APA PEDOMANMU DALAM BERIBADAH KEPADA ALLAH TA'ALA? Publication : 1436 H_2015 M Apa Pedomanmu dalam Beribadah Kepada Allah Ta'ala? Disalin dari Majalah as-sunnah Ed.05 Thn.XIX_1436H/2015M e-book ini didownload dari www.ibnumajjah.wordpress.com
Seorang hamba wajib menghambakan dirinya kepada Allah Ta'ala. Dalam proses menghambakan dan mendekatkan dirinya, atau lebih lazim dikenal dengan beribadah, kepada Rabb-nya itu, ia tidak boleh berbuat dan melakukan sesukanya berdasarkan kata hati, perasaan, akal atau menurut kebanyakan orang. Ada enam pedoman dalam beribadah 1 yang wajib diikuti oleh seorang Muslim dalam mengamalkan seluruh ibadahnya. Pedoman-pedoman tersebut adalah: Pertama: Ibadah itu bersifat ت و ق ي ف ي ة (tauqifiyyah, tidak ada ruang bagi akal di dalamnya). Para hamba wajib untuk hanya patuh terhadap ketentuan pemegang hak syariat saja, Allah. Allah Azza wa Jalla berfirman: ف اس ت ق م ك م ا أ م ر ت و م ن ت ب م ع ك و ال ت ط غ و ا إ ن ه ب ا ت ع م ل ون ب ص ي "Maka, tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orangorang yang telah bertaubat bersamamu dan janganlah melampaui batas"(qs. Hud/11:112) 1 Diadaptasi dari Haqiqatu at-tashawwuf, Syaikh Shalih bin Fauzan bin 'Abdullah al-fauzan hlm. 9-13 dengan beberapa tambahan.
Bahkan Rasul kita Muhammad shallallahu alaihi wa sallam pun wajib tunduk patuh terhadap aturan syariat yang Allah gariskan kepada Beliau shallallahu alaihi wa sallam. Allah Azza wa Jalla berfirman: ث ج ع ل ن اك ع ل ى ش ر يع ة م ن األم ر ف ات ب ع ه ا و ال ت ت ب ع أ ه و اء ال ذ ين ال ي ع ل م ون Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama) itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui (QS. Al- Jatsiyah/45:18) Kedua: Ibadah harus dikerjakan dengan ikhlas karena Allah Azza wa Jalla, bersih dari noda-noda kesyirikan. Allah Azza wa Jalla berfirman: ف م ن ك ان ي ر ج و ل ق اء ر ب ه ف ل ي ع م ل أ ح د ا ع م ال ص ا ل ا و ال ي ش ر ك ب ع ب اد ة ر ب ه "Barangsiapa mengharap pertemuan dengan Rabbnya, maka hendaknya ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Rabbnya" (QS. Al-Kahfi/18:110).
Apabila ibadah terkontaminasi oleh unsur syirik dan tercampur dengannya, maka akan membatalkan dan membuyarkannya. Allah Azza wa Jalla berfirman setelah menyebutkan 18 rasul: و ل و أ ش ر ك وا ل ب ط ع ن ه م م ا ك ان وا ي ع م ل ون Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan(qs. Al-An'am/6:88). Allah Azza wa Jalla juga berfirman: إ ل ي ك و إ ل ال ذ ين م ن ق ب ل ك ل ئ ن أ ش ر ك ت ل ي ح ب ط ن ع م ل ك و ل ق د أ وح ي و ل ت ك ون ن م ن ا ل اس ر ين. ب ل ا لل ف اع ب د و ك ن م ن الش اك ر ين Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu, "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. Karena itu, maka hendaklah Allah saja kamu ibadahi dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur". (QS. Az-Zumar/39:65-66)
Ketiga: Hendaknya teladan dalam ibadah dan insan yang menjelaskannya adalah Rasulullah Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Allah Azza wa Jalla berfirman: ل ق د ك ان ل ك م ف ر س ول ا لل أ س و ة ح س ن ة ل م ن ك ان ي ر ج و ا لل و ال ي و م اآلخ ر و ذ ك ر ا لل ك ث ي ا Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) Hari Kiamat dan dia banyak menyebut Allah (QS. Al-Ahzab/33:21) Tentang ayat di atas, Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, 'Ayat ini merupakan kaedah besar tentang (keharusan) mengikuti Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam segala ucapan, perbuatan dan keadaannya". Perkara-perkara yang Allah Azza wa Jalla cintai untuk dijadikan ritual ibadah oleh umat manusia kepada Rabbnya hanya diketahui oleh Rasulullah Muhammad shallallahu alaihi wa sallam yang bertindak sebagai utusan Allah Azza wa Jalla yang menjadi perantara antara Allah dan hamba-hamba-nya di dalam menjelaskan syariat. Ayat di atas (QS. Al-Ahzab:21) sebenarnya sering kali disampaikan dalam acara-acara peringatan maulid Nabi
shallallahu alaihi wa sallam. Dalam acara peringatan yang tidak dibenarkan syariat Islam tersebut, memang penceramah juga menekankan untuk meneladani budi pekerti Rasulullah yang luhur semata. Sementara terkait urusan ibadah, jarang sekali atau tidak pernah disinggung bahwa kita pun wajib meneladani Beliau shallallahu alaihi wa sallam dalam melaksanakan ibadah. Nabi shallallahu alaihi wa sallam sudah menekankan agar mengikuti tata cara ibadah yang Beliau shallallahu alaihi wa sallam ajarkan. Dalam tata cara shalat misalnya, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda: ص ل و ا ك م ا ر أ ي و ن أ ص ل ي Kerjakanlah sholat oleh kalian sebagaimana kalian melihatku mengerjakan shalat. (Muttafaqun 'alaih) Tentang haji, Beliau shallallahu alaihi wa sallam bersabda: خ ذ و ا ع ن م ن اس ك ك م Ambillah dariku manasik haji kalian. (Muttafaqun 'alaih) Di sisi lain, Beliau shallallahu alaihi wa sallam memperingatkan bahaya orang yang beribadah tanpa
mengikuti petunjuk yang dibawa Beliau shallallahu alaihi wa sallam. Beliau shallallahu alaihi wa sallam bersabda: م ن ع م ل ع م ال ل ي س ع ل ي ه أ م ر ن ف ه و ر د Barang siapa melakukan suatu amalan yang tidak berdasarkan petunjuk kami, maka akan tertolak. (HR. Muslim) Dalam riwayat lain: م ن أ ح د ث ف أ م ر ن ه ذ ا م ا ل ي س م ن ه ف ه و ر د Barang siapa mengadakan perkara baru dalam urusan (agama) kami yang bukan darinya, maka akan tertolak. (Muttafaqun 'alaih) Oleh sebab itu, orang-orang yang suka mengadakan perkara baru dalam urusan agama yang tidak pernah diajarkan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam perlu menjawab pertanyaan berikut, "Apakah mereka lebih tahu tentang syariat daripada Nabi shallallahu alaihi wa sallam?!". "Dan apakah mereka lebih paham tentang ajaran Islam daripada para Shahabat yang mengambil ajaran agama langsung dari utusan Allah, Muhammad shallallahu alaihi wa sallam?!"
