BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR, DAN TINGKAT SUKU BUNGA SBI TERHADAP HARGA SAHAM PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Statistik Deskriptif menjelaskan karakteristik dari masing-masing

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA & PEMBAHASAN. Dari analisis deskriptif menggunakan program SPSS 12.0 For Windows didapatkan

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. estimasi yang terbaik, terlebih dahulu data sekunder tersebut harus dilakukan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1

BAB IV HASIL PENELITIAN. bawah ini. Untuk lebih membantu penulis dalam melakukan perhitungan yang

ANALISIS PENGARUH KURS MATA UANG ASING TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. tahun terakhir yaitu tahun 2001 sampai dengan tahun Data yang. diambil adalah data tahun 2001 sampai 2015.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISA DAN HASIL PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Data dan Deskripsi Variabel. Tabel 4.1 Deskripsi Variabel

: Hendriyansyah NPM : Pembimbing : Dr, Waseso Segoro, IR. MM

BAB V PEMBAHASAN. heteroskedastisitas, uji autokorelasi, uji normalitas dan uji multikolinearitas.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Profitabilitas Dan Leverage Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Jasa Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Sektor Keuangan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Jumlah Uang Beredar (JUB) dalam arti luas (M 2 ) dan BI Rate dari tahun

BAB IV HASIL PENELITIAN. (ISSI). Dimana ISSI adalah indeks yang diterbitkan oleh Bapepam-LK dan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Populasi dalam penelitian ini adalah PT. Bank Syariah Mandiri dan Bank

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Perusahaan emiten manufaktur sektor (Consumer Goods Industry) yang

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Statistik deskriptif menggambarkan tentang ringkasan data-data penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR, DAN HARGA EMAS TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN ( Studi Kasus di BEI Periode )

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. digunakan dalam penelitian ini serta dapat menunjukkan nilai maksimum, nilai

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Data Laporan Keuangan PT Mayora Indah Tbk. Tabel. 4.1 Data Laporan Keuangan PT Mayora Indah Tbk.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Subjek dan Objek Penelitian

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA, BI RATE DAN RETURN ON ASSETS (ROA) TERHADAP PEMBERIAN KREDIT PADA BANK BUMN

Nama : Nurlita NPM : Pembimbing : Rini Tesniwati,SE.,MM

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Objek penelitian ini adalah perusahaan LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Textile dan Otomotif yang terdaftar di BEI periode tahun

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Analisis Descriptive Statistics. N Minimum Maximum Mean LDR 45 40,22 108,42 75, ,76969

minimum, nilai rata-rata (mean) serta standar deviasi (α) dari masing-masing variabel.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi,

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH FLUKTUASI KURS VALUTA ASING DAN INDEKS HARGA SAHAM LUAR NEGERI TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. asumsi klasik dan pengujian hipotesis adalah mengetahui gambaran atau

RIZKI AFRIANSYAH

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN oleh PT. Danareksa Investment Management yang pada saat itu mengeluarkan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Populasi dalam penelitian ini adalah Perbankan Syariah yang ada di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. digunakan untuk mengetahui deskripsi suatu data, analisis ini digunakan

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode yang sudah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. saham pada perusahaan food and beverages di BEI periode Pengambilan. Tabel 4.1. Kriteria Sampel Penelitian

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Efek Indonesia (BEI) mulai tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 dan telah

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Objek penelitian ini adalah perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang diteliti, yaitu Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Earning Per

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. bawah ini. Untuk membantu penulis dalam melakukan perhitungan yang cermat

ANALISIS PENGARUH FLUKTUASI KURS EURO DAN INFLASI TERHADAP JAKARTA ISLAMIC INDEX DI BURSA EFEK INDONESIA (PERIODE )

PENGARUH RISIKO INVESTASI TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SUBSEKTOR FARMASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN

LAMPIRAN 1 Tabulasi Data

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menjelaskan karakteristik sampel terutama yang mencakup nilai rata-rata (mean),

Analisis Pengaruh Fluktuasi Kurs (US Dollar dan Euro) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun Pengambilan sampel

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. data hasil perhitungan data adalah sebagai berikut:

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan data-data

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. periode dan dipilih dengan cara purposive sampling artinya metode

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Rasio Profitabilitas, Rasio Solvabilitas Dan Rasio Likuiditas Terhadap

Nama : Dea Rizka Amelia Npm : Jurusan : Manajemen Pembimbing : Dr. Bagus Nurcahyo, SE., MM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengaruh penggunaan derivatif keuangan, board of director, return on

Transkripsi:

63 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyajian Data Penelitian Data dari variabel-variabel yang akan digunakan dalam analisis pada penelitian ini akan penulis sajikan dalam bentuk tabelaris sebagai berikut : Tabel 4.1 Data Rata-Rata Return Saham dan Variabel Ekonomi Makro Untuk Pengolahan Dengan SPSS Versi 11.0 Tahun 1997 1998 1999 000 001 00 003 Bulan Variabel Dependen Return Saham IHSG PNB Uang Beredar Variabel Independen Inflasi Bunga Deposito Nilai Tukar DJIA Harga Minyak Harga Emas Juni 0.0991 0.0941 0.0457 0.075-1.7859 0.040 0.0141 0.103-0.165-0.0301 September -0.58-0.461 0.0400 0.0049-0.5514 0.053 0.166 0.0750-0.006-0.049 Desember -0.3315-0.646-0.0097 0.0737 0.1630 0.0651 0.3434 0.1496 0.0067-0.0531 Maret 0.3350 0.3478 0.030 0.3156 3.7675 0.0618 1.936-0.0148-0.00-0.0396 Juni -0.998-0.1764-0.1868 0.0889 3.4619 0.0858 0.166 0.017-0.0801 0.019 September -0.194-0.3807-0.1418 0.0135.3064 0.3369 0.0413-0.0885-0.0357-0.0443 Desember 0.4395 0.4414-0.1554-0.0358-0.059 0.394-0.34 0.095-0.0913 0.0138 Maret -0.1404-0.0111-0.1300 0.0310-1.5048 0.0988 0.156 0.055 0.0161-0.017 Juni.6864 0.6819 0.115-0.0037-1.603 0.077-0.14 0.3896 0.3536-0.051 September -0.1171-0.173-0.5100 0.0767-1.8959 0.0487-0.0115-0.084 0.308-0.0469 Desember 0.5060 0.354 0.1045 0.0733 0.5786 0.037-0.0614 0.1999 0.1300 0.140 Maret -0.1088-0.1383 0.1958 0.0307-1.5470 0.0316 0.0511-0.160 0.178-0.0174 Juni -0.0988-0.1169-0.0145 0.0601-0.546 0.089 0.134-0.1983-0.0008-0.077 September -0.1413-0.180 0.0649 0.0416-1.8103 0.0308 0.0306-0.1640 0.0987-0.013 Desember 0.0455-0.0119 0.1448 0.0848 1.0063 0.039 0.0939 0.480 0.0113-0.017 Maret -0.019-0.0847-0.0586 0.0030 0.0108 0.14 0.0408-0.1335-0.0991-0.06 Juni 0.0948 0.1485 0.0955 0.0600 0.845 0.0094 0.151 0.0638-0.03 0.0046 September 0.1348-0.103 0.0478 0.0489-0.1303 0.0773-0.1787-0.0044-0.0460 0.0410 Desember -0.1085-0.0011-0.0598 0.054 0.9041 0.0668 0.1140 0.0416-0.330 0.0059 Maret 0.3948 0.89-0.08-0.0337-0.6815 0.0430-0.035-0.014 0.0591 0.047 Juni 0.1014 0.048 0.084 0.0193-0.470 0.0406-0.1105 0.0617 0.156 0.0645 September -0.1708-0.18-0.0003 0.0391-0.06 0.0370 0.0059-0.1963 0.0784 0.0165 Desember -0.046 0.090-0.0096 0.0731 0.7019 0.0344 0.0059 0.0996-0.0053 0.070 Maret 0.0307-0.0634 0.0531-0.0478-0.6737 0.033-0.0169-0.0594 0.108 0.0915 Juni 0.3088 0.733 0.0188 0.0491-0.993 0.0300-0.0543 0.1335-0.1490-0.0151 September 0.116 0.1793 0.060 0.0641 0.016 0.160 0.0075 0.060 0.0405 0.0470 Desember 0.030 0.1577 0.0436 0.0903 0.6596 0.1890 0.0041 0.877 0.033 0.0796

