Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

PENGGUNAAN METODE TOPSIS DALAM RANCANGAN SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN UNTUK MENENTUKAN LOKASI USAHA BARU (Studi Kasus : ARENA DISC Yogyakarta)

BAB 2 LANDASAN TEORI

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM PEMBERIAN BEASISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE WEIGHTED PRODUCT (Studi kasus: Universitas Sari Mutiara Indonesia)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM PEMBERIAN BEASISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE WEIGHTED PRODUCT (Studi kasus: Universitas Sari Mutiara Indonesia)

APLIKASI PEMBERIAN KREDIT MENGGUNAKAN METODE TECHNIQUE FOR ORDER PREFERENCE BY SIMILARITY TO IDEAL SOLUTION (TOPSIS)

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut :

BAB II LANDASAN TEORI

IMPLEMENTASI SISTEM REKOMENDASIAN PENERIMAAN BEASISWA DENGAN MENGGUNAKAN FMADM

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sistem adalah sekelompok dua atau lebih komponen-komponen yang saling berkaitan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank 2.2. Unsur-unsur dan Tujuan Kredit

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN KELULUSAN UJIAN SARINGAN MASUK JALUR PMDK BERDASARKAN NILAI RATA-RATA MATEMATIKA DAN BAHASA INGGRIS

Kata Kunci : Fuzzy MADM, SAW, kriteria, beasiswa.

Rita Hamdani. STMIK Pelita Nusantara Medan Jalan Iskandar Muda No.1, Merdeka, Medan Baru, Sumatera Utara

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PESERTA KAPAL PEMUDA NUSANTARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE WEIGHTED PRODUCT (WP)

BAB 2 LANDASAN TEORI

Bayu Erlangga 1, Elisabet Y.A 2

Pengalokasian Dana Bank (Kredit dan Pembiayaan)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Prosedur adalah rangkaian atau langkah-langkah yang dilakukan untuk

PENGALOKASIAN DANA BANK

BAB II LANDASAN TEORI

PENENTUAN PENERIMA BEASISWA DENGAN MENGGUNAKAN FUZZY MULTIPLE ATRIBUTE DECISSION MAKING.

BAB 5 KEGIATAN MENGALOKASIKAN DANA

Bab 3 Metode Dan Perancangan Sistem

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK MENENTUKAN PENERIMA BEASISWA DI SMA NEGERI 6 PANDEGLANG

MADM-TOOL : APLIKASI UJI SENSITIVITAS UNTUK MODEL MADM MENGGUNAKAN METODE SAW DAN TOPSIS.

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN STAF PENGAJAR MENGGUNAKAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DECISION SUPPORT SYSTEM FOR DETERMINING SCHOLARSHIP RECIPIENTS USING TOPSIS FMADM METHOD

Oleh: Fandy Setyo Utomo STMIK AMIKOM Purwokerto ABSTRACT

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. untuk membantu dan mendorong kegiatan ekonomi. Jasa yang diberikan bank. atau pinjaman uang untuk usaha kecil dan yang dijalankan.

PERENCANAAN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENENTUKAN KRITERIA PENCAIRAN DANA KREDIT NASABAH BMT EL-IHSAN. Siti Nurjanah 1, Zulkifli 2

BAB I PENDAHULUAN. dana (funding) dan menyalurkan dana (lending) masyarakat perekonomian

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2009 (SNATI 2009) ISSN: Yogyakarta, 20 Juni 2009

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENGAJUAN KREDIT DENGAN METODE SAW PADA KJKS AR RAHMAH. Ervin Fightorini 1, Bowo Nurhadiono 2

PENGEMBANGAN SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PENENTUAN PEMBERIAN BEASISWA TINGKAT SEKOLAH

Multi-Attribute Decision Making

Abstrak Kata kunci 1. Pendahuluan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Konsep Sistem Pendukung Keputusan (SPK)

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian bank menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN DUTA MAHASISWA GENERASI BERENCANA BKKBN DENGAN METODE WEIGHTED PRODUCT (WP)

BAB I PENDAHULUAN. dizalimi. Prinsip dasar ini mempunyai implikasi yang sangat luas dalam bidang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan bahasa latin kredit berarti credere yang artinya percaya. Maksud dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang.

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. transaksi dapat terjadi berulang kali dan dilaksanakan secara seragam.

