BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap kestabilan kegiatan perekonomian. Di negara seperti indonesia sering

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA JUMLAH UANG BEREDAR DENGAN INFLASI DI INDONESIA ( )

BAB 1 PENDAHULUAN. besar bagi neraca berjalan maupun bagi variabel-variabel makroekonomi

ANALISIS KAUSALITAS GRANGER ANTARA JUMLAH UANG BEREDAR DENGAN INFLASI PERIODE Disusun Oleh : NURING TYAS KUSUMO WARDANI B

ANALISIS VECTOR AUTO REGRESSIVE TERHADAP KAUSALITAS INFLASI DAN JUMLAH UANG BEREDAR INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, masih memiliki stuktur

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dihasilkannya (Hariyani dan Serfianto, 2010 : 1). Menurut Tri Wibowo dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian besaran moneter untuk mencapai perkembangan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. sektor utama dalam perekonomian Negara tersebut. Peran kurs terletak pada nilai mata

I. PENDAHULUAN. Kebijaksanan moneter mempunyai peranan yang sangat menentukan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena

: Determinan Pertumbuhan Jumlah Uang Beredar dan Tingkat Inflasi di Indonesia Periode Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin

I. PENDAHULUAN. kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) untuk mencapai tujuannya yaitu

I. PENDAHULUAN. Uang merupakan alat pembayaran yang secara umum dapat diterima oleh

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

I. PENDAHULUAN. Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap mata uang dollar Amerika setelah

= Inflasi Pt = Indeks Harga Konsumen tahun-t Pt-1 = Indeks Harga Konsumen tahun sebelumnya (t-1)

SKRIPSI. Kausalitas Jumlah Uang Beredar Terhadap Inflasi. di Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi ekonomi mendorong perekonomian suatu negara kearah yang

BAB I PENDAHULUAN. atau bahkan tercapainya full employment adalah kondisi ideal perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Di era globalisasi perdagangan diseluruh dunia, dimana siklus perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. Perlunya inflasi dikendalikan rasanya tidak perlu dipertanyakan lagi.

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

BAB I PENDAHULUAN. yang dikonsumsinya atau mengkonsumsi semua apa yang diproduksinya.

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan stabilitas di bidang ekonomi yang sehat dan dinamis, pemeliharaan di bidang ekonomi akan tercipta melalui pencapaian

BAB I PENDAHULUAN. lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat

I. PENDAHULUAN. atau nilai tukar (Miskhin, 2007:435). Bagi negara berkembang dengan

BAB I PENDAHULUAN. proses pertukaran barang dan jasa serta untuk pembayaran utang. Pada umumnya setiap

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi adalah fenomena yang selalu ada di setiap negara dan merupakan

I. PENDAHULUAN. Nilai tukar mata uang adalah catatan harga pasar dari mata uang asing (foreign

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian uang merupakan bagian yang integral dari kehidupan kita. sehari-hari. Ada yang berpendapat bahwa uang merupakan darahnya

BAB I PENDAHULUAN. fungsi sebagai penyimpan nilai, unit hitung, dan media pertukaran.

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai nilai tambah total yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. semua negara di dunia adalah inflasi (Soebagiyo,2016:95). Definisi singkat dari

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Setiap negara di dunia ini pasti akan melakukan interaksi dengan negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

BAB II TELAAH PUSTAKA. memainkan peranan penting dalam perdagangan internasional, karena nilai. dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai negara.

BAB I PENDAHULUAN. ekspor. Ekspor merupakan barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri dan

I. PENDAHULUAN. Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Globalisasi dalam bidang ekonomi menyebabkan berkembangnya sistem

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, investasi yang dapat meningkatkan barang modal,

I.PENDAHULUAN. Meningkatnya peran perdagangan internasional dibandingkan dengan. perdagangan domestik merupakan salah satu ciri yang menandai semakin

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, arah dan besarnya pergerakan pasar modal menjadi topik yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB I PENDAHULUAN. dan jasa dalam perekonomian dinilai dengan satuan uang. Seiring dengan

I. PENDAHULUAN. Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan Bank Sentral,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Ekonomi dunia telah mengalami perubahan radikal dalam dua

BAB I PENDAHULUAN. tersebut di banding dengan mata uang negara lain. Semakin tinggi nilai tukar mata

