PENENTUAN POLA PENYEBARAN BATUBARA BERDASARKAN DATA SINAR GAMMA DAN RESISTIVITAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE LOGGING GEOFISIKA

dokumen-dokumen yang mirip
PENENTUAN CADANGAN BATUBARA DARI DATA BOR MENGGUNAKAN METODE AREA OF INFLUANCE

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab V Pembahasan V.1 Data Eksplorasi Batubara V.2 Pemetaan Topografi

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1. Latar Belakang

Pendugaan Akuifer serta Pola Alirannya dengan Metode Geolistrik Daerah Pondok Pesantren Gontor 11 Solok Sumatera Barat

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENENTUAN ZONA PENGENDAPAN TIMAH PLASER DAERAH LAUT LUBUK BUNDAR DENGAN MARINE RESISTIVITY Muhammad Irpan Kusuma 1), Muhammad Hamzah 2), Makhrani 2)

ESTIMASI SUMBERDAYA BATUBARA BERDASARKAN DATA WELL LOGGING

INTERPRETASI SEBARAN BATUBARA BERDASARKAN DATA WELL LOGGING DI DAERAH BLOK X PULAU LAUT TENGAH KABUPATEN KOTABARU

BAB IV INTERPRETASI SEISMIK

Analisis Petrofisika Batuan Karbonat Pada Lapangan DIF Formasi Parigi Cekungan Jawa Barat Utara

JGP (Jurnal Geologi Pertambangan) 50

LAPORAN BULANAN AKTIVITAS EKSPLORASI PT TRISULA KENCANA SAKTI (PT DIAN SWASTATIKA SENTOSA Tbk) MEI 2011

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS KEBERADAAN BIJIH BESI MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK 2D DI LOKASI X KABUPATEN LAMANDAU KALIMANTAN TENGAH

BAB III METODE PENELITIAN. Objek yang dikaji adalah Formasi Gumai, khususnya interval Intra GUF a sebagai

SURVEI GEOLISTRIK METODE RESISTIVITAS UNTUK INTERPRETASI KEDALAMAN LAPISAN BEDROCK DI PULAU PAKAL, HALMAHERA TIMUR

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Statistik Univarian

Jurnal Einstein 3 (2) (2015): Jurnal Einstein. Available online

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PERMODELAN DAN PERHITUNGAN CADANGAN BATUBARA PADA PIT 2 BLOK 31 PT. PQRS SUMBER SUPLAI BATUBARA PLTU ASAM-ASAM KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

INTERPRETASI DATA PENAMPANG SEISMIK 2D DAN DATA SUMUR PEMBORAN AREA X CEKUNGAN JAWA TIMUR

KONSEP PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PELAPORAN BAHAN GALIAN LAIN DAN MINERAL IKUTAN. Oleh : Tim Penyusun

Kartion 1, Juli Chandra Teruna 2 dan Program Studi Teknik Pertambangan, Politeknik Muara Teweh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hal 1

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

Abstrak

PERHITUNGAN CADANGAN BATUBARA DENGAN METODE CIRCULAR USGS 1983 DI PT. PACIFIC PRIMA COAL SITE LAMIN KAB. BERAU PROVINSI KALIMATAN TIMUR

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 2 (2015), Hal ISSN :

e-issn : Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains Didaktika

BAB I PENDAHULUAN. Geologi Daerah Beruak dan Sekitarnya, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan dengan wilayah yang sangat luas Indonesia

INTERPRETASI LITOLOGI BERDASARKAN DATA LOG SINAR GAMMA, RAPAT MASSA, DAN TAHANAN JENIS PADA EKSPLORASI BATUBARA

BAB I PENDAHULUAN. Sepertiga wilayah Indonesia berada di atas permukaan laut yakni belasan

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang berhubungan dengan ilmu Geologi. terhadap infrastruktur, morfologi, kesampaian daerah, dan hal hal lainnya yang

PENDUGAAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS DI DESA TELLUMPANUA KEC.TANETE RILAU KAB. BARRU SULAWESI-SELATAN

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... iii. KATA PENGANTAR... iv. ABSTRAK...

