Presiden Republik Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Mengingat pula : Keputusan Dewan Menteri dalam rapatnya yang ke-26 pada tanggal 1O Agustus 1951; MEMUTUSKAN:

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Presiden Republik Indonesia,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Presiden Republik Indonesia,

Presiden Republik Indonesia,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan Persetujuan: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, MEMUTUSKAN:

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PP 15/1954, TUNJANGAN IKATAN DINAS BAGI MAHASISWA CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL YANG BELAJAR DI DALAM DAN DI LUAR NEGERI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Mengingat: pasal 113 Undang-undang Dasar Sementara Republik Indonesia;

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1954 TENTANG PEMERINTAH PUSAT DALAM LAPANGAN PERINDUSTRIAN KEPADA PROPINSI-PROPINSI

Presiden Republik Indonesia,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, : pasal 113 Undang-undang Dasar Sementara Republik Indonesia; Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat; MEMUTUSKAN:

Mengingat: Pasal 97, pasal 89 dan pasal 111 ayat 2 Undang-undang Dasar Sementara Republik Indonesia. Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMBENTUKAN DAERAH OTONOM KOTA-KECIL DALAM LINGKUNGAN DAERAH PROPINSI SUMATERA TENGAH *) SUMATERA TENGAH. OTONOM KOTA-KECIL PEMBENTUKAN.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Presiden Republik Indonesia,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1954 TENTANG JAMINAN YANG BERUPA PENSIUN DARI PEMERINTAH BAGI GURU SEKOLAH RAKYAT NEGERI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1958 TENTANG PENYERAHAN URUSAN LALU-LINTAS JALAN KEPADA DAERAH TINGKAT KE-I

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Presiden Republik Indonesia, Mengingat : a. pasal-pasal 96, 1 31 dan 142 Undang-undang Dasar Sementara; b. Undang-undang No.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 1954 TENTANG DEWAN KEAMANAN NASIONAL. Presiden Republik Indonesia,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1952 TENTANG SUSUNAN DAN PIMPINAN KEMENTERIAN-KEMENTERIAN REPUBLIK INDONESIA

Presiden Republik Indonesia,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1956 TENTANG PEMBENTUKAN DAERAH OTONOM KOTA KECIL DALAM LINGKUNGAN DAERAH PROPINSI SUMATERA TENGAH

UNDANG-UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1957 TENTANG PEMBENTUKAN DAERAH-DAERAH TINGKAT I SUMATERA BARAT, JAMBI DAN RIAU

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Mengingat: Pasal 113 dari Undang-undang Dasar Sementara Republik Indonesia. Dengan Persetujuan: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT


PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1954 TENTANG PEMBERIAN PERSEKOT HARI RAYA KEPADA PEGAWAI NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 64 TAHUN 1958 (64/1958) Tanggal: 11 AGUSTUS 1958 (JAKARTA)

PAJAK PEREDARAN PEMBATASAN. PENETAPAN SEBAGAI UNDANG-UNDANG.

b.bahwa peraturan+peraturan yang termaktub dalam undang+undang darurat tersebut perlu ditetapkan sebagai undang+undang;

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1957 TENTANG POKOK-POKOK PEMERINTAHAN DAERAH *) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 61 TAHUN 1958 (61/1958) Tanggal: 25 JULI 1958 (JAKARTA)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1951 TENTANG PERATURAN MENGENAI BANK RAKYAT INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 13 TAHUN 1990 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1955 TENTANG DEWAN PENERBANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Presiden Republik Indonesia,

UU 44/1957, PENETAPAN BAGIAN X (KEMENTRIAN PENDIDIKAN, PENGAJARAN DAN KEBUDAYAAN) DARI ANGGARAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN DINAS 1954

Mengingat : Pasal 98 Undang-undang Dasar Sementara Republik Indonesia;

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG

Pasal 1. Maksud dan tujuan undang-undang ini ialah untuk menetapkan ketentuan-ketentuan dasar mengenai Tenaga Kesehatan. BAB II Ketentuan umum.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1956 TENTANG PEMBENTUKAN DAERAH OTONOM KOTA BESAR DALAM LINGKUNGAN DAERAH PROPINSI SUMATERA TENGAH

MATA UANG. INDISCE MUNTWET PENGHENTIAN. PENETAPAN SEBAGAI UNDANG-UNDANG.