BAB I PENDAHULUAN. Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. makroekonomi. Pengeluaran konsumsi seseorang adalah bagian dari. pendapatannya yang di belanjakan. Apabila pengeluaran pengeluaran

BAB I. peranan yang sangat penting dengan memberikan benefit secara langsung pada

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah makroekonomi jangka

I. PENDAHULUAN. Kebijakan moneter (monetary policy) merupakan komponen kunci kebijakan

BAB II TINJAUAN TEORI. landasan teori yang digunakan dalam penelitian yaitu mengenai variabel-variabel

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang telah berlangsung cukup lama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Inflation Targeting Framework (ITF) merupakan sebuah kerangka

I. PENDAHULUAN. Kegiatan konsumsi telah melekat di sepanjang kehidupan sehari-hari manusia.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dalam pasar modal tidaklah terpisah dari stabilitas perekonomian suatu

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pasar Modal 2.2 Harga Minyak Mentah Dunia

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Nilai Tukar ( Exchange Rate

BAB I PENDAHULUAN. membantu membiayai pembangunan nasional, sedangkan impor dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman era globalisasi ini persaingan perekonomian antar negara semakin

Bab 6 TRANSAKSI INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan oleh adanya currency turmoil, yang melanda Thailand dan menyebar

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dan kekurangan dana (Mishkin, 2009). Bank memiliki peranan

V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA. dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses

BAB I PENDAHULUAN. melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. didunia, termasuk Indonesia. Apabila inflasi ditekan dapat mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. inflasi yang rendah dan stabil. Sesuai dengan UU No. 3 Tahun 2004 Pasal 7,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka,

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. riil, dan meningkatnya lapangan kerja sehingga mengurangi pengangguran.

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian. Pembangunan ekonomi diarahkan

BAB I PENDAHULUAN. fiskal maupun moneter. Pada skala mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya,

BABI PENDAHULUAN. Sejak terjadinya krisis ekonomi tabun 1997, perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi. Dimana pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan suatu negara dan diyakini merupakan lokomotif penggerak dalam

Skripsi ANALISA PENGARUH CAPITAL INFLOW DAN VOLATILITASNYA TERHADAP NILAI TUKAR DI INDONESIA OLEH : MURTINI

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Ekonomi Indonesia tidak terlepas dari keterlibatan sektor

BAB II TELAAH TEORITIS DAN PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN. Volatilitas (volatility)berasal dari kata dasar volatile(restiyanto, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Rp14.900/$ pada kuartal berikutnya. Sama seperti pada tahun1998, Indonesia juga

BAB I PENDAHULUAN. Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

ekonomi Kelas X KEBIJAKAN MONETER KTSP A. Kebijakan Moneter Tujuan Pembelajaran

Uang Dalam Perekonomian

Indeks Nilai Tukar Rupiah 2000 = 100 BAB 1 PENDAHULUAN

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara berkembang umumnya memiliki struktur perekonomian yang masih bercorak agraris yang masih sangat rentan dengan adanya goncangan terhadap kestabilan kegiatan perekonomian. Di negara seperti indonesia sering kali terjadi gejolak dalam hal menjaga kestabilan kegiatan perekonomian. Perekonomian selalu menjadi perhatian yang paling penting dikarenakan apabila perekonomian dalam kondisi tidak stabil maka akan timbul masalahmasalah ekonomi seperti rendahnya pertumbuhan ekonomi (Masinambow,dkk, 2014 :45). Semangat pemerintah dan otoritas moneter dalam menciptakan perekonomian yang stabil, merupakan wujud sikap negara dalam upaya memajukan perekonomian bangsa. Menurut Manuela, dkk (2014) salah satu ukuran dari kestabilan perekonomian dapat dilihat melalui pertumbuhan inflasi yang mencerminkan perubahan tingkat harga barang dan jasa. Bank indonesia dan kebijakan moneter yang ditempuh selalu menjadikan inflasi sebagai target untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang stabil, dan target yang diharapkan agar sesuai dengan pasal 1 Undang-Undang No.3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia, yaitu kebijakan moneter yang diterapkan oleh Bank Indonesia bertujuan untuk mencapai kestabilan dan memelihara nilai rupiah melalui pengendalian jumlah uang beredar maupun suku bunga. Sholeh (2006) mengatakan dengan terbitnya Undang-Undang tersebut maka Bank Indonesia 1

