BAB I PENDAHULUAN. menekankan pada keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa tersebut

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. teknologi komunikasi dewasa ini, menuntut individu untuk memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan PP 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa: Perencanaan

sendiri dari hasil pengalaman belajarnya.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Mella Pratiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu negara, pendidikan memegang peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inquiri ilmiah (Scientific

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iva Sucianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualifikasi guru, penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku dan alat

BAB I PENDAHULUAN. membangun peradaban manusia di era modern seperti saat ini. Pada hakikatnya. mengalami perubahan (Wayan Somayasa, 2013: 2).

BAB I PENDAHULUAN. menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Hal semacam itulah yang

I. PENDAHULUAN. Penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dilakukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 1).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mulyaningsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan khusus. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pencapaian yang saling berhubungan. penting dalam kehidupan manusia. Kemampuan membaca merupakan dasar untuk

tanya jawab, pemberian tugas, atau diskusi kelompok) dan kemudian siswa merespon/memberi tanggapan terhadap stimulus tersebut. Pembelajaran harus

BAB I PENDAHULUAN. berpartisipasi aktif, memberikan ruang gerak yang cukup bagi prakarsa,

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI CERITA PENDEK SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pendidikan dapat berlangsung dalam dua tahapan, yakni proses

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS RENDAH DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PERMAINAN TEBAK BENDA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkatkan kualitas pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik agar. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting sebagai sarana yang tepat untuk

I. PENDAHULUAN. sepanjang hayat (long life education). Hal ini sesuai dengan prinsip

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI TEKNIK PEMBELAJARAN SIMPAN PINJAM PADA SISWA KELAS VIII SMP N 2 TRUCUK TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa lain di dunia. Kualitas manusia Indonesia tersebut dihasilkan melalui

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Proses pendidikan berlangsung dalam suatu kegiatan sosial antara peserta

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kebutuhan siswanya. Sebagaimana Mulyasa mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses memanusiakan manusia atau lazim

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Widi Rahmawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan kehidupan masyarakat dalam suatu negara sangat dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan pembelajaran merupakan suatu proses untuk mencapai kompetensi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sesuai dengan yang termuat dalam Undang-Undang Republik

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-I Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sesuai dengan Undang-Undang Dasar RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional, lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam

I. PENDAHULUAN. selalu dilakukan dari waktu ke waktu. Hal ini dimasudkan agar dapat. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 dalam Lapono (2009: 122)

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) diajarkan bukan hanya untuk mengetahui dan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat mempengaruhi

(PTK Pembelajaran Matematika di Kelas VII SMP Negeri 2 Gemolong) SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan sistem pendidikan diharapkan mewujudkan tujuan pendidikan

I. PENDAHULUAN. cerdas, terbuka dan demokratis. Pendidikan memegang peran dalam. tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU SISDIKNAS 2003, 2006).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. saja, melainkan membutuhkan waktu yang relatif panjang. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien. Rusman (2012:4) mengemukakan proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional sebagaimana tercantum dalam garis-garis besar

keinginan, penyampaian informasi tentang suatu peristiwa, dan lain-lain.

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

harapkan dapat mencapai tujuan pendidikan nasional dan dapat meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam hal ini siswa perlu memilik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. penting dan menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan pembelajaran. Prestasi

BAB I PENDAHULUAN. bidang, misalnya bidang ekonomi, industri, komunikasi, transportasi dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa dan Negara (UUSPN No.20 tahun 2003).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah pokok yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah masalah yang berhubungan dengan mutu atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah aspek penting dalam perkembangan

I. PENDAHULUAN. kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. belajar sehingga siswa memiliki pengalaman dan kemandirian belajar.

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa. Undang-undang RI No. 20 Th Bab 1 pasal 1. mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Resti Lestari Dewi, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Berdasarkan Undang Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan dalam pembelajaran yaitu: 1) kemampuan melakukan penalaran. 5) keterampilan komunikasi (Trisni dkk, 2012: 3).

