BAB I PENDAHULUAN. moral dan juga nasionalisme. Hal tersebut melatarbelakangi pendirian Sekolah

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR PUSTAKA. Departement van Binnenland Bestuur Nederlandsch-Indie, Besluit no. 45, 5 Agustus 1907

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena pergantian sistem pemerintahan yang terbilang singkat. Tokoh-tokoh

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dari penelitian ini secara deskriptif naratif. Tujuan penelitian ini yaitu

BAB I Pendahuluan. tertentu dapat tercapai. Dengan pendidikan itu pula mereka dapat mempergunakan

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan. generasi sebelumnya bahkan generasi yang akan datang.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan

penelitian ini mengambil objek dari peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. Penelitian tentang Kondisi Sosial-Ekonomi Masyarakat Salatiga Masa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kaya di Asia Tenggara. Hal ini begitu tampak dari pakaian, makanan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Tahun-tahun akhir abad ke-19 ditandai dengan semakin kerasnya politik pemerintah Belanda

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pemilihan lokasi penelitian adalah: (usaha perintis) oleh pemerintah. tersebut dipilih atas pertimbangan:

PEDOMAN PRAKTIKUM.

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode Historis dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Peran Kyai Ibrahim Tunggul Wulung Dalam Penyebaran Agama Kristen Di Desa

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENULISAN PERISTIWA SEJARAH

BAB I PENGANTAR. Politik Etis membuka era baru dalam perpolitikan kolonial di. Hindia Belanda sejak tahun Pada masa ini diterapkan suatu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang

PENGANTAR ILMU SEJARAH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kepemimpinan Perempuan Pembawa Perubahan di Desa Boto Tahun ,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

menyatakan bertugas melucuti tentara Jepang yang telah kalah pada perang Asia

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. merupakan satu dari dua pabrik gula yang saat ini dimiliki oleh PT. Perkebunan

Ajaran Khong Hu Cu : Agama atau Pendidikan Moral?

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. bukti bahwa sejarah itu perlu. Sejarah merupakan hasil peradaban manusia. Karena

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini masuk dalam kategori penelitian kualitatif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sejarah yang merupakan salah satu jenis penelitian yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. kata Methodist adalah banyak atau macam cara dalam tata cara beribadah (tidak

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. tinggi umumnya bermatapencarian sebagai petani. Adapun jenis tanaman yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini, penulis akan menguraikan metode penelitian yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam merekonstruksi fakta-fakta historis mengenai dinamika industri

PANDANGAN POLITIK TAN MALAKA TENTANG KONSEP NEGARA REPUBLIK

BAB II DINAMIKA PENDIDIKAN ETNIS TIONGHOA DI MOJOKERTO PADA MASA KOLONIAL. Sekolah THHK yang pertama kali terbentuk pada awal abad ke-20 dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Arni Febriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan. hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. Ada tiga faktor penting dalam sejarah yaitu manusia, tempat, dan waktu 1.

BAB I PENDAHULUAN. individu atau kegagalan suatu bangsa oleh sebab itu sejarawan perlu untuk

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan tradisional. Hal ini menimbulkan perubahan-perubahan dalam kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perserikatan tahun 1985, dimana liga ini masih belum tergolong profesional. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. menguasai Nusantara, bangsa China telah terlebih dahulu menginjakkan kaki di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PETUNJUK BAGI PENULIS JURNAL MAHASISWA JURUSAN ILMU SEJARAH

BAB I PENDAHULUAN. sebuah Operasi yang diberi nama Operasi Overlord. Dalam Operasi ini Sekutu

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi tahun 1980an telah berdampak pada tumbuhnya

SEKOLAH TIONG HWA HWEE KWAN (THHK) DI MOJOKERTO PADA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang sangat majemuk. Ratusan

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan perdagangan antara bangsa Indonesia dan India. Hubungan itu

BAB III METODE PENELITIAN

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan benar!

