Salinan Resep (2/3/2014)

dokumen-dokumen yang mirip
RESEP DAN SALINAN RESEP. Farmasetika Dasar II

TINJAUAN ASPEK ADMINISTRATIF PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KOTA SURAKARTA PERIODE JANUARI-JUNI TAHUN 2008 SKRIPSI

BAB 10: RESEP DAN SALINAN RESEP

SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI

Niken Nur W., S.Farm., Apt. Page 1

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Menerapkan pembuatan sediaan obat sesuai resep dokter di bawah pengawasan Apoteker HILMA HENDRAYANTI, S.Si., Apt.

Mahral Effendi.S.S.Si.M.M.,Apt

SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI 4 APOTEK KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

Peraturan Pemerintah ini mengatur Pekerjaan Kefarmasian dalam pengadaan, produksi, distribusi atau penyaluran, dan pelayanan sediaan farmasi.

PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Resep. Penggunaan obat berlabel dan tidak berlabel Aspek legal. Pengertian Unsur resep Macam-macam resep obat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam hal ini memerlukan suatu variabel yang dapat digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Rumah sakit

BUKU ACUAN FARMAKOPE EDISI III FARMAKOPE EDISI IV ILMU MERACIK OBAT FARMASETIKA SAINS JURNAL DLL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya kesehatan masyarakat adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, sedangakan

PENINGKATAN MUTU PELAYANAN KEFARMASIAN MELALUI PENGATURAN APOTEK DAN PRAKTIK APOTEKER

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/068/I/2010 TENTANG

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta;

PROSEDUR DAN TATA LAKSANA PELAYANAN KESEHATAN BAGI PESERTA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (

SURAT KEPUTUSAN TENTANG KEBIJAKAN PENULISAN RESEP DIREKTUR RS HARAPAN BUNDA MENIMBANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB VI PENUTUP. korelasi sebesar 72,2%, variabel Pelayanan informasi obat yang. mendapat skor bobot korelasi sebesar 74,1%.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. No Peresepan Resep % Tidak Sesuai 4,68 % - 4,68 / 100 X 100% = 4,68 %

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 11: PERBEKALAN FARMASI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Apoteker pengelola Apotek Afiah Farma ini adalah Bapak Muhammad

STIKOM SURABAYA BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. Rumah Sakit Petrokimia Gresik merupakan salah satu Rumah sakit yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI PENGESAHAN SKRIPSI iii PERNYATAAN...v DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii INTISARI...

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Semua usaha yang dilakukan dalam upaya kesehatan tentunya akan

Gerakan Nasional Peduli Obat dan Pangan Aman (GNPOPA) Edukasi terkait OBAT pada Remaja dan Dewasa

Sri Hariati Dongge,S.Farm,Apt,MPH Dinas Kesehatan Kab. Konawe Sulawesi Tenggara

karena selain komoditas perdagangan, obat juga memiliki fungsi sosial. Obat berperan sangat penting dalam pelayanan kesehatan karena penanganan dan

KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA PADANG dr. FERIMULYANI, M. Biomed

Bab 11 Bagaimana menjelaskan kepada dokter saat berobat

FR-MPA 03 : PERTANYAAN TERTULIS PILIHAN GANDA. Perangkat asesmen : Daftar Pertanyaan Tertulis Pilihan Ganda Nama peserta sertifikasi

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit

PENGANTAR. Akhirnya atas partisipasi dan ketulusan Bapak/Ibu mengisi kuesioner ini, saya ucapkan terimakasih. Peneliti Tris Mundari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN

SOP PEMESANAN OBAT. Prosedur SOP Penerimaan Barang Dari PBF

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA 243 JL. RAYA ARJUNA NO. 151 SURABAYA 10 OKTOBER 12 NOVEMBER 2016

PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt.

TINJAUAN ASPEK KLINIS PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KOTA SURAKARTA PERIODE JANUARI-JUNI 2008 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA PROGRAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Izin Apotek Pasal 1 ayat (a): Apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukan

KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS BEJEN NOMOR : TENTANG PERESEPAN, PEMESANAN, DAN PENGELOLAAN OBAT KEPALA PUSKESMAS BEJEN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

1.1. Keterlaksanaan standar pelayanan kefarmasian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sesuai dengan cita-cita bangsa dengan pelayanan yang efektif, efisien dan terarah.