BAB I PENDAHULUAN. sekelilingnya. Menurut Oemarjati dalam Milawati (2011: 1) tujuan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. pada jenjang yang lebih sempurna yaitu keberhasilan guru atau pendidik untuk

BAB I PENDAHULUAN. potensi siswa untuk menghadapi tantangan hidup dimasa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. diberikan di Sekolah Dasar (SD). Mata pelajaran Bahasa Indonesia juga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan penelitian yang telah

BAB I PENDAHULUAN. kompleksitas zaman. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dibutuhkan. pendidikan, karena pendidikan merupakan wahana untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah. mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No 20 tahun 2003 pasal 1 menegaskan bahwa pendidikan. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar IPA di MTs Negeri Jeketro,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah mata

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PAIKEM PADA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI DIFERENSIAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA3 SMAN I PALOPO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam menunjang

BAB I PENDAHULUAN. pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbahasa pada dasarnya adalah proses interaktif komunikatif yang menekankan pada keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa tersebut menurut Solchan (2008: 1.32-1.33) diklasifikasikan menjadi empat macam yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Kemampuan memahami dan menggunakan keterampilan tersebut sangat menentukan keberhasilan dalam proses komunikasi. Salah satu aspek keterampilan berbahasa yang terdapat dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah keterampilan membaca. Keterampilan membaca sangat penting dikuasai oleh siswa karena tidak hanya digunakan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia saja, tetapi juga pada mata pelajaran lainnya. Aktivitas membaca menurut Djamarah (2002:41) adalah aktivitas yang paling banyak dilakukan selama belajar di sekolah atau perguruan tinggi. Bahkan ia juga menyatakan bahwa jika belajar adalah untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, maka membaca adalah jalan menuju pintu ilmu pengetahuan tersebut. Dengan kata lain untuk mendapatkan ilmu pengetahuan

2 tidak ada jalan lain yang harus ditempuh kecuali dengan memperbanyak membaca. Membaca pada hakikatnya bukan sekadar memahami lambanglambang tertulis, melainkan memahami, menerima, menolak, membandingkan, dan meyakini pendapat-pendapat yang ada dalam bacaan. Artinya, dalam membaca seseorang dituntut untuk kritis memahami isi yang terkandung di dalam bacaan. Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan membaca yang sesungguhnya adalah kemampuan untuk memahami. Oleh karena itulah Tampubolon dalam Asnawi ( 2010: www.pustakaskripsi.com) mengungkapkan bahwa membaca pemahaman merupakan keterampilan yang harus dibina dan dikembangkan secara bertahap di sekolah. Dalam rumusan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran Bahasa Indonesia keterampilan membaca dan memahami isi bacaan sudah dimulai sejak kelas I hingga kelas VI Sekolah Dasar (SD).Selain itu keterampilan membaca tidak hanya digunakan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia saja, melainkan pada semua mata pelajaran. Hal tersebut menunjukkan pentingnya penguasaan keterampilan membaca dan memahami isi bacaan di SD. Namun demikian menurut Safe i (dalam Rahim 2005: 2) proses memahami makna (meaning) lebih ditekankan di kelas-kelas tinggi. Untuk mewujudkan tercapainya keterampilan membaca pemahaman di sekolah dibutuhkan suatu pembelajaran yang ideal sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 19 tahun 2005 ( Redaksi Sinar Grafika, 2009: 181) bahwa proses pembelajaran pada setiap satuan