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pertambangan merupakan suatu aktifitas untuk mengambil

BAB I PENDAHULUAN. cekungan penghasil minyak dan gas bumi terbesar kedua di Indonesia setelah

INTERPRETASI RESERVOIR HIDROKARBON DENGAN METODE ANALISIS MULTI ATRIBUT PADA LAPANGAN FIAR

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 5 Mei 2015, mulai dari pukul

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang sangat penting di dalam dunia industri perminyakan, setelah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

IDENTIFIKASI POLA AKUIFER DI SEKITAR DANAU MATANO SOROAKO KAB. LUWU TIMUR Zulfikar, Drs. Hasanuddin M.Si, Syamsuddin, S.Si, MT

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1

Bab I Pendahuluan. I.1 Maksud dan Tujuan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KAJIAN ZONASI DAERAH POTENSI BATUBARA UNTUK TAMBANG DALAM PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BAGIAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Energi Nasional (KEN) melalui PP No.5 Tahun 2006 yang memiliki tujuan utama

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan

Pemodelan Sintetik Gaya Berat Mikro Selang Waktu Lubang Bor. Menggunakan BHGM AP2009 Sebagai Studi Kelayakan Untuk Keperluan

BAB I PENDAHULUAN. eksplorasi menjadi hal yang sangat penting tidak terkecuali PT. EMP Malacca Strait

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB V INTERPRETASI HASIL PENGUKURAN RESISTIVITAS

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH

Kata kunci : petrofisika, analisis deterministik, impedansi akustik, volumetrik

IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN DATA GAYABERAT DI DAERAH KOTO TANGAH, KOTA PADANG, SUMATERA BARAT

Acara Well Log Laporan Praktikum Geofisika Eksplorasi II

IDENTIFIKASI SEBARAN BATUBARADARI DATA WELL LOGGING DI DAERAH X, AMPAH BARITO TIMUR

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

*) KPP Energi Fosil, PMG, Jl. Soekarno Hattta No. 444, Bandung.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Analisis fasies dan evaluasi formasi reservoar dapat mendeskripsi

BAB I PENDAHULUAN. fosil, seperti minyak dan gas bumi, merupakan masalah bagi kita saat ini. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pertamina EP yang berada di Jawa Barat (Gambar 1.1). Lapangan tersebut

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi merupakan kebutuhan mutlak yang diperlukan dalam kehidupan manusia, serta ketersediaannya memberikan

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan suatu kawasan yang terbentuk akibat pertemuan tiga

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki berbagai potensi sumber daya alam dengan jumlah yang

DAFTAR ISI BAB 1 PENDAHULUAN... 1

PENERAPAN FORWARD MODELING 2D UNTUK IDENTIFIKASI MODEL ANOMALI BAWAH PERMUKAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

(Gambar III.6). Peta tuning ini secara kualitatif digunakan sebagai data pendukung untuk membantu interpretasi sebaran fasies secara lateral.

Oleh : Triono 1 dan Mitra Wardhana 2 SARI. Kata Kunci : Cadangan Batubara Metode Cross Section dan Blok Model

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

Klasifikasi Potensi Energi Panas Bumi di Indonesia

ANALISIS PETROFISIKA DAN PERHITUNGAN CADANGAN GAS ALAM LAPANGAN KAPRASIDA FORMASI BATURAJA CEKUNGAN SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan Maksud Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Geofisika merupakan cabang ilmu kebumian yang menerapkan konsep

PENERAPAN GEOLISTRIK RESISTIVTY 2D DAN BANTUAN PROGRAM GEOSOFT UNTUK ESTIMASI SUMBERDAYA ANDESIT DI PT. MDG KULONPROGO DIY

BAB 1. PENDAHULUAN...

