BAB IV PEMBAHASAN. A. Pembahasan Masalah 1. Prosedur Penindakan Peredaran Hasil Tembakau Ilegal di KPPBC Tipe Madya Pabean B

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENINDAKAN DI BIDANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENINDAKAN DI BIDANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENINDAKAN DI BIDANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III PELAKSANAAN TERHADAP PERBUATAN MELAWAN HUKUM ATAS PEREDARAN HASIL TEMBAKAU CUKAI ILEGAL DI KABUPATEN SUMEDANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA. Menimbang :

PROSEDUR PENINDAKAN PEREDARAN HASIL TEMBAKAU ILEGAL DI KANTOR PENGAWASAN DAN PELAYANAN BEA DAN CUKAI TIPE MADYA PABEAN B SURAKARTA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1996 TENTANG PENINDAKAN DI BIDANG KEPABEANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai, diatur ketentuan mengenai wewenang Pejabat Bea dan Cukai;

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI

UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG C U K A I [LN 1995/76, TLN 3613]

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP- 37/BC/1997 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI ...

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI [LN 2007/105, TLN 4755]

NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR KEP-81/BC/2011

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR KEP-22/BC/2001 TANGGAL 20 APRIL 2001 TENTANG KEMASAN PENJUALAN ECERAN HASIL TEMBAKAU

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP- 40/BC/1997 TENTANG TATA CARA PENYEGELAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1996 TENTANG PENINDAKAN DI BIDANG CUKAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1996 TENTANG PENINDAKAN DI BIDANG KEPABEANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 200/PMK.04/2011 TENTANG AUDIT KEPABEANAN DAN AUDIT CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 200/PMK.04/2011 TENTANG AUDIT KEPABEANAN DAN AUDIT CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 05/BC/2012 TENTANG

PROSEDUR PENINDAKAN PEREDARAN HASIL TEMBAKAU ILEGAL DI KANTOR PENGAWASAN DAN PELAYANAN BEA DAN CUKAI TIPE MADYA PABEAN B SURAKARTA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 26/BC/2010 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

BAB I PENDAHULUAN. berkompetisi menghasilkan, mengeluarkan sebanyak-banyaknya berbagai macam

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P- 3 /BC/2010 TENTANG

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP- 08/BC/1997 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 17/KMK

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-15/BC/2008 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 26/BC/2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) Jenderal Bea dan Cukai sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P- 30/BC/2009 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR 01 /BC/2005 TENTANG

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP- 38/BC/1997 TENTANG PEMERIKSAAN BADAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI


SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 205/PMK.011/2014 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pelayanan Kepabeanan Terhadap Barang Ekspor Fasilitas Kepabeanan dan Tidak Dipungut Cukai Pada Regulated Agent (RA)

, No.2069 Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 105, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4755); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Ta

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Kop Kantor Pelayanan KEPUTUSAN KEPALA KANTOR PELAYANAN BEA DAN CUKAI. NOMOR KEP-.

2017, No Cukai sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 11 Tahun 1995 tent

2 perpajakan yang terkait dengan Bea Meterai telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Meterai; e. bahwa ketentuan mengenai tin

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 35/BC/2014 TENTANG TATA CARA TIDAK DIPUNGUT CUKAI

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi terjadinya peredaran rokok ilegal dan pita cukai palsu.

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18/PMK.03/2013 TENTANG TATA C ARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 3.1 Gambaran Umum Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai

P - 39/BC/2009 PELEKATAN PITA CUKAI HASIL TEMBAKAU DAN MINUMAN MENGANDUNG ETIL ALKOHOL

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR SE - 09/BC/2017

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 239/PMK.03/2014 TENTANG

TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 239/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 18/BC/2017 TENTANG DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,

Menimbang : Mengingat :

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.224, 2010

235/PMK.04/2009 PENIMBUNAN, PEMASUKAN, PENGELUARAN, DAN PENGANGKUTAN BARANG KENA CUKAI

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI TENTANG NOMOR P- 39/BC/2009

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : PER - 1/BC/2011 TENTANG TATA CARA PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN KEBERATAN DI BIDANG KEPABEANAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 9 /BC/2012 TENTANG

PENGENDALIAN DAN PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PEREDARAN ROKOK ILEGAL DAN PITA CUKAI PALSU OLEH DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI DAN DINAS INSTANSI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2008 TENTANG NOMOR POKOK PENGUSAHA BARANG KENA CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P 14/BC/2006 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 69/PMK.04/2009 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 96/PMK.04/2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERDAGANGAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 239/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 16 /BC/2008 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDELAR BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P- 53 /BC/2010 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P- 42 /BC/2010