BAB I PENDAHULUAN. terbitnya. Keberagaman suatu majalah tersebut ditentukan berdasarkan target

Pada penelitian ini penulis menggunakan metode Penelitian Historis karena

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Brebes yang merupakan wilayah paling barat dari Propinsi Jawa

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah Indonesia pada periode merupakan sejarah yang menentukan

III. METODE PENELITIAN. Metode adalah cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. minyak mentah, batu bara, tembaga, biji besi, timah, emas dan lainnya. Dampak

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

5. Materi sejarah berguna untuk menanamkan dan mengembangkan sikap bertanggung jawab dalam memelihara keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Lia Nurul Azizah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi

KOMUNITAS TIONGHOA DALAM PERGERAKAN POLITIK INDONESIA ( ) Oleh : Sugiyarto Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Undip

MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN PENELITIAN DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH. Dr. Agus Mulyana, M.Hum Universitas Pendidikan Indonesia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DINAMIKA TIONGHOA ISLAM PASCA REFORMASI DI YOGYAKARTA ( ) SKRIPSI

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, Kabupaten Bolaang Mongondow Timur

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sejarah Indonesia penuh dengan perjuangan menentang penjajahan.

BAB III METODE PENELITIAN

atau sesuatu hal berupa objek yang mempunyai kedudukan, fungsi di masyarakat ( departemen pendidikan dan kebudayaan : 1999:955)

III. METODE PENELITIAN. pengetahuan yang teratur dan runtut pada umumnya merupakan manifestasi

BAB III METODE PENELITIAN. Metode berasal dari bahasa Yunani : methodos yang berarti cara atau jalan.

III. METODE PENELITIAN. Untuk memecahkan suatu masalah diperlukan suatu cara atau metode, di mana

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Wacana pemikiran Islam tentang sistem pemerintahan Islam mengalami sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Nusantara (Kepulauan Antara) yang terletak di antara Benua Asia Tenggara dan Australia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. tersebut dipilih dengan mempertimbangkan kesesuaiannya dengan objek studi.

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan bagian dari sektor industri di Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. 34, disebutkan pada ayat 1 bahwa Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi, hambatan dan keterbatasan komunikasi dapat mulai diatasi.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan salah satu faktor pembangunan dan kemajuan suatu bangsa. Pendidikan memberikan ilmu pengetahuan serta menanamkan ajaran moral dan juga nasionalisme. Hal tersebut melatarbelakangi pendirian Sekolah Tiong Hoa Hwe Koan 1 (THHK) yang pertama kali terbentuk pada tanggal 17 Maret 1901 dan kemudian banyak berdiri di berbagai wilayah di Jawa serta di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Sekolah THHK memegang peranan penting di bidang pendidikan dan perkembangan nasionalisme di kalangan etnis Tionghoa. Sebelum Sekolah THHK didirikan, tidak banyak tulisan yang menjelaskan mengenai pendidikan etnis Tionghoa di Jawa sebelum abad ke-20. Tetapi satu hal yang bisa dipercaya, bahwa tidak banyak jumlah orang Tionghoa yang mampu bersekolah. 2 Sebelum tahun 1900 tercatat hanya ada beberapa sekolah Tionghoa yang masih bersifat tradisional yang didirikan di dekat klenteng. Maka mulailah timbul suatu pemikiran tentang membuka sekolah yang modern bagi orang Tionghoa untuk mendidik dan memajukan orang Tionghoa. Pemikiran tersebut direalisasikan 1 Ada beberapa penulisan tentang kepanjangan THHK yang membuat pembaca merasa rancu. Dalam skripsi ini, penulis menggunakan istilah Tiong Hoa Hwe Koan seperti yang tertulis di buku Riwajat 40 Taon Tiong Hoa Hwe Koan Batavia 1900-1940 yang ditulis oleh Nio Joe Lan. 2 Leo Suryadinata, Negara dan Etnis Tionghoa: Kasus Indonesia (Jakarta: LP3ES, 2002), hlm. 71. 1

