BAB IV STRUKTUR GEOLOGI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI

BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI

BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI

BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI

BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI

BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI

IV.2 Pola Kelurusan Daerah Penelitian

BAB IV STRUKTUR GEOLOGI

BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI

BAB IV STRUKTUR GEOLOGI

Foto IV-10 Gejala Sesar Anjak Cinambo 3 pada lokasi CS 40.

Umur GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Foto 4.10 Blok bagian kanan bergerak relatif ke kanan dari blok bagian kiri (lokasi pengamatan STG 10)

BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI

3.2.3 Satuan Batulempung. A. Penyebaran dan Ketebalan

mangkubumi, serta adanya perubahan kemiringangn lapisan satuan konglomerat batupasir dimana semakin melandai ke utara.

Foto 3.24 Sayatan tipis granodiorit (HP_03). Satuan ini mempunyai ciri-ciri umum holokristalin, subhedral-anhedral, tersusun atas mineral utama

PRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTUR ACARA 1 : MENETUKAN KEDUDUKAN PERLAPISAN BATUAN DARI 2 DIP SEMU

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.

GEOLOGI DAN KARAKTERISTIK REKAHAN PADA BATUGAMPING DAN BATUPASIR, DAERAH GUNUNG KIDUL DAN SEKITARNYA, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Hubungan dan Kesebandingan Stratigrafi

GEOLOGI DAN ANALISIS STRUKTUR DAERAH PASIRSUREN DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT

GEOLOGI DAN ANALISIS STRUKTUR DAERAH CIKATOMAS DAN SEKITARNYA, KABUPATEN LEBAK, BANTEN.

Umur dan Lingkungan Pengendapan Hubungan dan Kesetaraan Stratigrafi

BAB IV SEJARAH GEOLOGI

JAWA BARAT TUGAS AKHIR. Di Program. Disusun oleh:

PENGARUH STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP MUNCULNYA REMBESAN MINYAK DAN GAS DI DAERAH BOTO, KECAMATAN BANCAK, KABUPATEN SEMARANG, PROVINSI JAWA TENGAH

GEOLOGI DAN KARAKTERISTIK REKAHAN PADA BATUGAMPING DI DAERAH NGLIPAR, KABUPATEN GUNUNG KIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB VI SEJARAH GEOLOGI

Foto III.14 Terobosan andesit memotong satuan batuan piroklastik (foto diambil di Sungai Ringinputih menghadap ke baratdaya)

GEOLOGI STRUKTUR. PENDAHULUAN Gaya/ tegasan Hasil tegasan Peta geologi. By : Asri Oktaviani

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

A. Perlapisan batupasir batulempung dengan ketebalan yang homogen B. Antara batupasir dan batu lempung memperlihatkan kontak tegas

GEOLOGI DAN ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI UNTUK KARAKTERISASI SESAR ANJAK DI DAERAH CAMPAKA DAN SEKITARNYA, CIANJUR, JAWA BARAT

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

DISKRIPSI GEOLOGI STRUKTUR SESAR DAN LIPATAN

Umur dan Lingkungan Pengendapan Umur Satuan Batupasir-Batulempung berdasarkan hasil analisis foraminifera kecil yaitu N17-N20 atau Miosen

GEOLOGI DAN ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI DAERAH DESA SUKARAMA DAN SEKITARNYA, KECAMATAN BOJONGPICUNG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT TUGAS AKHIR A

DISKRIPSI GEOLOGI STRUKTUR SESAR DAN LIPATAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Geologi dan Analisis Struktur Daerah Pasirsuren dan Sekitarnya, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat

DAFTAR ISI COVER HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL BAB I PENDAHULUAN 1. I.1.

BAB V SEJARAH GEOLOGI

BAB III TATANAN GEOLOGI REGIONAL

Untuk mengetahui klasifikasi sesar, maka kita harus mengenal unsur-unsur struktur (Gambar 2.1) sebagai berikut :

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB V KARAKTERISTIK REKAHAN PADA BATUGAMPING

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Struktur geologi terutama mempelajari struktur-struktur sekunder yang meliputi kekar (joint), sesar (fault) dan lipatan (fold).

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN. yang terletak pada bagian utara gawir Pegunungan Selatan (lihat Gambar 1.1).

BAB III GEOLOGI DAERAH CILEUNGSI DAN SEKITARNYA

GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

GEOLOGI DAN ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI DAERAH CILEUNGSI DAN SEKITARNYA, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit.