64 Tabel 4. Descriptive Statistics Untuk Variabel-Variabel Penelitian Variabel Minimum Maximum Mean Standard Deviation N (Valid) RTRN_SHM (Y) -0.3315.6864 0.1157 0.5614 7 IHSG (X1) -0.3807 0.6819 0.071 0.396 7 PNB (X) -0.5100 0.1958-0.0077 0.1353 7 M1 (X3) -0.0478 0.3156 0.048 0.0657 7 INFLASI (X4) -1.8959 3.7675 0.0391 1.4455 7 DEPOSITO (X5) 0.0094 0.394 0.0859 0.0905 7 KURS (X6) -0.34 1.936 0.0730 0.785 7 DJIA (X7) -0.1983 0.480 0.046 0.164 7 HRG_EMAS (X8) -0.0531 0.140 0.0053 0.0495 7 HRG_MNYK (X9) -0.330 0.3536 0.004 0.1371 7 4. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dalam penelitian ini akan dilakukan dengan analisis korelasi dan regresi linier berganda. Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui seberapa kuat hubungan antar variabel penelitian dan umumnya dibahas bersama-sama dengan analisis regresi. Analisis regresi digunakan terutama untuk tujuan peramalan, menaksir harga variabel Y berdasarkan harga X yang diketahui serta menaksir perubahan variabel Y untuk setiap satuan perubahan variabel X. 4..1 Analisis Regresi Linier Berganda (Enter Method) Bagian ini akan membahas pengujian hipotesis yang menduga bahwa terdapat pengaruh secara simultan dari variabel tingkat pengembalian pasar (X ), pertumbuhan Pendapatan Nasional Bersih (X ), jumlah uang beredar (X ), tingkat inflasi-unexpected 3 inflation (X ), tingkat bunga deposito (X ), nilai tukar Rp/US$ (X ), pergerakan indeks 4 5 6 1

65 Dow Jones (X ), harga emas internasional (X ), dan harga minyak internasional (X ) 7 8 9 terhadap variabel tingkat pengembalian investasi saham (Y). Hipotesis : H0 = Variabel-variabel ekonomi makro tidak berpengaruh terhadap variabel tingkat pengembalian investasi saham. H1 = Variabel-variabel ekonomi makro berpengaruh terhadap variabel tingkat pengembalian investasi saham. Metode regresi linier berganda yang digunakan adalah enter method, yaitu prosedur pemilihan variabel di mana semua variabel dalam blok dimasukkan dalam perhitungan single step. Dalam analisis regresi linier perlu dilakukan uji pendahuluan terlebih dahulu untuk memastikan bahwa data yang digunakan telah memenuhi syarat untuk pengujian hipotesis yang diajukan. Pada penelitian ini, output SPSS secara otomatis telah memberikan informasi untuk keperluan uji pendahuluan, yang meliputi : A. Pengujian Autokorelasi Salah satu asumsi dalam regresi linier adalah tidak terdapatnya Autokorelasi. Autokorelasi merupakan kondisi dimana kesalahan pengganggu saling berkorelasi dan hal ini terjadi bila terdapat hubungan yang signifikan antar dua data yang berdekatan. Keberadaan autokorelasi dapat diidentifikasikan dengan menggunakan metode statistik dari Durbin-Watson (DW).

66 Tabel 4.3 Pengujian Autokorelasi (Enter Method) Dengan Metode Statistik Durbin-Watson Model 1 Model Summary b Adjusted Std. Error of R R Square R Square the Estimate Durbin-Watson.89 a.795.687.3139685.13 a. Predictors: (Constant), HRG_MNYK, IHSG, DEPOSITO, PNB, HRG_EMAS, DJIA, M1, INFLASI, KURS b. Dependent Variable: RTRN_SHM Model Summary dari output SPSS menunjukkan bahwa angka DW =.13, dimana angka tersebut berada di atas + yang berarti terdapat autokorelasi negatif. Autokorelasi Positif Tidak Terdapat Autokorelasi Autokorelasi Negatif - +.13 Gambar 4.1 Uji Autokorelasi (Enter Method) Dengan Angka Durbin-Watson B. Pengujian Multikolinieritas Pengujian multikolinieritas bertujuan untuk mengetahui apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Jika terdapat korelasi, maka dapat dikatakan bahwa model regresi terdapat gejala multikolinieritas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Pengujian keberadaan gejala multikolinieritas dapat dilakukan dengan melihat besaran Variance Inflation Factor (VIF) dan Tolerance. Suatu model regresi yang bebas

67 multikolinieritas adalah mempunyai nilai VIF disekitar angka 1 dan nilai Tolerance mendekati angka 1. Model 1 Tabel 4.4 Pengujian Multikolinieritas (Enter Method) Dengan Angka Tolerance dan VIF (Constant) IHSG PNB M1 INFLASI DEPOSITO KURS DJIA HRG_EMAS HRG_MNYK Unstandardized Coefficients a. Dependent Variable: RTRN_SHM Coefficients a Standardized Coefficients Collinearity Statistics t Sig. Tolerance VIF B Std. Error Beta 9.933E-0.14.698.494 1.659.36.708 5.086.000.61 1.610 9.63E-0.56.03.183.857.749 1.335-1.743 1.896 -.04 -.90.371.44 4.094 6.16E-0.085.160.79.476.49 4.009 5.05E-0.887.008.057.955.588 1.701.795.700.395 1.137.7.100 10.018.96.479.087.619.544.614 1.69 -.841.994 -.317 -.846.409.085 11.70 1.630.55.398.954.009.66 1.510 Pada output SPSS terlihat bahwa variabel M1, INFLASI, KURS, dan HRG_EMAS secara berurutan memiliki angka VIF sebesar 4.094, 4.009, 10.018, dan 11.70 (tidak disekitar angka 1) dan angka Tolerance secara berurutan sebesar 0.44, 0.49, 0.100, dan 0.085 (tidak mendekati angka 1), yang berarti variabel-variabel independen tersebut memiliki kolinieritas. Walaupun terdapat gejala autokolerasi dan multikolinieritas, variabel M1, INFLASI, KURS, dan HRG_EMAS akan tetap dicoba untuk diikutsertakan dalam pengujian persamaan regresi linier. A. Pengujian Koefisien Determinasi (Uji R ) Pengujian kontribusi pengaruh seluruh variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen dapat dilihat dari koefisien determinasi berganda (R ), namun karena model regresi dalam penelitian ini memiliki lebih dari dua variabel

68 independen, maka akan digunakan Adjusted R sebagai koefisien determinasi. Semakin tinggi Adjusted R akan semakin baik bagi model regresi, karena variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen lebih besar. Model 1 Tabel 4.5 Pengujian Koefisien Determinasi (Enter Method) Model Summary b Adjusted Std. Error of R R Square R Square the Estimate Durbin-Watson.89 a.795.687.3139685.13 a. Predictors: (Constant), HRG_MNYK, IHSG, DEPOSITO, PNB, HRG_EMAS, DJIA, M1, INFLASI, KURS b. Dependent Variable: RTRN_SHM Berdasarkan output SPSS di atas, model regresi ternyata memiliki Adjusted R sebesar 0.687, yang berarti bahwa 68.7% dari tingkat pengembalian investasi saham (RTRN_SHM) dapat dijelaskan oleh variasi dari kesembilan variabel independen, sedangkan sisanya sebesar 31.3% diterangkan oleh variabel lain. Ini menunjukkan bahwa korelasi antara tingkat pengembalian investasi saham (RTRN_SHM) dengan variabel IHSG, PNB, M1, INFLATION, DEPOSITO, KURS, DJIA, HRG_EMAS dan HRG_MNYK adalah kuat. B. Pengujian Linieritas (Uji F) Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah model regresi yang diperoleh berdasarkan penelitian akan memiliki arti apabila digunakan dalam penarikan kesimpulan mengenai hubungan sejumlah variabel yang dipelajari.