PENETAPAN BAGIAN VIIIB (KEMENTRIAN PERHUBUNGAN-JAWATAN PELAYARAN) DARI ANGGARAN REPUBLIK INDONESIA UNTUK TAHUN- TAHUN DINAS 1952 DAN 1953

LEMBARAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (BERITA RESMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA) NOMOR 2 TAHUN 1954

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1951 TENTANG PERATURAN TENTANG BANK RAKYAT INDONESIA. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, : pasal 113 Undang-undang Dasar Sementara Republik Indonesia; Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat; MEMUTUSKAN :

LEMBARAN DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA (Berita Resmi Daerah Tingkat II Yogyakarta)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH DENGAN TITIK BERAT PADA DAERAH TINGKAT II

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1959

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1957 TENTANG PANITIA NEGARA PERIMBANGAN KEUANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 22 TAHUN 1995 TENTANG

GUBERNUR MILITER IBU KOTA. PENCABUTAN KEMBALI. PENETAPAN SEBAGAI UNDANG-UNDANG.

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 13 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH KOTA TASIKMALAYA

DEWAN KEAMANAN NASIONAL Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1954 Tanggal 27 Pebruari 1954 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Berita resmi Daerah Istimewa Yogyakarta)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II HALMAHERA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 1958 TENTANG PEMBENTUKAN DAERAH-DAERAH TINGKAT I BALI, NUSA TENGGARA BARAT DAN NUSA TENGGARA TIMUR

Presiden Republik Indonesia,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 1959 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERANCANG NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SERA DAN VAKSIN. LEMBAGA PASTEUR DI BANDUNG. PENETAPAN MENJADI UNDANG-UNDANG. Presiden Republik Indonesia,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 25 TAHUN 1995 TENTANG

Presiden Republik Indonesia,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1953 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1954 TENTANG JAMINAN YANG BERUPA PENSIUN DARI PEMERINTAH BAGI GURU SEKOLAH RAKYAT NEGERI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1954 TENTANG URUSAN REKONSTRUKSI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 09 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PENDAFTARAN PENDUDUK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1957 TENTANG LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA. Presiden Republik Indonesia,

UNDANG-UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA (UUDRT) NOMOR 23 TAHUN 1951 (23/1951) TENTANG PERUBAHAN DAN PENAMBAHAN ORDONANSI PAJAK PERALIHAN TAHUN 1944

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA NOMOR : 3 TAHUN 1992 SERI D NO. 3

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 1959 TENTANG PELAKSANAAN TUGAS BADAN PENGAWAS KEGIATAN APARATUR NEGARA

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

Menimbang : Bahwa perlu disempurnakan usaha-usaha untuk menjamin keamanan di daerahdaerah di mana berlaku Peraturan S.O.B.;