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 35/BC/2014 TENTANG TATA CARA TIDAK DIPUNGUT CUKAI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 146/PMK.04/2010 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEUANGAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 62/PJ/2013 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 146/PMK.04/2010 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2008 TENTANG NOMOR POKOK PENGUSAHA BARANG KENA CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 3 OBJEK PENELITIAN. pokok dan fungsi DJBC yang mempunyai peran strategis dalam memberikan

BAB IV PEMBAHASAN A. Hasil Pengamatan 1. Pemeriksaan Barang Kiriman Pos

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 143/PMK.04/2011 TENTANG GUDANG BERIKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 53/BC/2011 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 122/PMK. 04/2011 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

BAB IV PEMBAHASAN A. Pembahasan Masalah 1. Prosedur Penindakan Peredaran Hasil Tembakau Ilegal di KPPBC Tipe Madya Pabean B Dalam pengumpulan data dan fakta di lapangan tim dari unit pengawasan di Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Surakarta, penulis melakukan patroli dan operasipasar di pasar dan kios di daerah Klaten, untuk monitoring dan sosialisasikan aturan berkaitan dengan peredaran Barang Kena Cukai ilegal khususnya tanpa dilekati pita cukai rokok sesuai dengan pasal 54 UU No. 11 Tahun 1995 sebagaimana di ubah dengan UU No. 39 Tahun 2007 Tentang Cukai, dinyatakan bahwa Pejabat Bea dan Cukai berwenang mengambil tindakan yang diperlukan atas barang kena cukai dan/atau barang lainnya yang terkait dengan barang kena cukai, berupa penghentian, pemeriksaan, Penegahan, dan Penyegelan, berwenang menegah sarana pengangkut yang mengangkut barang kena cukai dan/atau barang lainnya yang terkait dengan barang kena cukai. Prosedur penindakan tersebut diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Hasil Tembakau ilegal misalnya, hasil tembakau ini masuk dan dijual di pasaran dengan melanggar peraturan perundang-undangan yang ada, seperti tanpa membayar bea masuk, cukai atau PPN, tanpa dilekati pita cukai, dilekati pita cukai palsu atau bekas pakai, ataupun tidak mematuhi ketentuan-ketentuan yang lainnya. Ataspelanggaran-pelanggaran tersebut, dalam rangka mengamankan hak-hak negara dan menjamin pemenuhan kewajiban cukai, Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 49 Tahun 2009 dan Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor

P-53/BC/2010, Unit Penindakan dan Penyidikan Kepabeanan dan Cukai melaksanakan kegiatan penindakan dengan upaya fisik yang bersifat administratif, sesuai ketentuan yang berlaku berupa patroli, penghentian, pemeriksaan, penegahan, penyegelan, dan penindakan lainnya. Berdasarkan Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia Nomor 49 Tahun 2009 tentang Tata Cara Penindakan di Bidang Cukai, bentuk penindakan dibidang cukai meliputi penghentian, pemeriksaan, penegahan, penyegelan, dan tidak melayani pemesanan pita cukai atau tanda pelunasan cukai lainnya. Kemudian mengenai hasil pengamatan yang dilakukan di lapangan mengenai pelaksanaan prosedur penindakan peredaran hasil tembakau ilegal di Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Surakarta.Pada tanggal 03 Februari 2016 di Sukoharjo, Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Surakarta menemukan 175 bal rokok ilegal dengan 26 merek seperti Lea, dan Star One. Penindakan tersebut merupakan hasil pengembangan informaasi yang diperoleh dari masyarakat tentang adanya produksi rokok tanpa izin. Petugas diterjunkan untuk memastikan adanya kegiatan produksi rokok tanpa izin tersebut. Petugas Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Surakarta yang melakukan pemeriksaan di dalam rumah, mendapatkan rokok tanpa dilekati pita cukai. Untuk keperluan penyelidikan lebih lanjut, turut diperiksa pegawai yang kebetulan berada di tempat kejadian. Sementara barang bukti diamankan guna proses lebih lanjut. Pemilik yang memiliki rokok ilegal sesuai hasil temuan dalam razia bisa dikenakan sanksi pidana atau administrasi, ancaman pidannya adalah pidana penjara paling singkat 1 tahun dan paling lama 5 tahun dan pidana denda paling banyak 10 kali nilai cukai yang seharusnya dibayar. Apabila ditemukan pelanggaran, selanjutnya diterbitkan Surat Bukti Penindakan (SBP) untuk diserahkan kepada pemilik barang, pada lampiran 7. Surat Bukti Penindakan (SBP) ditandatangani oleh Pejabat