2 menempatkan Inflation targeting sebagai anchor pedoman dalam pelaksanaan kebijakan moneter. Kegiatan perekonomian suatu negara tidak pernah terlepas dari kegiatan pembayaran uang. Lalu lintas pembayaran uang berarti menyangkut jumlah uang beredar. Perubahan dalam jumlah uang beredar akan berpengaruh terhadap kegiatan perekonomian di berbagai sektor. Peningkatan jumlah uang beredar mendorong peningkatan harga (inflasi tinggi) melebihi tingkat yang diharapkan sehingga dalam jangka panjang dapat mengganggu pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, apabila peningkatan jumlah uang beredar sangat rendah maka kelesuan ekonomi akan terjadi. Apabila hal ini berlangsung terus menerus, kemakmuran masyarakat secara keseluruhan pada giliranya akan mengalami penurunan. Dengan demikian pengelolaan jumlah uang beredar harus selalu dilakukan dengan hati-hati dengan mempertimbangkan pengaruh yang akan terjadi ( Anggraini, 2012:1). Hubungan inflasi dan jumlah uang yang beredar tergambar dalam teori yang dikemukakan oleh Irving Fisher dan Keynes. Fisher mengungkapkan inflasi bisa terjadi jika ada penambahan jumlah uang beredar. Tanpa adanya kenaikan jumlah uang beredar walau terjadi kenaikan harga maka tak akan terjadi inflasi. Sedangkan Keynes (dalam Ikasari, 2005) melihat bahwa perubahan tingkat harga berpengaruh terhadap tingkat pendapatan nasional equilibrium melalui pengaruhnya terhadap real money supply, yang dapat pula disebut jumlah penawaran uang nyata. Menurut Reksoprayitno (2009) dalam kondisi deflasi, tingkat harga akan mengalami penurunan, sedangkan nilai riil

3 dari jumlah uang beredar akan mengalami peningkatan. Dengan jumlah uang yang nilai nominalnya sama dalam arti tidak berubah, menurunya tingkat harga dengan lima puluh persen, misalnya mengakibatkan meningkatnya real money supply menjadi dua kali jumlah semula (Reksoprayitno, 2009). Sebaliknya, sebagai akibat adanya inflasi, dengan nominal money supply yang sama dihasilkan real money supply yang lebih sedikit daripada sebelumnya (Reksoprayitno, 2009). Pendapat umum tersebut nampaknya didasari atas dugaan kausalitas yang paling memungkinkan yang terjadi antar dua variabel tersebut. Pendapat itu juga sesuai dengan pandangan kaum monetaris yang menyatakan bahwa inflasi disebabkan oleh ekspansi moneter yaitu kelebihan penawaran uang dan permintaan agregat masyarakat. Pandangan ini sesuai dengan teori konvensional yang mengatakan apabila permintaan agregat terus bertambah sedangkan kapasitas untuk memproduksi barang-barang telah mencapai tingkat maksimum, yang berarti penawaran tidak bertambah lagi, maka inflasi akan terjadi ( Suryana, 1999:114). Krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998 telah membuat perekonomian indonesia menjadi tidak stabil dikarenakan adanya kenaikan inflasi. Kenaikan inflasi telah meningkat hingga mencapai 77.63% pada saat itu. Menurut Atmajda (1999:63), inflasi di Indonesia dipicu oleh kenaikan harga komoditi impor (imported inflation) dan membengkaknya hutang luar negeri akibat dari terdepresiasinya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika dan mata uang asing lainya. Akibatnya, untuk mengendalikan tekanan inflasi, maka