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

INVESTIGASI LAPISAN BEDROCK DENGAN MENGGUNAKAN METODA GEOLISTRIK (Studi Kasus: Gedung Olah Raga Universitas Hasanuddin)

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENENTUAN RESISTIVITAS BATUBARA MENGGUNAKAN METODE ELECTRICAL RESISTIVITY TOMOGRAPHY DAN VERTICAL ELECTRICAL SOUNDING

Transkripsi:

PENENTUAN POLA PENYEBARAN BATUBARA BERDASARKAN DATA SINAR GAMMA DAN RESISTIVITAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE LOGGING GEOFISIKA Haerani Jafar*, Makhrani, S.Si, M.Si, Syamsuddin S.Si, MT * Alamat korespondensie-mail : anhiijafar@gmail.com Jurusan Fisika Program Studi Geofisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin, Makassar ABSTRAK Telah dilakukan penelitian pada wilayah tambang suatu perusahaan yang bergerak pada tambang batubara di daerah Provinsi Kalimantan Timur. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode logging geofisika untuk menentukan pola penyebaran batubara pada lokasi penelitian. Data log yang dianalisis dalam penelitian ini adalah Sinar Gamma dan Resistivitas. Hasil korelasi kedua data tersebut memperlihatkan kedalaman, tebal dan lapisan batubara. Hasil yang diperoleh merupakan peta yang menggambarkan penyebaran batubara pada daerah penelitian. Gambaran batubara yang diperoleh terdiri atas tiga lapis dengan kecenderungan menyebar ke arah Barat Daya dan Timur Laut dengan kedudukan N 30º E / 10º. Lapisan batubara yang diperoleh diberi nama seam 1A, seam 1B dan seam 2. Kata Kunci : Metode Logging Geofisika, Sinar Gamma, Resistivitas, korelasi, seam. PENDAHULUAN Batubara merupakan hasil akumulasi tumbuh tumbuhan yang berlangsung selama jutaan tahun. Proses akumulasi ini dapat berupa proses pembusukan, pemampatan dan proses pengendapan sebagai akibat berbagai macam pengaruh kimia dan fisika misalnya suhu, tekanan, kelembaban dan oksidasi. Indonesia memiliki cadangan batubara yang cukup besar yaitu sekitar 36 milyar ton yang tersebar pada berbagai lokasi seperti 67 % terdapat di Sumatera, 32 % di Kalimantan, dan sisanya terdapat di Irian Jaya, Jawa dan Sulawesi. Dari sejumlah cadangan yang ada di atas maka saat ini sekitar 10 milyar ton siap untuk dimanfaatkan. Sebagai sumber energi alternatif pengganti minyak bumi maka batubara 1