dengan dibentuknya Sekolah THHK. Terbentuknya sekolah THHK tak lepas dari perkumpulan THHK yang dibentuk pada tanggal 17 Maret 1900 di Batavia. 3 Pada awal dibentuknya, THHK hanya bergerak di bidang sosial. Dalam anggaran dasar rumah tangga THHK yang pertama, belum tercetus ide untuk mendirikan sekolah atau pendidikan bagi orang-orang Tionghoa. Dalam anggaran dasar tertulis bahwa tujuan THHK ialah untuk menghidupkan kembali ajaran Konghucu di kalangan orang-orang Tionghoa dan merombak adat-istiadat orang Tionghoa yang selama ini menyimpang dari ajaran Konghucu. 4 Namun lambat laun para petinggi THHK sadar akan pentingnya pendidikan sebagai salah satu sarana untuk memajukan orang-orang Tionghoa. Hal ini bermula dari tidak tersedianya sekolah untuk anak-anak Tionghoa. Kalaupun ada anak-anak Tionghoa yang bersekolah, mereka berasal dari keluarga yang kaya dan anak-anak Tionghoa tersebut disekolahkan di sekolah-sekolah berbahasa pengantar bahasa Belanda. Maka pada tanggal 17 Maret 1901 THHK mendirikan sekolah Tionghoa pertama yang disebut Sekolah Tjina THHK. 5 Pendirian sekolah ini terbilang sukses dan mengalami kemajuan yang pesat serta mendapat sambutan yang baik di kalangan orang Tionghoa. Kemudian gagasan untuk membuka Sekolah THHK ini dengan cepat menyebar di berbagai wilayah di Indonesia, termasuk di 3 Nio Joe Lan, Riwajat 40 Taon Tiong Hoa Hwe Koan Batavia 1900-1940 (Batavia: 1940), hlm. 6. 10 April 2012. 4 http://www.confucian.me/profiles/blogs/terbentuknya-tiong-hoa-hweee, diakses pada 5 Nio Joe Lan, op. cit., hlm. 22 2

Mojokerto yang kemudian mendirikan Sekolah THHK pada tanggal 5 Agustus 1907. 6. Pada masa awal-awal pendiriannya, seperti kebanyakan Sekolah THHK lainnya, Sekolah THHK Mojokerto masih berorientasi kepada negeri Tiongkok. Memasuki masa pendudukan Jepang, semua kegiatan dan aktivitas sehari-hari menjadi terhambat karena kebijakan politik Jepang yang ingin menjadikan Indonesia sebagai basis pertahanan pada Perang Pasifik. Semua kegiatan dan aktivitas penduduk diubah menjadi berbau Jepang, termasuk kegiatan pendidikan di Sekolah THHK Mojokerto, dan juga sekolah-sekolah sejenis di tempat lainnya menjadi terhambat karena kebijakan pemerintah Jepang yang mengubah semua model pendidikan menjadi bergaya Jepang. Memasuki masa kemerdekaan dan revolusi, kegiatan masyarakat yang sempat lumpuh pada masa pendudukan Jepang berangsur-angsur mulai hidup kembali termasuk kegiatan di bidang pendidikan. Pembukaan kembali Sekolah THHK Mojokerto di tahun 1946 menjadi pertanda bangkitnya kegiatan pendidikan etnis Tionghoa di Mojokerto. Perkembangan selanjutnya hingga ditutupnya Sekolah THHK Mojokerto dan sekolah-sekolah Tionghoa pada umumnya tahun 1966 menjadi inti pembahasan dari penelitian ini. Inilah yang menjadi tema inti, mengkaji tentang perjalanan Sekolah THHK Mojokerto dari tahun 1946 hingga ditutup paksa tahun 1966, apa yang membedakan dengan Sekloah THHK yang ada di Batavia, dan kaitannya dengan pencarian identitas 6 Anonim, Peringatan 100 Tahun Sekolah THHK Mojokerto (Mojokerto: Perkumpulan Alumni SekolahTHHK Mojokerto, 2007), hlm. 31. Pembentukan Sekolah THHK Mojokerto juga dimuat dalam Surat Besluit no. 45 tanggal 5 Agustus 1907. 3

dan nasionalisme etnis Tionghoa yang belum pernah ditulis oleh peneliti sebelumnya. 1.2 RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah penulisan ini adalah sebagai berikut: 1. Mengapa Sekolah THHK di Mojokerto dibuka kembali pada tahun 1946? 2. Bagaimana Sekolah THHK beradaptasi dengan kebangsaan Indonesia pada tahun 1946-1966? 3. Bagaimana pengaruh kebijakan pendidikan terhadap Sekolah THHK Mojokerto tahun 1946-1966? 1.3 MANFAAT DAN TUJUAN Seperti halnya ilmu-ilmu yang lain, ilmu sejarah juga dituntut untuk memberikan manfaat di masa depan. Berdasarkan rumusan masalah di atas, manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Mampu memberikan pengetahuan kepada khalayak umum tentang sejarah pendidikan, khususnya pendidikan etnis Tionghoa di Mojokerto 2. Menjadi referensi dalam penelitian mengenai sejarah etnis Tionghoa di Mojokerto secara khususnya dan Indonesia secara umum 3. Memberikan sebuah referensi baru dalam sejarah pendidikan Indonesia yang belum banyak menulis tentang sejarah pendidikan etnis Tionghoa 4