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 1953 TENTANG PENPENYERAHAN RESMI SEBAGIAN DARI PADA TUGAS DAN URUSAN PEMERINTAH PUSAT DALAM LAPANGAN PENDIDIKAN, PENGAJARAN DAN KEBUDAYAAN KEPADA DAERAH OTONOM KOTAPRAJA JAKARTA RAYA Presiden Republik Indonesia Menimbang: bahwa kepada daerah otonom Kotapraja Jakarta Raya perlu diserahkan resmi sebagian dari pada tugas dan urusan Pemerintahan Pusat dalam lapangan Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan; Mengingat: 1. Keputusan Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan tanggal 5 Pebruari 1951 Nomor 2790/Kab.; 2. Undang-undang Darurat Republik Indonesia Serikat dahulu Nomor 20 tahun 1950 tentang pemerintahan Jakarta Raya; 3. Surat Keputusan Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan tanggal 15 Pebruari 1951 Nomor 4223/Kab. tentang lapangan pekerjaan, tugas dan susunan Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan; 4. Pasal 98, 13 1, dan 142 Undang-undang Dasar Sementara; Mengingat: Keputusan Dewan Menteri dalam rapatnya ke-26 tanggal 10 Agustus 1951 MEMUTUSKAN: Menetapkan Peraturan Pemerintah sebagai berikut: PERATURAN TENTANG PENYERAHAN RESMI SEBAGIAN DARI PADA TUGAS DAN URUSAN PEMERINTAH PUSAT DALAM LAPANGAN PENDIDIKAN, PENGAJARAN DAN KEBUDAYAAN KEPADA DAERAH OTONOM KOTAPRAJA JAKARTA RAYA. BAB I TENTANG JENIS TUGAS DAN URUSAN YANG DISERAHKAN Pasal I (1) Dengan mengingat ketentuan-ketentuan selanjutnya dalam Peraturan ini kepada Kotapraja Jakarta-Raya diserahkan tugas dan urusan Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan seperti berikut: A. Tugas untuk: a. Mendirikan dan menyelenggarakan Sekolah Rakyat dan memberi subsidi kepada Sekolah Rakyat partikulir; b. Mendirikan dan menyelenggarakan kursus pengetahuan umum (KPU) tingkat A, B dan C dan memberi subsidi kepada Kursus-kursus semacam itu partikulir;

c. Mengadakan Perpustakaan Rakyat tingkat A, B dan C dan memberi bantuan kepada perpustakaan rakyat partikulir, d. Mendirikan dan menyelenggarakan kursus-kursus pemberantasan buta huruf (PBH) dan memberi bantuan kepada kursus-kursus semacam itu partikulir, e. Menjadi penghubung pemuda, antara Pemerintah dan gerakan f. Mendirikan, menyelenggarakan dan menganjurkan didirikannya kursus-kursus vak yang sesuai dengan keperluan daerah, g. Memimpin dan memajukan kesenian yang hidup tumbuh di daerah, B. Urusan-urusan seperti Sekolah Rakyat, kursus, Perpustakaan Keolahragaan Rakyat, Panti dan lain sebagainya Pemuda, Kepanduan, yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan sebagai akibat penunaian tugas-tugas yang tersebut dalam A di atas. (2) Yang dimaksud dengan Sekolah Rakyat dalam Peraturan ini ialah sekolah yang memberikan pengajaran rendah yang tersebut dalam Undang-undang Republik Indonesia Yogyakarta dahulu No. 4 tahun 1950, termasuk Sekolah Rakyat Peralihan, yaitu Sekolah Rkayat untuk warga negara Indonesia keturunan bangsa asing, dengan catatan bahwa penyaluran sekolah-sekolah itu sehingga menjadi Sekolah Rkayat biasa dilakukan oleh Kementerian Pendidikan, Pengajaran petunjuk-petunjuknya. dan Kebudayaan atau menurut Pasal 2 (1) Dalam tugas-tugas dan urusan-urusan yang tersebut dalam pasal 1 di atas tidak termasuk. a. Pengawasan dan pimpinan teknis mengenai isi urusanurusan tersebut, b. Penetapan atau perubahan rencana mengenai isi urusanurusan tersebut, c. Penetapan kitab-kitab yang dipakai, d. Penyelenggaraan Sekolah Rakyat latihan, Sekolah Rakyat percobaan, Sekolah Rakyat konkordan, - yaitu sekolah untuk bangsa Belanda bukan warga negara -Indonesia, yang sistemnya menyerupai sistem di Negeri Belanda dan Sekolah menurut Rakyat lainnya yang sifatnya tidak biasa, ketetapan Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan, e. Hak untuk menetapkan liburan. (2) Tugas-tugas dan urusan-urusan yang tersebut dalam ayat I di atas ini diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan. Pasal 3 Penyelenggaraan tugas-tugas dan urusan yang tersebut dalam Pasal I di atas dilakukan menurut peraturan-peraturan dan

