINGKAT PROVINSI MALUKU TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menyukseskan program kabinet SBY jilid 2, khususnya dalam hal ini

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 36 TAHUN 2012 STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BELITUNG

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

BAB I PENDAHULUAN. millenium adalah upaya untuk memenuhi hak-hak dasar kebutuhan manusia

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

I. PENDAHULUAN. Sudah enam puluh sembilan tahun Indonesia merdeka, telah banyak tindakantindakan

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Eka Fitriani, Kebidanan DIII UMP, 2015

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

PENCAPAIAN TARGET MDGs DALAM RPJMN

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai individu yang berada pada rentang usia tahun (Kemenkes RI, 2014).

Strategi Pemecahan Masalah pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai berikut :

DAFTAR ISI. PERWAL... DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... ii DAFTAR GAMBAR... v

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memfokuskan percepatan pencapaian target MDGs (Millenium

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan puskesmas (Permenkes RI,2014). Angkat Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Neonatus (AKN), Angka Kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. antara delapan tujuan yang dituangkan dalam Millennium Development Goals

BAB I PENDAHULUAN. penyakit sehingga berkontribusi besar pada mortalitas Balita (WHO, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah Republik Indonesia dalam menyejahterakan rakyat

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

Keynote Speech. Nila Farid Moeloek. Disampaikan pada Mukernas IAKMI XIV Manado, 18 Oktober 2017

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi

BAB I PENDAHULUAN. (United Nations Development Programme) sejak tahun 1996 dalam seri laporan

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan

TUJUAN 4. Menurunkan Angka Kematian Anak

BAB 1 PENDAHULUAN. tertinggi di Asia Tenggara. Hal itu menjadi kegiatan prioritas departemen

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPAHIANG NOMOR 04 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. perbaikan kesehatan yang bersifat menyeluruh dan lebih bermutu.

I. PENDAHULUAN. Selama beberapa periode belakangan ini, pembangunan sosial di Indonesia

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya, selain indikator Angka Kematian Ibu (AKI), Angka

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kemakmuran masyarakat yaitu melalui pengembangan. masalah sosial kemasyarakatan seperti pengangguran dan kemiskinan.

STRATEGI AKSELARASI PROPINSI SULBAR DALAM MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN IBU DAN BAYI

BAB 1 PENDAHULUAN. penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

BAB 1 PENDAHULUAN. Upaya untuk memperbaiki kesehatan ibu, bayi baru lahir, dan anak telah

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34/DPD RI/II/ TENTANG HASIL PENGAWASAN

BAB I PENDAHULUAN. mencapai target Tujuan Pembangunan Millenium (Millenium

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1 gambar Angka Kematian Ibu (AKI) Tahun Sumber: Buku Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015 AKI

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai dampak yang besar terhadap pembangunan di bidang kesehatan dan

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang

BAB 1 PENDAHULUAN. (AKB) di Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) saat ini

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

BAB IV P E N U T U P

BAB II DESKRIPSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL. 1. Sejarah Perkembangan Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul

PEMBANGUNAN SOSIAL BUDAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm. (Manuaba, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi - tingginya, karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

Dr.dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA, AAK

Kebijakan Pemerintah di Bidang Kesehatan dalam Menanggapi Angka Kematian Ibu di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Peringkat Indeks Pembangunan Manusia (IPM), peningkatan angka nominal

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pelayanan publik, tugas dan fungsi negara adalah untuk menyediakan barang publik, mengalokasikan, dan mendistribusikannya secara adil dan merata demi kesejahteraan seluruh rakyat. Dalam menjalankan tugasnya ini, negara haruslah mampu menjamin pemerataan pelayanan tersebut sehingga hasilnya dapat dinikmati semua pihak dan tidak hanya terkonsentrasi pada sebagian kelompok masyarakat tertentu saja. Salah satu bidang pelayanan publik yang perlu diperhatikan adalah pelayanan kesehatan. Pelayanan bidang kesehatan amat penting untuk selalu dikaji ulang karena kesehatan merupakan kebutuhan dasar warga negara yang harus dipastikan pemenuhannya dari waktu ke waktu. Di negara-negara yang menganut paradigma People-Centered Development, kesehatan menjadi salah satu variabel yang digunakan untuk mengukur keberhasilan sebuah proses pembangunan. Bersama dengan variabel pendidikan dan ekonomi (pendapatan), kesehatan adalah komponen penting dalam penghitungan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang darinya dapat dilihat sejauh mana sebuah negara mampu mensejahterakan rakyatnya. Selain itu, faktor kesehatan juga menjadi bagian dari Millenium Development Goals (MDGs) yang ditetapkan dalam United Nations 1