Jurnal SISFO Vol. 7, No.1, Februari 2013 STIKOM Dinamika Bangsa - Jambi 1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Definisi Sistem, Keputusan dan Sistem Pendukung Keputusan

PENDAHULUAN. melakukan kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) baik tingkat SMK/sederajat

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK MENENTUKAN PENERIMA BEASISWA MENGGUNAKAN METODE FMADM (STUDI KASUS: MAHASISWA FKIP UMN AL-WASHLIYAH MEDAN) ABSTRACT

BAB 2 LANDASAN TEORI

Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution sebagai Metode Multi Attribute Decision Making

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Oleh : Tutut Maitanti*, Ema Utami**, Emha Taufiq Luthfi**

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN PINJAMAN TERHADAP NASABAH DENGAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (SAW) STUDI KASUS: PT. BPR LAKSANA GUNA PERCUT

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PASKIBRAKA

Sistem Pendukung Keputusan Manajemen

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehari-hari yang menuntut masyarakat untuk menggunakan jasa-jasa bank. Para

PENENTUAN KELAYAKAN PEMBERIAN KREDIT PADA BANK MENGGUNAKAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (SAW)

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Dalam pelaksanaan Kerja Praktek di PD.BPR BKK TAMAN. KAB.PEMALANG penulis ditempatkan pada Bagian Kredit pada aspek

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Komputer (S.Kom) Pada Program Studi Sistem Informasi OLEH :

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

By : Angga Hapsila, SE.MM

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN Oleh : Saripudin PENGAMBILAN KEPUTUSAN Pengambilan keputusan merupakan proses pemilihan alternative tindakan untuk

Multi atributte decision making (madm)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR WAWANCARA Jawab

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT. bank secara keseluruhan. Kredit berperan sebagai faktor pendorong dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti

Penerapan Metode Simple Additive Weighting (SAW) pada Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Lokasi untuk Cabang Baru Toko Pakan UD.

KERANGKA PEMIKIRAN III.

Sistem Pendukung Keputusan Mahasiswa Berprestasi Menggunakan Metode TOPSIS

sesuai jadwal batas waktu yang telah ditetapkan (tanggal dan bulan tertentu). pendek dengan aktiva lancar secara keseluruhan. Artinya jumlah kewajiban

IMPLEMENTASI METODE WEIGHTED PRODUCT DALAM SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN SELEKSI PENERIMAAN TUNJANGAN PROFESI GURU DI KABUPATEN NGAWI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank selain sebagai tempat menyimpan uang juga dikenal sebagai

SISTEM PEMBERIAN BEASISWA DENGAN MENERAPKAN FMADM (FUZZY MULTIPLE ATTRIBUTE DECISION MAKING) DAN SAW (SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING) Delpiah Wahyuningsih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMILIHAN LOKASI SUMBER MATA AIR UNTUK PEMBANGUNAN JARINGAN AIR BERSIH PEDESAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE TOPSIS

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK MENENTUKAN KUALITAS PELAYANAN PADA APOTEK AMONG ROGO ADILUWIH. Febriana 1, Dedi Irawan 2

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Anggota Badan Eksekutif Mahasiswa dengan Metode Elimination Et Choix Traduisant La Realite (Electre)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. perekonomian suatu negara.anggapan ini ternyata tidak sepenuhnya salah karena. bank sebagai lembaga keuangan yang sangat vital.

Transkripsi:

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Sebagai bahan perbandingan dalam penelitian Perancangan dan Pembuatan Sistem Pendukung Keputusan Penyeleksian Pemberian Kredit Bagi Calon Nasabah Menggunakan Metode TOPSIS (Studi Kasus Bank NTT), pada penelitian yang berjudul Penerapan Metode TOPSIS Untuk Pemberian Bonus Karyawan Berprestasi pada PT. Deltomed Laboratories. Penelitian ini di dalamnya membahas tentang pembuatan aplikasi sistem pemberian bonus bagi karyawan dengan metode TOPSIS sebagai solusi untuk mengefektifkan perhitungan pemberian bonus karyawan berdasarkan tingkat kecakapan pekerjaannya. Data yang diperoleh berdasarkan petunjuk penilaian prestasi kerja yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Kriteria yang ditetapkan adalah tanggung jawab, kualitas pekerjaan, kecakapan kerja, kerjasama, keuletan, kejujuran, loyalitas, moral, kedatangan, ketepatan waktu. Pemberian nilai untuk masing-masing kriteria penilaian dimulai dari rentang nilai 1 sampai 4. Nilai 1 buruk, nilai 2 sedang, nilai 3 baik, nilai 4 baik sekali. Penggunaan metode TOPSIS dirasa mampu mengurutkan karyawan yang layak mendapat bonus. Sistem yang dibangun mampu memberikan rekomendasi kepada perusahaan secara otomatis mengenai karyawan yang layak diberikan bonus dan dapat mengurangi kendala yang terjadi selama ini sehingga PT. Deltomed Laboratories dapat menjalankan kegiatan operasional perusahaan secara lebih efektif dan efisien (Pujiastuti, 2010). 6