petunjuk-petunjuk yang diadakan oleh Pemerintah Pusat. Pasal 4 Bilamana perlengkapan (apparatur) Pemerintah Kotapraja Jakarta-Raya belum mengizinkan untuk menyelenggarakan tugastugas/urusan-urusan tersebut dalam Pasal 1 peraturan ini, penyelenggaraannya untuk sementara waktu dilakukan oleh Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan dengan kerjasama dengan Kotapraja, dengan catatan bahwa penyerahan sesungguhnya (daadwerkelijke overdracht) dilakukan secara berangsur-angsur, mengingat kesanggupan Kotapraja. BAB II TENTANG HAL KEPEGAWAIAN Pasal 5 (1) Untuk menyelenggarakan tugas dan urusan Kotapraja yang tersebut dalam Pasal I di atas, kepada Kotapraja dapat. a. diserahkan pegawai-pegawai Negara untuk diangkat menjadi pegawai Kotapraja, b. diperbantukan pegawai-pegawai Negara untuk dipekerjakan kepada Kotapraja. (2) Pemindahan pegawai-pegawai Negara yang diperbantukan kepada Kotapraja Jakarta-Raya ke lain daerah diatur oleh Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan, sesudah mendengar pertimbangan-pertimbangan Badan Pemerintahan Harian Kotapraja Jakarta-Raya dan Dewan Pemerintah Daerah Otonoom yang bersangkutan. (3) Pemindahan pegawai-pegawai Negara yang diperbantukan kepada Kotapraja Jakarta-Raya dalam lingkungan daerahnya, diatur oleh Badan Pemerintahan Harian Kotapraja Jakarta-Raya sesudah mendengar pertimbangan-pertimbangan dari instansi-instansi Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang bersangkutan. (4) Urusan kepegawaian terhadap pegawai-pegawai Kotapraja di lapangan pendidikan, pengajaran dan kebudayaan, yang mengenai keahlian, ialah yang tidak khusus untuk tata-usaha, dilakukan oleh Badan Pemerintahan Harian Kotapraja dengan pertimbangan atau atas usul instansi Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang bersangkutan. BAB III TENTANG HAL KEUANGAN Pasal 6 (1) Segala pengeluaran atau penerimaan uang, demikian pula hutang-piutang untuk keperluan urusan pendidikan, pengajaran dan kebudayaan yang diserahkan kepada Kotapraja, menjadi tanggungan Kotapraja. (2) Untuk menyelenggarakan urusan pendidikan, pengajaran dan kebudayaan Kotapraja, pada waktu penyerahan yang sesungguhnya

diserahkan kepada Kotapraja uang sejumlah yang akan ditetapkan oleh Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan, sekedar penyelenggaraan urusan-urusan tersebut diberatkan pada anggaran belanja Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan. (3) Bilamana perlu urusan keuangan yang bertalian dengan penyerahan tugas-tugas dan urusan-urusan tersebut di atas dapat diselesaikan oleh instansi-instansi Pemerintah Pusat. BAB IV TENTANG HAL PERBENDAHARAAN Pasal 7 (1) Segala bangunan, tanah atau lapangan yang dikuasai oleh Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang pada waktu peraturan ini mulai pendidikan pengajaran dan berlaku digunakan untuk kebudayaan yang menjadi urusan urusan Kotapraja, diserahkan kepada Kotapraja untuk diurus dan dipelihara guna kepentingan dipergunakan, urusan-urusan tersebut. (2) Alat-alat dan perkakas-perkakas kepunyaan Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang pada waktu peraturan ini mulai berlaku digunakan untuk urusan seperti tersebut pada ayat menjadi miliknya. 1, diserahkan kepada Kotapraja untuk (3) Bangunan-bangunan, tanah-tanah atau lapangan-lapangan dimaksud dalam ayat I di atas digunakan untuk urusan seperti keadaan pada waktu peraturan ini mulai berlaku sampai dapat diatur lebih lanjut oleh instansi-instansi Pemerintah, yang berwajib mengurusnya. Pasal 8 (1) Alat-alat pelajaran untuk Sekolah Rakyat, seperti kitab-kitab pelajaran, kitab-kitab tulis dan sebagainya, begitu pula alat-alat yang mengenai isi dan tujuan urusan-urusan lainnya di lapangan pendidikan, pengajaran dan kebudayaan, dibeli oleh Kotapraja, pada umumnya dari Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan. (2) Pada waktu-waktu yang tertentu Badan Pemerintahan Harian Kotapraja menyampaikan rencana keperluan alat-alat seperti dimaksud dalam ayat I di atas kepada Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan dengan pertimbangan dan perantaraan instansi-instansi Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang bersangkutan di daerah. (3) Terhadap pengurusan, pemeliharaan dan pemakaian bangunan-bangunan, tanah-tanah atau lapangan-lapangan yang dikuasai oleh Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan seperti dimaksud dalam pasal 7 ayat I Peraturan ini, berlaku peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh Menteri-Pekerjaan Umum dan Tenaga. BAB V