Millenium Summit pada bulan September 2002. Dalam pertemuan itu ditentukan tujuan yang harus dicapai oleh negara-negara di dunia dalam pembangunan bidang kesehatan, yaitu pengurangan tingkat kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu, pemberantasan HIV/AIDS dan penyakit menular lainnya, dan menjamin kelestarian lingkungan. Untuk setiap tujuan atau lebih dari satu target yang telah disetujui, terutama untuk tahun 2015, menggunakan tahun 1990 sebagai titik awal. Khusus untuk Indonesia, dalam lampiran Pidato Kenegaraan Presiden Republik Indonesia (RI) dalam rangka Hari Ulang Tahun ke-67 Proklamasi Kemerdekaan RI di depan Sidang Bersama Dewan Perwakilan Rakyat RI dan Dewan Perwakilan Daerah RI tanggal 16 Agustus 2012, dinyatakan bahwa status kesehatan masyarakat terus membaik ditandai dengan membaiknya beberapa indikator kesehatan seperti Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI), prevalensi balita kekurangan gizi, prevalensi anak balita yang pendek, dan Angka Harapan Hidup (AHH). Dalam laporan tersebut ditampilkan data sebagai berikut. 2

Tabel 1.1 Peningkatan Status Kesehatan Masyarakat Tahun 2003--2011 Indikator Tahun 2003 2004 2007 2010 2011 AKB - 35 34 - - AKI 307-228 - - Prevalensi Balita Kurang Gizi 18,40% - - 17,90% - Prevalensi Balita Bertubuh Pendek - 36,80% - 35,60% - AHH - 66,20% - - 71,1 Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan - - - 79,82% 81,25% Kunjungan Ibu Hamil Ke Fasilitas Kesehatan (K1) - - - 72,30% 92,80% Kunjungan Ibu Hamil Ke Fasilitas Kesehatan (K4) - - - 85,56% 88,27% Imunisasi Dasar Lengkap - - - 53,80% 84,70% Kunjungan Neonatal 1 (KN1) - - - 84,01% 90,51% Cakupan Pelayanan Kesehatan Balita - - - 78,11% 80,95% Sekalipun angka-angka dalam tabel tersebut menunjukkan peningkatan, angka-angka tersebut adalah angka-angka agregat yang belum 3

mencerminkan adanya peningkatan kesehatan yang merata di seluruh propinsi di Indonesia. Data tersebut juga belum memberikan gambaran apapun mengenai penggunaan anggaran yang telah dialokasikan oleh negara untuk fungsi kesehatan di masing-masing propinsi. Ada kalanya, anggaran bidang kesehatan yang telah dibelanjakan oleh suatu negara tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap status kesehatan masyarakatnya (Filmer & Pritchett, 1999). Menurut Filmer dan Pritchett, jika anggaran berperan besar dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat, apalagi jika anggaran itu terbatas, maka setidak-tidaknya tiga hal berikut ini harus terjadi: 1. Anggaran publik yang dibelanjakan itu harus menciptakan pelayanan kesehatan yang efektif bagi masyarakat; 2. Pelayanan kesehatan yang efektif itu harus mengubah jumlah total pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan oleh masyarakat; 3. Pelayanan tambahan yang dikonsumsi oleh masyarakat haruslah cost-effective (hemat biaya) dalam meningkatkan kesehatan. Namun, dalam kenyataannya, anggaran yang tersedia, yang seringkali berjumlah besar, justeru belum tentu dapat menghasilkan derajat kesehatan yang baik. Penelitian yang dilakukan oleh kedua ahli tersebut menunjukkan bahwa tidak semata-mata besaran anggaran yang menentukan derajat kesehatan suatu masyarakat, tetapi juga sejauh mana pelayanan kesehatan yang dihasilkan dari anggaran itu dapat diakses dan dimanfaatkan oleh 4