3 pendidikan harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup untuk prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Mengacu pada PP No. 19 tahun 2005 tersebut, Dalhari (2010: pengawasgk.wordpress.com) menyimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran ideal harus terjadi pembelajaran yang Interaktif dan Inspiratif (I2), serta Menyenangkan, Menantang, dan Memotivasi (M3) siswa untuk berpartisipasi aktif ( student centered). Ismail (2009: 52) menyatakan bahwa pembelajaran yang baik seharusnya dapat membantu siswa mengembangkan diri secara optimal serta mampu mencapai tujuan-tujuan belajarnya. Meskipun pembelajaran tidak sepenuhnya berpusat pada siswa, tetapi pada hakikatnya siswalah yang harus belajar. Lebih lanjut Dalhari (2010: pengawasgk.wordpress.com) menjelaskan ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan dalam pembelajaran, yaitu berupa faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi minat, bakat, motivasi, dan tingkat kecerdasan (intelegency) seorang siswa. Sedangkan faktor eksternal antara lain metode, model, strategi pembelajaran, dan lingkungan. Uraian-uraian di atas menggambarkan bagaimana seharusnya pelaksanaan pembelajaran yang ideal di sekolah agar dapat membuat siswa belajar dan mencapai tujuan belajarnya secara optimal. Faktor-faktor yang harus diperhatikan antara lain faktor internal yang meliputi minat, bakat,

4 motivasi dan tingkat intelegensi, serta faktor eksternal antara lain metode, model, strategi pembelajaran dan lingkungan. Jika kedua faktor tersebut dapat berjalan dengan baik, maka aktivitas dan keterampilan membaca pemahaman siswa akan meningkat. Namun pada kenyataannya pelaksanaan pembelajaran di sekolah bertolak belakang dengan pembelajaran yang diharapankan. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti dengan guru kelas VB SD N 6 Metro Barat pada tanggal 5 Januari 2013 diperoleh keterangan bahwa aktivitas dan keterampilan membaca pemahaman siswa masih rendah. Rendahnya aktivitas belajar siswa dapat dilihat dari antara lain 1) banyak di antara siswa yang hanya berdiam diri tanpa memperhatikan materi yang sedang diajarkan, 2) sebagian siswa mengobrol dengan siswa lain atau sibuk dengan kegiatannya sendiri, 3) siswa merasa ragu untuk menjawab ketika guru memberikan pertanyaan, 4) siswa tidak berani menanggapi pendapat dan pertanyaan siswa lain, dan 5) siswa tidak berani bertanya ketika diberikan kesempatan untuk bertanya. Aktivitas belajar yang rendah tersebut menyebabkan rendahnya keterampilaln membaca pemahaman siswa. Hal ini terindikasi dari banyak siswa yang tidak mampu memberikan jawaban dengan tepat ketika diberikan pertanyaan tentang isi teks yang telah dibaca lantaran tidak mengerti arah soal yang diberikan. Rendahnya aktivitas dan keterampilan membaca pemahaman siswa tersebut berdampak pula pada rendahnya hasil belajar siswa. Nilai rata-rata kelas mata pelajaran Bahasa Indonesia hanya mencapai 61, sedangkan Kreteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah adalah 71.

5 Faktor lain yang menyebabkan ketiga hal tersebut adalah suasana pembelajaran yang kurang menyenangkan, kurangnya pemanfaatan media pembelajaran, serta metode pembelajaran yang digunakan kurang bervariasi. Akibatnya siswa merasa jenuh dan tidak memperhatikan penjelasan yang disampaikan oleh guru. Berdasarkan rendahnya aktivitas dan keterampilan membaca pemahaman siswa tersebut, maka dibutuhkan suatu solusi yang dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa di SD Negeri 6 Metro Barat. Salah satu upaya yang tepat untuk mewujudkannya adalah dengan menerapkan model PAIKEM. PAIKEM merupakan singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Model PAIKEM sangat memungkinkan siswa mendapatkan pengalaman belajar dengan cara yang menyenangkan dan tidak ada unsur keterpaksaan di dalamnya. Artinya, jika minat dan motivasi siswa telah tumbuh, maka siswa akan belajar dengan sendirinya. Menurut Ismail (2009: 47) penerapan PAIKEM dalam pembelajaran diyakini dan telah terbukti memiliki dampak positif terhadap penguatan hasil belajar, kesan mendalam, dan memiliki daya tahan lama dalam memori siswa terhadap pengetahuan yang telah diterima. Selain itu penerapan PAIKEM dengan sendirinya akan semakin memotivasi guru untuk terus mengembangkan diri dan meningkatkan profesionalismenya. Jadi penerapan PAIKEM dalam pembelajaran memiliki manfaat ganda baik bagi siswa maupun bagi guru yang menerapkannya.