TENTANG HAL TIMBANG-TERIMA Pasal 9 Penyerahan sesungguhnya dari urusan-urusan yang tersebut dalam Pasal I dan 4 Peraturan ini dilaksanakan dengan timbang-terima yang menyebutkan hal-hal tentang keuangan, hutang-piutang, barang-barang baik yang tetap, maupun yang bergerak, barang-barang inventaris, pegawai-pegawai yang diserahkan dan yang diperbantukan kepada Kotapraja. Timbang-terima tersebut dilakukan oleh pegawai Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan kepada Badan Pemerintahan Harian Kotapraja atau kepada Komisi yang untuk itu ditunjuk atau diadakan oleh Badan Pemerintahan Harian Kotapraja. Pasal 10 Penyerahan tugas-tugas dan urusan-urusan tersebut dalam Peraturan ini, yang dilakukan kepada Kotapraja atas dasar keputusan Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan tanggal 5 Pebruari 1951 No. 2790/Kab, dianggap sebagai didasarkan pada Peraturan ini. BAB VI TENTANG HAL DINAS PENDIDIKAN, PENGAJARAN DAN KEBUDAYAAN KOTAPRAJA Pasal 11 (1) Untuk menyelenggarakan urusan-urusan pendidikan, pengajaran dan kebudayaan yang menjadi tugas Kotapraja, Kotapraja membentuk Dinas Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan, menurut petunjuk-petunjuk dari Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan. (2) Badan Pemerintahan Harian Kotapraja mengusahakan, supaya Kepala Dinas, Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan Kotapraja memenuhi panggilan Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan untuk mengadakan pembicaraan bersama tentang urusan-urusan dalam lapangan pendidikan, pengajaran dan kebudayaan. Biaya untuk memenuhi panggilan itu ditanggung oleh Pemerintah Pusat. BAB VII TENTANG HAL BANTUAN Pasal 12 (1) Badan Pemerintahan Harian Kotapraja memberikan segala bantuan yang diminta oleh atau atas nama Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan guna mengadakan penyelidikan dan percobaan dalam lapangan pendidikan, pengajaran dan kebudayaan. (2) Biaya untuk keperluan tersebut dalam ayat I ditanggung oleh Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan. BAB VIII