Gambar 3.14 Peta pola kelurusan lembah dan bukit di daerah penelitian

Geologi Daerah Sirnajaya dan Sekitarnya, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat 27

Struktur Geologi Daerah Jonggol Dan Jatiluhur Jawa Barat

ANALISIS KINEMATIK SESAR ANJAK (THRUST FAULT) DAN IMPLIKASINYA TERHADAP EVOLUSI TEKTONIK ZONA KENDENG DAERAH NGRANCANG DAN SEKITARNYA

SKRIPSI FRANS HIDAYAT

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

ANALISIS KEKAR PADA BATUAN SEDIMEN KLASTIKA FORMASI CINAMBO DI SUNGAI CINAMBO SUMEDANG JAWA BARAT

BAB VI KARAKTERISTIK REKAHAN PADA BATUGAMPING

Geologi dan Analisis Struktur Daerah Cikatomas dan Sekitarnya, Kabupaten Lebak, Banten. BAB I PENDAHULUAN

GEOLOGI DAERAH CIHEA DAN SEKITARNYA, KECAMATAN BOJONGPICUNG KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

STRUKTUR LIPATAN ANJAKAN DAERAH WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT

GEOLOGI DAERAH LAWELE DAN SEKITARNYA, KECAMATAN LASALIMU, KABUPATEN BUTON, SULAWESI TENGGARA

Foto 3.30 Bidang Sesar Malekko 3 di Salu Malekko.

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

GEOLOGI DAN ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI DAERAH SUKARESMI, KABUPATEN CIANJUR TANJUNGSARI, KABUPATEN BOGOR DAN SEKITARNYA, PROVINSI JAWA BARAT SKRIPSI

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB V KARAKTERISASI REKAHAN PADA FASIES BATUGAMPING

Identifikasi Struktur. Arie Noor Rakhman, S.T., M.T.

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN

BAB 3 GEOLOGI SEMARANG

BAB II GEOMORFOLOGI 2. 1 Fisiografi Regional Jawa Tengah

Batulempung (Gambar 3.20), abu abu kehijauan, lapuk, karbonan, setempat terdapat sisipan karbon yang berwarna hitam, tebal ± 5 30 cm.

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB IV SEJARAH GEOLOGI

BAB III GEOLOGI DAERAH BANTARGADUNG

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

III.3 Interpretasi Perkembangan Cekungan Berdasarkan Peta Isokron Seperti telah disebutkan pada sub bab sebelumnya bahwa peta isokron digunakan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SESAR MENDATAR (STRIKE SLIP) DAN SESAR MENURUN (NORMAL FAULT)

BAB V SINTESIS GEOLOGI

DAFTAR ISI. BAB II GEOLOGI REGIONAL... 8 II.1. Fisiografi Regional... 8 II.2. Stratigrafi Regional II.3. Struktur Geologi Regional...

Bab II Tektonostrigrafi II.1 Tektonostratigrafi Regional Cekungan Sumatra Selatan

Transkripsi:

BAB IV STRUKTUR GEOLOGI 4.1 Struktur Sesar Struktur sesar (Gambar 4.1) yang berkembang di daerah penelitian terdiri dari sesar naik berarah relatif WNW-ESE, sesar geser berarah relatif utara-selatan dan timurlaut-baratdaya. Bukti-bukti yang diperoleh di lapangan yang menunjukkan adanya struktur-struktur tersebut diantaranya berupa kekar gerus (shear fracture), kekar tarik (gash fracture), breksiasi dan kedudukan posisi stratigrafi. Dari data tersebut dilakukan pengolahan berupa analisi kinematik dan dinamik, sehingga didapatkan kedudukan dari sesar tersebut dan arah tegasannya. Gambar 4.1 Posisi sesar-sesar yang terdapat di daerah peneltian(bagian yang ditebalkan). Penamaan sesar-sesar yang ada di daerah penelitian didasarkan atas nama geografis dimana sesar-sesar tersebut dijumpai. 4.1.1 Sesar Naik Babakansirna Sesar Babakansirna memiliki arah umum NWW-SEE pada bagian selatan yang terletak antara Satuan Breksi dengan Tufa-Batupasir. Keberadaan sesar ini Windeati Argapadmi/12004036 47

utamanya ditunjukkan dari urutan stratigrafi yang tidak normal yang terlihat dari penyebarannya pada peta geologi, dimana Satuan Breksi yang berumur lebih tua berada di atas Satuan Tufa-Batupasir yang lebih muda. Bukti-bukti keberadaan sesar ini di daerah penelitian dapat dijumpai di Sungai Cijarian dan Cikawi. Keterdapatan lapisan tegak yang memiliki kemiringan lebih dari 80º di Sungai Cijarian di bagian selatan (Foto 4.1), yang dapat diinterpretasi sebagai akibat dari sesar naik. Keterdapatan zona hancuran di Sungai Cijarian, juga kehadiran kekar gerus di Sungai Cijarian dan Cikawi dapat dimanifestasikan sebagai bukti dari hasil pensesaran di lokasi ini. Breksiasi di Sungai Cikawini serta kelurusan gawir pada peta menunjukkan arah umum dari jalur sesar naik ini. Selain itu juga ditemukan bukti berupa sesar gerus di Sungai Cijarian dan Cikawini yang merupakan salah satu dari gejala pensesaran di lapangan. Windeati Argapadmi/12004036 48