Empat: Ibadah itu diatur dengan waktu-waktu dan ketentuan-ketentuan yang tidak boleh dilanggar dan diabaikan. Semisal ibadah shalat Allah Azza wa Jalla berfirman: إ ن الص الة ك ان ت ع ل ى ال م ؤ م ن ي ك ت اب م و ق و ت Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. (QS. An-Nisa /4:103). Dalam haji, Allah Azza wa Jalla berfirman: ا ل ج أ ش ه ر م ع ل وم ات Musim haji itu adalah beberapa bulan yang dimaklumi. (QS.Al-Baqarah/2:197) Sedangkan tentang puasa, Allah Azza wa Jalla berfirman: ش ه ر ر م ض ان ال ذ ي أ ن ز ل ف يه ال ق ر آن ه د ى ل لن اس و ب ي ن ات م ن ا ل د ى و ال ف ر ق ان ف م ن ش ه د م ن ك م الش ه ر ف ل ي ص م ه (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur an sebagai petunjuk bagi manusia
dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa di bulan itu. (QS. Al-Baqarah/2:185) Kelima: Ibadah harus dibangun di atas mahabbah kepada Allah Azza wa Jalla, dzull (kehinaan), al-khauf (rasa takut), ar-raja (pengharapan) kepada-nya. Allah Azza wa Jalla berfirman: ق ل إ ن ك ن ت م ت ب ون ا لل ف ات ب ع و ن ي ب ب ك م ا لل و ي غ ف ر ل ك م ذ ن وب ك م و ا لل غ ف ور ر ح يم Katakanlah, "Jika kamu benar-benar mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah akan mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS. Ali 'Imran/3:31) Di sini, Allah Azza wa Jalla menyebutkan tanda cinta kepada Allah Azza wa Jalla dan dampak positifnya. Tandanya adalah mengikuti Rasulullah Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Adapun buahnya ialah memperoleh cinta dari Allah Azza wa Jalla, ampunan atas dosa-dosa dan rahmat dari- Nya.
Allah Azza wa Jalla berfirman: أ ول ئ ك ال ذ ين ي د ع ون ي ب ت غ ون إ ل ر ب م ال و س يل ة أ ي ه م أ ق ر ب و ي ر ج ون ر ح ت ه و ي اف ون ع ذ اب ه إ ن ع ذ اب ر ب ك ك ان م ذ ور ا Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Rabb mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-nya dan takut akan adzab-nya. Sesungguhnya adzab Rabbmu adalah suatu yang (harus) di takuti. (QS. Al-Isra /17:57) Keenam: Ibadah tidak akan pernah gugur dari seorang mukallaf sejak ia baligh hingga ajal datang menghentikan kehidupan dunianya. Allah Azza wa Jalla berfirman: و اع ب د ر ب ك ح ت ي ت ي ك ال ي ق ي Dan beribadahlah kepada Allah sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal) (QS. Al-Hijr/15:99). Salim bin Abdillah bin 'Umar, Mujahid, Qatadah dan Ulama tafsir lainnya menyatakan bahwa maksud al-yaqin dalam ayat adalah kematian.
Karena itu, Imam Ibnu Katsir rahimahullah dalam Tafsirnya (11/579) mengatakan, "Dari ayat ini disimpulkan bahwa ibadah seperti shalat dan ibadah lainnya, wajib dilakukan selama akal masih ada. Ia melakukannya sesuai dengan kondisi yang ia mampu". Kemudian beliau juga menilai sebagai bentuk kekufuran, kesesatan dan kebodohan terhadap orang yang berpandangan bahwa seseorang akan bebas dari beban taklif (tidak dikenai kewajiban ibadah) bila telah sampai pada derajat ma'rifah. Beliau mengungkapkan fakta bahwa para nabi dan shahabat-shabahat mereka adalah orang-orang yang paling mengenai Allah Azza wa Jalla dan mengetahui hak-hak dan sifat-sifat-nya. Dan mereka adalah orang yang paling banyak beribadah dan istiqomah untuk melakukan amal kebaikan sampai wafat. Wallahu a'lam.[].