TENTANG HAL KERJASAMA Pasal 13 (1)Dalam hal-hal mengenai urusan pendidikan, pengajaran dan kebudayaan yang diserahkan, Badan Pemerintahan Harian Kotapraja, bila memandang perlu, dapat meminta keterangan-keterangan, pertimbangan-pertimbangan atau usul-usul dari instansi-instansi Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang bersangkutan di daerah dan sebaliknya. (2)Untuk kesempurnaan penyelenggaraan urusan pendidikan, pengajaran dan kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan dan Kotapraja berusaha agar didapat kerjasama yang erat antara instansi-instansi Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan dengan instansi-instansi Kotapraja. (3)Bilamana ada perselisihan paham antara instansi-instansi kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan di daerah dan Badan Pemerintahan Harian Kotapraja yang tidak dapat diselesaikan di daerah, Maka penyelesaiannya menjadi urusan instansi-instansi di atasnya. (4).Badan Pemerintahan Harian Kotapraja Jakarta Raya menerima dari instansi-instansi Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang bersangkutan laporan pemeriksaan tentang penyelenggaraan/keadaan urusan-urusan dalam lapangan pendidikan, pengajaran dan kebudayaan yang termasuk tugas/urusan Kotapraja Jakarta-Raya, seperti tersebut dalam pasal 1. BAB IX PENUTUP Pasal 14 Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada hari diundangkan, dengan ketentuan, bahwa: a.yang mengenai Sekolah Rakyat ia berlaku surut sampai tanggal 1 Maret 1951. b.penyerahan hal-hal yang dilakukan secara berangsur-angsur, yang dimaksud dalam Pasal 4 di atas, harus selesai terlaksana selambat-lambatnya pada tanggal 31 Desember 1953. Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 31 Oktober 1953 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd

SUKARNO MENTERI DALAM NEGERI, ttd HAZAIRIN MENTERI PENDIDIKAN, PENGAJARAN DAN KEBUDAYAAN, ttd MUHAMMAD YAMIN Diundangkan pada tanggal 25 Nopember 1953 MENTERI KEHAKIMAN, ttd DJODY GONDOKUSUMO PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NO. 38 TAHUN 1953 TENTANG PENYERAHAN RESMI SEBAGIAN DARIPADA TUGAS DAN URUSAN PEMERINTAH PUSAT DALAM LAPANGAN PENDIDIKAN, PENGAJARAN DAN KEBUDAYAAN KEPADA DAERAH OTONOOM KOTA PRAJA JAKARTA RAYA. PENJELASAN UMUM 1. Penyerahan tugas dan urusan dalam lapangan Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan kepada Kotapraja Jakarta Raya sebagian telah dilaksanakan, ialah penyerahan sekolah-sekolah rakyat berdasarkan surat keputusan Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan tanggal 5 Pebruari 1951 No. 2790/Kab., dengan mendahului keluarnya Peraturan Pemerintah untuk penyerahan ini. Penyerahan tugas dan urusan lainnya yang disebut dalam surat keputusan tersebut masih belum dilaksanakan. Adapun yang menjadi alasan untuk mengambil keputusan tersebut ialah, oleh karena pada waktu itu sudah dipandang perlu dan dapat urusan sekolah rakyat diserahkan kepada Kotapraja Jakarta Raya. Kini tiba saatnya untuk meresmikan penyerahan tersebut, maka dikeluarkan Peraturan Pemerintah ini. Mengingat sifatnya Kotapraja Jakarta Raya, maka yang diserahkan ialah tugas-tugas dan urusan-urusan yang di lain daerah otonoom menurut Undang-undang pembentukannya menjadi kewajiban daerah otonoom setingkat Propinsi dan pula yang

menjadi kewajiban daerah otonoom setingkat Kabupaten. 2. Dalam soal penyerahan tugas dan urusan yang dimaksud dapat dibedakan dua hal, ialah: a. yang diserahkan kepada Kotapraja adalah penyelenggaraan urusan-urusan itu; b. tugas dan urusan yang khusus mengenai isi (termasuk pengawasan dan pimpinan tehnis, penetapan rencana isi kitab-kitab yang dipakai dan sebagainya) adalah pada Pemerintah Pusat. 3. Pada umumnya pada pelaksanaan penyerahan tugas dan urusan Pemerintah Pusat kepada Kotapraja, dapat diadakan perbedaan urusan Kotapraja seperti berikut: a. urusan yang termasuk urusan rumah tangga Kotapraja sendiri (urusan otonoomi), b. urusan yang karena sifatnya merupakan atau masih menjadi urusan Pemerintah Pusat, akan tetapi hanya cara pelaksanaannya diserahkan kepada Kotapraja (in medebewind), c. urusan yang semata-mata bersifat pertolongan Kotapraja terhadap usaha-usaha Pemerintah Pusat yang tiada mengakibatkan suatu penyerahan tanggungjawab. 4. Perbedaan ini pada umumnya dapat dilihat dalam susunan katakata dari pasal-pasal yang bersangkutan. Dalam pengisian otonoomi daerah, mengenai urusan Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan, Pemerintah menjumpai kesulitan ialah karena sukar ditetapkan urusan manakah yang diserahkan sebagai otonomi dan manakah yang dalam medebewind. Hal itu disebabkan karena: a. penyelenggaraan urusan-urusan itu erat bertahan dengan isinya, yang karena merupakan kepentingan untuk seluruh Indonesia, adalah soal prinsipiil yang harus diatur oleh Pemerintah Pusat. b. harus didasarkan pula kepada kesanggupan (kekuatan keuangan maupun tata usaha) Kotapraja sendiri. c. di antara tugas-tugas/urusan-urusan ada yang baru sama sekali, artinya belum pernah diselenggarakan lebih dahulu oleh Pemerintah, sehingga bagi Pemerintah Pusat merupakan masalah yang memerlukan pengalaman dan penyelidikan. Berhubung dengan hal-hal tersebut di atas ini maka penyerahan yang sesungguhnya daripada urusan-urusan pendidikan, pengajaran dan kebudayaan kepada Kotapraja Jakarta Raya harus dilaksanakan pelahan-pelahan tetapi saksama, sehingga pelaksanaannya tidak terlibat dalam kesukaran-kesukaran. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 dan 2 1. Dalam menyelenggarakan Sekolah Rakyat termasuk: a. urusan penerimaan murid-murid, b. urusan keuangan, c. urusan tata usaha,

d. e. urusan alat-alat perlengkapan, urusan gedung-gedung dan tanah-tanah (lapangan) sekolah, f. urusan pegawai, g. h. urusan uang sekolah, urusan alat-alat pelajaran, i. j. urusan pemberian ijazah, urusan perpustakaan sekolah. 2. Yang dimaksud dengan "gerakan pemuda" ialah usaha-usaha pemuda, baik dalam bentuk organisasi maupun tidak, dalam lapangan yang bersifat kemasyarakatan, pendidikan dan kebudayaan. Urusan-urusan yang diselenggarakan dalam lapangan ini ialah Panti Pemuda, Kepanduan, Keolahragaan dan lain sebagainya. 3. Yang dimaksud dengan kursus-kursus vak yang sesuai dengan keperluan daerah ialah: kursus-kursus untuk menjahit, mengetik, menukang dan lain sebagainya bukannya sekolahsekolah vak yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan. Bahwa urusan yang mengenai isi kursus-kursus vak tersebut, misalnya pengawasan dan pimpinan tehnis serta penetapan rencana pengajaran ada pada Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan adalah mengingat: a. penetapan penghargaan ijazahnya, b. agar ada pemusatan dalam cara mengatur dan mengawasi urusan itu. Berhubung dengan yang tersebut di atas, maka seyogyanya dalam menyelenggarakan kursus-kursus yang dimaksud ada kerja sama yang erat antara Kotapraja dengan instansi-instansi Kementerian di daerah itu, yang ada sangkut-pautnya dengan kursus-kursus vak itu, misalnya Inspeksi-inspeksi Pengajaran Teknik. Pengajaran Ekonomi, Pendidikan Wanita, Pendidikan Masyarakat dan sebagainya. 4. Yang dijadikan tugas urusan Kotapraja ialah penyelenggaraan urusan pendidikan, pengajaran dan kebudayaan yang tersebut dalam pasal 1. Yang mengenai isi urusan-urusan itu, yaitu termasuk "inrichting van het onderwijs", organisasi dan mutu pengajaran, syarat-syarat kecakapan guru, minimum formasi guru-guru, penghargaan ijazah dan lain sebagainya, inspeksi, penetapan kitab-kitab pelajaran maupun perpustakaan dan lain sebagainya ada pada Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan. 5. Kotapraja menerima dari Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan rencana isi urusan dan daftar kitab-kitab yang dipakai. Pasal 3 Cukup jelas.