Penelitian lain yang pernah dilakukan tentang Penerapan Metode TOPSIS pada Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Mahasiswa Penerima Beasiswa (Studi Kasus pada Beasiswa Rutin UKSW). Aplikasi sistem pendukung keputusan ini membantu dalam penyeleksian mahasiswa penerima beasiswa rutin dengan menggunakan metode TOPSIS. Kriteria yang dipakai adalah penghasilan orang tua perbulan, pengeluaran mahasiswa perbulan, biaya studi anak yang menjadi tanggungan orang tua, biaya kuliah mahasiswa per semester, IPK, rekomendsi wali studi, dan wawancara. Metode TOPSIS akan melakukan perhitungan dan perangkingan setiap mahasiswa brdasarkan jarak nilainya dengan nilai terbaik dan nilai terburuk setiap kriteria melalui perbandingan berpasangan antar mahasiswa pada kriteria yang sama. Metode TOPSIS dalam prosedur perhitungannya akan melakukan perkalian antara matriks perbandingan berpasangan antar mahasiswa pada kriteria yang sama dengan bobot keputusan masing-masing kriteria. Penggunaan aplikasi ini akan membantu dalam menentukan mahasiswa yang berhak dan layak menerima Beasiswa Rutin berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditentukan (Mahanani, 2011). Penelitian tentang sistem pendukung keputusan tentang kelayakan pemberian kredit diantaranya, penelitian yang membahas tentang Perancangan Sistem Pendukung Keputusan Kelayakan Kredit Untuk Calon Nasabah (Studi Kasus pada BMT AL Mu awanah Bringin Kab. Semarang), telah dibahas tentang sistem pendukung keputusan untuk menentukan calon nasabah yang layak memperoleh kredit dengan menggunakan metode Analisa Multi Kriteria (AMK) sebagai metode penyelesaian masalahnya. Penggunaan AMK dapat 7

memecahkan masalah kompleks dengan jumlah kriteria yang cukup banyak dan dapat memberikan keputusan bertingkat atau berturutturut. Kriteria yang digunakan dalam penelitian adalah kemampuan membayar kembali, nilai agunan, jangka waktu, lama usaha, dan status rumah. Terhadap penilaian dilakukan dengan pemberian skor tertentu terhadap data permohonan kredit pada setiap kriteria. Skor yang diberikan mulai dari nilai 3 yang mempunyai kriteria sangat baik, nilai 2 mempunyai kriteria baik, nilai 1 mempunyai kriteria cukup, dan nilai 0 mempunyai kriteria buruk. hasil penelitian menunjukan, dengan adanya aplikasi sistem pendukung keputusan dalam kelayakan pemberian kredit maka proses analisa data calon nasabah menjadi efektif dan efisien dan sistem tersebut dapat memberikan keputusan serta solusi saran alternatif kepada manajerial dalam penentuan pemberian kredit (Afifudin, 2010). Penelitian lain yang pernah dilakukan tentang Sistem Pendukung Keputusan Kelayakan Pemberian Kredit (Studi Kasus pada BKM Artha Kawula), pada penelitian ini menggunakan AHP untuk membantu memutuskan nasabah mana yang akan dipilih. Kriteria yang digunakan adalah harga barang (jaminan), kualitas barang (jaminan), jumlah pinjaman, gaji nasabah. AHP digunakan sebagai perhitungan yang nantinya akan memberikan gambaran yang jelas dan rasional kepada pengambil keputusan tentang keputusan yang dihasilkan. Hasil pengujian aplikasi cukup baik, sesuai dengan data-data yang berkaitan dengan permohonan kredit. Kesimpulannya sistem yang dihasilkan dapat memberikan kemudahan bagi manajer dalam menilai kelayakan calon kreditor dan aplikasi yang user friendly, dimana user hanya perlu memasukkan data-data permohonan kredit kemudian sistem yang akan 8

mengolah data-data tersebut dan menghasilkan suatu keputusan dalam persetujuan pengajuan kredit (Kurniawan, 2010). Di bandingkan dengan dua penelitian sebelumnya yang membahas tentang SPK kelayakan kredit. Penelitian ini akan membangun sebuah sistem pendukung keputusan penyeleksian pemberian kredit bagi calon nasabah Bank NTT menggunakan metode TOPSIS. Kriteria yang dipakai adalah kemampuan membayar kembali, nilai agunan, jangka waktu, dan status rumah. Nilai yang digunakan pada tiap kriteria merupakan nilai yang dikategorikan menjadi empat kategori, yaitu sangat baik, baik, cukup, dan buruk. Metode TOPSIS akan melakukan perhitungan dan perangkingan setiap calon nasabah berdasarkan jarak nilainya dengan nilai terbaik dan nilai terburuk setiap kriteria melalui perbandingan berpasangan antar calon nasabah pada kriteria yang sama. Metode TOPSIS dalam perhitungannya akan melakukan perkalian antar matriks perbandingan berpasangan antar calon nasabah yang sama dengan bobot keputusan masing-masing kriteria. Penggunaan sistem pendukung keputusan ini, diharapkan akan dapat membantu dalam menentukan calon nasabah yang layak untuk memperoleh kredit. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini berupa urutan alternatif saran atau pilihan calon nasabah yang layak memperoleh kredit. Hasil tersebut dapat memberikan pertimbangan penilaian kepada pihak bank untuk menentukan solusi terbaik dalam menentukan calon nasabah yang layak memperoleh kredit. 2.2 Definisi Sistem Pendukung Keputusan Konsep Sistem Pendukung Keputusan (SPK) atau Decision Support System (DSS) pertama kali diungkapkan pada awal tahun 1970-an oleh Michael S. Scott Morton dengan istilah Management 9