4. Memberikan pemahaman tentang identitas etnis Tionghoa yang pernah bersekolah di sekolah Tionghoa. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Memberikan penjelasan bahwa keberlangsungan sebuah institusi pendidikan sangat dipengaruhi oleh keadaan sosial dan politik 2. Memberikan penjelasan bahwa kebijakan pemerintah sangat berpengaruh terhadap orientasi pendidikan 3. Mengungkapkan perjalanan Sekolah THHK Mojokerto pada masa pascakemerdekaan (1946-1966) di mana Sekolah THHK adalah sekolah khusus bagi etnis Tionghoa pertama yang ada di Mojokerto dan menjadi awal dari sekolah-sekolah Tionghoa lainnya di Mojokerto 1.4 RUANG LINGKUP PENELITIAN yang berjudul Dinamika Perkembangan Nasionalisme Sekolah THHK Mojokerto: Pengaruh Sekolah THHK Terhadap Nasionalisme Etnis Tionghoa Mojokerto Tahun 1946-1966 dibatasi secara spasial dan temporal. Hal ini perlu dilakukan agar pembahasan tidak keluar dari permasalahan yang menjadi fokus penelitian. Penelitian ini difokuskan kepada Sekolah THHK karena sekolah tersebut merupakan lembaga pendidikan yang berperan penting dalam proses penanaman orientasi dan nasionalisme etnis Tionghoa di Mojokerto dan bertahan dalam situasi politik yang tidak menentu dan dalam suasana semangat kebangsaan 5

Indonesia yang begitu besar meskipun pada akhirnya sekolah tersebut akhirnya ditutup secara paksa. Batas temporal penulisan ini diawali pada tahun 1946 karena pada tahun tersebut para pengurus Sekolah THHK Mojokerto mulai membuka kembali kegiatan belajar mengajar setelah sempat tersendat-sendat pada masa pendudukan Jepang. Meskipun hanya pembukaan yang masih bersifat darurat, pembukaan ini menandai mulai bergeliatnya lagi kegiatan pendidikan Sekolah THHK Mojokerto dan mulai bangkitnya nasionalisme Tiongkok di kalangan murid-murid Sekolah THHK Mojokerto. Penulisan ini diakhiri tahun 1966 pemerintah Indonesia menerapkan kebijakan untuk menutup semua sekolah asing, khususnya sekolahsekolah Tionghoa di seluruh Indonesia dan menerapkan kebijakan asimilasi paksa kepada etnis Tionghoa. Sedangkan batas spasial penulisan ini difokuskan pada kota Mojokerto dan sekitarnya, selain dikarenakan lokasi sekolah ini memang berada di Mojokerto, banyak peneliti yang belum mengangkat tema sejarah etnis Tionghoa di kota-kota kecil, khususnya sejarah pendidikan. Namun belum ada yang mengkaji lebih dalam tentang sejarah pendidikan etnis Tionghoa di Mojokerto dan bagaimana pengaruh pendidikan Tionghoa terhadap orientasi etnis Tionghoa di dalam situasi politik yang tidak menentu dan semangat kebangsaan Indonesia yang begitu besar pada waktu itu. Untuk daerah-daerah lainnya akan dibahas secukupnya saja menyesuaikan dengan pembahasan di bab selanjutnya. 6