Pasal 4 Dengan ketentuan ini dimaksud pula, mengadakan kesempatan kepada Kotapraja untuk ditunjuk itu mendapat mengusahakan agar pegawainya yang pengalaman dan kefahaman sehingga akhirnya dapat menyelenggarakannya sendiri. Pasal 5 Dalam soal penyerahan pegawai negara untuk diangkat menjadi pegawai Kotapraja, diperhatikan, bahwa perubahan kedudukan (status) pegawai-pegawai itu tidak boleh mengakibatkan kemunduran dalam kedudukan maupun jaminan nasibnya. Yang dimaksud dengan instansi-instansi Kementerian Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan dalam ayat 3 dari pasal ini ialah: Inspeksi Sekolah Rakyat Daerah, Inspeksi Pendidikan Jasmani Daerah, Inspeksi Pendidikan Masyarakat Daerah dan Perwakilan Jawatan Kebudayaan di daerah, di lapangan masing-masing. Pasal 6 Cukup jelas. Pasal 7 dan 8 1. Perlengkapan kantor guna Dinas Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan Kotapraja sekolah (meubiler) adalah dan perlengkapan urusan Kotapraja gedung sendiri sepenuhnya. 2. Kotapraja dapat pula mengusahakan sendiri untuk memenuhi keperluan-keperluan alat-alat yang khusus mengenai isi atau tujuan urusan, dengan catatan bahwa: a. Untuk yang penggunaan kitab-kitab di luar kitab-kitab telah ditentukan (voorgeschreven) oleh Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan harus dimintakan dahulu pengesahan kitab-kitab itu dari Kementerian tersebut. b. penyelenggaraan perlengkapan kitab-kitab yang dimaksud termasuk dalam pengawasan Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan. Kementerian 3. Pengiriman rencana keperluan alat-alat untuk urusanurusan yang menjadi tugas/urusan Kotapraja, yaitu untuk tahun pelajaran/anggaran yang berlaku, adalah karena Kementerian Pendidikan, Pengajaran perlu dan Kebudayaan dalam usahanya untuk mengadakan persediaan, mengingat pula keperluan Kotapraja. Dalam pada itu untuk mengurus pembelian barang-barang dari luar negeri, Kotapraja dapat minta bantuan dari Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan. Pasal 9 Cukup jelas Pasal 10 Pasal ini mengingat, bahwa sebelum adanya Peraturan Pemerintah ini atas persetujuan Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan, Kementerian Dalam Negeri dan Kotapraja, telah dilakukan penyerahan tugas dan urusan

pendidikan, pengajaran dan kebudayaan atas dasar surat keputusan Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan tanggal 5 Pebruari 1951 No. 2790/Kab. Pasal 11 Walaupun pada azasnya Kotapraja dapat membentuk dan menyusun sendiri Dinas Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan tetapi karena penyusunan Dinas merupakan salah satu soal yang meminta penuh perhatian khusus dari Pemerintah Pusat, yaitu untuk mencapai susunan pegawai yang rasionil dan efficient, maka pembentukan dan penyusunan Dinas itu perlu dilakukan dengan petunjuk-petunjuk dari Pemerintah Pusat. Pasal 12 dan 13. Cukup jelas. Pasal 14 Lihat penjelasan dari pasal 10 di atas. MENTERI DALAM NEGERI, ttd. (HAZIRIN). -------------------------------- CATATAN Kutipan: LEMBARAN NEGARA DAN TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA TAHUN 1953 YANG TELAH DICETAK ULANG Sumber: LN 1953/68; TLN NO. 469