Decision System. Memiliki pengertian sebagai suatu sistem yang berbasis komputer yang ditujukan untuk membantu pengambil keputusan dengan memanfaatkan data dan model tertentu untuk memecahkan berbagai persoalan yang tidak terstruktur. Tujuan sistem pendukung keputusan dalam pengambilan keputusan bukan menggantikan manajer melainkan alat yang mendukung manajer dalam mengambil keputusan (Suryadi, Kadarsah, 2002). 2.2.1 Karakteristik Sistem Pendukung Keputusan Berdasarkan pengertian Sistem Pendukung Keputusan maka dapat ditentukan karakteristik dari Sistem Pendukung Keputusan di antaranya adalah: 1. Sistem Pendukung Keputusan dirancang untuk membantu pengambil keputusan dalam memecahkan masalah yang sifatnya semi terstruktur ataupun tidak terstruktur dengan menambahkan kebijaksanaan manusia dan informasi komputerisasi. 2. Sistem pendukung keputusan dalam proses pengolahannya mengkombinasikan penggunaan model-model analisis dengan teknik pemasukan data konvensional serta fungsi-fungsi pencari informasi. 3. Sistem Pendukung Keputusan, dirancang sedemikian rupa sehingga dapat digunakan atau dioperasikan dengan mudah. 4. Sistem Pendukung Keputusan dirancang dengan menekankan pada aspek fleksibilitas serta kemampuan adaptasi yang tinggi. Berdasarkan karakterisriknya didapat manfaat dan keuntungan Sistem Pendukung Keputusan bagi pemakai, yaitu: 10

1. Sistem Pendukung Keputusan memperluas kemampuan pengambil keputusan dalam memproses data atau informasi bagi pemakainya. 2. Sistem Pendukung Keputusan membantu pengambil keputusan untuk memecahkan masalah terutama berbagai masalah yang sangat kompleks dan tidak terstruktur. 3. Sistem Pendukung Keputusan dapat menghasilkan solusi dengan lebih cepat serta hasilnya dapat diandalkan. 4. Walaupun suatu Sistem Pendukung Keputusan mungkin saja tidak mampu memecahkan masalah yang dihadapi oleh pengambil keputusan, namun ia dapat menjadi stimulan bagi pengambil keputusan dalam memahami persoalannya, karena mampu menyajikan berbagai alternatif pemecahan. Selain memiliki manfaat dan keuntungan, Sistem Pendukung Keputusan juga memiliki keterbatasan, diantaranya: 1. Ada beberapa kemampuan manajemen dan bakat manusia yang tidak dapat dimodelkan, sehingga model yang ada dalam sistem tidak semuanya mencerminkan persoalan sebenarnya. 2. Kemampuan suatu Sistem Pendukung Keputusan terbatas pada perbendaharaan pengetahuan yang dimilikinya (pengetahuan dasar serta model dasar). 3. Proses-proses yang dapat dilakukan Sistem Pendukung Keputusan biasanya juga tergantung pada perangkat lunak yang digunakan. 4. Sistem Pendukung Keputusan tidak memiliki kemampuan intuisi seperti yang dimiliki manusia. Sistem ini dirancang 11

hanya untuk membantu pengambil keputusan dalam melaksanakan tugasnya. Jadi dapat dikatakan bahwa Sistem Pendukung Keputusan dapat memberikan manfaat bagi pengambil keputusan dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerja terutama dalam proses pengambilan keputusan. 2.2.2 Proses Pengambilan Keputusan Menurut Herbert A. Simon (Kadarsah, 2002), tahap tahap yang harus dilalui dalam proses pengambilan keputusan adalah sebagai berikut: 1. Tahap Pemahaman (Inteligence Phace) Tahap ini merupakan proses penelusuran dan pendeteksian dari lingkup problematika serta proses pengenalan masalah. Data masukan diperoleh, diproses dan diuji dalam rangka mengidentifikasikan masalah. 2. Tahap Perancangan (Design Phace) Tahap ini merupakan proses pengembangan dan pencarian alternatif tindakan atau solusi yang dapat diambil. Hal tersebut merupakan representasi kejadian nyata yang disederhanakan, sehingga diperlukan proses validasi dan vertifikasi untuk mengetahui keakuratan model dalam meneliti masalah yang ada. 3. Tahap Pemilihan (Choice Phace) Tahap ini dilakukan pemilihan terhadap diantara berbagai alternatif solusi yang dimunculkan pada tahap perencanaan agar ditentukan atau dengan memperhatikan kriteria kriteria berdasarkan tujuan yang akan dicapai. 12