SURAT KEPUTUSAN TENTANG KEBIJAKAN PENULISAN RESEP DIREKTUR RS BAPTIS BATU MENIMBANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI PRAKTIS KAJIAN ADMINISTRASI RESEP

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERPANJANGAN SURAT IZIN APOTIK

Praktek Penjualan Obat Generik Pada Dua Apotek di Surabaya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret 2012 di Apotek RSU

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mewujudkan suatu negara yang lebih baik dengan generasi yang baik adalah tujuan dibangunnya suatu negara dimana

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. efisiensi biaya obat pasien JKN rawat jalan RS Swasta

TINJAUAN ASPEK LEGALITAS DAN KELENGKAPAN RESEP DI 5 APOTEK KABUPATEN KLATEN TAHUN 2007 SKRIPSI

PENERIMAAN RESEP PASIEN RAWAT INAP No. Dokumen No. Revisi. Tanggal Terbit 1 September 2015

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN,

TAHUN UPT PUSKESMAS PABUARAN Jl P.SUTAJAYA NO 129 LAPORAN TAHUNAN PENGELOLAAN OBAT

SOP. KOTA dr. Lolita Riamawati NIP

BAB I PENDAHULUAN. sarana pelayanan kefarmasian oleh apoteker (Menkes, RI., 2014). tenaga teknis kefarmasian (Presiden, RI., 2009).

5. PKPA di Apotek memberikan pengetahuan, pengalaman, dan ketrampilan praktis bagi calon apoteker mengenai sistem managerial obat (pengadaan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

CEK LIST PERSYARATAN PERMOHONAN / PERPANJANGAN SURAT IZIN APOTIK

JURNAL PRAKTIKUM ILMU RESEP II

Lampiran 1 Hasil lembar ceklist Puskesmas Helvetia, Medan-Deli dan Belawan Bagian II Nama puskesmas Kegiatan

DINAS KESEHATAN PUSKESMAS WONOMERTO Jalan Bantaran 853 Patalan Kecamatan Wonomerto, Telp. (0335) PROBOLINGGO 67253

Lampiran 1.Penilaian yang dirasakan dan harapan pada variabel-variabel yang mempengaruhi tingkat kepuasan pasien

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN. Tahun 2007 No. 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2007

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK PRO-THA FARMA JL. IMAM BONJOL NO. 13 GELURAN-SIDOARJO 20 JULI 22 AGUSTUS 2015

PEDOMAN PELAYANAN TENTANG PENYIAPAN DAN PENYALURAN OBAT DAN PRODUK STERIL DI RUMAH SAKIT ISLAM NAMIRA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care).

Disampaikan oleh. Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Yogyakarta Jl Tompeyan I Tegalrejo Yogyakarta Telp (0274) , Fax (0274) ,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INFORMASI HARGA ECERAN TERTINGGI OBAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SOSIALISASI JUKLAK PMK 31/2016. SE No. HK MENKES ttg JUKLAK Registrasi, Izin Praktik da Izin Kerja Tenaga Kefarmasian

PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT SOSIALISASI MENGENAL OBAT AGAR TAK SALAH OBAT PADA IBU-IBU PENGAJIAN AISYIYAH PATUKAN AMBARKETAWANG GAMPING

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bersama ini kami mengajukan permohonan untuk mendapatkan izin Apotek dengan data data sebagai berikut :

Transkripsi:

Salinan Resep (2/3/2014) Menurut Kepmenkes no. 280 th 1981: Salinan resep adalah salinan yang dibuat apoteker, selain memuat semua keterangan yang terdapat dalam resep asli harus memuat pula: nama dan alamat apotek, nama dan SIA, tanda tangan atau paraf APA, det/ detur untuk obat yang sudah diserahkan atau ne detur untuk obat yang belum diserahkan, nomor resep, dan tanggal pembuatan. Bagian-bagian salinan resep: 1. Nama dan alamat apotek 2. Nama dan APA dan nomor SIA 3. Nama, umur, pasien 4. Nama dokter penulis resep 5. Tanggal penulisan resep 6. Tanggal dan nomor urut pembuatan 7. Tanda R/ 8. Tanda det atau deteur untuk obat yang sudah diserahkan ne det atau ne deteur untuk obat yang belum diserahkan 9. Tuliskan p.c.c (pro copy conform) menandakan bahwa salinan resep telah ditulis sesuai dengan aslinya. Salinan Resep hal 1