Foto 4.1 Bukti sesar naik Babakansirna berupa lapisan tegak di lokasi SRN-17 (atas) dan kekar gerus di lokasi SRN-15 (bawah). Windeati Argapadmi/12004036 49

Analisa kinematik yang dilakukan penulis dari data pengukuran struktur yang diperoleh di lapangan (Lampiran E), didapatkan kedudukan bidang sesar N 105º E/ 36º dengan kedudukan net-slip 33º, N 168º E serta pitch sebesar 63 º. Berdasarkan klasifikasi sesar oleh Rickard (1971) op cit. Harsolumakso (1997), diperoleh penamaan sesar yaitu Sesar Naik Menganan Babakansirna. Sedangkan hasil analisa dinamiknya (Lampiran E) menunjukkan bahwa tegasan σ 1 dan σ 2 horizontal sedangkan σ 3 vertikal (Anderson,1951 op cit. Twiss dan Moores, 1992). Dimana σ 1 memiliki arah SSE. 4.1.2 Sesar Mendatar Menganan Cibaregbeg Sesar mendatar menganan Cibaregbeg memiliki arah umum NNE-SSW memanjang dari utara peta ke sisi barat, dimana kemudian sesar ini tertutupi oleh Satuan Lava Andesit. Keberadaan dari sesar ini dapat terlihat dari kelurusan Sungai Cihurang dan kelokan pada Sungai Cibaregbeg. Pada peta geologi pun terlihat pergeseran menganan pada letak sumbu lipatan dari Antiklin Simpenan yang relatif bergeser ke kanan dari Antiklin Cibaregbeg serta bergesernya kontak antara satuan Batulanau dengan Tufa-Batupasir. Bukti dari kehadiran sesar ini di lapangan dapat dijumpai dari pergeseran lapisan yang menunjukkan pergeseran menganan pada singkapan di Sungai Cibaregbeg. Sesar ini juga menghasilkan kekar gerus dan kekar tarik (Foto 4.2) yang dapat ditemukan di Sungai Cibaregbeg dan Sungai Cihurang. Selain itu ditemukan breksiasi di Sungai Cihurang yang dapat diinterpretasi sebagai arah umum sesar. Windeati Argapadmi/12004036 50

Foto 4.2 Bukti sesar mendatar menganan Cibaregbeg berupa kekar gerus di lokasi SBR-14. Analisa kinematik yang dilakukan penulis dari data pengukuran struktur yang diperoleh di lapangan (Lampiran E), didapatkan kedudukan bidang sesar N 207º E/ 64º dengan kedudukan net-slip 1º, N 27º E serta pitch sebesar 1º. Berdasarkan klasifikasi sesar oleh Rickard (1971) op cit. Harsolumakso (1997), diperoleh penamaan sesar yaitu Sesar Mendatar Menganan Cibaregbeg. Sedangkan hasil analisa dinamiknya (Lampiran E) menunjukkan bahwa tegasan σ 1 dan σ 3 horizontal sedangkan σ 2 vertikal (Anderson,1951 op cit. Twiss dan Moores, 1992). Dimana σ 1 -nya memiliki arah NEE. 4.1.3 Sesar Mendatar Menganan Cikananga Sesar mendatar menganan Cikananga pada bagian selatan memiliki arah umum N-S memanjang ke utara yang terlihat dari kelurusan gawir pada satuan Batugamping, kemudian membelok ke arah NNE-SSW. Sesar ini memotong Satuan Batugamping, Tufa-Batupasir, Breksi, dan sesar naik Babakansirna serta lipatan-lipatan yang melintang dari sisi timur ke tengah, seperti Antiklin Simpenan, Sinklin Bojongkoneng dan Sinklin Cikobak. Sesar ini menyebabkan Windeati Argapadmi/12004036 51