4. Tahap Impelementasi (Implementation Phace) Tahap ini dilakukan penerapan terhadap rancangan sistem yang telah dibuat pada tahap perancangan serta pelaksanaan alternatif tindakan yang telah dipilih pada tahap pemilihan. 2.2.3 Teknik Pengambilan Keputusan Langkah-langkah dalam pengambilan keputusan (Mintzberg), terdiri dari: 1. Tahap identifikasi Tahap ini adalah tahap pengenalan masalah atau kesempatan muncul dan diagnosis dibuat. Sebab tingkat diagnosis tergantung dari kompleksitas masalah yang dihadapi. 2. Tahap pengembangan Tahap ini merupakan aktivitas pencarian prosedur atau solusi standar yang ada atau mendesain solusi yang baru. Proses desain ini merupakan proses pencarian dan percobaan di mana pembuat keputusan hanya mempunyai ide solusi ideal yang tidak jelas. 3. Tahap seleksi Tahap ini pilihan solusi dibuat, dengan tiga cara pembentukan seleksi yakni dengan penilaian pembuat keputusan: berdasarkan pengalaman atau intuisi, bukan analisis logis, dengan analisis alternatif yang logis dan sistematis, dan dengan tawar-menawar saat seleksi melibatkan kelompok pembuat keputusan dan semua manuver politik yang ada. Kemudian keputusan diterima secara formal dan otorisasi dilakukan. 13

2.3 Pengertian Kredit Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani Credere yang berarti kepercayaan, atau Credo yang berarti saya percaya, karena itu dasar dari kata kredit adalah kepercayaan bahwa seseorang atau penerima kredit akan memenuhi segala sesuatu yang telah diperjanjikan terlebih dahulu pada masa yang akan datang. Pengertian kredit dalam arti ekonomi adalah suatu penundaan pembayaran, yaitu uang atau barang (prestasi) yang diterima sekarang akan dikembalikan pada masa yang akan datang berikut tambahan suatu kontra prestasi. Secara singkat kredit berarti suatu pemberian prestasi oleh suatu pihak kepada pihak lain dan prestasi itu akan dikembalikan lagi pada suatu masa tertentu yang akan datang disertai dengan suatu kontra prestasi berupa bunga. Menurut undang-undang pokok Perbankan No.14 tahun 1967, Kredit didefinisikan sebagai penyediaan uang atau tagihan-tagihan yang dapat disamakan, dengan itu berdasarkan persetujuan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain. Berdasarkan definisi kredit, maka pihak peminjam berkewajiban melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang telah ditentukan (Kasmir, 2006). 2.3.1 Unsur-Unsur Kredit Pada dasarnya pemberian kredit didasarkan atas kepercayaan, yang berarti bahwa pemberian kepercayaan oleh bank sebagai pemberi kredit, dimana prestasi yang diberikan benar-benar sudah diyakini akan dapat dibayar kembali oleh penerima kredit sesuai dengan syaratsyarat yang telah diseetujui bersama. Berdasarkan hal-hal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa unsur-unsur yang terdapat dalam pemberian kredit adalah: 14

1. Kepercayaan, yaitu keyakinan si pemberi kredit (bank) bahwa prestasi (uang) yang diberikan akan benar-benar kembali dari si penerima kredit pada suatu masa yang akan datang. 2. Waktu, yaitu jangka waktu antara saat pemberian prestasi dengan saat pengembaliannya. Dalam unsur waktu ini terkandung pengertian tentang nilai agio yaitu nilai uang sekarang lebih berharga daripada nilai uang di masa yang akan datang, sehingga dalam hal ini perlu adanya konta prestasi yang harus berupa uang. 3. Resiko, yaitu resiko yang dapat timbul pada saat pemberian kredit. Untuk menghindari resiko, maka sebelum kredit diberikan harus dilakukan penilaian secara cermat dan dilindungi dengan agunan atau jaminan kredit sebagai benteng terakhir dalam pengaman kredit. Penilaian didasarkan atas banafiditas calon penerima kredit sehingga dapat ditentukan sampai sejauh mana calon penerima kredit dapat dipercaya oleh bank. 4. Prestasi, dalam hubungannya dengan pemberian kredit yang dimaksud prestasi adalah uang. 2.3.2 Tujuan Penggunaan Kredit Jenis kredit dilihat dari segi tujuan pemakaiannya adalah: 1. Kredit Produktif Merupakan kredit yang digunakan untuk meningkatkan usaha atau produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang dan jasa. Artinya kredit ini digunakan untuk diusahakan sehingga menghasilkan sesuatu baik berupa barang maupun jasa. 15