merupakan pilihan utama dalam mendukung pelaksanaan pembangunan yang berkesinambungan ( Sosidi, 1996 ). Salah satu daerah penghasil batubara terpenting di Indonesia adalah Provinsi Kalimantan Timur. Provinsi ini sampai saat ini merupakan daerah dengan produksi batubara terbesar di Indonesia. Berbicara mengenai endapan batubara di Kalimantan Timur tidak terlepas dari keberadaan beberapa cekungan dan formasi pembawa batubara di daerah ini, salah satu cekungan yang terpenting adalah cekungan Kutai. Cekungan Kutai yang sebagian besar menempati wilayah Provinsi Kalimantan Timur diketahui merupakan suatu cekungan yang potensial mengandung endapan batubara ( Ibahim, 2005 ). Metode yang digunakan untuk menentukan pola penyebaran batubara dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode logging geofisika. Logging geofisika untuk eksplorasi batubara dirancang tidak hanya untuk mendapatkan informasi geologi, tetapi untuk memperoleh berbagai data lain seperti kedalaman, ketebalan, kualitas lapisan batubara dan sifat geomekanik batuan yang menyertai penambahan batubara. Dalam penelitin ini digunakan metode tersebut untuk memastikan batuan apa saja yang ada di bawah permukaan serta untuk menunjang data dari pengeboran sehingga dapat dikorelasikan tingkat kebenaran yang dihasilkan. Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan penelitian untuk mengetahui pola sebaran batubara berdasarkan data sinar gamma dan resistivitas, selain itu juga untuk mengetahui lapisan batubara yang ada di bawah permukaan. METODOLOGI PENELITIAN Lokasi penelitian bertempat di desa Sebulu Moderen, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Alat alat yang digunakan dalam pengolahan data adalah perangkat keras berupa Laptop Acer 4738Z, Printer Canon PIXMA IP 1980, Toshiba USB Flashdisk 8Gb dan perangkat lunak berupa Microsoft word, Microsoft Excel, Software MapInfo dan Software Surfer 9.Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari perusahaan X berupa data Sinar Gamma dan Resistivitas batubara pada empat lintasan yang selanjutnya diolah dengan mengunakan Software Surfer 9. Langkah penelitian terdiri dari tahapan awal, Analisis data dan penginputan data menggunakan software.tahapan awal yaitu melakukan studi penelitian yang meliputi literatur/pustaka yang berhubungan dengan penelitian ini. Prosedur penelitian ini meliputi tahap persiapan, pengumpulan data sekunder, pengolahan dan tahap penyusunan laporan. Penelitian ini dimulai dengan pengumpulan data sekunder yaitu data Sinar Gamma dan resistivitas yang diperoleh dari perusahaan X, Kalimantan Timur. 2

Untuk proses analisis data dilakukan analisis pada data log bor untuk mengetahui nilai yang dihasilkan pada tiap lapisan batuan baik nilai Sinar Gamma maupun nilai resistivitas. Pengolahan data menggunakan software dilakukan dengan menggunakan Surfer 9, yaitudengan menginput data dari Microsoft Excel 2007 berupa data Sinar Gamma dan resistivitas pada lembar kerja Surfer 9. Kemudian data yang diinput dilembar kerja tersebut diplot pada Surfer 9. Data yang diplot tersebut akan menampilkan pemetaan pola penyebaran batubara di bawah permukaan dalam bentuk kontur. Setelah menghasilkan pemetaan sebaran batubara di bawah permukaan dalam bentuk kontur disetiap section atau lintasan pengeboran selanjutnya menganalisis atau mengidentifikasi arah sebaran, kemana arah strike dan dip batubara yang ada di bawah permukaan. HASIL DAN PEMBAHASAN Data yang digunakan pada penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari pihak perusahaan X, Sebulu Kalimantan Timur.Data yang digunakan terdiri dari empat lintasan, yaitu lintasan I, lintasan II, lintasan III dan lintasan IV.Berikut ini hasil penyebaran batubara berdasarkan data Sinar Gamma dan Resistivitas yang diolah dengan menggunakan Surfer 9. Penampang dan Pola Penyebaran Batubara Berdasarkan Data Sinar Gamma Lintasan 1 Gamma Ray Lintasan I terdiri dari 5 sumur yaitu DLB-12, DLB-10, DLB-08, DLB-07 dan DLB 10-A. Data Sinar Gamma pada lintasan I diplot dalam bentuk penampang seperti pada Gambar IV.1. Skala vertikal merupakan jarak antar sumur bor dan skala horizontal merupakan kedalaman sumur bor dalam satuan m ( meter ). Gambar 1 Penampang batubara data sinar gamma lintasan 1 Pada penampang lintasan 1 nampak bahwa lintasan tersebut terdiri dari 5 sumur bor yaitu DLB-12, DLB-10, DLB-08, DLB-07 dan DLB 10-A. Data Sinar Gamma pada lintasan I diplot dalam bentuk penampang seperti pada Gambar IV.1. Berdasarkan gambar tersebut dapat diidentifikasi keberadaan atau posisi batubara untuk setiap sumur. Uraian tentang karakteristik dan posisi batubara untuk setiap sumur adalah sebagai berikut : Sumur DLB-12 Sumur DLB-12 memiliki kedalaman pengeboran 30.17 m, dengan logging 3

