1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena terbentuknya desa wisata baik di dalam maupun di luar negeri saat ini masih menjadi topik yang menarik untuk diteliti dan diperbincangkan, apalagi jika kita berbicara dari sisi jumlah desa wisata yang bermunculan dan konsep yang mereka tawarkan kepada wisatawan. Setiap desa wisata berlomba untuk saling menunjukkan keistimewaan dan keunikan yang dapat membedakan desa wisata yang satu dengan lainnya. Ada yang memfokuskan dirinya terhadap keunikan wajah desa, kreativitas produk yang dihasilkan, manajemen pengelolaan yang berbasis masyarakat dan adapula yang menonjolkan keunggulan sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM) nya. Untuk itu masyarakat wisata sebaiknya pintar dalam menentukan desa wisata mana yang sesuai dengan tujuan wisatanya. Fokus produk pada suatu desa wisata sangat penting, sebagai contoh di Desa Marpha-Nepal (Morkel dan Park, 2000), yang merupakan sebuah desa penghasil buah apel dengan kualitas impor cukup sukses mengembangkan desa nya menjadi salah satu destinasi wisata yang hanya bertumpu pada satu produk utama yaitu buah apel. Buah apel menjadikan penduduk Marpha akhirnya membangun pondok wisata (homestay), trek wisata kebun apel, memproduksi sendiri kebutuhan wisatawan seperti, kue pie, selai apel, keripik apel kering, minuman brendi dari apel dan disetiap restoran lokal milik masyarakat banyak sekali ditemukan aneka kue berbahan buah-buahan dimana akhirnya strategi
2 konsentrasi pada produk yang dihasilkan dapat menjadi alternatif terciptanya kemandirian dari desa wisata tersebut. Banyak sekali desa wisata yang sukses dan dapat bertahan lebih dari 10 tahun dan mempunyai jaringan kerja yang luas sampai ke luar negeri, namun tidak sedikit juga desa wisata yang baru memasuki tahun ketiga sudah harus vakum kegiatan akibat tidak adanya pengunjung yang datang. Terutama bagi desa wisata yang awal pemunculannya dipaksakan karena adanya bantuan pemerintah, latah dengan kemunculan desa wisata yang ada disekitarnya atau desa wisata yang SDM nya kurang terampil maupun SDA nya kurang mempunyai nilai jual yang cukup. Untuk itu, kombinasi yang solid dari berbagai komponen seperti produk yang unik, strategi pemasaran yang handal, SDM yang tangguh sangat diperlukan. Indonesia sendiri dalam hal jumlah desa wisatanya, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Propinsi Jawa Tengah (Jateng) merupakan propinsi yang memiliki desa wisata terbanyak. Banyak faktor yang mendukung hal ini dapat terwujud, di samping prasarana dan sarana yang memadai, faktor variasi SDA, SDM yang unggul, keunikan dan kreativitas produk yang dijual, dukungan penuh dari pemerintah dan pihak swasta juga merupakan faktor kesuksesan yang membedakan dengan propinsi lainnya di Indonesia. Namun, salah satu faktor yang sebenarnya dapat menjadi kunci utama dalam keberlangsungan hidup sebuah desa wisata adalah keunggulan SDM dan cara mengelola serta pemanfaatan SDM tersebut. Manajemen SDM (Hani Handoko,1999:4) adalah penarikan, seleksi, pengembangan, pemeliharaan dan penggunaan sumber daya manusia untuk
3 mencapai baik tujuan-tujuan individu maupun organisasi. Definisi tersebut menekankan bahwa kenyataannya yang dikelola secara utama adalah manusia, dan keberhasilan pengelolaannya sangat ditentukan oleh kegiatan pendayagunaan SDM tersebut. Desa Wisata Samiran (DWS) yang terdapat di Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah juga dalam mempertahankan eksistensi produk dan memperluas jaringan kerjanya, telah berupaya membuat inovasi kegiatan di dalam desa wisata itu sendiri. Namun kenyataan keterbatasan dana untuk pengembangan dan kejenuhan produk, mengharuskan pengelola DWS merubah strategi pengelolaannya. Alternatif pengelolaan yang dapat dicoba salah satunya adalah pendayagunaan secara maksimal kelompok-kelompok dalam masyarakat. Salah satu kelompok tersebut adalah kelompok perempuan. Sekilas mereka jarang muncul di permukaan sebagai pengambil keputusan, namun jika dapat dimaksimalkan, pekerjaan mereka di wilayah domestik dalam sebuah keluarga, dapat menjadi agen perubahan perekonomian keluarga yang lebih baik. B. Alasan Pemilihan Judul dan Lokus Penelitian Fenomena kurangnya keterlibatan perempuan dalam pengembangan beberapa desa wisata di Propinsi Jawa Tengah telah menjadi isu akhir-akhir ini (ugm.ac.id/id/berita/4343-minim.peran.perempuan.dalam.pengelolaan.pariwisata). Dari tiga desa wisata yang dijadikan sampel, salah satunya adalah Desa Wisata Samiran. Padahal baik pengurus maupun anggota, belum pernah sekalipun diwawancara oleh sang peneliti. Kenyataannya di Desa Wisata Samiran,