69 Hipotesis : H : b = 0 0 Tidak ada hubungan linier antara variabel-variabel independen dengan variabel dependen. H : b 0 1 Ada hubungan linier antara variabel-variabel independen dengan variabel Model 1 dependen. Tabel 4.6 Pengujian Signifikansi Linier Berganda (Enter Method) Regression Residual Total ANOVA b Sum of Squares df Mean Square F Sig. 6.517 9.74 7.346.000 a 1.676 17.099 8.193 6 a. Predictors: (Constant), HRG_MNYK, IHSG, DEPOSITO, PNB, HRG_EMAS, DJIA, M1, INFLASI, KURS b. Dependent Variable: RTRN_SHM Berdasarkan output SPSS di atas, diperoleh F = 7.346 dengan tingkat signifikansi 0.000. Oleh karena probabilitas (0.000) jauh lebih kecil dari tingkat signifikansi 0.05, yang berarti masih signifikan sampai pada taraf signifikansi 5% dan tolak H 0 (terdapat hubungan linier antara variabel independen dengan variabel dependen), maka dapat dikatakan bahwa hubungan variabel-variabel independen IHSG, pertumbuhan Pendapatan Nasional Bersih, jumlah uang beredar, tingkat inflasi, tingkat bunga deposito, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar, pergerakan indeks Dow Jones, harga emas internasional dan harga minyak internasional dengan variabel tingkat pengembalian investasi saham bersifat nyata. hitung

70 C. Pengujian Signifikansi Koefisien Regresi (Uji t) Keterandalan regresi sebagai alat estimasi adalah ditentukan oleh signifikansi parameter-parameter regresi yang dalam hal ini adalah nilai koefisien regresi (B). Apabila nilai-nilai koefisien tersebut tidak mempunyai pengaruh secara signifikan, maka variabel independen tersebut dapat diabaikan dari model regresi. Model 1 (Constant) IHSG PNB M1 INFLASI DEPOSITO KURS DJIA HRG_EMAS HRG_MNYK Tabel 4.7 Pengujian Koefisien Regresi (Enter Method) Unstandardized Coefficients a. Dependent Variable: RTRN_SHM Coefficients a Standardized Coefficients Collinearity Statistics t Sig. Tolerance VIF B Std. Error Beta 9.933E-0.14.698.494 1.659.36.708 5.086.000.61 1.610 9.63E-0.56.03.183.857.749 1.335-1.743 1.896 -.04 -.90.371.44 4.094 6.16E-0.085.160.79.476.49 4.009 5.05E-0.887.008.057.955.588 1.701.795.700.395 1.137.7.100 10.018.96.479.087.619.544.614 1.69 -.841.994 -.317 -.846.409.085 11.70 1.630.55.398.954.009.66 1.510 Berdasarkan nilai koefisien regresi (B) pada output SPSS di atas dapat dibuat sebuah model regresi linier berganda, yaitu : RTRN_SHM = 0.099 + 1.659 IHSG + 0.096 PNB 1.743 M1 + 0.06 INFLASI + 0.050 DEPOSITO + 0.795 KURS + 0.96 DJIA 0.841 HRG_EMAS + 1.630 HRG_MNYK Persamaan regresi di atas tidak sepenuhnya diterima dahulu, perlu adanya pengujian signifikansi koefisien regresi. Untuk melakukan pengujian koefisien regresi linier dapat dilihat dari tingkat signifikansinya apakah berada di atas 5% atau di bawah 5%. Jika berada di atas 5%, maka koefisien regresi dikatakan tidak signifikan.

71 Hipotesis : H = Koefisien regresi tidak signifikan 0 H 1 = Koefisien regresi signifikan Berdasarkan output SPSS, dapat dibuat analisis berikut ini : 1) IHSG Pada taraf signifikansi 5%, t hitung = 5.086 > t =.09 dengan taraf signifikansi tabel 0.00% (jauh di bawah 5%), maka tolak H 0, yang berarti IHSG berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pengembalian investasi saham. IHSG mempunyai koefisien regresi dengan arah yang positif sebesar 1.659. Berarti bahwa pola hubungan antara variabel IHSG dengan RTRN_SHM adalah searah. Oleh karena itu, dapat diinterpretasikan bahwa jika IHSG meningkat 1 satuan maka return saham akan meningkat sebesar 1.659 satuan dengan anggapan variabel independen lainnya konstan. ) PNB Pada taraf signifikansi 5%, t hitung = 0.183 < t =.09 dengan taraf signifikansi tabel 85.7% (jauh di atas 5%), maka terima H 0, yang berarti pertumbuhan Pendapatan Nasional Bersih tidak berpengaruh secara signifikan (statistik) terhadap tingkat pengembalian investasi saham. Pertumbuhan PNB mempunyai koefisien regresi dengan arah yang positif sebesar 0.096. Berarti bahwa pola hubungan antara variabel PNB dengan RTRN_SHM adalah searah. Oleh karena itu, dapat diinterpretasikan bahwa jika PNB meningkat 1 satuan maka return saham akan meningkat sebesar 0.096 satuan dengan anggapan variabel independen lainnya konstan.

7 3) M1 Pada taraf signifikansi 5%, t hitung = -0.90 < t =.09 dengan taraf signifikansi tabel 37.1% (jauh di atas 5%), maka terima H 0, yang berarti jumlah uang beredar tidak berpengaruh secara signifikan (statistik) terhadap tingkat pengembalian investasi saham. Jumlah uang beredar mempunyai koefisien regresi dengan arah yang negatif sebesar 1.743. Berarti bahwa pola hubungan antara variabel M1 dengan RTRN_SHM adalah berlawanan. Oleh karena itu, dapat diinterpretasikan bahwa jika jumlah uang beredar meningkat 1 satuan maka return saham akan menurun sebesar 1.743 satuan dengan anggapan variabel independen lainnya konstan. 4) INFLASI Pada taraf signifikansi 5%, t = 0.79 < t =.09 dengan taraf signifikansi hitung tabel 47.6% (jauh di atas 5%), maka terima H 0, yang berarti tingkat inflasi tidak berpengaruh secara signifikan (statistik) terhadap tingkat pengembalian investasi saham. Tingkat inflasi mempunyai koefisien regresi dengan arah yang positif sebesar 0.06. Berarti bahwa pola hubungan antara variabel INFLASI dengan RTRN_SHM adalah searah. Oleh karena itu, dapat diinterpretasikan bahwa jika tingkat inflasi meningkat 1 satuan maka return saham akan meningkat sebesar 0.06 satuan dengan anggapan variabel independen lainnya konstan. 5) DEPOSITO Pada taraf signifikansi 5%, t 0.057 < t =.09 dengan taraf signifikansi hitung 95.5% (jauh di atas 5%), maka terima H 0, yang berarti tingkat bunga deposito tidak tabel