depth 27.28 m dan elevasi 44.985 m. Batubara ditemukan pada kedalaman antara 15.8 m 16.2 m dengan ciriciri: warna hitam, terang, pecahan kaca. ciri ciri berwarna hitam, terang, pecahan konkoidal dan bersifat seperti kaca ditemukan pada kedalaman 19.4 m, 43.6 dan 48.6 m. Lintasan 2 Gamma Ray Sumur DLB-10 DLB-10 adalah 51.17 m, dengan logging depthsedalam 50.30 m dan memiliki elevasi 43.225 m. Pada kedalaman 20.2 m dan 26.6 m ditemukan batubara dengan ciri - ciri berwarna hitam, terang, pecahan kaca. Sumur DLB-08 Elevasi untuk sumur DLB-08 adalah 42.138 m. Memiliki kedalaman pengeboran 51.17 m, dengan logging depth sedalam 48.14. Batubara dengan ciri ciri berwrna hitam, terang, pecahan konkoidal dan mengkilap seperti kaca ditemukan pada kedalaman 24.6 m dan 30.8 m. Sumur DLB-07 Sumur DLB-07 memiliki kedalaman pengeboran 85.67 m, dengan logging depthsedalam 42.06 m dan elevasi 41.805 m. Batubara ditemukan pada kedalaman 28.2 m dan 34.9 m dengan ciri ciri berwarna hitam, terang, pecahan konkoidal dan Sumur DLB-10A Kedalaman pengeboran untuk sumur DLB-10A adalah 55.67 m, memiliki logging depth sedalam 54.62 m dan elevasi 44.279 m. Batubara dengan Gambar 2 Penampang batubara data sinar gamma lintasan 2 Sumur DLA-1ER, DLA-1A, DLA- 1B dan DLA-1C merupakan bagian dari sumur pada lintasan 2.Data Sinar Gamma untuk lintasan 2 diplot sehingga menghasilkan bentuk penampang vertikal seperti yang terlihat pada gambar IV.2.Berdasarkan dari gambar tersebut dapat diidentifikasikan keberadaan atau posisi batubara pada kedalaman tertentu untuk setiap sumur. Uraian tentang karakteristik dan posisi batubara untuk setiap sumur adalah sebagai berikut : Sumur DLA-1ER Sumur ini memiliki kedalaman pengeboran 34.50 m, logging depth 33.69 m dan elevasi 50.885 m. Pada kedalaman 2.8 m, 21.8 dan 28.3 m ditemukan batubara dengan ciri ciri berwarna hitam, terang, pecahan kaca. Sumur DLA-1A 4