2. Kredit Konsumtif Merupakan kredit yang digunakan untuk dikonsumsi atau dipakai secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha. 2.3.3 Kriteria Penilaian Pemberian Kredit Pemberian kredit bank tidak dilakukan dengan mudah seperti yang diperkirakan. Pihak bank tersebut melakukan penilaian terlebih dahulu apakah calon penerima kredit layak atau tidak. Kriteria penerimaan kredit dilakukan dengan analisa 5C dan 7P. Kriteria 5C menurut Djumhana (2003) adalah sebagai berikut: 1. Character Yang perlu dilakukan dan diteliti dalam kriteria karakter ini adalah tentang pribadi, kebiasaan, sifat-sifat, gaya hidup, keadaan keluarga (anak, suami/istri), dan hobi. 2. Capacity Untuk melihat kemampuan nasabah dalam bidang bisnisnya yang dihubungkan dengan pendidikan dan kemampuan bisnis diukur tentang kemampuan dalam ketentuan-ketentuan pemerintah. 3. Conditional Kondisi ekonomi secara umum dan kondisi pada sektor usaha permintaan kredit perlu mendapatkan penelitian. Maksudnya pihak bank dapat memperkecil resiko yang akan timbul oleh kondisi ekonomi. 16

4. Capital Di dalam penyelidikan terhadap pemodalan si pemilik kredit tidak hanya dilihat dari besar kecilnya modal itu ditempatkan oleh pengusaha, cukupkah modal yang tersedia sehingga segala sumber mampu bergerak secara efektif. 5. Collateral Merupakan hal-hal yang paling penting diperhitungkan, artinya bila mana masih ada kesangsian dalam pertimbanganpertimbangan yang lain, maka si peminta kredit masih diberikan kesempatan bila dapat memberikan jaminan. Secara umum jaminan dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu jaminan fisik dan nonfisik. Jaminan fisik adalah jaminan yang berbentuk tanah, rumah, surat-surat berharga dan lainnya, sedangkan jaminan nonfisik yang berbentuk jaminan keyakinan tentang prospek dan kekuatan keuangan serta karakter yang dapat dipertanggungjawabkan. Jaminan nonfisik dapat berupa orang dan penjamin disebut avalist, jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, maka avalist yang akan menanggung resikonya. Sedangkan kriteria dari penilaian 7P yaitu sebagai berikut: 1. Personality, yaitu menilai nasabah dari segi kepribadian, tingkah laku sehari-hari maupun masa lalunya. 2. Purpose, yaitu mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan oleh nasabah. 3. Prospect, yaitu kriteria-kriteria yang digunakan untuk peminjam apakah usaha yang dilakukan oleh nasabah di masa yang akan datang dapat menguntungkan atau tidak. 17

4. Payment, yaitu merupakan ukuran bagaimana cara nasabah tersebut mengembalikan kredit yang dipinjamnya. 5. Party, yaitu mengklarifikasikan nasabah kedalam klarifikasi tertentu atau golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya. 6. Profitability, yaitu merupakan kriteria untuk menganalisa bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba. 7. Protection yaitu merupakan kriteria yang digunakan untuk mengetahui bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan mendapatkan perlindungan. 2.3.4 Prosedur Kredit Prosedur pengajuan kredit di PT Bank NTT bagi Calon nasabah yang ingin mengajukan permohonan kredit, maka nasabah tersebut harus melalui prosedur sebagai berikut: 1. Nasabah mengambil formulir pengajuan kredit di PT Bank NTT. 2. Nasabah mengisi formulir tersebut. Formulir pengajuan kredit terdiri dari: a. Data Pemohon Kredit diantaranya, nama lengkap dan gelar, nama alias, tempat/tanggal lahir, jenis kelamin, nama gadis ibu kandung, nomor KTP/SIM/Pasport pemohon, status sipil, pendidikan, hubungan dengan Bank, alamat pemohon, kepemilikan rumah, lama menetap, nama dan alamat yang dihubungi dalam keadaan darurat, nomor telepon/handphone, nomor fax, NPWP. 18