4 terlebih dahulu harus dilakukan penstabilan nilai tukar rupiah terhadap valuta asing, khususnya dolar Amerika. Tabel 1.1 Laju Inflasi dan Jumlah Uang Beredar M2 di Beberapa Negara/Kawasan Tahun 2013-2014 Kelompok Negara Inflasi JUB (Milyar) (persen) 2013 2014 2013 2014 Negara Industri Utama - - - - Amerika Serikat 1.2 1,3 11.996.554.000.000 15.597.723.421.396 Euro Area - -0,2 - - Jerman 1.3 0,4 - - Perancis 0.8 0,3 - - Italia 0,7 0,1 - Jepang 1,4 2,6 1.189.692.600.000.000 1.224.868.300.000.000 Inggris 2,1 0,9 2.166.685.000.000 2.109.581.000.000 Kanada 0,9 2 - - Beberapa Negara Eropa Lainya - - - - Rusia 6,4 9,6 37.271.900.000.000 43.032.100.000.000 Turki 7,5 8,8 950.402.367.716 1.056.623.627.495 Asia - - - - RRC 2,9 1,5 110.652.500.263.258 122.837.482.925.283 Korea Selatan 1,1 1 1.920.795.017.400.000 2.077.234.034.400.000 Hong Kong SAR 4,3 5,1 7.496.218.108.005 8.166.324.203.624 Taiwan, Provinsi China 0,6 0,9 - - India 10,6 5 87.826.111.579.704 97.124.597.158.163 Negara ASEAN-5 - - - - Indonesia 8,4 8,4 3.730.197.122.280.670 4.173.326.611.657.080 Malaysia 3 2,8 1.427.000.330.560 1.516.959.103.369 Filipina 3,4 3,6 8.054.206.267.306 9.055.947.070.579 Singapura 2-0,1 495.914.600.000 512.456.900.000 Thailand 1,7 1,1 16.009.018.397.960 16.753.774.644.734 Australia 2,7 1,7 1.621.130.041.674 1.735.142.459.088 Amerika Tengah dan Selatan - - - - Argentina 10,6 10,6 908.133.304.000 1.179.182.771.000 Brazil 5,8 6,5 3.872.683.545.760 4.396.706.047.945 Mexico 3,7 4,2 5.366.632.527.867 6.020.965.840.000 Afrika Selatan 5,4 5,7 2.513.865.443.641 2.696.861.976.261 Sumber : World Bank 2016

5 Berdasarkan Tabel 1.1 laju inflasi dan jumlah uang beredar M2 di beberapa negara/kawasan pada tahun 2013-2014 menunjukanperkembangan jumlah uang beredar dan inflasi di berbagai negara, baik negara industri utama, Eropa maupun nergara negara ASEAN selama dua periode tahun 2013 sampai 2014. Tahun 2013 Argentina dan India mengalami tingkat inflasi paling tinggi yakni sebesar 10,6%, sedangkan Indonesia 8,4%. Posisi terendah ada pada negara Taiwan, Provinsi China 0,6%. Tahun 2014 Argentina tetap menempati tingkat inflasi paling tinggi yakni 10,6% dan tingkat inflasi terendah ada di negara Euro Area yakni sebesar - 0,2%. Jumlah uang beredar di tahun 2013 dan 2014, Indonesia merupakan negara paling tinggi 3.730.197.122.280.670 (Milyar) dan 4.173.326.611.657.080 (Milyar) sedangkan Singapura 495.914.600.000 (Milyar) di tahun 2013 dan 512.456.900.000 (Milyar) tahun 2014 merupakan jumlah terendah di banding dengan negara-negara lain selama dua periode tersebut. Secara teoritis hubungan kausalitas diantara variabel tersebut dapat terjadi. Jika diasumsikan hubungan terjadi hubungan tersebut, maka dampak yang akan ditimbulkan dalam upaya proyeksi kedua variabel tersebut yaitu kedua variabel tersebut haruslah selalu dimasukkan sebagai salah satu faktor penentu yang mempengaruhi perubahan inflasi maupun jumlah uang beredar. ( Meydianawati dan Putra, 2015:183). Moneteris menyatakan bahwa inflasi merupakan suatu fenomena moneter yang mana inflasi terjadi disebabkan oleh pertumbuhan penawaran uang, dimana pergeseran penawaran agregat direspon langsung dengan