1.5 KERANGKA KONSEP yang berjudul Dinamika Perkembangan Nasionalisme Sekolah THHK Mojokerto: Pengaruh Sekolah THHK Terhadap Nasionalisme Etnis Tionghoa Mojokerto Tahun 1946-1966 merupakan sejarah sosial karena tulisan ini tidak hanya membicarakan tentang perkembangan sebuah institusi pendidikan melainkan juga pengaruh pendidikan terhadap perubahan sosial etnis Tionghoa. Menurut Kuntowijoyo sejarah sosial memiliki cakupan yang luas, tidak hanya mengulas tentang masyarakat pedesaan, gerakan petani, gerakan kelas masyarakat, namun sejarah sosial mengulas fakta-fakta yang ada di dalam masyarakat sejalan dengan perubahan-perubahan sosial itu sendiri. 7 Perubahan sosial menurut Selo Soemardjan ialah segala perubahanperubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. 8 Dalam perjalanan Sekolah THHK Mojokerto, perubahan-perubahan itu pastilah ada berkenaan dengan pelajaran-pelajaran yang mengikuti situasi politik sehingga mempengaruhi orientasi pendidikan. Pendidikan menurut John Dewey ialah proses pembentukan kecakapankecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia. 9 Sementara menurut Carter V. Good, pendidikan merupakan proses 7 Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2003), hlm. 39-40 8 Selo Soemardjan, Social Changes in Yogyakarta (New York: Cornell University Press, 1962), hlm. XVIII dan 379. 9 John Dewey, Experience and Education (Cambridge: The Free Press, 1944), hlm. 1. 7

perkembangan kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan prilaku yang berlaku dalam masyarakatnya. Proses sosial dimana seseorang dipengaruhi oleh sesuatu lingkungan yang terpimpin (khususnya di sekolah) sehingga ia dapat mencapai kecakapan sosial dan mengembangkan kepribadiannya. 10 1.6 SUMBER DAN METODE PENELITIAN Dalam upaya merekonstruksi peristiwa masa lampau, maka penulis menggunakan metode sejarah guna menelusuri jejak-jejak yang memungkinkan didapatkannya pendekatan sejarah yang valid mengenai pembahasan penulisan ini. Adapun proses penelitian ini menggunakan metode sebagai berikut: Heuristik, merupakan proses pencarian, penemuan, dan pemilahan sumber yang dianggap relevan dan kredibel. Sumber sejarah adalah past actually yang memberi penjelasan tentang peristiwa masa lampau, terutama sumber-sumber primer. Keberadaan sumber ini dimungkinkan diperoleh dengan bantuan sejumlah foto-foto dan tulisan dari buku peringatan sekolah, terutama setelah pasca kemerdekaan. Secara temporal waktu masih dimungkinkan untuk mencari sumber primer dari wawancara. Buku Peringatan 100 Tahun Sekolah THHK Mojokerto sebagai rujukan sumber utama sepertinya masih belum didapatkan gambaran utuh dan memuaskan, sehingga untuk pencarian data yang lebih luas, diperlukan sumber lain berupa wawancara dari alumni-alumni Sekolah THHK Mojokerto, Gatot Seger, Tjan Kim Liong, Oey Hwim Hwie, Liam Oen Wang, juga surat kabar Sin Po, Ik Po, Pewarta Soerabaja, Soeara Asia, majalah Pandji Poestaka, 10 Carter V. Good, Dictionary of Education (New York: MC. Graw-Hill, 1959), hlm. 47. 8

dan Moestika Roman yang tersimpan di Perpustakaan Medayu Agung dan Perpustakaan Nasional guna melengkapi data-data tentang perkembangan Sekolah THHK Mojokerto. Sumber-sumber ini kemudian dipilah kembali berdasarkan topik penelitian, yaitu Sekolah THHK Mojokerto Tahun 1946-1966. Verifikasi. Ilmu sejarah mengenal dua macam kritik sumber, yaitu kritik ekstern dan kritik intern. Sasaran kritik ekstern adalah keotentikan dan keaslian sumber sejarah, seperti jenis kertas dokumen dan bentuk tulisan. Kritik ekstern dilakukan pada temuan hasil primer yang didapat, meliputi validitas dokumen dengan mencari sumber agar nantinya tidak menimbulkan apa yang disebut sebagai anakronisme sejarah. Hal lain yang perlu diperhatikan ialah sumber yang digunakan untuk penulisan penelitian ini, yang sebagian besar didapat dari Perpustakaan Nasional dan Perpustakaan Medayu Agung, sejumlah foto-foto dan tulisan dari buku peringatan ulang tahun Sekolah THHK Mojokerto. Kritik intern dilakukan setelah sumber didapatkan lalu diolah dengan seksama. Perlu diperhatikan isi dari sumber apakah memang sudah dijamin kevalidan sumber. Hal ini didapat dengan melakukan metode cross check antara sumber dari dokumen-dokumen, arsip-arsip juga foto-foto, terlebih wawancara yang memiliki tingkat subjektivitas tinggi dengan sumber lain yang memiliki topik yang sama, sehingga bisa diperoleh sumber yang terpercaya. Interpretasi, merupakan seperangkat alat kerja bagi seorang sejarawan untuk mengolah hubungan antar fakta yang didapatkan dalam sumber sebelum dilakukan penyusunan dan penulisan. Penulis dalam hal ini melakukan interpretasi atas sejumlah fakta berdasarkan sumber yang diperoleh dan dibantu sejumlah 9