yang melakukan penindakan dan pemilik pihak yang dilakukan penindakan. Pejabat yang melaksanakan penindakan segera membuat Laporan Pelaksanaan Tugas Penindakan (LPTP) pada lampiran 9, setelah tahapan penindakan selesai, dilaksanakan pembuatan Laporan Tugas Penindakan (LTP) pada lampiran 10 dan dilakukan Analisis Hasil Penindakan dalam waktu paling lama 14x24 jam sejak dilakukan penindakan untuk dugaan pelanggaran cukai. Analisis Hasil Penindakan dilakukan untuk menentukan adanya dugaan pelanggaran atas penindakan yang dilakukan dibuat Laporan Pelanggaran (LP) pada lampiran 12. Berdasarkan Analisis Hasil Penindakan diduga tidak terdapat pelanggaran, pejabat yang melakukan penindakan membuat laporan pelaksanaan penindakan dan mengembalikan barang yang dilakukan penindakan kepada yang menguasai barang dengan berita acara. Analisis hasil penindakan dituangkan dalam Lembar Penentuan Hasil Penindakan (LPHP). Apabila terdapat dugaan pelanggaran maka dibuat Laporan Pelanggaran (LP) dengan dilampiri Laporan Tugas Penindakan (LTP), berkas penindakan beserta barang hasil penindakan untuk diserahkan kepada Unit Penyidikan dan BHP. Proses selanjutnya adalahpenanganan perkara. Kegiatan penanganan perkara dilaksanakan oleh Unit Penyidikan dan Barang Hasil Penindakan untuk menentukan ada tidaknya pelanggaran dan membuat keterangan pelanggaran. a. Penerimaan perkara b. Penelitian pendahuluan c. Penentuan skema penanganan perkara d. Penelitian atau penyelidikan dan penyidikan e. Penanganan barang hasil penindakan f. Penanganan pelaku pelanggaran g. Pengelolaan Cabang Rumah Tahanan DJBC.

Selanjutnya Penerimaan Perkara dilaksanakan berdasarkan Laporan Pelanggaran (LP) oleh Unit Penindakan atau laporan dugaan pelanggaran pidana lainnya. Laporan dugaan pelanggaran pidana lainnya yaitu : a. hasil pengembangan penyidikan ditemukan tindak pidana yang tidak terkait dengan tindak pidana yang sedang dilakukan penyidikan. b. Hasil penelitian atau pemeriksaan dari unit lainnya c. Hasil tertangkap tangan oleh pejabat d. Penyerahan dari instansi lain. Perkara yang diduga merupakan pelanggaran diterima dalam bentuk: a. Laporan pelanggaran yang berasal dari Unit Penindakan b. Laporan dugaan pelanggaran pidana c. Surat perlimpahan perkara yang berasal dari instansi lain. Dalam hal hasil Penelitian pendahuluan atas penerimaan perkara yang berasal dari Unit Penindakan ditemukan dugaan pelanggaran, dilakukan: a. Penyidikan dengan menerbitkan Laporan Kejadian (LK), surat Perintah Tugas Penyidikan (SPTP), Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (PDP), apabila diduga pelanggaran pidana b. Penelitian dengan menerbitkan Surat Perintah Penelitian (SPLIT), apabila diduga pelanggaran administrasi atau diperlukan penelitian lebih mendalam atas indikasi pelanggaran c. Permintaan penyerahan Barang Hasil Penindakan (BHP) dengan berita acara. Dalam hal hasil Penelitian Pendahuluan atas penerimaan perkara yang berasal dari unit lainnya ditemukan dugaan pelanggaran, dibuatkan Laporan Pelanggaran (LP-1) dan dilakukan:

a. Penyidikan dengan menerbitkan Laporan Kejadian (LK), Surat Perintah Tugas Penyidikan (SPTP), Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (PDP), apabila diduga pelanggaran pidana b. Penelitian dengan menerbitkan Surat Perintah Penelitian (SPLIT), apabila diduga pelanggaran administrasi atau diperlukan penelitian lebih mendalam atas indikasi pelanggaran c. Pelaksanaan serah terima perkara disertai barang hasil penindakan, alat bukti terkait, dan pelaku yang bertanggungjawab atas pelanggaran (jika ada) dengan berita acara d. Penegahan dengan penerbitkan dan penyampaian Surat Bukti Penindakan (SBP) kepada pemilik atau penguasa barang. Dalam hal hasil penelitian pendahuluan atas penerimaan perkara dari Unit Penindakan dan Unit lainnya tidak ditemukan dugaan pelanggaran, dilakukan pengembalian perkara dengan pemberitahuan tertulis disertai alasan. Berdasarkan hal tersebut di atas, dalam Peraturan Pemerintah ini kewenangan Pejabat Bea dan Cukai untuk melaksanakan penindakan atas barang kena cukai dan/atau barang lainnya yang terkait dengan barang kena cukai serta sarana pengangkut diatur tata caranya secara lebih jelas, untuk dijadikan pedoman sehingga dapat dicapai daya guna dan hasil guna yang optimal sesuai dengan tuntutan rasa keadilan, memberikan kepastian hukum, lebih menjamin kepentingan masyarakat dan menciptakan iklim usaha yang dapat lebih mendukung laju pembangunan nasional serta dapat menghindarkan tindakan sewenang-wenang dari Pejabat Bea dan Cukai.