terjadinya pergeseran yang bersifat menganan pada lapisan-lapisan dan struktur yang dilalui oleh sesar ini. Pergeseran ini dapat dilihat di peta geologi. Gejala sesar menganan Cikananganya sendiri juga dapat dijumpai di lapangan. Di antaranya terdapat pergeseran yang bersifat menganan pada lapisan Tufa-Batupasir di Sungai Cikananga (Foto 4.3). Juga terdapat kekarkekar gerus yang dijumpai di Sungai Cikananga. Setelah bertemu dengan kontak antara Satuan Breksi dengan Batupasir tufaan, sesar ini berubah arahnya menjadi NNE-SSW, hal ini dibuktikan dari breksiasi pada (SKN-13) memiliki arah N 28º E (Lampiran E). Juga terdapat kehadiran kekar gerus pada Satuan Breksi (Sungai Cikananga). Bukti sesar ini pada bagian utara tidak dijumpai, tetapi berdasarkan hasil ekstrapolasi dari penarikan sumbu-sumbu lipatan memperlihatkan pergeseran menganan. Jadi dapat ditafsirkan sesar ini menerus ke bagian utara dengan arah NNE-SSW. Windeati Argapadmi/12004036 52

Foto 4.3 Bukti sesar mendatar menganan Cikananga berupa pergeseran menganan lapisan (atas) dan kekar gerus (bawah) di lokasi SKN-17. Analisa kinematik yang dilakukan penulis dari data pengukuran struktur yang diperoleh di lapangan (Lampiran E), didapatkan kedudukan bidang sesar N 183º E/ 63º untuk sesar pada bagian selatan yang berarah N-S dengan kedudukan net-slip 6º, N 187º E serta pitch sebesar 4º. Sedangkan untuk sesar yang berarah NNE-SSW memiliki kedudukan bidang sesar N 208º E/ 65º dengan kedudukan Windeati Argapadmi/12004036 53

net-slip 7º, N 212º E serta pitch sebesar 3º Berdasarkan klasifikasi sesar oleh Rickard (1971) op cit. Harsolumakso (1997) keduanya dapat dinamakan sebagai sesar mendatar menganan. Sedangkan hasil analisa dinamiknya (Lampiran E) menunjukkan bahwa tegasan σ 1 dan σ 3 horizontal sedangkan σ 2 vertikal (Anderson,1951 op cit. Twiss dan Moores, 1992). Dimana σ 1 -nya memiliki arah kurang-lebih NE. 4.2 Struktur Lipatan Struktur lipatan di daerah penelitian memiliki arah sumbu lipatan yang searah dengan arah jurus sesar naik yaitu relatif WNW-ESE. Seperti telah disebutkan sebelumnya arah-arah lipatan ini telah dapat dilihat dari arah umum yan terdapat di daerah penelitian. Struktur lipatan tersebut yaitu Sinklin Cikobak, Sinklin Bojongkoneng, Antiklin Cibaregbeg, Antiklin Simpenan, Sinklin Cihurang, dan Sinklin Cikananga. Berdasarkan arah sumbu lipatan tersebut dapat kita ambil kesimpulan awal bahwa arah tegasan utama yang bekerja di daerah penelitian memiliki arah NNE-SSW. Gambar 4.2 Posisi lipatan-lipatan yang terdapat di daerah peneltian (bagian yang ditebalkan). Windeati Argapadmi/12004036 54

4.2.1 Sinklin Cikobak Sinklin Cikobak terletak di bagian utara (Gambar 4.4). Berdasarkan hasil pengolahan data terhadap bidang perlapisan (Lampiran E) lipatan ini memiliki kedudukan umum sayap-sayap lipatan N 301º E/22º dan N 104º E/26º, bidang sumbu N 299º E/84º, dan sumbu lipatan 4º, N 119º E. Berdasarkan klasifikasi Rickard op cit. Harsolumakso (1997) lipatan ini tergolong ke dalam horizontal upright fold. 4.2.2 Sinklin Bojongkoneng Sinklin Bojongkoneng terletak di bagian timur. Sinklin ini merupakan kelanjutan dari Sinklin Cikobak yang ada di sebelah barat, yang telah mengalami pergeseran relatif menganan. Berdasarkan hasil pengolahan data terhadap bidang perlapisan (Lampiran E) lipatan ini memiliki kedudukan umum sayap-sayap lipatan N 276º E/15º dan N 145º E/34º, bidang sumbu N 310º E/75º, dan sumbu lipatan 10º, N 311º E. Berdasarkan klasifikasi Rickard op cit. Harsolumakso (1997) lipatan ini tergolong ke dalam inclined plunging fold. 4.2.3 Antiklin Cibaregbeg Antiklin Cibaregbeg terletak di bagian utara. Berdasarkan hasil pengolahan data terhadap bidang perlapisan (Lampiran E) lipatan ini memiliki kedudukan umum sayap-sayap lipatan N 325º E/24º dan N 160º E/31º, bidang sumbu N 330º E/81º, dan sumbu lipatan 4º, N 330º E. Berdasarkan klasifikasi Rickard op cit. Harsolumakso (1997) lipatan ini tergolong ke dalam horizontal upright fold. 4.2.4 Antiklin Simpenan Antiklin Simpenan terletak di bagian tengah. Antiklin ini merupakan kelanjutan dari Antiklin Cibarebeg yang terletak lebih ke barat, yang telah mengalami pergeseran relatif menganan. Berdasarkan hasil pengolahan data terhadap bidang perlapisan (Lampiran E) lipatan ini memiliki kedudukan umum sayap-sayap lipatan N 317º E/23º dan N 134º E/35º, bidang sumbu N 315º E/82º, dan sumbu lipatan 1º, N 135º E. Berdasarkan klasifikasi Rickard op cit. Harsolumakso (1997) lipatan ini tergolong ke dalam horizontal upright fold. Windeati Argapadmi/12004036 55