4 kelompok perempuan berperan aktif dalam pengelolaan dan pengembangan serta mempunyai porsi yang hampir sama besarnya dengan kelompok pria nya. Memang sebagian besar pemilik dari homestay, guide dan kelompok kesenian berasal dari kelompok pria, namun pengelolaan homestay itu sendiri mulai dari penerimaan tamu sampai dengan penentuan penyediaan kebutuhan tamu semuanya diputuskan oleh perempuannya. Maka, jika penelitian tersebut dilakukan lebih dalam maka dimungkinkan akan menemukan angka dan hasil yang berbeda. Kegiatan lain seperti agro wisata, kelompok souvenir dan oleholeh, pengelola rumah makan juga didominasi oleh kelompok perempuannya. Alasan lain adalah pada masyarakat Jawa, pentingnya peran perempuan apalagi dimasyarakat pedesaan/pegunungan seperti di Desa Samiran, belum sepenuhnya mendapat pengakuan yang absolut dari semua lapisan masyarakat sehingga dengan adanya penelitian ini dapat lebih mengangkat kepercayaan diri kelompok perempuan khususnya di Desa Samiran, sehingga kerja keras kelompok perempuan ini dapat lebih dihargai dan eksistensi mereka pun dapat lebih diakui. Penelitian ini juga dapat bermanfaat bagi desa wisata lain yang ingin mengembangkan potensi kelompok perempuan yang ada untuk pengelolaan atau pengembangan desa wisata nya. Terutama bagi desa wisata yang kekuatan utama nya adalah SDM dan komunitas sementara produk unggulannya berupa rekayasa produk dan bukan nya keindahan alam atau bagi desa wisata yang memang produk unggulannya fokus pada aktivitas komunitas dan kelompok masyarakatnya. Sehingga strategi ini sangat tepat jika diterapkan.
5 Desa Wisata Samiran-Boyolali dipilih sebagai lokus penelitian disebabkan karena Desa Wisata Samiran merupakan desa wisata pertama yang dibentuk di Kabupaten Boyolali; untuk itu dampak yang dihasilkan dapat langsung mengena kepada kemajuan dari Desa Wisata Samiran itu sendiri dan Pemda Boyolali secara umum. C. Rumusan Masalah Hal-hal yang telah disebutkan sebelumnya pada latar belakang, akhirnya dapat membentuk rumusan masalah yang jelas, di mana sejak DWS mulai terbentuk yaitu tahun 2007 sampai sekarang pernah mengalami masa puncak, namun volume kunjungan wisatawan di tahun terakhir ini mulai menurun, yang disebabkan banyak faktor terutama faktor kejenuhan produk serta sulitnya memotivasi pelanggan (repeater) untuk kembali datang. Perlu dipetakan sumber permasalahan dan alternatif pemecahannya, dengan memaksimalkan kelompok perempuan di beberapa kegiatan pengelolaan baik yang langsung bersentuhan dengan tamu maupun yang tidak langsung sehingga diharapkan dapat menggairahkan kembali minat kunjungan wisatawan ke Desa Wisata Samiran. Mulai dari penataan organisasi yang sesuai dengan tujuan kelompok, pelatihan peningkatan SDM dan inovasi produk, kesempatan pemasaran yang seluasluasnya merupakan cara yang dapat ditempuh dalam pemberdayaan kelompok perempuan tersebut. Diharapkan hasil akhir yaitu peningkatan perekonomian masyarakat dan jumlah kunjungan wisatawan dapat terwujud.
6 D. Pertanyaan Penelitian Beberapa pertanyaan penelitian yang dapat membantu merumuskan masalah adalah: a. Bagaimana kondisi pengelolaan Desa Wisata Samiran (DWS) saat ini dengan mengandalkan potensi wisata yang ada sebelumnya? b. Seberapa besar peran kelompok perempuan di dalam kegiatan pengelolaan DWS saat ini? c. Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap peran kelompok perempuan di DWS? d. Arahan apa saja yang dibutuhkan untuk meningkatkan peran kelompok perempuan dalam peningkatan pengelolaan DWS? Beberapa pertanyaan ini diharapkan dapat dijabarkan permasalahan penting yang harus dijawab dalam penelitian ini. Untuk membatasi pembahasan, perlu batasan pengertian sebagai berikut: a. Pengelola yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengurus utama dari DWS yang terdiri dari ketua I, ketua II, sekretaris, bendahara dan beberapa seksi bidang b. Desa wisata yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sebuah desa atau kampung yang sepenuhnya atau sebagian dari wilayah dan aktivitasnya dikelola masyarakatnya sendiri sebagai kegiatan wisata yang menyediakan sarana prasarana bagi wisatawan, dan bukan milik pemerintah, swasta, suatu kelompok tertentu maupun perseorangan.