ini mencapai 40.67 m, logging depth 37.98 m dan elevasi 45.82 m. Batubara yang ditemukan memiliki ciri ciri berwarna hitam, terang, pecahan konkoidal dan mengkilap seperti kaca. Batubara ini ditemukan pada kedalaman 5 m, 6.2 m, 25.7 m dan 32.5 m. Sumur DLA-1B 44.205 m, kedalaman pengeboran 46.47 m dan logging depth 45.48 m. pada kedalaman 9.6 m, 31.2 m dan 36.9 m dengan ciri ciri seperti pada sumur DLA-1B. Sumur DLA-1C Sumur DLA-1C memiliki kedalaman pengeboran 40.67 m, dengan logging depth 39.46 m dan elevasi 48.390 m. Batubara ditemukan pada kedalaman 23.3 m dengan ciri - ciri berwarna Lintasan 3 Gamma Ray DLA-02. Data data pada lintasan 3 diplot dalam bentuk penampang secara vertikal seperti yang terlihat pada gambar IV.3. Berdasarkan pada gambar tersebut dapat diidentifikasi keberadaan batubara pada kedalaman tertentu sesuai dengan yang diuraikan sebagai berikut: Sumur DLB-12 Sumur DLB-12 memiliki kedalaman pengeboran 30.17 m, dengan logging depth 27.28 m dan elevasi 44.985 m. Pada kedalaman 15.8 m ditemukan batubara dengan ciri ciri berwarna Sumur DLA-1ER ini mencapai 34.50 m, logging depth 33.69 m dan elevasi 50.885 m. Batubara yang ditemukan memiliki ciri ciri berwarna hitam, terang, pecahan konkoidal dan bersifat seperti kaca. Batubara ini ditemukan pada kedalaman 2.8 m, 21.8 dan 28.3 m. Sumur DLA-02 63,46 m, kedalaman pengeboran 69.45 m dan logging depth 68.82 m. pada kedalaman 24.1 m dengan ciri ciri seperti pada sumur DLA-1ER. Gambar 3 Penampang batubara data sinar gamma lintasan 3 Lintasan 3 terdiri dari 3 sumur yaitu sumur DLB-12, DLA-1ER dan 5

Lintasan 4 Gamma Ray kedalaman 8.8 m, 9.6 m, 10.2 m dan 15 m. Sumur DLA-03 Gambar 4 Penampang batubara data sinar gamma lintasan 4 Lintasan 4 terdiri dari 4 sumur yaitu sumur DLA-4RR, DLA-4D, DLA- 03, dan DLA-02. Data data pada lintasan 4 diplot dalam bentuk penampang secara vertikal seperti yang terlihat pada gambar IV.4. Berdasarkan pada gambar tersebut dapat diidentifikasi keberadaan batubara pada kedalaman tertentu sesuai dengan yang diuraikan sebagai berikut. 59.957, kedalaman pengeboran 54.00 m dan logging depth 49.44 m. pada kedalaman 12.6 m, 31.8 m dan 37.8 m dengan ciri ciri seperti pada sumur DLA-4D. Sumur DLA-02 Sumur DLA-02 memiliki kedalaman pengeboran 69.45 m, dengan logging depth 68.82 m dan elevasi 63.46 m. Batubara ditemukan pada kedalaman 24.1 m dengan ciri ciri berwarna Lintasan 1 Data Resistivitas Sumur DLA-4RR Sumur ini memiliki kedalaman pengeboran 40.50 m, logging depth 35.50 m dan elevasi 57.199 m. Pada kedalaman 13.6 m dan 22 m ditemukan batubara dengan ciri ciri berwarna hitam, terang, pecahan kaca. Sumur DLA-4D ini mencapai 40.00 m, logging depth 35.50 m dan elevasi 47.855 m. Batubara ditemukan memiliki ciri ciri berwarna hitam, terang, pecahan kaca. Batubara ini ditemukan pada Gambar 5 Penampang batubara data resistivitas lintasan 1 Lintasan 1 untuk resistivitas terdiri dari 4 sumur yaitu sumur DLB-12, DLB-10, DLB-08, DLB-07, DLB- 10A. Data data pada lintasan 1 diplot dalam bentuk penampang secara vertikal seperti yang terlihat pada gambar IV.1. Berdasarkan pada gambar tersebut dapat diidentifikasi keberadaan batubara dengan 6

menggunakan data resistivitas pada kedalaman tertentu sesuai dengan yang diuraikan sebagai berikut. Sumur DLB-12 Sumur DLB-12 memiliki elevasi 44.985 m dengan logging depth 27.28 m dan kedalaman pengeboran 30.17 m. Batubara ditemukan pada kedalaman 14 m dengan ciri ciri berwarna hitam, terang dan Sumur DLB-10A Sumur DLB-10A memiliki elevasi 44.279 m, dengan logging depth 54.62 m dan kedalaman pengeboran 55.67 m. Batubara ditemukan pada kedalaman 18 m, 43 m dan 48 m dengan ciri ciri berwarna hitam dan mengkilap. Lintasan 2 Data Resistivitas Sumur DLB-10 ini mencapai 51,17 m, logging depth 50.30 m dan elevasi 43.225 m. Batubara ditemukan memiliki ciri ciri berwarna hitam, terang dan mengkilapt seperti kaca. Batubara ini ditemukan pada kedalaman 18 m. Sumur DLB-08 Sumur DLB-08 memiliki elevasi 42.138 m, dengan logging depth 48.14 m dan kedalaman pengeboran 51.17 m. Batubara yang ditemukan memiliki dengan ciri ciri berwarna hitam dan Batubara ini ditemukan pada kedalaman 25 m dan 32 m. Sumur DLB-07 41.805, kedalaman pengeboran 85.67 m dan logging depth 42.06 m. pada kedalaman 28 m dan 34 m dengan ciri ciri seperti pada sumur DLB-08. Gambar 6 Penampang batubara data resistivitas lintasan 2 Lintasan 2 untuk data resistivitas terdiri dari 4 sumur, yaitu sumur DLA-1ER, DLA-1A, DLA-1B, dan DLA-1C. Data data resistivitas diplot sehingga menghasilkan penampang batubara secara vertikal seperti yang terlihat pada gambar IV.5. Berdasarkan pada gambar tersebut dapat diidentifikasi keberadaan batubara dengan menggunakan data resistivitas pada kedalaman tertentu sesuai dengan yang diuraikan sebagai berikut: Sumur DLA-1ER Sumur ini memiliki kedalaman pengeboran 34.50 m, logging depth 33.69 m dan elevasi 50.885 m. Pada kedalaman 2 m, 22 m dan 27 m 7

ditemukan batubara dengan ciri ciri berwarna hitam, terang, pecahan konkoidal dan bersifat seperti kaca. Sumur DLA-1A ini mencapai 40.67 m, logging depth 37.98 m dan elevasi 45.82 m. Batubara ditemukan memiliki ciri ciri berwarna hitam, terang, pecahan kaca. Batubara ini ditemukan pada kedalaman 6 m, 27 m dan 31 m. Sumur DLA-1B 44.205, kedalaman pengeboran 46.47 m dan logging depth 45.48 m. pada kedalaman 8 m, 33 m dan 37 m dengan ciri ciri seperti pada sumur DLA-1B. Sumur DLA-1C Sumur DLA-1C memiliki kedalaman pengeboran 40.67 m, dengan logging depth 39.46 m dan elevasi 48.390 m. Batubara ditemukan pada kedalaman 22.5 m dengan ciri - ciri berwarna Lintasan 3 Data Resistivitas Gambar 7 Penampang batubara data resistivitas lintasan 3 Lintasan 3 untuk data resistivitas terdiri dari 3 sumur yaitu sumur DLB-12, DLA-1ER dan DLA-02. Data data resistivitas diplot sehingga menghasilkan penampang batubara secara vertikal seperti yang terlihat pada gambar IV.7. Berdasarkan pada gambar tersebut dapat diidentifikasi keberadaan batubara dengan menggunakan data resistivitas pada kedalaman tertentu sesuai dengan yang diuraikan sebagai berikut. Sumur DLB-12 Sumur ini memiliki kedalaman pengeboran 30.17 m, logging depth 27.28 m dan elevasi 44.985 m. Pada kedalaman 14.8 m ditemukan batubara dengan ciri ciri berwarna Sumur DLA-1ER ini mencapai 34.50 m, logging depth 33.69 m dan elevasi 50.885 m. Batubara ditemukan memiliki ciri ciri berwarna hitam, terang, pecahan kaca. Batubara ini ditemukan pada kedalaman 2 m, 22 m dan 27.5 m. Sumur DLA-02 63.46 m, kedalaman pengeboran 69.45 m dan logging depth 68.82 m. pada kedalaman 25 m dengan ciri ciri seperti pada sumur DLA-1ER 8