masyarakat. Selain itu, faktor ketepatan sasaran dari alokasi anggaran untuk upaya-upaya kesehatan juga mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Namun demikian, fakta itu tidak menutup fakta yang lain bahwa ada daerahdaerah yang memiliki anggaran terbatas tetapi mampu mewujudkan derajat kesehatan yang baik. Situasi semacam itu dapat ditemukan di Indonesia. Derajat kesehatan tiap propinsi di Indonesia jika dikaitkan dengan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) yang dialokasikan oleh masing-masing daerah untuk fungsi kesehatan dapat menunjukkan bahwa besaran anggaran publik tidak berbanding lurus dengan status kesehatan masyarakat setempat. Terdapat beberapa daerah yang memiliki anggaran kesehatan per kapitanya besar, tetapi derajat kesehatannya tidak lebih baik dibanding daerah lain yang anggarannya lebih kecil (yaitu daerah Aceh, Bangka Belitung, dan Papua). Demikian pula sebaliknya, ada beberapa daerah, yaitu Daerah Istimewa Yogyakarta, Sulawesi Utara, dan Jawa Tengah, yang memiliki anggaran untuk fungsi kesehatannya relatif kecil jika dibandingkan dengan daerahdaerah lain tetapi derajat kesehatannya tampak baik. Derajat kesehatan yang penulis maksud dalam tulisan ini diwakili oleh Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA), dan Angka Harapan Hidup (AHH). Data mengenai anggaran, AKB, AKABA, dan AHH dapat dilihat dalam tabel berikut ini. 5

Tabel 1.2 Data anggaran kesehatan per kapita, AKB, AKABA, AHH di Aceh, Papua, Bangka Belitung, Sulawesi Utara, Jawa Tengah, dan DIY Propinsi Anggaran Kes. AKB AKABA AHH Per Kapita (Rp) Aceh 158.070 25 45 68,6 Papua 156.752 41 62 68,35 Bangka Belitung 105.828 39 46 68,75 Sulawesi Utara 27.288 35 43 72,12 Jawa Tengah 22.875 26 32 71,25 DIY 15.440 19 22 73,16 Sumber: (http://www.djpk.depkeu.go.id) untuk anggaran (http://www.depkes.go.id/profil Kesehatan Indonesia 2010) Tingkat kematian anak (dan kesehatan ibu) menjadi penting untuk selalu dicermati karena keduanya mencerminkan stabilitas kondisi sosial ekonomi negara yang bersangkutan. Manusia, sejak masih berbentuk janin dalam kandungan ibu hingga usia balita adalah saat-saat yang paling rentan dalam menanggung eksternalitas negatif dari kondisi yang berada di sekitarnya, baik itu kondisi sosial, ekonomi, kultural, maupun lingkungan hidup (Franz & FitzRoy, 2006). Mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan peningkatan angka kematian bayi/anak juga akan membawa pada pemahaman yang lebih baik tentang persoalan ekonomi yang dihadapi oleh suatu negara karena bagaimanapun tingkat kematian adalah indikator dari keberhasilan atau kegagalan sebuah pembangunan ekonomi (Sen, 1998). 6

Selain mencerminkan persoalan sosial ekonomi dan lingkungan hidup, tingkat kematian bayi/anak juga dapat menjadi indikator apakah pelayanan kesehatan yang ada dapat diakses dan dimanfaatkan dengan baik oleh warga negara (Anderson, Romani, Phillips, & van Zyl, 2002). Selain hal-hal di atas, apa yang dikemukakan oleh Falkingham (2000) dengan ungkapan today s children are tomorrow s adults yang menggambarkan bahwa aspek-aspek yang dialami di masa anak-anak secara tidak langsung akan mempengaruhi bentuk masa depan sebuah negara, menjadi alasan yang mendukung mengapa penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan di berbagai daerah ini penting untuk dilakukan. 1.2 Rumusan Masalah Berangkat dari latar belakang di atas, penulis merumuskan satu masalah dalam penelitian ini, yaitu bagaimana faktor-faktor ekonomi, pendidikan Ibu, lingkungan, dan pelayanan kesehatan berpengaruh terhadap derajat kesehatan di daerah Aceh, Papua, Bangka Belitung, Sulawesi Utara, Jawa Tengah, dan Daerah Istimewa Yogyakarta. 1.3 Tujuan Penelitian Berangkat dari rumusan masalah yang telah penulis sebutkan, maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor-faktor ekonomi, pendidikan Ibu, lingkungan, dan pelayanan kesehatan terhadap derajat 7

kesehatan di daerah Aceh, Papua, Bangka Belitung, Sulawesi Utara, Jawa Tengah, dan Daerah Istimewa Yogyakarta. 1.4 Manfaat penelitian Dengan memperhatikan latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan dalam penelitian ini, maka hasil penelitian ini bermanfaat untuk: 1. secara umum, dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi para pengambil kebijakan di bidang kesehatan masyarakat, 2. secara khusus, dapat dijadikan rujukan bagi daerah-daerah yang memiliki daerah kesehatan yang kurang baik untuk meningkatkan prestasinya. 8