6 pergeseran permintaan agregat sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan harga (Hervini, 2011). Menurut Pohan (2008: 35) inflasi merupakan kenaikan harga yang terjadi secara terus menerus dan terjadi pada seluruh kelompok barang dan jasa. Menurut Raharjda dan Manurung (2008: 179) definisi inflasi tersebut mencakup tiga aspek, yaitu adanya kecenderungan (tendency) peningkatan harga secara aktual; peningkatan harga berlangsung terusmenerus (sustained); mencakup pengertian tingkat harga umum (general level of price). Menurut Rahardja dan Manurung (2008: 179) laju inflasi dapat dikendalikan melalui pengendalian faktor-faktor dominan yang menjadi pemicu inflasi. Khusus Indonesia ada beberapa faktor dominan yang dapat memicu terjadinya inflasi yaitu: faktor moneter (core inflation) seperti jumlah uang beredar, dan hal ini sesuai dengan pernyataan tokoh ekonomi dunia Milton Friedman; faktor perubahan atas administered prices yaitu harga barang dan jasa tertentu yang tingkat harganya ditentukan secara sepihak oleh pemerintah, BUMN, dan kartel seperti harga bahan bakar minyak (BBM), air, dan listrik; dan faktor fenomena supply-shock yang sangat mempengaruhi perekonomian baik dari sisi domestik (seperti kekeringan dan gagal panen) maupun dari sisi internasional (seperti naiknya harga barang impor dan perubahan suku bunga internasional) (Rahardja dan Manurung, 2008: 179). Inflasi merupakan salah satu indikator perekonomian yang penting, laju perubahanya selalu di upayakan rendah dan stabil agar supaya tidak menimbulkan penyakit makroekonomi yang nantinya akan memberikan dampak ketidakstabilan dalam perekonomian. Inflasi yang tinggi dan tidak

7 stabil merupakan cerminan akan kecenderungan naiknya tingkat harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus selama periode waktu tertentu. Dengan naiknya tingkat harga ini daya beli dari masyarakat akan menurun akibatnya barang-barang hasil produksi tidak akan habis terjual dan produsen pun tidak akan menambah besaran investasinya. Apabila besaran investasi berkurang hal ini akan memnyebabkan pendapatan nasional akan menurun, yang merupakan gambaran dari pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya akan mempengaruhi kestabilan kegiatan suatu perekonomian yakni sebagai roda pembangunan. Ketika mata uang suatu negara terapresiasi (nilainya naik secara relatif terhadap mata uang lainya), barang yang dihasilkan oleh negara tersebut di luar negeri menjadi mahal dan barang-barang luar negeri di negara tersebut menjadi lebih murah (asumsi harga domestik konstan di kedua negara). Sebaliknya, ketika mata uang suatu negara terdepresiasi, barang-barang negara tersebut yang di luar negeri menjadi lebih murah dan barang-barang luar negeri di negara tersebut menjadi lebih mahal ( Miskhin, 2009:111). Uang adalah benda yang disetujui oleh masyarakat sebagai alat perantara untuk mengadakan pertukaran atau perdagangan dalam masyarakat (Sukirno, 2008). Dengan kata lain, uang adalah alat yang dikatakan sah dan disetujui sebagai alat yang digunakan dalam melakukan pertukaran baik barang maupun jasa. Pada umumnya fungsi uang dapat dikelompokan menjadi dua yaitu fungsi dasar dan fungsi tambahan dari uang, fungsi dasar dari uang yaitu uang sebagai alat tukar (medium exchange), dengan adanya uang masyarakat

8 tidak harus menukar barang yang dimiliki dengan barang yang diinginkan di pasar; uang sebagai alat penyimpan nilai/daya beli (store of value), menyimpan uang merupakan salah satu cara untuk menyimpan kekayaan; uang sebagai satuan hitung (unit of account), fungsi uang tersebut mempermudah tukar menukar (Insukindro, 1997: 14). Adapun fungsi tambahan dari uang adalah sebagai alat pembayaran masa depan (standard for deffered payments) dan sangat terkait dengan transaksi kredit, yang artinya berfungsi sebagai alat pembayaran dimasa depan (Insukindro, 1997: 14). Laju pertumbuhan uang beredar yang tinggi secara berkelanjutan akan menghasilkan laju inflasi yang tinggi dan laju pertumbuhan uang beredar yang rendah pada giliranya akan mengakibatkan laju inflasi rendah. Selanjutnya pernyataan bahwa inflasi merupakan fenomena moneter mengandung arti bahwa laju inflasi yang tinggi tidak akan berlangsung terus apabila tidak disertai dengan laju pertumbuhan uang beredar yang tinggi ( Dornbusch dan Fischer, 1997: 589). Berdasar uraian diatas penulis tertarik untuk menganalisis kausalitas antara Jumlah Uang Beredar dengan Inflasi oleh karena itu penulis mengambil judul HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA JUMLAH UANG BEREDAR DENGAN INFLASI DI INDONESIA TAHUN 1981-2015.