6 Untuk mengetahui keefektifan model PAIKEM dalam meningkatkan keaktifan dan kemampuan siswa memahami teks bacaan, maka perlu diadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang diberi judul Penerapan Model PAIKEM untuk Meningkatkan Aktivitas dan Keterampilan Membaca Pemahaman Siswa Kelas VB SD Negeri 6 Metro Barat. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas masalah dapat diidentifikasi sebagai beikut. 1. Aktivitas belajar siswa rendah. 2. Banyak di antara siswa yang hanya berdiam diri tanpa memperhatikan materi yang sedang diajarkan. 3. Sebagian siswa mengobrol dengan siswa lain atau sibuk dengan kegiatannya sendiri. 4. Siswa merasa ragu untuk menjawab ketika guru memberikan pertanyaan. 5. Siswa tidak berani menanggapi pendapat dan pertanyaan siswa lain. 6. Keterampilaln membaca pemahaman siswa rendah. 7. Banyak siswa yang tidak mampu memberikan jawaban dengan tepat ketika diberikan pertanyaan tentang isi teks yang telah dibaca. 8. Siswa tidak mengerti arah soal yang diberikan. 9. Hasil belajar siswa rendah. 10. Nilai rata-rata kelas mata pelajaran Bahasa Indonesia hanya mencapai 61, sedangkan Kreteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah adalah 71.

7 11. Suasana belajar kurang menyenangkan sehingga menyebabkan kejenuhan dan siswa kurang aktif mengikuti pembelajaran. 12. Guru kurang memanfaatkan media pembelajaran dalam penyampaian materi. 13. Metode pembelajaran kurang bervariasi. 1.3 Rumusan Masalah Untuk memberikan arah penelitian yang jelas dan operasional berdasarkan latar belakang, dapat dirumuskan masalah penelitan ini sebagai berikut: 1.3.1 Bagaimanakah penerapan model Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan ( PAIKEM) untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VB SD Negeri 6 Metro Barat? 1.3.2 Bagaimanakah penerapan model Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan ( PAIKEM) untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa kelas VB SD Negeri 6 Metro Barat? 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1.4.1 Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VB SD Negeri 6 Metro Barat dengan menerapkan model Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM).

8 1.4.2 Untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa kelas VB SD Negeri 6 Metro Barat dengan menerapkan model Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM). 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Bagi Siswa Siswa merasa nyaman dalam pembelajaran karena dengan model PAIKEM ini siswa tidak merasa dipaksa untuk memahami suatu konsep pembelajaran melainkan dengan tanpa sadar menemukan sendiri sehingga aktivitas dan keterampilan membaca pemahaman siswa meningkat. 1.5.2 Bagi Guru Memperkaya pengetahuan tentang model PAIKEM yang mampu meningkatkan aktivitas dan keterampilan membaca pemahaman siswa serta dapat mengimplementasikannya dalam pembelajaran di kelasnya. Selain itu, dapat meningkatkan prfesionalisme guru. 1.5.3 Bagi Sekolah Dengan meningkatnya kemampuan guru dalam pembelajaran akan menghasilkan siswa-siswa berprestasi dan akan meningkatkan prestasi sekolah. 1.5.4 Bagi Peneliti Menambah pengetahuan dan wawasan tentang peningkatan aktivitas dan keterampilan membaca pemahaman siswa melalui model

9 PAIKEM dan menjadi bekal untuk mengajar kelak setelah berprofesi sebagai pendidik dan sebagai salah satu syarat terselesaikannya studi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD).