BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
DOKUMEN EKSPOR IMPOR. Hertiana Ikasari, SE, MSi

BAB II LANDASAN TEORI. miliki kepada bangsa lain atau negara asing dengan mengharapkan

Proses dan Prosedur Ekspor. Pertemuan ke-3

BAB II LANDASAN TEORI

Berbagai Dokumen Penting Ekspor. Pertemuan ke-6

BAB III SISTEM PEMBAYARAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek. marketing. Adapun fungsi bidang ekspor ini adalah melakukan pengurusan

Amelia Febriani Kelompok 3 Buku Kerja Dokumen Produk Ekspor

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Surat Keterangan Asal. Barang. Indonesia. Tata Cara Ketentuan. Pencabutan.

BAB I PENDAHULUAN. mendorong terjadinya integrasi pasar pasar diseluruh dunia dalam satu tempat

SURAT PERMOHONAN CUSTOMS ADVICE UNTUK IMPORTASI YANG MERUPAKAN TRANSAKSI JUAL BELI ATAU PERMOHONAN VALUATION RULING

Lampiran 1. Prosedur Ekspor Barang Secara Umum

BAB II LANDASAN TEORI. termasuk diantara barang-barang, asuransi, dan jasa-jasa pada suatu tahun tertentu

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

BAB II LANDASAN TEORI

Visi Menciptakan perdagangan yang tangguh di DKI Jakarta dalam bersaing di pasar global

BAB II LANDASAN TEORI

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERDAGANGAN LUAR NEGERI NOMOR : 02/DAGLU/PER/2/2007

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146/PMK.04/2014

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II PROSES PERDAGANGAN LUAR NEGERI

LAMPIRAN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1991 TENTANG KEBIJAKSANAAN KELANCARAN ARUS BARANG UNTUK MENUNJANG KEGIATAN EKONOMI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERDAGANGAN LUAR NEGERI

BAB 1 KONSEP PERDAGANGAN INTERNASIONAL

BAB II LANDASAN TEORI

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 70/PMK.04/2007 TENTANG KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA

2 Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3564); 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lem

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Asnawati (2013), bisnis internasional adalah bisnis yang

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.TAHUN. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan Tugas Akhir ini. Adapun penelitian terdahulu yang penulis ulas

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32/MPP/KEP/1/2003 TENTANG KETENTUAN EKSPOR PRODUK INDUSTRI KEHUTANAN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 188/PMK.04/2010 TENTANG

DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI, MEMUTUSKAN :

2015, No Republik Indonesia Nomor 3612) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 (Lembaran Negara Republik Indonesia T

MEMASUKI PASAR LUAR NEGERI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

, No.1551 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perdag

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negar

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 188/PMK.04/2010 TENTANG

KETUA DEWAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM/BINTAN/KARIMUN

Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Nomor 121/BAPPEBTI/PER/04/2015

2017, No Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nom

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 188/PMK.04/2010 TENTANG

PROSEDUR EKSPOR DALAM MENDUKUNG KEGIATAN MIGAS. Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

BAB II LANDASAN TEORI

LAMPIRAN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1985 TANGGAL 4 APRIL 1985

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN EKSPOR IMPOR

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2000 TENTANG KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

PROSEDUR KEPABEANAN BEA DAN CUKAI IMPOR BARANG PADA PT. PERTAMINA LUBRICANTS

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33/M-DAG/PER/8/2010

Tujuan, Tugas, dan Jenis Perdagangan Internasional. Pertemuan ke-2

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 40/M-DAG/PER/9/2009 TENTANG VERIFIKASI ATAU PENELUSURAN TEKNIS IMPOR KACA LEMBARAN

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 59/M-DAG/PER/12/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2018 TENTANG KETENTUAN IMPOR MUTIARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAFIA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN

2 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik I

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN

188/PMK.04/2010 IMPOR BARANG YANG DIBAWA OLEH PENUMPANG, AWAK SARANA PENGANGKUT, PELINTAS BATAS, DAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN

2015, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf b, perlu mengatur kembali ketentuan impor tekstil dan produk tekst

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Pembentukan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota

2015, No Ketentuan Impor Produk Tertentu, dan mengatur kembali ketentuan impor produk tertentu; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

Praktek Pengisian Dokumen Ekspor. Pertemuan ke-7

2016, No turunannya; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Me

2017, No Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 85/M-DAG/PER/12/2016 tentang Pelayanan Terpadu Perdagangan (Berita Negara Republik Indonesia

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 203/PMK.04/2017 TENTANG KETENTUAN EKSPOR DAN IMPOR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 120/PMK.04/2017 TENTANG

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/11 /PBI/2003 TENTANG PEMBAYARAN TRANSAKSI IMPOR GUBERNUR BANK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1991 TENTANG KEBIJAKSANAAN KELANCARAN ARUS BARANG UNTUK MENUNJANG KEGIATAN EKONOMI

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 9/MPP/Kep/1/2004 TENTANG KETENTUAN IMPOR BERAS

BAB I PENDAHULUAN. Pengenalan transaksi ekspor impor

2015, No Perubahan atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 97/M-DAG/PER/12/2014 tentang Ketentuan Ekspor Produk Industri Kehutanan dinilai su

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 120/PMK.04/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR: P- 05 /BC/2006

KETUA DEWAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM/BINTAN/KARIMUN

Menimbang : Mengingat :

Keputusan Menteri Perindustrian Dan Perdagangan No. 231 Tahun 1997 Tentang : Prosedur Impor Limbah

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.556, 2009 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Label. Pencantuman.