bahan pustaka, skripsi, thesis, dan artikel yang mendukung dengan tema penelitian. Historiografi, merupakan proses penulisan dari serangkaian fakta yang didapat melalui proses heuristik, verifikasi, maupun interpretasi, dan disusun dalam betul cerita sejarah. 11 1.7 TINJAUAN PUSTAKA Kajian mengenai sejarah pendidikan etnis Tionghoa memang menarik untuk dikaji, terbukti dari banyaknya buku yang menulis tentang sejarah pendidikan etnis Tionghoa yang erat kaitannya dengan nasionalisme Tiongkok pada awalnya dan menghidupkan kembali tradisi-tradisi etnis Tionghoa serta mengajarkan Konfusianisme kepada etnis Tionghoa. Penjelasan mengenai hal ini akan ditemukan dalam karya Kwee Tek Hoay, The Origin of Modern Chinese Movements in Indonesia. Namun karya Kwee Tek Hoay tidak menjelaskan bagaimana aktivitas Sekolah THHK secara mendetail, misalnya tentang kurikulum dan adanya pelajaran bahasa Inggris di beberapa Sekolah THHK di kota lainnya. Tulisan ini mencoba menjelaskan tentang bagaimana kurikulum Sekolah THHK khususnya pada masa pasca-kemerdekaan yang dipengaruhi oleh kebijakan pendidikan pemerintah Indonesia. Berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber yang membahas mengenai sejarah pendidikan etnis Tionghoa, buku karya Benny G. Setiono berjudul Tionghoa Dalam Pusaran Politik merupakan salah satu rujukan penting. Dalam 16&30. 11 Aminuddin Kasdi, Memahami Sejarah (Surabaya: Unesa University Press, 2008), hlm 10

bukunya Benny menjelaskan bahwa kesadaran nasionalisme etnis Tionghoa sangat mempengaruhi pendirian THHK. Dalam bab THHK dijelaskan secara mendetail tentang bagaimana THHK terbentuk. Tapi tulisan ini hanya menjelaskan secara umum bagaimana perjalanan terbentuknya Sekolah THHK, dan tidak menjelaskan perjalanan Sekolah THHK pasca-kemerdekaan. Sedangkan tulisan ini menjelaskan bagaimana perjalanan dan adaptasi yang dilakukan oleh Sekolah THHK pada masa pasca-kemerdekaan. Kemudian buku yang tak kalah pentingnya ialah tulisan Leo Suryadinata yang berjudul Politik Tionghoa Peranakan di Jawa. Meskipun lebih banyak membahas mengenai peranan politik etnis Tionghoa namun buku ini juga sedikit mengulas bagaimana hubungan antara THHK dengan perpolitikan etnis Tionghoa yang ada di Jawa. Sedangkan tulisan ini mengulas hubungan THHK khususnya di bidang pendidikan dengan perkembangan situasi Indonesia pasca-kemerdekaan, implikasi antara pendidikan THHK dan nasionalisme Indonesia. Tesis yang berjudul Pendidikan Etnis Tionghoa di Surabaya Pada Pertengahan Abad ke-19 Hingga Tahun 1942 karya Shinta Devi ISR banyak menjelaskan tentang pendidikan etnis Tionghoa pada masa kolonial serta berbagai kebijakan yang diterapkan pada saat itu. Tetapi tesis tersebut hanya membahas pendidikan etnis Tionghoa hingga memasuki masa pendudukan Jepang. Karya Leo Suryadinata lainnya adalah Etnis Tionghoa dan Nasionalisme Indonesia: Sebuah Bunga Rampai 1965-2008 yang membahas seputar permasalahan nasionalisme dan identitas yang terjadi di kalangam etnis Tionghoa. Kebijakan pemerintah pada masa Orde Baru sangat mempengaruhi nasionalisme 11