Contoh penulisan copy resep: Keterangan: 1. Tamofen sudah diambil sebanyak 30 tablet, diketahui dari copy resepnya terdapat tanda det. det (detur) sudah diambil semua 2. Theragran M belum diambi oleh pasien, diketuhui dari copy resepnya tertulis ne det (belum diserahkan). Misalkan pad copy resep untuk Tamofen tertulis det X, berarti untuk Tamofen sudah diserahkan sebanyak 10 tablet kepada pasien (bisa jadi karena sediaan di apotek hanya tinggal 10 tablet), dan pasien masih bisa mengambil 20 tablet lagi dengan copy resepnya (total 30 tablet). Jika tertulis det XX, berarti pasien baru mendapat Tamofen 20 tablet dan copy resepnya masih bisa digunakan untuk menebus 10 tablet lagi (total 30 tablet). Salinan Resep hal 2

Lalu bagaimana jika terdapat iter? Iter berarti resep boleh diulang. Iter yang ditulis pada kiri atas maka seluruh sediaan dalam resep boleh diulang, namun penulisan iter yang terletak di sebelah kiri salah satu sediaan maka yang diulang hanya sediaan yang ada disamping tulisan iter tersebut. Salinan Resep hal 3

Iter yang tertulis 2 x berarti obat dalam resep boleh diberikan sebanyak 3 kali, dimana pengambilan yang pertama menggunakan resep asli, pengambilan yang kedua menggunakan copy resep pertama (pengulangan yang ke-1x), dan pengambilan yang kedua dengan menggunakan copy resep kedua (pengulangan yang ke-2x). Salinan Resep hal 4

Lalu bagaimana jika pasien saat datang pada tanggal 2/4 (pengambilan yang kedua) ternyata di Apotek hanya ada 10 tablet Tamofen? Salinan Resep hal 5

Kita ganti kasus yuk. Misal dokter menuliskan resep, nah yang ditulis itu resep obat branded (obat dengan merek dagang). Namun ketika pasien datang ke apotek, ternyata pasien mengalami hambatan finansial (tidak bisa menebus obat karena uangnya kurang). Dengan pertimbangan daripada pasien tidak mendapat obat, maka apoteker yang bertugas merekomendasikan obat generik. PP 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian dalam pasal 24 berbunyi: mengganti obat merek dagang dengan obat generik yang sama komponen aktifnya atau obat merek dagang lain atas persetujuan dokter dan/atau pasien maka jika pasien setuju maka obat boleh diganti. Lalu bagaimana kita menulis copy resepnya? Ingat! Kita hanya diperkenankan untuk mengganti obat bermerek dagang ke generik atau obat merek dagang lain dengan persetujuan pasien. Oleh karena itu tidak diperkenankan mengganti obat generik ke obat bermerek dagang. Lalu bagaimana pihak lain tahu kalau pasien telah setuju obatnya diganti ke generik? Pendapat pribadi saya, akan lebih baik jika kita minta paraf pasien di sebaliknya resep dengan dikasih sedikit catatan setuju diberikan dalam bentuk generik. Salinan Resep hal 6

Kita ganti kasus lagi yuk. Kalau misal dokter meresepkan suatu sediaan racikan, dimana dalam racikan tersebut terdapat antibiotik padahal obat yang lain adalah obat simptomatik misal parasetamol atau obat penghilang nyeri. Lalu apoteker menelepon ke dokter menanyakan apakah tidak sebaiknya antibiotik dipisah karena pemakaiannya teratur dan harus sampai habis. Kemudian dokter setuju kalau abtibiotik tersebut dipisah. Jadi yang awalnya ada 1 sediaan, akhirnya dipisah menjadi 2 sediaan. Bagaimana copy resepnya? Salinan Resep hal 7