Lintasan 4 Data Resistivitas kaca. Batubara ini ditemukan pada kedalaman 8 m dan 15 m. Sumur DLA-03 Gambar 8 Penampang batubara data resistivitas lintasan 4 Lintasan 4 untuk data resistivitas terdiri dari 4 sumur yaitu sumur DLA-4RR, DLA-4D, DLA-03 dan DLA-02. Data data resistivitas diplot sehingga menghasilkan penampang batubara secara vertikal seperti yang terlihat pada gambar IV.8. Berdasarkan pada gambar tersebut dapat diidentifikasi keberadaan batubara dengan menggunakan data resistivitas pada kedalaman tertentu sesuai dengan yang diuraikan sebagai berikut. Sumur DLA-4RR Sumur ini memiliki kedalaman pengeboran 40.50 m, logging depth 35.50 m dan elevasi 57.199 m. Pada kedalaman 13.5 m dan 22 m ditemukan batubara dengan ciri ciri berwarna hitam, terang, pecahan kaca. Sumur DLA-4D ini mencapai 40.00 m, logging depth 35.50 m dan elevasi 47.885 m. Batubara ditemukan memiliki ciri ciri berwarna hitam, terang, pecahan 59.957 m, kedalaman pengeboran 54.00 m dan logging depth 49.44 m. pada kedalaman 12.5 m, 31.5 m dan 36 m dengan ciri ciri seperti pada sumur DLA-4D. Sumur DLA-02 Sumur DLA-02 memiliki kedalaman pengeboran 69.45 m, dengan logging depth 68.82 m dan elevasi 63.46 m. Batubara ditemukan pada kedalaman 24 m dengan ciri ciri berwarna KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data pada penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa : 1. Pada penelitian ini diperoleh gambaran sebaran batubara berdasarkan data Sinar Gamma dan Resistivitas secara vertikal. Penggunaan data Sinar Gamma dan Resistivitas dapat memberi gambaran tentang keberadaan batubara pada masing masing sumur bor dalam hal ini memberikan gambaran kedalaman dan tebal batubara. Pola sebaran batubara yang diperoleh pada penelitian ini memanjang dari barat daya sampai timur laut dengan kemenerusan ( straight ) berkisar 30 derajat dari arah utara dengan 9

dip berkisar 10 derajat. Walaupun pola sebaran batubara pada masing masing lintasan tidak merata, hal ini terjadi karena ada beberapa sumur bor yang kandungan batubaranya berakhir pada sumur sebelumnya. 2. Dari penampang anatara Gamma Ray dan Resistivitas maka teridentifikasi tiga lapisan batubara yaitu seam 1A, seam 1B, danseam 2. Namun tidak semua sumur bor memperlihatkan lapisan yang lengkap. Rider, M., 2000, The Geological Interpretation Of Well Logs, Sutherland, Scotland. Simatupang, Marangin, Soetaryo Sigit. 1992. Pengantar Pertambangan Indonesia. Jakarta : Asosiasi Pertambangan Indonesia. Sosidi, Husain. 1996. Studi Kimia Batubara. Bandung. DAFTAR PUSTAKA Asquisth, G. & Gibson, C., 2004, Basic Well Log Analysis For Geologist, AAPG methods in exploration series 2 nd edition, Tulsa Oklahoma, USA. Dwiantoro, Mulyono. 2007. Perhitungan Sumberdaya Batubara Daerah Pondok Labu Kutai Kartanegara Kalimantan Timur menggunakan Metode Elemen Hingga. Bandung. Halawa, Analiser. 2010. Aplikasi Geolistrik Resistivitas Untuk Menentukan Cadangan dan Penyebaran Endapan Batubara. Medan. Ibrahim, Dahlan. 2005. Prospek Sumberdaya Batubara di Kabupaten Kutai Timur Bagian Barat Provinsi Kalimantan Timur. 10