orang-orang Tionghoa. Namun buku ini hanya mengulas masalah tersebut secara umum. Terlebih dalam buku tersebut tidak mencoba mengambil ruang lingkup suatu kota, sehingga bisa jadi ada fakta-fakta yang terlewatkan yang sesungguhnya sama pentingnya dengan fakta yang serupa di level nasional. Diharapkan tulisan ini dapat menjadi alternatif dalam memahami dinamika nasionalisme etnis Tionghoa secara mendalam, terlebih lagi tulisan ini mengambil batas spasial Mojokerto yang mana belum banyak ditulis oleh para peneliti. Buku karya Ming Govaars yang berjudul Dutch Colonial Education: The Chinese Experience in Indonesia 1900-1942 mengulas tentang bagaimana THHK didirikan dan apa yang mendasari pendirian THHK namun buku ini lagi-lagi mengulas THHK secara umum dan sebagian besar mengulas THHK di Batavia. Tulisan ini mengulas Sekolah THHK di Mojokerto, kota kecil yang belum banyak ditulis oleh peneliti sebelumnya, terlebih tentang pendidikan etnis Tionghoa. Buku karya S. Nasution yang berjudul Sejarah Pendidikan Indonesia mengulas tentang bagaimana perkembangan pendidikan Indonesia dari masa kolonial hingga masa modern. Namun buku tersebut sama sekali tidak menyentuh pendidikan bagi etnis Tionghoa. Tulisan ini melengkapi tentang khasanah sejarah pendidikan di Indonesia yang tidak hanya membahas orang Indonesia tapi juga etnis Tionghoa sebagai bagian dari Indonesia, dan juga tulisan ini membahas tentang bagaimana sebenarnya pendidikan etnis Tionghoa pasca-kemerdekaan. Dari tinjauan pustaka di atas menunjukkan bahwa hingga sekarang belum ada buku yang membahas tentang Sekolah THHK yang ada di kota-kota kecil, dalam hal ini Sekolah THHK Mojokerto. Banyak peneliti yang mengangkat tema 12

sejarah ekonomi etnis Tionghoa, sejarah pers Tionghoa, sejarah politik Tionghoa, namun masih sangat sedikit yang mengangkat tema sejarah pendidikan etnis Tionghoa, padahal sejarah pendidikan etnis Tionghoa memiliki hubungan yang penting dari kesemua bidang kajian sejarah etnis Tionghoa. Diharapkan tulisan ini bisa menjadi alternatif dalam mempelajari sejarah pendidikan, khususnya sejarah pendidikan etnis Tionghoa. Selama ini banyak sejarawan yang menulis tentang etnis Tionghoa di bidang ekonomi dan perdagangan, namun sejarah pendidikan etnis tionghoa belum banyak ditulis. 1.8 SISTEMATIKA PENULISAN Dalam penulisan ini, penulis menggunakan sistematika penulisan dengan 4 bab utama, yang setiap babnya disusun secara sistematis sebagai berikut: Bab I merupakan bab Pendahuluan yang terdiri atas 8 bagian, yaitu: Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat, Ruang Lingkup, Kerangka Konsep, Metode Penelitian, Tinjauan Pustaka, dan Sistematika Penulisan. Bab II merupakan bab Pembahasan bagian pertama yang berjudul Dinamika Pendidikan Etnis Tionghoa di Mojokerto Pada Masa Kolonial yang merupakan bagian pengantar pembahasan, yang meliputi: Sejarah Singkat Terbentuknya Sekolah THHK, Terbentuknya Sekolah THHK Mojokerto dan Perkembangannya hingga Tahun 1942, dan Pendidikan Tionghoa pada Zaman Jepang hingga Tahun 1946. Bab III merupakan bab pembahasan bagian kedua yang berjudul Dinamika Aktivitas Pendidikan Sekolah THHK Mojokerto Pasca Kemerdekaan 13

yang merupakan bagian inti dari penulisan meliputi proses pembukaan kembali sekolah tersebut dan perjalanan Sekolah THHK Mojokerto dalam menghadapi berbagai macam kebijakan pendidikan dan situasi politik pasca kemerdekaan. Bab IV merupakan bab Penutup yang berisi jawaban dan kesimpulan dari rumusan masalah penulisan ini dan saran agar penulisan ini selanjutnya bisa lebih baik. 14