7 c. Jumlah kunjungan wisatawan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jumlah wisnus dan wisman yang datang dengan membeli paket wisata kepada pengelola DWS. Wisatawan yang datang sendiri atau reservasi langsung ke pondok wisata (homestay) tidak termasuk dalam pengertian ini. d. Kelompok perempuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kelompok heterogen perempuan dalam masyarakat Desa Samiran yang aktivitas kegiatan mereka secara langsung maupun tidak langsung mendukung perkembangan pariwisata lokal; E. Tujuan Penelitian Penelitian ini yang memfokuskan diri pada pengelolaan dengan menggerakkan SDM masyarakatnya mempunyai tujuan memaksimalkan kelompok-kelompok dalam masyarakat untuk menumbuhkan produk-produk wisata baru yang dapat mengatasi kejenuhan produk serta peningkatan pendapatan masyarakat di DWS. Sekian banyak kelompok masyarakat yang berkembang di DWS, kelompok perempuan lah yang memiliki potensi yang cukup menjanjikan untuk mewujudkan tujuan penelitian dengan segala macam faktor pendukung dan penghambatnya. Untuk itu diharapkan peneltian ini dapat menjadi inspirasi bagi banyak orang dan bermanfaat bagi perkembangan DWS itu sendiri. F. Keaslian Penelitian sebelumnya merupakan sumber inspirasi dan tolok ukur bagi penelitian yang akan dilakukan. Berikut penelitian terdahulu yang telah dilakukan:
Tabel 1.1 Daftar Peneliti Sebelumnya No Nama Peneliti Judul Penelitian Tahun Fokus Lokus Metode Hasil 1. Wiwik Pengaruh Daya Tarik Daerah Tujuan 2003 Hubungan antara Kawasan Kualitatif Hubungan motivasi dengan: Mahdayani Ekowisata Selo, Kab. Boyolali, Jawa kekuatan daya tarik ekowisata Chi square Aksesibilitas (sangat kuat) (D3 UPW-STP Tengah terhadap motivasi wisatawan wisata di Selo dengan Selo, Kab. test Jenis kendaraan (dapat diabaikan) Trisakti Jakarta) berkunjung. motivasi kunjungan Boyolali Symmetric Akomodasi (sangat rendah) wisatawan measures Aktivitas (sangat rendah) Obyek wisata alam (sangat kuat) 2. Perwita Budi Agro Wisata Sapi Perah di Desa 2010 Pemanfaatan ikon Desa Wisata Analisis Perlu motivasi, pembinaan dan dukungan Astuti (D3 Wisata Samiran sebagai Wisata Minat boyolali sebagai kota Samiran, SWOT dari semua pihak mengingat kegiatan ini Kepariwisataan- Khusus di Boyolali susu melalui agro Selo, Kab. termasuk didalam wisata minat khusus UGM) wisata sapi perah untuk Boyolali yang tentunya memerlukan perlakuan alternatif kunjungan khusus pula wisatawan 3. Santi Pratidhina (S1 FISIP-UNS) 4. Made Prasta Yustitia Pradipta (D4- STP Sahid Surakarta) 5. Dayang Nevia Afriansari (S2 MPAR UGM) Komunikasi Pemasaran Pariwisata (studi deskriptif kualitatif aktivitas komunikasi pemasaran Desa Wisata Samiran, Kec. Selo,Kab. Boyolali yg terapkanoleh Dinparbud Kab. Boyolali) Pengaruh Atraksi Wisata Terhadap Kunjungan Wisata di Desa Wisata Samiran, Kec. Selo, Kab. Boyolali Peran Kelompok Perempuan Dalam Pengelolaan Desa Wisata Samiran, Selo, Boyolali 2012 Strategi promosipemasaran yang diterapkan Dinparbud Kab. Boyolali pada Desa Wisata Samiran 2012 Hubungan antara atraksi wisata dengan arus kunjungan wisatawan di Desa Wisata Samiran 2013 Peran kelompok perempuan di DWS jika dihadapkan pada fungsi manajemen dan unsur utama manajemen Dinparbud Kab. Boyolali dan Desa Wisata Samiran Desa Wisata Samiran, Selo, Kab. Boyolali Desa Wisata samiran, Selo,Kab. Boyolali Deskriptif Kualitatif Deskriptif kualitatif Deskriptif kualitatif Telah dilakukan aktivitas komunikasi melalui promotion mix Proses penyampaian pesan menerapkan komunikasi pemasaran modern dan tradisional Terdapat site attraction dan event attraction yang menjadi unggulan bagi kedatangan wisatawan di DWS Arus kunjungan wisatawan sangat padat, walaupun sedikit menurun ketika erupsi Gunung Merapi (2010) Hanya memenuhi 4 dari 6 unsur utama manajemen karena sifat pengelolaan adalah jasa. Memenuhi semua unsur fungsi manajemen dan melewati tangga partisipasi masyarakat 8