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 47/PMK.04/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 160/PMK.04/2010 TENTANG NILAI PABEAN UNTUK PENGHITUNGAN BEA MASUK

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.556, 2009 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Label. Pencantuman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP-21/BC/1997 TENTANG PERSETUJUAN PEMBERITAHUAN NILAI PABEAN SEBELUM PENGAJUAN PIB

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI A. Kegiatan Ekspor 1. Pengertian Ekspor Kegiatan ekspor menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2009 yang didalamnya berisi Undang-undang Kepabeanan Nomor 17 tahun 2006 tentang perubahan atas Undangundang Nomor 10 tahun 1995 tentang Kepabeanan adalah kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean, dimana barang yang dimaksud terdiri dari dalam negeri (daerah pabean). Barang dari luar negeri (lua r daerah pabean), barang bekas atau baru (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2009). Amir M.S (2004 : 1), menjelaskan ekspor adalah upaya melakukan penjulan komoditi yang kita miliki kepada bangsa lain atau Negara asing, dengan mengharapkan pembayaran dalam valuta asing, serta melakukan komoditi dengan memakai bahasa asing. Ekspor adalah perdagangan dengan cara mengeluarkan barang dari dalam keluar wilayah pabean Indonesia dengan memenuhi ketentuan yang berlaku (Hutabarat, 1996 : 306). Dari beberapa pengertian ekspor di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari atau keluar daerah pabean Indonesia dengan memenuhi ketentuan pemerintah yang berlaku. 9

10 2. Hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan ekspor a. Ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari daerah Pabean b. Daerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah daratan, perairan dan ruang udara diatasnya, serta tempattempat tertentu di Zone Ekonomi Eksklusif dan Landasan Kontinen yang di dalamnya berlaku Undang-undang Nomor 10 tahun 1995 tentang Kepabeanan. c. Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan disekitarnya dengan batas tertentu sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan atau bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi. d. Eksportir adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan atau ekspor dalam wilayah hukum NKRI, baik sendiri maupun secara bersamasama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam bidang ekonomi. e. Eksportir terdaftar adalah perusahaan atau perorangan yang telah mendapat pengakuan dari Menteri Perdagangan untuk mengekspor barang tertentu sesuai dengan ketentuan yang berlaku. f. Standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dilakukan termasuk tata cara dan metode yang disusun berdasarkan

11 konsensus semua pihak yang terkait dengan memperhatikan syaratsyarat Kesehatan, Keamanan, Keselamatan, Lingkungan dan Moral bangsa (K3LM), perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pengalaman, perkembangan masa kini dan masa yang akan datang untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya. g. Verifikasi atau penelusuran teknis adalah penelitian dan pemeriksaan yang dilakukan surveyor sebelum barang itu dimuat. h. Surveyor adalah perusahaan survey yang mendapat otorisasi dari dan ditetapkan oleh Menteri Perdagangan untuk melakukan verifikasi atau penelusuran teknis atas ekspor dan impor. i. Rekomendasi adalah surat yang diterbitkan oleh instansi badan lembaga yang berwenang di Negara tujuan ekspor. j. Pre-export Notification (PEN) adalah pemberitahuan persetujuan ekspor yang disampaikan kepada instansi badan lembaga yang berwenang di Negara tujuan ekspor. 3. Ketentuan dan Persyaratan Ekspor Berdasarkan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 01/MDAG/PER/1/2007 tanggal 22 Januari 2007, ekspor dapat dilakukan oleh setiap perusahaan atau perorangan yang telah memiliki: a. Tanda Daftar Usaha Perdagangan (TDUP) atau Surat Ij in Usaha Perdagangan (SIUP). b. Ijin Usaha dari Departemen Teknis atau Lembaga Pemerintah non Departemen berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

12 c. Tanda Daftar Perusahaan (TDP). d. Izin Khusus lainnya dari departemen Teknis atau Lembaga Pemerintah Non Departemen berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku. 4. Tahapan Ekspor Menurut sumber (Hamdani, 2003 : 50) tahapan ekspor adalah sebagai berikut: a. Korespondensi Eksportir mengadakan korespondensi dengan importir luar negeri untuk menawarkan dan menegosiasikan komoditi yang akan dijualnya. Dalam surat penawaran kepada importir harus dicantumkan jenis barang, mutunya, harganya, syarat-syarat pengiriman, dan sebagainya. b. Pembuatan kontrak dagang Apabila importir menyetujui penawaran yang diajukan oleh eksportir maka importir dan eksportir membuat dan menandatangani kontrak dagang. Dalam kontrak dagang dicantumkan hal-hal berbagai persyaratan dan ketentuan yang disepakati bersama. c. Penerbitan Letter of Credit (L/C) Setelah kontrak dagang ditanda tangani maka importir membuka L/C melalui bank koresponden di negaranya dan meneruskan L/C tersebut ke bank devisa Negara eksportir.

13 Kemudian bank devisa yang ditunjuk memberitahukan diterimanya L/C atas nama eksportir kepada eksportir. d. Eksportir menyiapkan barang ekspor Dengan diterimanya L/C tersebut eksportir mempersiapkan barang-barang yang dipesan importir. Keadaan barang-barang yang dipersiapkan harus sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam kontrak dagang dan L/C. e. Eksportir mendaftarkan Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) Selanjutnya eksportir mendaftarkan Pemberitahuan Ekspor barang (PEB) ke bank devisa dengan melampirkan surat sanggup bayar apabila barang ekspornya terkena pajak. f. Pemesanan barang ke pelabuhan Eksportir sendiri dapat mengirim barang ke pelabuhan. Pengiriman dan pengurusan barang ke pelabuhan dan ke kapal dapat juga dilakukan oleh perusahaan jasa pengiriman barang (freight forwarding atau EMKL). Dokumen-dokumen ekspor disertakan dalam pengiriman barang ke pelabuhan dan ke kapal. g. Pengiriman barang ke pelabuhan Eksportir sendiri dapat mengirim barang ke pelabuhan. Pengiriman dan pengurusan barang ke pelabuhan dan ke kapal dapat juga dilakukan oleh perusahaan jasa pengirim barang (freight forwarding atau EMKL). Dokumen-dokumen ekspor disertakan dalam pengiriman barang ke pelabuhan dan ke kapal.

14 h. Pemeriksaan Bea Cukai Di pelabuhan, dokumen ekspor diperiksa oleh pihak Bea Cukai. Apabila diperlukan barang-barang yang akan di ekspor diperiksa juga oleh Bea Cukai. Apabila barang dan dokumen telah sesuai dengan ketentuan maka Bea cukai menandatangani pernyataan persetujuan muat yang ada pada PEB. i. Pemuatan barang ke kapal Setelah pihak Bea Cukai menandatangani PEB maka barang telah dapat dimuat ke atas kapal. Segera setelah barang dimuat kapal, pihak pelayaran menerbitkan Draft Billof Lading (B/L) yang diserahkan pada eksportir.setelah itu, eksportir menukarkan mate s receipt dengan master bill of lading (pada FCL) atau house bill of lading (pada LCL). j. Surat Keterangan Asal Barang (SKA) Eksportir sendiri atau freigt forwarding atau EMKL pemuatan barangnya dan mengajukan permohonan ke Kantor Wilayah Departemen Perindustrian dan Perdagangan atau Kantor Departemen Perindustrian dan Perdagangan untuk memperoleh SKA apabila diperelukan. k. Pencairan Letter of Credit Apabila barang sudah dikapalkan, maka eksportir dapat ke bank untuk mencairkan L/C. Bila At sight L/C dokumen-dokumen yang diserahkan adalah B/L, Commercial Invoice, Packing List dan PEB, dan lain-lain.

15 l. Pengiriman barang ke importir Barang dalam perjalanan dengan kapal dari Negara eksportir ke pelabuhan di negara importir. B. Pengelompokan Barang Ekspor Didalam Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 01/MDAG/PER/1/2007 Tentang Ketentuan Umum di Bidang Ekspor, barang-barang ekspor digolongkan menjadi 4 (empat) bagian yakni: 1. Barang yang Diatur Ekspornya Pengaturan ekspor dilakukan sejalan dengan ketentuan perjanjian internasional, bilateral, regional maupun multilateral dalam rangka: a. Menjamin tersedianya bahan baku industri dalam negeri. b. Melindungi lingkungan dan kelestarian alam. c. Meningkatkan nilai tambah. d. Memelihara prinsip-prinsip Kesehatan, Keamanan, Keselamatan, Lingkungan, dan Moral Bangsa (K3LM). e. Meningkatkan daya saing dan posisi tawar, syarat-syaratnya yaitu: 1) Memenuhi persyaratan umum sebagai eksportir. 2) Memenuhi persyaratan khusus sesuai dengan barang yang diatur. 3) Mendapat pengakuan sebagai Eksportir Terdaftar dari Menteri Perdagangan dalam hal ini Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri.

16 2. Barang yang Diawasi Ekspornya Penetapan terhadap barang yang diawasi ekspornya lebih disebabkan karena barang-barang tersebut sangat dibutuhkan di dalam negeri, hal ini dilakukan guna: a. Menjaga stabilitas pengadaan dan konsumsi dalam negeri. b. Menjaga kelestarian alam. c. Memenuhi kebutuhan dan mendorong pengembangan industri di dalam negeri. Syarat-syarat eksportir yang akan mengekspor barang yang diawasi ekspornya, harus: a. Memenuhi persyaratan umum sebagai eksportir. b. Memenuhi persyaratan khusus, yaitu telah mendapat rekomendasi dari Direktur Pembinaan Teknis yang bersangkutan dan atau Instansi atau Departemen lain yang terkait. c. Mendapat persetujuan ekspor dari Menteri Perdagangan atau pejabat yang ditunjuk. Contoh: a. Kelapa Sawit b. Bibit Sapi c. Benih ikan bandeng d. Emas, dll. 3. Barang yang Dilarang Ekspornya Penetapan ketentuan terhadap barang yang dilarang ekspornya dikarenakan:

17 a. Untuk menjaga kelestarian alam. b. Tidak memenuhi standar mutu. c. Untuk menjamin kebutuhan bahan baku bagi industri kecil atau pengrajin. d. Peningkatan nilai tambah. e. Merupakan barang bernilai sejarah dan budaya. 1) Dasar Hukum a) Peraturan bersama Menteri Perindustrian, Menteri Perdagangan dan Menteri Kehutanan Nomor 08/MIND/PER/2/2006, Nomor 01/M-DAG/PER/2/2006 dan Nomor P.08/Menhut-VI/2006 tanggal 1 Februari 2006 tentang Pencabutan Keputusan bersama Menteri Kehutanan dan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 350/Menhut-VI/2004 dan Nomor 598/MPP/Kep/9/2004 tanggal 24 September 2004 tentang Larangan Ekspor Bantalan Rel Kereta Api dari Kayu dan Kayu Gergajian. b) Keputusan bersama Menteri Kehutanan dan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 1132/KPTS11/2001 dan Nomor 292/MPP/Kep/10/2001 tanggal 8 Oktober 2001 tentang Penghentian Ekspor Kayu Bulat dan Bahan Baku Serpih. Contoh: Kayu bulat serpihannya, kayu ramin, biji timah hitam.

18 Anak ikan arwana, ikan arwana, benih ikan sidat, udang galak air tawar Tanah liat, pasir, top soil (tanah humus) 4. Barang yang Bebas Ekspornya Penetapan terhadap barang yang bebas ekspornya lebih disebabkan karena barang-barang tersebut banyak beredar atau tersedia di dalam negeri. Hal ini bertujuan untuk peningkatan daya saing dan diversifikasi produk serta diversifikasi pasar. C. Pengecualian Diluar Ketentuan Umum di Bidang Ekspor Penetapan pemerintah yang diluar ketentuan dan persyaratan umum di bidang ekspor merupakan barang yang tidak termasuk dalam pengelompokan ekspor barang. Kebijakan Umum di Bidang Ekspor, Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri Departemen Perdagangan. (Available http//www.google.com). 1. Dasar Hukum a. Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 225/KP/X/1995 tanggal 11 Oktober 1995 tentang Pengeluaran barang-barang ke Luar Negeri di luar Ketentuan Umum di Bidang Ekspor. b. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 317/MPP/Kep/9/1997 tanggal 10 September 1997 tentang Perubahan Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 225/KP/X/1995 tanggal Oktober 1995 tentang Pengeluaran barangbarang ke Luar Negeri di luar Ketentuan Umum di Bidang Ekspor.

19 2. Ketentuan Pengeluaran Barang ke Luar Negeri a. Pengeluaran barang-barang ke luar negeri atas barang pindahan, barang penumpang, barang pelintas batas, barang diplomatic, barang keperluan misi, barang untuk diperbaiki, barang asal impor berdasarkan pasal 23 Ordonansi Bea, barang pameran, barang contoh, barang cinderamata atau hadiah, barang kiriman, barang kerajinan dan barang lainnya tidak diberlakukan ketentuan umum di bidang ekspor dan tidak diperlukan persetujuan pengeluaran barang ke luar negeri dari Departemen Perdagangan. b. Pengeluaran ke luar negeri barang-barang yang diawasi atau dikenakan ketentuan tata niaga ekspor sebagai barang contoh, pameran dan kiriman yang tidak diatur dalam ketentuan umum di bidang ekspor dikenakan ketentuan tata niaga ekspor barangbarang yang bersangkutan. 3. Persyaratan Pengeluaran Barang ke Luar Negeri a. Barang Pindahan Barang pindahan adalah barang perabot atau alat rumah tangga yang dipergunakan oleh orang asing yang berdomisili di Indonesia sebagai kelengkapan rumah tangga yang dibawa pindah keluar daerah pabean Indonesia. Adapun persyaratan yang harus dipenuhi untuk jenis barang tersebut antara lain: 1) Paspor dan visa kepindahan 2) Keterangan pindah dari perusahaan dari perusahaan atau instansi yang bersangkutan.

20 3) Daftar barang (packing list). b. Barang Penumpang Barang penumpang adalah barang penumpang kapal laut, kapal udara atau penumpang angkutan darat yang dibawa oleh penumpang bersangkutan pada saat keberangkatannya keluar daerah pabean Indonesia. Adapun persyaratan yang harus dipenuhi untuk jenis barang tersebut antara lain: 1) Paspor bagi yang bersangkutan. 2) Tiket. c. Barang Pelintas Batas Barang pelintas batas adalah barang yang dibawa penduduk yang berdiam atau bertempat tinggal dalam wilayah perbatasan Negara yang memiliki kartu identitas yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang yang melakukan perjalanan lintas batas di daerah perbatasan melalui pos pengawasan lintas batas. Adapun persyaratan yang harus dipenuhi untuk jenis barang tersebut antara lain: 1) Kartu Pas Pelintas Batas. 2) Nilai tidak melebihi dari ketentuan yang ditetapkan dalam perjanjian perbatasan. d. Barang Diplomatik Barang diplomatik adalah barang keperluan pribadi anggota diplomatik dan konsuler termasuk anggota keluarganya, barang keperluan resmi serta barang lainnya untuk keperluan kantor

21 perwakilan diplomatik dan konsuler yang dibawa keluar daerah pabean Indonesia. Adapun persyaratan yang harus dipenuhi untuk jenis barang tersebut antara lain: 1) Surat Keterangan dari Kedutaan atau Konsulat Asing yang bersangkutan atau Departemen Luar Negeri Republik Indonesia. 2) Paspor dan tiket. e. Barang Keperluan Misi Barang keperluan misi terdiri dari: 1) Barang kebutuhan Misi Agama adalah barang yang dibawa keluar daerah pabean Indonesia untuk keperluan misi agama yang mendapat rekomendasi dari Departemen Agama. 2) Barang Keperluan Misi Olah Raga adalah barang yang dibawa keluar daerah pabean Indonesia untuk keperluan misi olah raga yang mendapat rekomendasi dari induk organisasi olah raga bersangkutan atau instansi yang berwenang. 3) Barang Keperluan Misi Kesenian adalah barang dibawa keluar daerah pabean Indonesia untuk keperluan misi kesenian yang mendapat rekomendasi dari Departemen Pendidikan Nasional. 4) Barang Keperluan Misi Kebudayaan adalah barang dibawa keluar daerah pabean Indonesia untuk keperluan misi kebudayaan dalam rangka meningkatkan pengetahuan atau memperkenalkan kebudayaan yang mendapat rekomendasi dari Departemen Pendidikan Nasional.

22 5) Barang Keperluan Penelitian adalah barang yang dibawa keluar daerah pabean Indonesia untuk keperluan penelitian yang mendapat rekomendasi dari instansi yang berwenang. 6) Barang Keperluan Misi Kemanusiaan adalah barang yang dikirim keluar daerah pabean Indonesia dalam rangka bantuan kemanusiaan yang mendapat rekomendasi dari Departemen Sosial atau Palang Merah Indonesia. Adapun persyaratan yang harus dipenuhi untuk jenis barang tersebut yaitu surat keterangan dari Departemen atau Instansi atau Lembaga yang berkepentingan. f. Barang untuk Diperbaiki Barang untuk diperbaiki adalah barang yang dikirim keluar dari daerah pabean Indonesia untuk keperluan perbaikan tanpa merubah sifat hakikatnya. Adapun persyaratan yang harus dipenuhi untuk jenis barang tersebut yaitu surat pernyataan dari pemilik atau kontrak dengan salah satu klausul layanan purna jual untuk perbaikan kerusakan. g. Barang asal Impor Barang yang berdasarkan pasal 23 Ordonansi Bea adalah barang asal impor untuk penggunaan sementara yang dikirim kembali keluar daerah pabean Indonesia. Adapun persyaratan yang harus dipenuhi untuk jenis barang tersebut antara lain: 1) Kontrak jual beli yang mencantumkan klausul kewajiban mengembalikan kemasan (tempat) setelah barang digunakan,

23 kewajiban mengembalikan barang yang tidak sesuai dengan kontrak. 2) Membayar bea masuk sesuai dengan ketentuan apabila barang tersebut tidak di ekspor kembali. h. Barang Kiriman Barang kiriman adalah barang dagangan atau bukan barang dagangan yang dikirim keluar daerah pabean Indonesia melalui pos, kapal laut, kapal udara, atau angkutan darat melalui perusahaan jasa titipan atau angkutan. Adapun persyaratan yang harus dipenuhi untuk jenis barang tersebut yaitu dengan nilai tidak melebihi Rp 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah). i. Barang Pameran Barang pameran adalah barang yang dikirim keluar daerah pabean Indonesia untuk keperluan pameran dagang atau pameran lainnya. Adapun persyaratan yang harus dipenuhi untuk jenis barang tersebut antara lain: 1) Undangan mengikuti pameran. 2) Bukti keikut sertaan pameran. 3) Bukti penyelenggaraan. j. Barang Contoh Barang contoh adalah barang yang dikirim keluar daerah pabean Indonesia untuk keperluan contoh, dalam jumlah yang wajar dan tidak untuk diperdagangkan. Adapun persyaratan yang harus dipenuhi untuk jenis barang tersebut yaitu surat pernyataan

24 dari perusahaan yang memuat keperluan dilakukannya pekerjaan tersebut. k. Barang Cindera Mata atau Hadiah Barang cindera mata atau hadiah adalah barang yang dihadiahkan kepada perseorangan atau organisasi atau lembaga di luar negeri. Adapun persyaratan yang harus dipenuhi untuk jenis barang tersebut yaitu dengan mencantumkan maksud pemberian, nama dan alamat perorangan penerima atau organisasi, jenis dan jumlah barang. l. Barang Kerajinan Rakyat Indonesia Barang kerajinan rakyat Indonesia adalah barang-barang kerajinan yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Perdagangan Kuar Negeri.Adapun persyaratan yang harus dipenuhi untuk jenis barang tersebut yaitu sepanjang barang tersebut bukan merupakan barang dagangan. m. Barang lain yang Dikirim ke Luar Negeri untuk Dimasukkan Kembali ke daerah Pabean Indonesia. Merupakan barang lainnya yang tidak termasuk dalam pengertian butir a s.d l yang dikirim keluar daerah pabean Indonesia dan akan dimasukkan kembali ke dalam daerah pabean Indonesia. Adapun persyaratan yang harus dipenuhi untuk jenis barang tersebut yaitu dibuktikan dengan surat pernyataan dari pemilik atau kontrak yang salah satu klausalnya menyatakan layanan purna jual untuk perbaikan atas kerusakan barang.

25 D. Dokumen Ekspor 1. Commercial Invoice Suatu dokumen yang sangat esensial dalam perdagangan, sebab di dalam invoice tercantum data-data tentang nomor, perincian barangbarang yang dijual, harga barang, nama dan alamat pembeli, cara pengapalan, dan lain sebagainya. 2. Bill of Lading Bill of Lading adalah tanda terima penyerahan barang yang dikeluarkan oleh Perusahaan pelayaran sebagai tanda bukti pemilikan atas barang yang telah dimuat di atas kapal laut oleh Eksportir untuk diserahkan kepada Importir. Hal-hal yang harus dicantumkan dalam B/L: a. Nama dan alamat pengirim barang (shipper). b. Nama dan alamat penerimaan barang (consignee). c. Nama kapal yang mengangkut. d. Tujuan akhir pengapalan. e. Nama dan alamat pelabuhan. f. Nama dan alamat pembongkaran. g. Jumlah Asli dari B/L. h. Nomor container, seal, merek dan nomor kemasan ( Shipping Marks). i. Nama, jumlah, berat bersih, berat kotor, dan ukuran barang yang dikirim. j. Ongkos muat, cara, dan tempat pembayaran.

26 k. Cap dan tanda tangan agen pelayaran. 3. Packing List Packing List adalah daftar yang berisi perincian lengkap mengenai jenis dan jumlah satuan dari barang yang terdapat dalam tiap peti atau total keseluruhannya sama dengan jenis dan jumlah yang tercantum dalam Faktur Perdagangan. Hal-hal yang tercantum dalam Packing List: a. Nama dan alamat importir. b. Jenis dan jumlah barang untuk tiap-tiap kemasan. c. Berat kotor dan berat bersih. d. Nama dan alamat perusahaan pengiriman barang. e. Nama dan tanggal packing list. 4. Surat Keterangan Asal (SKA) Pernyataan yang di tanda tangani untuk membuktikan asal dari barang-barang yang di ekspor dan bahwa barang-barang tersebut benar-benar hasil produksi dari Negara eksportir. 5. Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) Dokumen pabean yang digunakan untuk pemberitahuan pelaksanaan ekspor barang yang isinya antara lain jenis barang ekspor (umum, terkena pajak ekspor, mendapatkan fasilitas pembebasan dan pengembalian bea masuk, dan barang ekspor lainnya) identitas eksportir, nama importir, NPWP, izin khusus (SIE, Karantina, SM) No HS, berat barang, Negara tujuan, propinsi asal barang, cara penyerahan barang (FOB, CIF, CFR, dll) merek dan nomor kemasan, dll.

27 6. Airway Bill Airway Bill merupakan tanda terima barang yang dikirim melalui udara untuk orang dan alamat tertentu. 7. Inspection Certificate Sertifikat ini memuat tentang keadaan barang yang dibuat independent surveyor, juru pemeriksa barang atau badan resmi yang disahkan oleh pemerintah dan dikenal oleh dunia perdagangan internasional. Sertifikat ini memberikan jaminan: mutu dan jumlah barang, ukuran dan berat barang, pembungkusan dan pengepakan. 8. Marie and Air Insurance Certificate Asuransi ini merupakan persetujuan dimana pihak penanggung berjanji akan mengganti kerugian sehubungan dengan kerusakan, kehilangan. Dalam kontrak FOB dan CNF importir bertanggung jawab atas asuransi barang-barang, sedangkan dalam kontrak CIF eksportirlah yang menutup asuransinya. 9. Insurance Document Suatu persetujuan dimana pihak penanggung jawab akan mengganti kerugian sehubungan dengan kerusakan-kerusakan, kerugian atau kehilangan laba yang diharapkan oleh pihak tertanggung. 10. Certificate Quality Sertifikat ini merupakan surat keterangan yang menyatakan tentang mutu barang yang diekspor, sertifikat ini dikeluarkan oleh badan penelitian yang disahkan oleh pemerintah suatu Negara. Sertifikat ini wajib dimiliki oleh setiap eksportir untuk keperluan perdagangan.

28 11. Manufacture s Quality Certificate Sertifikat ini memberikan penjelasan tentang baru atau tidaknya barang dan apakah sudah memenuhi standar yang telah ditetapkan. Sertifikat ini dibuat oleh pabrik pembuat atau suatu lembaga resmi, swasta maupun pemerintah. 12. Sanitary, Health dan Venetary Certificate Sertifikat ini diperlukan untuk menyatakan bahwa bahan baku ekspor, tanaman atau bahan hasil tanaman telah diperlukan bebas hama penyakit. Dalam sertifikat ini juga dijelaskan tingkat daya tahan barang, kebersihan serta aspek kesehatan lainnya. Dokumen ini dikeluarkan oleh jabatan resmi yang telah ditunjuk oleh pemerintah. 13. Certificate of Analysis Keterangan yang memuat hasil analisis barang dari laboratorium yang dilakukan oleh laboratory body yang ditunjuk oleh pemerintah atau Negara pembeli. 14. Weight Note and Measurement List Weight note adalah surat keterangan tentang berat barang yang dibuat oleh eksportir diketahui oleh surveyor pelayaran. Sedangkan measurement list adalah surat keterangan yang menerangkan tentang ukuran paanjang, lebar, tebal, tipis, garis tengah dan isi barang yang diekspor dibuat oleh eksportir.

29 15. Ekspor s Certificate Surat keterangan ini merupakan keterangan dari eksportir yang menyatakan bahwa barang yang dikapalkan merupakan hasil produk sendiri atau perusahaan lain. 16. Manufacture s Certificate Surat keterangan ini merupakan keterangan dari pembuat barang yang menyatakan bahwa barang-barang tersebut adalah hasil produksinya. 17. Beneficiary Certificate Surat keterangan yang dibuat oleh eksportir yang menyatakan tentang telah dikirimnya dokumen ekspor asli atau foto copy kepada importir. 18. Shipping Agent Certificate Surat keterangan ini yang dibuat oleh shipping agent atas perintah beneficiary berdasarkan perintah L/C. isinya antara lain mengenai jenis kapal beserta jalur pelayaran. 19. Special Customs Invoice Dokumen yang dipergunakan untuk mempercepat barang yang penilaian bea masuk di Negara pengimpor seperti Kanada. 20. Consular Invoice Dokumen invoice yang dikeluarkan oleh kedutaan yang berhak menandatangani adalah konsul perdagangan Negara pembeli, tujuannya untuk melihat dengan pasti harga jual dan tidak terjadinya dumping price.

30 21. Wesel Merupakan alat pembayaran, perintah yang tidak bersyarat dalam bentuk tertulis oleh sesesorang kepada orang lain ditandatangani oleh orang yang menarik (drawer) dan mengharuskan pihak tertarik (drawee) untuk membayar pada saat diminta atau pada waktu tertentu. E. Lembaga yang Berkaitan dengan Kegiatan Ekspor Dalam pelaksanaan ekspor ada beberapa pihak yang berkaitan dengan dokumen yang diterbitkan yang ikut memperlancar proses ekspor sesuai dengan prosedur atau tata cara yang telah ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku, pihak-pihak tersebut antara lain : 1. Bea Cukai Kantor Wilayah Bea Cukai yang berada di bawah Departemen Keuangan selaku pejabat yang mengawasi keluar masuknya barang dari wilayah hukum Indonesia.Dokumen yang diterbitkan oleh Bea Cukai adalah Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB). 2. Bank Devisa Bank devisa baik yang berstatus swasta maupun yang berstatus pemerintah berfungsi memberikan jasa perbankan sebagai media perantara antara pembeli dan penjual yang berda dalam dua wilayah hukum yang berbeda yang belum saling mengenal atau mempercayai satu sama lain. Dokumen yang diterbitkan oleh bank antara lain: L/C (Letter of Credit), SSP (Surat Setoran Pajak), Surat Setoran Bea Cukai, dan Nota Perhitungan Pembayaran Wesel Ekspor.