73 berpengaruh secara signifikan (statistik) terhadap tingkat pengembalian investasi saham. Tingkat bunga deposito mempunyai koefisien regresi dengan arah yang positif sebesar 0.050. Berarti bahwa pola hubungan antara variabel DEPOSITO dengan RTRN_SHM adalah searah. Oleh karena itu, dapat diinterpretasikan bahwa jika tingkat bunga deposito meningkat 1 satuan maka return saham akan meningkat sebesar 0.050 satuan dengan anggapan variabel independen lainnya konstan. 6) KURS Pada taraf signifikansi 5%, t = 1.137 < t =.09 dengan taraf signifikansi hitung tabel 7.% (jauh berada di atas 5%), maka terima H 0, yang berarti nilai tukar Rupiah terhadap Dollar tidak berpengaruh secara signifikan (statistik) terhadap tingkat pengembalian investasi saham. Nilai tukar Rupiah terhadap US$ mempunyai koefisien regresi dengan arah yang positif sebesar 0.795. Berarti bahwa pola hubungan antara variabel KURS dengan RTRN_SHM adalah searah. Oleh karena itu, dapat diinterpretasikan bahwa jika nilai tukar Rupiah terhadap US$ meningkat 1 satuan maka return saham akan meningkat sebesar 0.795 satuan dengan anggapan variabel independen lainnya konstan. 7) DJIA Pada taraf signifikansi 5%, t = 0.619 < t =.09 dengan taraf signifikansi hitung 54.4% (jauh di atas 5%), maka terima H 0, yang berarti pergerakan indeks Dow Jones tidak berpengaruh secara signifikan (statistik) terhadap tingkat pengembalian investasi saham. tabel

74 Pergerakan indeks Dow Jones mempunyai koefisien regresi dengan arah yang positif sebesar 0.96. Berarti bahwa pola hubungan antara variabel DJIA dengan RTRN_SHM adalah searah. Oleh karena itu, dapat diinterpretasikan bahwa jika indeks Dow Jones meningkat 1 satuan maka return saham akan meningkat sebesar 0.96 satuan dengan anggapan variabel independen lainnya konstan. 8) HRG_EMAS Pada taraf signifikansi 5%, t = -0.846 < t =.09 dengan taraf signifikansi hitung 40.9% (jauh di atas 5%), maka terima H 0, yang berarti harga emas internasional tidak berpengaruh secara signifikan (statistik) terhadap tingkat pengembalian investasi saham. Harga emas internasional mempunyai koefisien regresi dengan arah yang negatif sebesar -0.841. Berarti bahwa pola hubungan antara variabel HRG_EMAS dengan RTRN_SHM adalah berlawanan. Oleh karena itu, dapat diinterpretasikan bahwa jika harga emas internasional meningkat 1 satuan maka return saham akan menurun sebesar 0.841 satuan dengan anggapan variabel independen lainnya konstan. 9) HRG_MNYK Pada taraf signifikansi 5%, t =.954 > t =.09 dengan taraf signifikansi hitung tabel tabel 0.9% (jauh di bawah 5%), maka tolak H 0, yang berarti harga minyak internasional berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pengembalian investasi saham. Harga minyak internasional mempunyai koefisien regresi dengan arah yang positif sebesar 1.630. Berarti bahwa pola hubungan antara variabel HRG_MNYK dengan RTRN_SHM adalah searah. Oleh karena itu, dapat diinterpretasikan bahwa jika harga

75 minyak internasional meningkat 1 satuan maka return saham akan meningkat sebesar 1.630 satuan dengan anggapan variabel independen lainnya konstan. Kesimpulan : Walaupun secara statistik variabel dependen RTRN_SHM dapat dijelaskan oleh variasi dari variabel independen IHSG, PNB, M1, INFLASI, DEPOSITO, KURS, DJIA, HRG_EMAS dan HRG_MNYK dan persamaan linier dinyatakan mempunyai hubungan linier antara variabel independen dengan variabel dependen, namun adanya autokolerasi dan multikolinieritas membuat perubahan atau pergerakan variabel-variabel independen menjadi tidak signifikan dengan perubahan atau pergerakan variabel RTRN_SHM. Karena itu untuk mendapatkan variabel-variabel independen yang mempengaruhi variabel tingkat pengembalian investasi saham secara signifikan, perlu dibuat dan diuji persamaan-persamaan regresi baru yang bebas dari gejala autokorelasi dan multikolinieritas. 4.. Analisis Regresi Linier Berganda (Stepwise Method) Persamaan regresi yang baru akan dihasilkan dengan menggunakan analisis regresi linier berganda stepwise method. Metode ini dimulai dengan memasukkan variabel independen yang memiliki korelasi paling kuat dengan variabel dependen. Kemudian setiap kali pemasukan variabel independen yang lain, dilakukan pengujian untuk tetap memasukkan variabel independen atau mengeluarkannya. Hasil pengolahan data dapat dilihat pada tabel berikut :

76 Tabel 4.8 Pengujian Koefisien Regresi (Stepwise Method) Variables Entered/Removed a Model 1 Variables Entered Variables Removed IHSG. HRG_MNYK. a. Dependent Variable: RTRN_SHM Method Stepwise (Criteria: Probability-of-F-to-enter <=.050, Probability-of-F-to-remove >=.100). Stepwise (Criteria: Probability-of-F-to-enter <=.050, Probability-of-F-to-remove >=.100). Berdasarkan output SPSS di atas, terlihat bahwa hanya terdapat dua variabel independen yang layak di masukkan dalam model regresi, yaitu variabel IHSG dan HRG_MNYK. Dimana pada Model 1 hanya memasukkan variabel IHSG dan pada Model menambahkan variabel harga minyak internasional dalam model regresi. Penelitian ini akan diawali dengan uji pendahuluan untuk memastikan bahwa data yang digunakan telah memenuhi syarat untuk pengujian hipotesis. Pengujian tersebut meliputi : A. Pengujian Autokorelasi Keberadaan autokorelasi dapat diidentifikasikan dengan menggunakan metode statistik dari Durbin-Watson (DW). Model Summary dari output SPSS menunjukkan bahwa angka DW = 1.99, dimana angka tersebut berada di antara sampai + yang berarti tidak terdapat autokorelasi. Tabel 4.9 Pengujian Autokorelasi (Stepwise Method) Dengan Metode Statistik Durbin-Watson Model 1 a. b. Model Summary c Adjusted Std. Error of R R Square R Square the Estimate.797 a.636.61.345560 Durbin-Watson.877 b.769.750.808795 1.99 Predictors: (Constant), IHSG Predictors: (Constant), IHSG, HRG_MNYK c. Dependent Variable: RTRN_SHM

77 Autokorelasi Positif Tidak Terdapat Autokorelasi Autokorelasi Negatif - + 1.99 Gambar 4. Uji Autokorelasi (Stepwise Method) Dengan Angka Durbin-Watson B. Pengujian Multikolinieritas Pengujian keberadaan gejala multikolinieritas dilakukan dengan melihat besaran Variance Inflation Factor (VIF) dan Tolerance. Suatu model regresi yang bebas multikolinieritas adalah mempunyai nilai VIF disekitar angka 1 dan nilai tolerance mendekati angka 1. Tabel 4.10 Pengujian Multikolinieritas (Stepwise Method) Dengan Angka Tolerance dan VIF Model 1 (Constant) IHSG (Constant) IHSG HRG_MNYK Unstandardized Coefficients a. Dependent Variable: RTRN_SHM Coefficients a Standardized Coefficients Collinearity Statistics t Sig. Tolerance VIF B Std. Error Beta 6.515E-0.067.973.340 1.868.83.797 6.604.000 1.000 1.000 3.610E-0.055.657.518 1.811.30.773 7.858.000.996 1.004 1.498.403.366 3.70.001.996 1.004 Pada output SPSS terlihat bahwa variabel independen IHSG dan HRG_MNYK pada Model 1 dan Model telah terbebas dari gejala multikolinieritas, hal ini ditunjukkan oleh nilai Tolerance dan VIF yang berada di sekitar angka 1.