b. Data Permohonan Kredit diantaranya, kebutuhan kredit, tujuan penggunaan, kemampuan angsuran per bulan, jangka waktu kredit. c. Data Pekerjaan diantaranya, nama Instansi/Perusahaan, alamat Instansi/Perusahaan, nomor telepon, nomor fax, bidang usaha, jabatan, mulai bekerja, usia pensiun, nama atasan langsung, penghasilan/bulan. d. Data Keluarga diantaranya, nama istri/suami, tempat/tanggal lahir, alamat, nomor telepon, nomor fax, pekerjaan, penghasilan/bulan, keluarga yang ditanggung. e. Data Jaminan/Obyek yang dibiayai diantaranya, rumah (nama, alamat, luas (tanah/bangunan), nilai (Jt)), kendaraan (jenis kendaraan, nomor Polisi, nomor BPKB, tahun, An, nilai (Jt)), lainnya (jenis jaminan, lokasi, An, nilai (Jt)) f. Kondisi Keuangan Keluarga Kekayaan Pribadi diantaranya, deposito, tabungan, giro, saham, nilai tunai asuransi Jiwa, tanah dan bangunan, kendaraan dan lain-lain. Hutang diantaranya, jenis pinjaman, sisa hutang, masa berlaku, kreditur, agunan. Sumber Dana (Pendapatan keluarga setiap bulan) diantaranya, sumber penghasilan (gaji yang diterima, usaha tambahan sendiri, sewa, penghasilan istri/suami). Penggunaan (Pengeluaran Biaya) diantaranya, sewa pemeliharaan rumah, biaya hidup, perawatan kendaraan, 19

premi asuransi, tunjangan kepada pihak ke-tiga, angsuran/tabungan, pengeluaran lain-lain. Sisa pendapatan bersih 3. Nasabah melengkapi persyaratan yang telah ditentukan. Adapun persyaratan tersebut antara lain: Foto copy kartu tanda penduduk suami/istri Foto copy surat nikah/cerai Foto copy kartu keluarga Surat kuasa memotong gaji/pensiunan yang disetujui oleh Bendahara dan Pimpinan Instansi/lembaga/perusahaan Surat persetujuan dari suami/istri Surat rekomendasi dari Pimpinan/Kepala Dinas Surat pernyataan pembayaran angsuran di atas materai Foto copy kartu pegawai dan Taspen Daftar gaji yang ditandatangani oleh Bendahara Gaji dan Atasan 4. Nasabah yang telah mengisi formulir dan melengkapi persyaratan kemudian menyerahkan formulir dan persyaratan tersebut ke pihak Bank NTT bagian Kredit. Beberapa isi formulir dan persyaratan tersebut, akan digunakan sebagai acuan dalam proses penilaian untuk menentukan siapa saja nasabah yang layak atau tidak layak memperoleh pinjaman. 2.4 Multiple Criteria Decision Making (MCDM) Multi Criteria Decision Making (MCDM) adalah suatu metode pengambilan keputusan untuk menetapkan alternatif terbaik dari sejumlah alternatif berdasarkan beberapa kriteria tertentu. Kriteria 20

biasanya berupa ukuran-ukuran, aturan-aturan atau standar yang digunakan dalam pengambilan keputusan (Kusumadewi, 2006). Berdasarkan tujuannya, MCDM dibagi menjadi 2 model: Multi Attribute Decision Making (MADM) dan Multi Objective Decision Making (MODM). MADM biasanya digunakan untuk melakukan penilaian atau seleksi terhadap beberapa alternatif dalam jumlah yang terbatas. Sedangkan MODM digunakan untuk menyeleksi alternatif terbaik dari sejumlah alternatif. Beberapa fitur yang digunakan dalam MCDM menurut Kusumadewi (2006) antara lain: 1. Alternatif Alternatif adalah obyek-obyek yang berbeda dan memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih oleh pengambil keputusan. 2. Atribut Atribut sering juga disebut sebagai kriteria keputusan. 3. Konflik antar kriteria Beberapa kriteria biasanya mempunyai konflik antara satu dengan yang lainnya, misalnya kriteria keuntungan akan mengalami konflik dengan kriteria biaya. 4. Bobot keputusan Bobot keputusan menunjukan kepentingan relatif dari setiap kriteria, W = (w 1, w 2,, w n ). Pada MCDM akan dicari bobot kepentingan dari setiap kriteria. 5. Matriks keputusan Suatu matriks keputusan X yang berukuran m x n, berisi elemenelemen x ij, yang merepresentasikan rating dari alternatif A i terhadap kriteria C j. 21