9 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka dalam penelitian ini rumusan masalahnya adalah bagaimana pola dan arah kausalitas jumlah uang beredar dan inflasi di Indonesia dalam jangka pendek maupun jangka panjang berdasarkan periode waktu 1981-2015. Apakah tercipta pengaruh kausalitas ( timbal balik) atau hanya satu arah saja (hanya inflasi yang mempengaruhi jumlah uang beredar atau hanya jumlah uang beredar yang mempengaruhi inflasi). C. Tujuan Penelitian Sesuai latar belakang dan perumusan masalah maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui apakah variabel jumlah uang beredar berpengaruh atau tidak terhadap variabel inflasi. 2. Untuk mengetahui apakah variabel inflasi berpengaruh atau tidak terhadap variabel jumlah uang yang beredar. 3. Untuk mengetahui kesalahan prediksi akhir dengan keberadaan hubungan equilibirium jangka panjang antara jumlah uang beredar dan inflasi. D. Manfaat Penelitian 1. Sebagai aplikasi teori ekonomi secara umum dan ilmu ekonomi pembangunan pada khususnya serta diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian dan kepustakaan yang ada. 2. Bagi disiplin ilmu untuk mengetahui hubungan antara tingkat jumlah uang yang beredar dan inflasi di Indonesia.

10 3. Bagi pemerintah hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan ekonomi. 4. Sebagai referensi bagi pihak lain yang ingin mengadakan penelitian dibidang yang sama. E. Metode Penelitian 1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan dari pihak lain. Adapun sumber data penelitian ini berasal dari Biro Pusat Statistik (BPS), Bank Indonesia dalam rentan waktu 1981 2015, serta sumber lain yang terkait. 2. Metode Analisis Data Metode pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu statistik deskriptif. Setelah data diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis kuantitatif. Untuk menganalisis data sebagai pemecah masalah dalam penelitian ini, di hitung dengan menggunakan Eviews 4.1 yaitu pengujian unit root terhadap variabel inflasi dan jumlah uang beredar di Indonesia; selanjutnya adalah pengujian lag length criteria dalam menentukan panjang lag variabel inflasi dan jumlah uang beredar, tahap ketiga adalah pengujian granger causality dengan membentuk model kausalitasnya. Replikasi dari E-Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana Vol. 4, No. 3, Maret 2015, oleh I Komang Putra dan Luh Gede Meydianawati dengan judul Analisis Vector Auto Regressive terhadap

11 Kausalitas Inflasi Dan Jumlah Uang Beredar Indonesia. Dengan model sebagai berikut : JUB t = Ʃα i Inflasi t-i + Ʃb i JUB t-j + t it... (1) Inflasi t = Ʃc i Inflasi t-i + Ʃd i JUB t-j + u it...(2) Jika ternyata berdasarkan hasil uji kausalitas pada persamaan (1) dan (2) menunjukan hubungan yang saling mempengaruhi maka model VAR akan menjadi : JUB t = α 1i + Ʃβ 1t JUB t-i + Ʃϒ 1t Inflasi t-1 + ε t... (3) Inflasi t = α 2i + Ʃβ 2t JUB t-i + Ʃϒ 2t Inflasi t-1 + ε t...(4) Keterangan : PDRB t = JUB Indonesia pada tahun t JUB t-j = JUB Indonesia pada tahun sebelumnya ke-j Inflasi t = Inflasi Indonesia pada tahun t Inflasi t-i = Inflasi Indonesia pada tahun sebelumnya ke-i αi,bi,c i, d i = Konstanta u it = Faktor Gangguan F. Sistematika Penulisan Penulisan ini dibagi menjadi lima bab dengan urutan penulisan sebagai berikut : BAB I. PENDAHULUAN Dalam Bab I ini diuraikan mengenai Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

12 BAB II. LANDASAN TEORI Pada Bab ini berisi teori-teori yang mendukung Penelitian ini yaitu mengenai teori inflasi dan jumlah uang beredar, penelitian sebelumnya dan hipotesis. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini berisi tentang data dan sumber data. Metode pengumpulan data, definisi operasional variabel, dan metode analisis data. BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Berisi tentang deskripsi data, analisis data, hasil analisis dan pembahasanya. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi tentang kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran yang perlu untuk disampaikan baik obyek penelitian ataupun bagi penelitian selanjutnya.