78 Dengan tidak terdapatnya gejala autokorelasi dan multikolinieritas, maka selanjutnya akan dilakukan pengujian persamaan regresi linier, seperti pada berikut : A. Pengujian Koefisien Determinasi (Uji R ) Output SPSS akan menampilkan koefisien korelasi ganda (R) yang menyatakan ukuran dari derajat keeratan hubungan antara variabel dependen dengan seluruh variabel independen, dan koefisien determinasi (R ) yang menjelaskan pengaruh atau kontribusi variabel independen terhadap variabel dependen. Model 1 Tabel 4.11 Pengujian Koefisien Determinasi (Stepwise Method) Model Summary c Adjusted Std. Error of R R Square R Square the Estimate.797 a.636.61.345560 Durbin-Watson.877 b.769.750.808795 1.99 a. Predictors: (Constant), IHSG b. Predictors: (Constant), IHSG, HRG_MNYK c. Dependent Variable: RTRN_SHM berikut : Berdasarkan output SPSS pada Tabel 4.11, dapat dibuat kesimpulan sebagai Tabel 4.1 Kesimpulan Hasil Pengujian Koefisien Determinasi (Stepwise Method) Model 1 Model Koefisien Korelasi (R) 0.797 0.877 Keeratan Hubungan Kuat Sangat Kuat Koefisien Determinasi (R ) 0.636 0.769 Tingkat Pengaruh 63.60% 76.90% Pengaruh Lain 36.40% 3.10% Adjusted R 0.61 0.750

79 B. Pengujian Linieritas (Uji F) Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah model regresi yang diperoleh berdasarkan penelitian akan memiliki arti apabila digunakan dalam penarikan kesimpulan mengenai hubungan sejumlah variabel yang dipelajari. Hipotesis : H : b = 0 0 H : b 0 1 Tidak ada hubungan linier antara variabel-variabel independen dengan variabel dependen. Ada hubungan linier antara variabel-variabel independen dengan variabel dependen. Tabel 4.13 Pengujian Signifikansi Linier Berganda (Stepwise Method) ANOVA c Model 1 Regression Residual Total Regression Residual Total a. Predictors: (Constant), IHSG Sum of Squares df Mean Square F Sig. 5.08 1 5.08 43.611.000 a.985 5.119 8.193 6 6.300 3.150 39.95.000 b 1.893 4.079 8.193 6 b. Predictors: (Constant), IHSG, HRG_MNYK c. Dependent Variable: RTRN_SHM Berdasarkan output SPSS pada Tabel 4.13, dapat dibuat kesimpulan untuk masing-masing model sebagai berikut : 1) Model 1 (Predictors : Constant, IHSG) Model 1 mempunyai F 43.611 > F = 4.065 dengan tingkat signifikansi 0.000 hitung tabel (di bawah α 5%), yang berarti masih signifikan sampai taraf signifikansi 5% dan tolak H 0. Sehingga dikatakan bahwa terdapat hubungan linier antara variabel independen IHSG dengan variabel dependen tingkat pengembalian investasi saham.

80 ) Model (Predictors : Constant, IHSG, HRG_MNYK) Pada Model, variabel independen yang dimasukkan adalah harga minyak internasional (HRG_MNYK). Model mempunyai F 39.95 > F = 3. dengan tingkat signifikansi 0.000 (di bawah α 5%), yang berarti masih signifikan hitung tabel sampai taraf signifikansi 5% dan tolak H 0. Sehingga dikatakan bahwa terdapat hubungan linier antara variabel independen IHSG dan harga minyak internasional dengan variabel dependen tingkat pengembalian investasi saham. C. Pengujian Signifikansi Koefisien Regresi (Uji t) Keterandalan regresi sebagai alat estimasi adalah ditentukan oleh signifikansi parameter regresi yang dalam hal ini adalah nilai koefisien regresi (B). Apabila nilai koefisien tersebut tidak mempunyai pengaruh secara signifikan, maka variabel independen tersebut dapat diabaikan dari model regresi. Hipotesis : H = Koefisien regresi tidak signifikan 0 H 1 = Koefisien regresi signifikan Tabel 4.14 Pengujian Koefisien Regresi (Stepwise Method) Coefficients a Model 1 (Constant) IHSG (Constant) IHSG HRG_MNYK Unstandardized Coefficients a. Dependent Variable: RTRN_SHM Standardized Coefficients Collinearity Statistics Std. B Error Beta t Sig. Tolerance VIF 6.5E-0.067.973.340 1.868.83.797 6.604.000 1.000 1.000 3.6E-0.055.657.518 1.811.30.773 7.858.000.996 1.004 1.498.403.366 3.70.001.996 1.004 Berdasarkan nilai koefisien regresi (B) pada output SPSS pada Tabel 4.14, dapat dibuat persamaan regresi linier berganda untuk masing-masing model, yaitu :

81 1) Model 1 RTRN_SHM = 0.065 + 1.868 IHSG Tabel 4.15 Pengujian Koefisien Regresi (Stepwise Method) Untuk Model 1 Variabel t Signifikansi Signifikansi Berdasar 5% Hasil Uji Hipotesis Kesimpulan IHSG 6.604 0.000 Lebih Kecil Tolak Ho Berpengaruh Penjelasan Model 1 :! Nilai konstanta sebesar 0.065 menyatakan bahwa jika variabel-variabel independen dalam model diasumsikan sama dengan nol, secara rata-rata vaiabel diluar model akan menaikkan return saham sebesar 0.065 satuan.! Koefisien regresi IHSG sebesar 1.868 menyatakan bahwa variabel IHSG berpengaruh positif terhadap return saham, berarti jika IHSG meningkat sebesar 1 satuan, maka return saham akan meningkat pula sebesar 1.868 satuan. ) Model RTRN_SHM = 0.036 + 1.811 IHSG + 1.498 HRG_MNYK Tabel 4.16 Pengujian Koefisien Regresi (Stepwise Method) Untuk Model Variabel t Signifikansi Signifikansi Berdasar 5% Hasil Uji Hipotesis Kesimpulan IHSG 7.858 0.000 Lebih Kecil Tolak Ho Berpengaruh HRG_MNYK 3.70 0.001 Lebih Kecil Tolak Ho Berpengaruh Penjelasan Model :! Nilai konstanta sebesar 0.036 menyatakan bahwa jika variabel-variabel independen dalam model diasumsikan sama dengan nol, secara rata-rata variabel diluar model akan menaikkan return saham sebesar 0.036 satuan.

8! Koefisien regresi IHSG sebesar 1.811 menyatakan bahwa variabel IHSG berpengaruh positif terhadap return saham, berarti jika IHSG meningkat sebesar 1 satuan, maka return saham akan meningkat pula sebesar 1.811 satuan.! Koefisien regresi HRG_MNYK sebesar 1.498 menyatakan bahwa variabel harga minyak internasional berpengaruh positif terhadap return saham, berarti ketika harga minyak meningkat sebesar 1 satuan, maka return saham akan meningkat pula sebesar 1.498 satuan. 4.3 Ringkasan dan Pembahasan Hasil Penelitian 4.3.1 Pengaruh Variabel Ekonomi Makro Secara Simultan RTRN_SHM = 0.099 + 1.659 IHSG + 0.096 PNB 1.743 M1 + 0.06 INFLASI + 0.050 DEPOSITO + 0.795 KURS + 0.96 DJIA 0.841 HRG_EMAS + 1.630 HRG_MNYK Berdasarkan persamaan regresi hasil output SPSS dengan enter method, dapat diketahui bahwa kesembilan variabel independen yang diteliti, yaitu tingkat pengembalian pasar (IHSG), pertumbuhan Pendapatan Nasional Bersih, perubahan jumlah uang beredar, tingkat inflasi, tingkat bunga deposito, nilai tukar Rupiah terhadap US$, pergerakan indeks Dow Jones Industrial Average, harga emas internasional, dan harga minyak internasional secara simultan berpengaruh nyata terhadap variabel dependen tingkat pengembalian investasi saham. Hal ini dapat dibuktikan dari nilai F yang lebih besar dari F (F = 7.346 > F =.56) dan tingkat signifikansinya 0.000 yang lebih kecil dari α = 0.05. tabel hitung tabel hitung

83 Kesembilan variabel independen tersebut memberikan nilai R sebesar 0.795. Hal ini berarti bahwa 79.5% dari variabel dependen tingkat pengembalian investasi saham dapat dijelaskan oleh variabel tingkat pengembalian pasar (IHSG), pertumbuhan Pendapatan Nasional Bersih, perubahan jumlah uang beredar, tingkat inflasi, tingkat bunga deposito, nilai tukar Rupiah terhadap US$, pergerakan indeks Dow Jones Industrial Average, harga emas internasional, dan harga minyak internasional dengan tingkat kesalahan 0%. Sedangkan sisa sebesar 0.5% dari variasi variabel dependen tingkat pengembalian investasi saham dijelaskan oleh faktor-faktor lainnya. Namun signifikansi parameter regresi pada variabel-variabel independen yang membentuk persamaan tersebut sebagian besar menunjukkan tidak adanya pengaruh yang signifikan. Berdasarkan persamaan regresi yang dibentuk dari output SPSS dengan stepwise method, didapatkan model regresi yang variabelnya secara signifikan mempengaruhi return saham, yaitu : RTRN_SHM = 0.065 + 1.868 IHSG...Model 1 RTRN_SHM = 0.036 + 1.811 IHSG + 1.498 HRG_MNYK...Model Pada model 1, variabel IHSG menjadi satu-satunya variabel ekonomi makro yang berpengaruh signifikan dan mampu menjelaskan variabel return saham sebesar 63.6% sedangkan sisanya 36.4% dijelaskan oleh faktor-faktor lainnya. Pada model, terdapat variabel ekonomi makro yang berpengaruh signifikan dan mampu menjelaskan variabel return saham sebesar 76.9% sedangkan sisanya 3.1% dijelaskan oleh faktor-faktor lainnya. Hasil uji pendahuluan menyatakan bahwa kedua model tersebut tidak mempunyai gejala autokorelasi dan multikolinieritas.

84 4.3. Pengaruh Variabel Ekonomi Makro Secara Parsial Bagian ini akan membahas pengaruh secara parsial (individual) dari masingmasing variabel independen, mempelajari pola hubungannya terhadap variabel dependen, serta mengidentifikasi variabel ekonomi makro yang paling dominan mempengaruhi tingkat pengembalian investasi saham. Tabel 4.17 Hipotesis Yang Diajukan Untuk Pengujian Hipotesis Penelitian Ho1 Ho Ho3 Ho4 Ho5 Ho6 Ho7 Ho8 Ho9 Deskripsi Hipotesis Penelitian IHSG tidak mempengaruhi return saham Pendapatan Nasional Bersih tidak mempengaruhi return saham Jumlah uang beredar tidak mempengaruhi return saham Tingkat inflasi tidak mempengaruhi return saham Tingkat bunga deposito tidak mempengaruhi return saham Nilai tukar Rp/US$ tidak mempengaruhi return saham Pergerakan indeks DJIA tidak mempengaruhi return saham Harga emas internasional tidak mempengaruhi return saham Harga minyak internasional tidak mempengaruhi return saham Berikut ini adalah hasil pengujian hipotesis : Variabel Penelitian t hitung t tabel Tabel 4.18 Hasil Pengujian Hipotesis Tingkat Signifikansi Signifikansi Pada α 5% Keputusan IHSG 5.086.09 0.000 Signifikan Tolak Ho1 PNB 0.183.09 0.857 Tidak Signifikan Terima Ho M1-0.90.09 0.371 Tidak Signifikan Terima Ho3 INFLATISI 0.79.09 0.476 Tidak Signifikan Terima Ho4 DEPOSITO 0.057.09 0.955 Tidak Signifikan Terima Ho5 KURS 1.137.09 0.7 Tidak Signifikan Terima Ho6 DJIA 0.619.09 0.544 Tidak Signifikan Terima Ho7 HRG_EMAS -0.846.09 0.409 Tidak Signifikan Terima Ho8 HRG_MNYK.954.09 0.009 Signifikan Tolak Ho9

85 Pembahasan secara parsial untuk masing-masing variabel ekonomi makro pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Kontribusi Tingkat Pengembalian Pasar (IHSG) Tingkat pengembalian pasar yang direpresentasikan oleh Indeks Harga Saham Gabungan sebagai ukuran tingkat pengembalian portofolio saham mempunyai parameter koefisien regresi yang bertanda positif sebesar 1.659, dengan tingkat signifikansi 0% (jauh di bawah tingkat signifikansi 5%), maka tolak Ho1. Karena arah koefisien regresi dari variabel ini menunjukkan pola yang konsisten dengan teori dan hubungan yang signifikan, maka variabel IHSG secara parsial layak digunakan sebagai alat estimasi tingkat pengembalian investasi saham. Variabel IHSG merupakan variabel yang paling dominan pengaruhnya terhadap tingkat pengembalian investasi saham, dimana nilai koefisien determinasi parsialnya (R ) adalah 0.636, nilai R ini adalah yang tertinggi dibandingkan koefisien determinasi parsial variabel-variabel independen lainnya. Dengan demikian, hasil penelitian ini telah memperkuat hasil observasi King di S&P 500 index seperti yang dinyatakan dalam Fischer dan Jordon (1995), dan juga penelitian Rustam (1997) dan Handra (004). Sebenarnya IHSG lebih mencerminkan kondisi keseluruhan transaksi bursa saham yang terjadi jika dibandingkan menjadi ukuran kenaikan atau penurunan harga saham. Karena jumlah dan harga saham setiap emiten tidak sama, maka kadangkala IHSG tidak mencerminkan pergerakan saham sesungguhnya. Saham-saham yang memiliki nilai tinggi dan volume yang besar akan mempunyai bobot yang besar seperti pada saham-saham bluechip, dimana terjadi transaksi saham sedikit saja sudah memberikan pengaruh yang besar pada IHSG.

86. Kontribusi Pertumbuhan Pendapatan Nasional Bersih (PNB) Dalam penelitian ini, variabel pertumbuhan PNB mempunyai parameter koefisien regresi bertanda positif sebesar 0.096 dengan tingkat signifikansi 85.7% (jauh di atas tingkat signifikansi 5%), maka terima Ho. Ini berarti variabel PNB secara parsial tidak layak digunakan sebagai alat estimasi tingkat pengembalian investasi saham. Nilai koefisien determinasi parsial (R ) variabel PNB hanya 0.067, menyebabkan variabel PNB bias dalam menjelaskan variabel tingkat pengembalian investasi saham. Dalam penelitian ini, walaupun nilai statistik menunjukkan tidak adanya pengaruh yang signifikan dari variabel pertumbuhan PNB, namun arah parameter koefisien menunjukkan pola yang konsisten terhadap teori. Secara teoritis, Pendapatan Nasional Bersih merupakan ukuran kemampuan ekonomi nasional yang sesungguhnya, dengan demikian pertumbuhan PNB yang dihitung dari PDB riil sudah seharusnya memiliki pengaruh yang positif terhadap tingkat pengembalian investasi saham. Produk Domestik Bruto adalah ukuran produksi barang dan jasa total suatu negara. Pertumbuhan PDB yang cepat merupakan indikasi terjadinya pertumbuhan ekonomi. Jika pertumbuhan ekonomi membaik, maka daya beli masyarakat pun akan meningkat, dan ini merupakan kesempatan bagi perusahaan untuk meningkatkan penjualannya. Dengan meningkatnya penjualan perusahaan, maka kesempatan perusahaan memperoleh keuntungan juga akan semakin meningkat. 3. Kontribusi Jumlah Uang Beredar (M1) Variabel jumlah uang beredar mempunyai parameter koefisien regresi bertanda negatif sebesar -1.743 dengan tingkat signifikansi 37.1% (jauh di atas tingkat signifikansi

87 5%), maka terima Ho3. Ini berarti variabel M1 secara parsial tidak layak digunakan sebagai alat estimasi tingkat pengembalian investasi saham. Nilai koefisien determinasi parsial (R ) variabel M1 hanya 0.011, menyebabkan variabel ini bias dalam menjelaskan variabel tingkat pengembalian investasi saham. Variabel jumlah uang beredar pada penelitian ini, di samping memiliki pengaruh yang tidak signifikan, juga memiliki pola yang tidak konsisten dengan teori. Secara teoritis, Ml adalah total penjumlahan uang kartal dan uang giral karenanya jenis uang ini menggambarkan daya beli efektif yang dimiliki masyarakat yang akan secara langsung mempengaruhi permintaan terhadap barang dan jasa. Umumnya diharapkan akan terdapatnya hubungan antara perubahan jumlah uang yang beredar dengan perubahan harga saham. Beberapa penelitian awal menunjukkan bahwa terdapat hubungan tersebut, dan jumlah uang beredar akan mempengaruhi harga saham (Jones, 1994). Meskipun demikian, beberapa penelitian berikutnya menunjukkan bahwa hubungan tersebut tidak selalu synchronous, tetapi mungkin menunjukkan bahwa perubahan pasar dipengaruhi oleh perubahan jumlah uang beredar di masa yang akan datang, seperti pada penelitian ini. Kemungkinan pasar mengharapkan akan terjadi penambahan jumlah uang beredar sehingga indeks naik, meskipun untuk periode yang sama teramati adanya penurunan jumlah uang beredar. Temuan ini menunjukkan bahwa hipotesis pasar yang efisien mungkin berlaku. 4. Kontribusi Tingkat Inflasi (INFLASI) Variabel tingkat inflasi pada penelitian ini mempunyai parameter koefisien regresi bertanda positif 0.06 dengan tingkat signifikansi 47.6% (jauh di atas tingkat

88 signifikansi 5%), maka terima Ho4. Ini berarti variabel INFLASI secara parsial tidak layak digunakan sebagai alat estimasi tingkat pengembalian investasi saham. Nilai koefisien determinasi parsial (R ) variabel INFLASI hanya 0.036, menyebabkan variabel ini bias dalam menjelaskan variabel tingkat pengembalian investasi saham. Dalam penelitian ini, selain nilai statistik yang menunjukkan tidak adanya pengaruh yang signifikan dari variabel tingkat inflasi, arah parameter koefisiennya juga menunjukkan pola yang tidak konsisten terhadap teori. Hasil studi ini berlawanan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Jacob dan Pettit (1989) dan juga penelitian Wahyudi (1997) dan Handra (004) di BEJ. Secara teoritis, pola hubungan negatif antara tingkat inflasi dengan tingkat pengembalian investasi saham dapat disebabkan oleh meningkatnya biaya produksi sehingga menurunkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat, sebagai akibatnya menurunkan penawaran agregat. Demikian juga terdapat kemungkinan perusahaan harus berproduksi melebihi kapasitas normalnya karena adanya peningkatan permintaan agregat tetapi peningkatan biaya untuk berproduksi lebih besar dibandingkan dengan kenaikan permintaannya. Seluruh keadaan sebagaimana dijelaskan tersebut berpengaruh negatif terhadap indeks harga saham gabungan dan tentu saja terhadap indeks harga saham individual. Laba bersih yang dilaporkan sebuah perusahaan bukan tidak mungkin diakibatkan oleh adanya inflasi, di mana laba cederung menjadi lebih besar (overstated) dibanding substansi ekonominya, sebab laba tersebut berasal dari perubahan tingkat harga dan bukan berasal dari kinerja operasi perusahaan. Dalam sebuah negara yang diliputi keadaan inflasi tinggi seperti Indonesia, perusahaan yang selalu meningkat labanya,

89 belum tentu mempunyai kinerja yang bagus, sebab laba tersebut dapat disebabkan karena faktor inflasi. Hal inilah yang diduga sebagai penyebab tidak konsistennya pola hubungan antara tingkat inflasi dengan tingkat pengembalian investasi saham. 5. Kontribusi Tingkat Bunga Deposito (DEPOSITO) Dalam penelitian ini, variabel tingkat bunga deposito mempunyai parameter koefisien regresi bertanda positif sebesar 0.050 dengan tingkat signifikansi 95.5% (jauh di atas tingkat signifikansi 5%), maka terima Ho5. Ini berarti variabel DEPOSITO secara parsial tidak layak digunakan sebagai alat estimasi tingkat pengembalian investasi saham. Nilai koefisien determinasi parsial (R ) variabel DEPOSITO hanya 0.00056, menyebabkan variabel ini bias dalam menjelaskan variabel tingkat pengembalian investasi saham. Dalam penelitian ini, selain nilai statistik yang menunjukkan tidak adanya pengaruh yang signifikan dari variabel tingkat bunga deposito, arah parameter koefisiennya juga menunjukkan pola yang tidak konsisten terhadap teori. Secara teoritis, pola hubungan negatif antara tingkat bunga deposito dengan tingkat pengembalian investasi saham dikarenakan bunga deposito merupakan harga yang harus dibayar oleh perbankan kepada deposan sebagai investor. Oleh karena itu, deposito dijadikan sebagai sarana investasi alternatif dari investasi saham. Apabila bunga deposito lebih tinggi daripada tingkat pengembalian investasi saham, maka investor akan lebih tertarik untuk menanamkan kekayaannya dalam bentuk deposito. IHSG memiliki hubungan negatif dengan tingkat suku bunga. Penurunan tingkat suku bunga SBI akan diikuti penurunan tingkat suku bunga komersial yang berlaku di

90 pasar. Rendahnya tingkat suku bunga komersial tentu tidak menguntungkan untuk menyimpan uang di bank sehingga seseorang akan lebih tertarik membeli saham dengan tingkat pengembalian (rate of return) lebih tinggi daripada menyimpan uangnya dalam deposito. Pada saat kondisi perekonomian normal, penurunan tingkat bunga komersial juga mendorong dunia usaha melakukan investasi. Maraknya investasi di sektor riil ini berdampak pada pergerakan pasar modal. Oleh sebab itu penurunan tingkat suku bunga berdampak pada kenaikan IHSG. Tetapi jaminan keamanan investasi seperti pada deposito dirasakan lebih penting bagi investor ketika kondisi perekonomian sedang mengalami krisis dan suhu politik yang belum stabil. Sehingga penurunan tingkat suku bunga komersial belum tentu berdampak pada kenaikan IHSG. Dan berarti pola yang tidak konsisten dalam penelitian ini menunjukkan kemungkinan tidak adanya kepedulian investor terhadap perubahan tingkat bunga deposito. Atau kemungkinan terdapat faktor lain selain tingkat bunga yang menyebabkan IHSG naik meskipun tingkat bunga juga naik. 6. Kontribusi Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar (KURS) Variabel nilai tukar Rp/US$ pada penelitian ini mempunyai parameter koefisien regresi bertanda positif 0.795 dengan tingkat signifikansi 7.% (jauh di atas tingkat signifikansi 5%), maka terima Ho6. Ini berarti variabel KURS secara parsial tidak layak digunakan sebagai alat estimasi tingkat pengembalian investasi saham. Nilai koefisien determinasi parsial (R ) variabel KURS hanya 0.06, menyebabkan variabel ini bias dalam menjelaskan variabel tingkat pengembalian investasi saham.

91 Dalam penelitian ini, walaupun nilai statistik menunjukkan tidak adanya pengaruh yang signifikan dari variabel nilai tukar, namun arah parameter koefisien menunjukkan pola yang konsisten terhadap teori. Secara teoritis, nilai tukar mencerminkan keseimbangan permintaan dan penawaran terhadap mata uang lokal Rupiah maupun mata uang asing US$. Menurunnya nilai tukar Rupiah merefleksikan penurunan permintaan masyarakat internasional terhadap Rupiah, atau karena adanya peningkatan permintaan US$ oleh masyarakat. Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa merosotnya nilai tukar Rupiah akan merujuk pada merosotnya kemampuan ekonomi nasional, berarti kemampuan fundamental perusahaan juga cenderung merosot, sehingga meningkatnya nilai tukar US$ akan menurunkan tingkat pengembalian investasi saham. Tidak adanya kontribusi secara signifikan dari variabel nilai tukar Rupiah terhadap US$ menunjukkan kurang berperannya informasi mengenai perubahan variabel ini bagi investor. Hasil penelitian ini di samping konsisten dengan teori, juga memperkuat penelitian yang dilakukan oleh Rustam (1997) dan Handra (004). 7. Kontribusi Pergerakan Indeks Dow Jones (DJIA) Dalam penelitian ini, variabel pergerakan indeks DJIA mempunyai parameter koefisien regresi bertanda positif sebesar 0.96 dengan tingkat signifikansi 54.4% (jauh di atas tingkat signifikansi 5%), maka terima Ho7. Ini berarti variabel DJIA secara parsial tidak layak digunakan sebagai alat estimasi tingkat pengembalian investasi saham. Nilai koefisien determinasi parsial (R ) variabel DJIA adalah 0.14, menyebabkan variabel ini bias dalam menjelaskan variabel tingkat pengembalian investasi saham.

9 Walaupun arah parameter koefisien menunjukkan pola yang konsisten terhadap teori, namun nilai statistik menunjukkan tidak adanya pengaruh yang signifikan dari variabel DJIA. Tidak adanya pengaruh pergerakan indeks Dow Jones secara signifikan terhadap tingkat pengembalian investasi saham, telah dinyatakan dalam penelitian Sugeng Wahyudi (004), Melalui pendekatan analisis statistik ternyata kemampuan menjelaskan perubahan di Bursa Nikkei lebih besar dari kemampuan Bursa Dow Jones. Berarti di antara bursa regional perubahan-perubahan yang terjadi di Bursa Nikkei paling dapat menjelaskan terhadap kenaikan atau penurunan pada Bursa Efek Jakarta. 8. Kontribusi Harga Emas (HRG_EMAS) Variabel harga emas pada penelitian ini mempunyai parameter koefisien regresi bertanda negatif -0.841 dengan tingkat signifikansi 40.9% (jauh di atas tingkat signifikansi 5%), maka terima Ho8. Ini berarti variabel HRG_EMAS secara parsial tidak layak digunakan sebagai alat estimasi tingkat pengembalian investasi saham. Nilai koefisien determinasi parsial (R ) variabel KURS hanya 0.079, menyebabkan variabel ini bias dalam menjelaskan variabel tingkat pengembalian investasi saham. Arah koefisien regresi dari variabel ini menunjukkan pola yang konsisten terhadap teori tetapi tidak signifikan secara statistik. Pola hubungan yang negatif (berlawanan) ini dapat dijelaskan oleh hubungan rasional, bahwa emas adalah logam mulia yang banyak diminati sebagai alternatif investasi karena sifatnya yang anti inflasi. Ketika nilai dollar AS melemah, investor banyak yang menempatkan uang mereka pada investasi alternatif, antara lain, emas. Kecenderungan ini membuat harga emas di pasar

93 dunia meningkat. Karenanya perubahan harga emas sering menjadi perhatian investor sebagai dasar dalam menentukan keputusan investasinya. Di negara lain yang masyarakatnya sudah maju, banyak kondisi yang dapat mengairahkan semua jenis investasi emas, termasuk transaksi derivatifnya. Misalnya transaksi kontrak berjangka emas di Tokyo Commodity Exchange mengalami kenaikan volume transaksi ketika ada berita mengenai tekanan Amerika Serikat terhadap Dewan Keamanan PBB untuk mengambil sikap terhadap Irak. Namun tidak demikian halnya di Indonesia. Sampai sekarang, transaksi kontrak berjangka emas di Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) masih belum banyak dimanfaatkan, baik sebagai sarana lindung nilai (hedging) terhadap fluktuasi harga emas maupun sebagai sarana untuk meraih keuntungan. 9. Kontribusi Harga Minyak Internasional (HRG_MNYK) Dalam penelitian ini, variabel harga minyak internasional mempunyai parameter koefisien regresi bertanda positif sebesar 1.630 dengan tingkat signifikansi 0.9% (jauh di bawah tingkat signifikansi 5%), maka tolak Ho9. Berarti secara statistik variabel harga minyak internasional dinyatakan berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengembalian investasi saham. Namun nilai koefisien determinasi parsial (R ) variabel HRG_MNYK hanya 0.174, menyebabkan variabel ini secara parsial menjadi bias dalam menjelaskan variabel tingkat pengembalian investasi saham. Akan tetapi secara simultan, variabel harga minyak internasional layak digunakan sebagai alat estimasi tingkat pengembalian investasi saham.

94 Dalam penelitian ini, variabel harga minyak internasional memiliki pola yang tidak konsisten terhadap teori. Secara teoritis, pola hubungan yang seharusnya terjadi adalah negatif (berlawanan) karena minyak merupakan bahan bakar dan bahan baku untuk kegiatan produksi bagi banyak sektor industri. Kenaikan harga minyak seharusnya menyebabkan biaya produksi khususnya industri manufaktur menjadi lebih tinggi sehingga melemahkan aspek fundamental perusahaan dan menyebabkan penurunan harga saham perusahaan. Namun di Indonesia hal ini tidak terjadi, peneliti menduga bahwa terdapat satu faktor utama yang menyebabkan pola yang tidak konsisten ini terjadi, yaitu adanya sistem subsidi terhadap harga minyak oleh pemerintah sehingga harga minyak dalam negeri tidak mengalami kenaikan, termasuk yang digunakan untuk bahan bakar sektor industri. Hal inilah yang pada sisi lain menjadikan kinerja perusahaan (emiten) di Indonesia melalui laporan keuangan yang disampaikan banyak mengalami kenaikan.