4.2.5 Sinklin Cihurang Sinklin Cihurang terletak di bagian barat. Berdasarkan hasil pengolahan data terhadap bidang perlapisan (Lampiran E) lipatan ini memiliki kedudukan umum sayap-sayap lipatan N 322º E/66º dan N 159º E/32º, bidang sumbu N 154º E/75º, dan sumbu lipatan 2º, N 334º E. Berdasarkan klasifikasi Rickard op cit. Harsolumakso (1997) lipatan ini tergolong ke dalam horizontal fold. 4.2.6 Sinklin Cikananga Sinklin Cikananga terletak di bagian selatan. Berdasarkan hasil pengolahan data terhadap bidang perlapisan (Lampiran E) lipatan ini memiliki kedudukan umum sayap-sayap lipatan N 97º E/36º dan N 300 E/69º, bidang sumbu N 109º E/74º, dan sumbu lipatan 15º, N 109º E. Berdasarkan klasifikasi Rickard op cit. Harsolumakso (1997) lipatan ini tergolong ke dalam inclined plunging fold. 4.2.7 Sinklin Cikawini Sinklin Cikananga terletak di bagian selatan. Berdasarkan hasil pengolahan data terhadap bidang perlapisan (Lampiran E) lipatan ini memiliki kedudukan umum sayap-sayap lipatan N 119º E/34º dan N 305º E/64º, bidang sumbu N 123º E/70º, dan sumbu lipatan 4º, N 123º E. Berdasarkan klasifikasi Rickard op cit. Harsolumakso (1997) lipatan ini tergolong ke dalam inclined fold. 4.3 Mekanisme Pembentukan Struktur Geologi Berdasarkan analisis struktur geologi tersebut diatas, daerah penelitian dapat diinterpretasikan berada di cekungan belakang busur (Gambar 4.3) yang mengalami pemendekan regional akibat tektonik kompresi yang membentuk suatu konfigurasi sesar naik dan lipatan yang dinamakan dengan jalur anjakan-lipatan (fold thrust belt) yang merupakan batas dari major orogenic belts (Twiss dan Moores, 1992). Sesar anjak pada daerah penelitian berkaitan dengan tipe tektonik thin-skinned yang bekerja pada suatu lapisan stratigrafi yang besarannya hanya mencapai puluhan Windeati Argapadmi/12004036 56

Gambar 4.5 Fault Propagation Fold, tipe lipatan yang berhubungan dengan sesar anjak (Suppe, 1985 op cit., Mitra, 1986; Twiss dan Moores, 1992). Dari uraian di atas disimpulkan bahwa struktur geologi di daerah penelitian terbentuk relatif bersamaan dalam satu fase deformasi dan saling terkait dalam mengakomodasikan kompresi dan pemendekan yang terjadi dalam menghasilkan suatu sistem anjakan lipatan dengan struktur penyerta berupa sesar sobekan. Dengan arah tegasan utama σ 1 berarah NNE-SSW yang ditafsirkan sebagai arah dari datangnya subduksi. Struktur sesar dan lipatan terjadi setelah terjadinya pengendapan di daerah penelitian, satuan paling muda di daerah penelitian yang mengalami deformasi berumur N15, hal ini sesuai dengan Martodjojo (1984) yang menyatakan gerak deformasi terakhir yang terjadi di daerah Sukabumi Selatan adalah setelah umur N16. Selain itu Satuan Lava Andesit yang berumur Kuarter tidak terpengaruh, sehingga dapat dipastikan struktur geologi di daerah penelitian terbentuk tidak lebih dari Kuarter. Windeati Argapadmi/12004036 59