31 3. Departemen Perdagangan Departemen perdagangan juga memiliki peranan yang sangat penting dalam pelaksanaan ekspor, mulai dari penerbitan SIUP (Surat Ijin Usaha Perdagangan), sampai surat keterangan asal barang (Certificate of Origin) atau SKA (Surat Keterangan Asal) yang diperlukan dalam rangka keringanan bea masuk pada saat barang masuk di Negara tujuan. Dokumen yang diterbitkan Depperindag antara lain SKA (Surat Keterangan Asal), APE (Angka Pengenal Ekspor), Angka Pengenal Impor Umum, dan Angka Pengenal Impor Terdaftar. 4. Perusahaan Pelayanan (Shipping Company) Sebagai puhak pengangkut (carrier), tentu mem iliki peranan yang sangat penting dalam pelaksanaan transaksi ekspor. Perusahaan pelayaran biasanya berasal dari local maupun yang berada di luar negeri yang diwakili oleh agennya di Indonesia. Dokumen yang diterbitkan oleh perusahaan pelayaran adalah Bill of Lading dan Mate s Receipt. 5. Perusahaan Asuransi Dalam kaitan dengan transaksi ekspor, perusahaan asuransi berfungsi mengamankan transaksi ekspor, artinya Eksportir kita dapat mengasuransikan transaksi perdagangan Internasional tersebut sesuai dengan besarnya resiko terhadap pembeli barang tersebut. Dokumen yang diterbitkan perusahaan asuransi adalah Cover Note dan Insurance Policy.

32 6. Badan Usaha Transportasi Perusahaan jasa transportasi barang ekspor disebut juga dengan Forwarding Agent, yang tugasnya menyelenggarakan pengepakan, sampai membukukan barang yang diperdagangkan. Dokumen yang diterbitkan antara lain : Packing List, Measurement List, Weight Note. 7. Badan Pemeriksa (Surveyor) Di Indonesia PT Sucofindo yang berstatus sebagai correspondent dari SGS (Societe Generate de Survaillance). Sering dipergunakan jasanya untuk pemeriksaan komoditi ekspor baik yang bersifat Pure Inspection maupun pemeriksaan untuk pengembalian bea masuk atas bahan baku yang diproses untuk tujuan ekspor. Dokumen yang diterbitkan antara lain : Certificate of Weight Note, Survey Reports, dan Inspection Certificate. 8. Badan Pengajuan dan Sertifikasi Mutu Barang Sertifikasi mutu barang umumnya dibuat oleh pabrik atau balai pengujian barang yang diekspor termasuk tentang baru tidaknya barang, dan apakah telah memenuhi standar barang yang telah ditetapkan. Dokumen yang diterbitkan antara lain: Certificate of Quality, Test Certificate, dan Chemical Analysis. 9. Lembaga Fumigasi Fumigasi merupakan pemberian suatu jenis obat dengan takaran tertentu terhadap barang yang akan dikirim, untuk menghindari

33 kerusakan barang yang diakibatkan oleh hama perusak selama dalam pengangkutan. Dokumen yang diterbitkan adalah Sertifikat Bebas Hama atau fumigasi. 10. Kantor Inspeksi Pajak Dokumen yang diterbitkan adalah NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak). 11. Badan Revitalisasi Industri Kehutanan (BRIK) Badan Revitalisasi Industri Kehutanan (BRIK) dibentuk pada tanggal 13 Desember 2002. Organisasi nirlaba mitra Departemen Kehutanan, Departemen Perindustrian dan Departemen Perdagangan ini bertujuan untuk meningkatkan kembali peran industri kehutanan. Melalui aktivitasnya, BRIK sebagai organisasi yang melayani kepentingan public menyediakan data dan informasi yang dapat mendukung kepentingan Pemerintah, para pelaku industri kehutanan khususnya dan pihak-pihak lain yang berhubungan dengan sektor kehutanan umumnya. Endorsement (pengesahan ekspor) adalah salah satu layanan yang diberikan oleh BRIK kepada ETPIK. Selain endorsement, BRIK juga melakukan verifikasi atau pemeriksaan industri yang menyangkut keabsahan dokumen perijinan, keberadaan perusahaan, aktivitas produksi dan ekspor bersama-sama instansi pemerintah terkait. Sosialisasi regulasi Pemerintah, informasi yang bermanfaat bagi anggota, dan hal-hal yang berhubungan dengan kepentingan pihak-pihak terkait merupakan bagian dari kegiatan BRIK.