2.5 Multiple Attribute Decision Making (MADM) Multiple Attribute Decision Making (MADM) adalah suatu metode yang digunakan untuk mencari alternatif optimal dari sejumlah alternatif dengan kriteria tertentu. MADM menentukan nilai bobot untuk setiap atribut, kemudian dilanjutkan dengan proses perankingan yang akan menyeleksi alternatif yang sudah diberikan (Mahanani, 2011). Pada dasarnya, ada 3 pendekatan untuk mencari nilai bobot atribut, yaitu pendekatan subyektif, pendekatan obyektif dan pendekatan integrasi antara subyektif dan obyektif. Pada pendekatan subyektif, nilai bobot ditentukan berdasarkan subyektifitas dari para pengambil keputusan, sehingga beberapa faktor dalam proses perankingan alternatif bisa ditentukan secara bebas. Berbeda dengan pendekatan subyektif, pada perdekatan obyektif, nilai bobot dihitung secara matematis sehingga mengabaikan subyektifitas dari pengambil keputusan (Kusumadewi, 2006). MADM dilakukan melalui 2 langkah, yaitu: pertama, melakukan agregasi terhadap keputusan-keputusan yang tanggap terhadap semua tujuan pada setiap alternatif. Kedua, melakukan perangkingan alternatif-alternatif keputusan tersebut berdasarkan hasil agregasi keputusan (Kusumadewi, 2006). Salah satu metode dari MADM ini adalah metode Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS) yang akan dibahas di bagian selanjutnya. 22

2.6 Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS) TOPSIS (Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution) merupakan salah satu metode pengambilan keputusan multikriteria yang pertama kali diperkenalkan oleh Yoon dan Hwang (1981). Metode TOPSIS didasarkan pada konsep dimana alternatif terpilih yang terbaik tidak hanya memiliki jarak terpendek dari solusi ideal positif, namun juga memiliki jarak terpanjang dari solusi ideal negatif. Solusi ideal positif didefinisikan sebagai jumlah dari seluruh nilai terbaik yang dapat dicapai untuk setiap atribut/kriteria, sedangkan solusi ideal negatif terdiri dari seluruh nilai terburuk yang dicapai untuk setiap atribut/kriteria. TOPSIS mempertimbangkan keduanya, jarak terhadap solusi ideal positif dan jarak terhadap solusi ideal negatif dengan mengambil kedekatan relatif terhadap solusi ideal positif. Berdasarkan perbandingan terhadap jarak relatifnya, susunan prioritas alternatif bisa dicapai. Metode ini banyak digunakan untuk menyelesaikan pengambilan keputusan secara praktis. Hal ini disebabkan konsepnya sederhana dan mudah dipahami, komputasinya efisien, dan memiliki kemampuan mengukur kinerja relatif dari alternatif-alternatif keputusan (Kusumadewi, 2006). Keuntungan dari metode TOPSIS sendiri yaitu (jiang-jiang, 2009): Metode Topsis merupakan salah satu metode yang simple dan konsep rasional yang mudah dipahami. Metode Topsis mampu untuk mengukur kinerja relatif dalam bentuk form matematika sederhana. 23

Proses penyeleksian pemberian kredit bagi calon nasabah, menggunakan beberapa kriteria penilaian. Penentuan pemberian kredit dilakukan dengan mempertimbangkan nilai-nilai setiap calon nasabah yang layak pada setiap kriteria penilaian. Kriteria yang digunakan antara lain kemampuan membayar kembali, nilai agunan, jangka waktu dan status rumah. 2.7 Prosedur TOPSIS Langkah-langkah dalam melakukan perhitungan dengan metode TOPSIS (Kusumadewi, 2006) adalah: 1. Membuat matriks keputusan yang ternormalisasi. TOPSIS membutuhkan rating kinerja setiap alternatif A i pada setiap kriteria C i yang ternormalisasi, berdasarkan Persamaan 2.1 ; dengan i=1,2,...,m;dan j=1,2,...,n. (2.1) 2. Membuat matriks keputusan yang ternormalisasi terbobot dengan mengalikan bobot w i dengan ratting kerja r ij yang akan menghasilkan matriks y ij, berdasarkan Persamaan 2.2 ; dengan i=1,2,...,m;dan j=1,2,...,n. (2.2) 3. Menentukan matriks solusi ideal positif (A + ) dan matriks solusi ideal negatif (A - ) berdasarkan rating bobot ternormalisasi y ij. (2.3) (2.4) Dengan 24

y i + y i - = j=1,2, n. 4. Menentukan jarak antara nilai setiap alternatif dengan matriks solusi ideal positif dan matriks solusi ideal negatif. Jarak antara alternatif A i dengan solusi ideal positif dirumuskan dalam Persamaan 2.5 (2.5) Jarak antara alternatif A i dengan solusi ideal negatif dirumuskan dalam Persamaan 2.6 (2.6) 5. Menentukan nilai preferensi untuk setiap alternatif (V i ) dengan Persamaan 2.7 (2.7) Nilai V i yang lebih besar menunjukan bahwa alternatif A i lebih dipilih. Atau dengan kata lain, nilai V i yang paling besar dapat dipilih sebagai alternatif yang terbaik. 25