B. Temuan 1. Kekuatan Dalam pengamatan di Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Surakarta yang dibukukan penulis. Berikut ini merupakan kelebihan yang penulis temukan: a. Mampu bekerja sama dengan baik oleh pihak luar seperti, Kepolisian dan Satpol PP (Satuan Polisi Pamong Praja) demi memberantas peredaran rokok ilegal di kawasan Karisidenan Surakarta. b. Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Surakarta secara profesional memberikan pelayanan sesuai dengan visi dan misi serta tanggung jawab instansi dan pegawai pada setiap bagian dapat dilihat dalam melayani perusahaan seperti pemesanan pita cukai atau penindakan masalah pelanggaranpelanggaran di bidang bea dan cukai. c. Melakukan pengawasan dan pemeriksaan setiap bulannya dalam perusahaan rokok maupun pedagang eceran yang berada di kawasan pabean surakarta dengan adanya rokok ilegal. 2. Kelemahan Dalam pengamatan di Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Surakarta yang dibukukan penulis, ditemukan beberapa kelemahan sehingga perlu diadakan penyempurnaan lebih lanjut. Berikut ini merupakan kelemahan yang penulis temukan: a. Upaya resistensi dari masyarakat dikarenakan penindakan tersebut dianggap mengganggu mata pencaharian ekonomi. b. Kurangnya Sumber Daya Manusia terutama penyidik. c. Banyak ditemukannya pelanggaran hasil tembakau yaitu rokok ilegal yang tidak menggunakan pita cukai, menggunakan pita cukai palsu, dan pita cukai bekas. d. Kurangnya tingkat kepatuhan hukum masyarakat dengan mendirikan perusahaan rokok ilegal demi meraih keuntungan yang besar serta

dengan kenaikan tarif cukai tembakau mengakibatkan timbulnya peredaran rokok ilegal. e. Perusahaan rokok ilegal belum bisa dimusnahkan, masih banyak peredaran rokok ilegal di pasaran meskipun sudah diterbitkan setiap tahunnya. C. Upaya Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Surakarta dengan adanya Peredaran Rokok Ilegal. Upaya penanganan yaitu dilakukan Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Surakarta dengan adanya peredaran rokok ilegal sebagai berikut : a. Meningkatkan kerjasama antara kepolisian dan Satpol PP dengan adanya rokok ilegal dan meningkatkan operasi pasar dan perusahaan rokok yang lebih tegas dan ketat lagi agar peredaran rokok ilegal tidak semakin luas. Misal Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Surakarta bersama-sama dengan Kepolisian atau Satpol PP mengadakan sidak ke pasar-pasar maupun perdagangan perdagangan yang menjual rokok agar dapat diketahui adanya peredaran rokok ilegal di pasaran. b. Memberikan sosialisasi kepada msyarakat tentang kerugian akibat adanya pelanggaran cukai seperti rokok ilegal, memberi pernjelasan akibat atau bahayanya rokok ilegal, dan memberi contoh ciri-ciri rokok ilegal khususnya untuk daerah perdesaan. Misal pihak Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Surakarta mengadakan sosialisasi di kabupaten, kecamatan maupun kelurahan dengan menjelaskan akibat adanya rokok ilegal serta behayanya rokok ilegal dan memberi contoh rokok ilegal, agar masyarakat paham perbedaan antara rokok legal dengan ilegal. Selain itu pihak Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Surakarta juga melakukan sosialisasi melalui media cetak dan elektronik lainnya.

c. Memberikan sanksi yang tegas atas pelanggaran peredaran rokok ilegal bagi perusahaan yang memproduksi rokok ilegal maupun bagi yang memasarkan. Misal seorang A memiliki perusahaan rokok yang tidak memiliki izin, dan rokok yang diproduksi A tidak dilekati pita cukai (rokok ilegal). A tidak hanya memproduksi tetapi juga menjual dan menawarkan rokok ilegal kepada kios-kios toko yang ada di pasar atau pegadang eceran. Tindakan tersebut merupakan suatu pelanggaran, dan perlu diberi sanksi sesuai yang diatur dalm Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2007 Tentang Cukai, yakni pada : a) Pasal 54 setiap orang yang menawarkan, menyerahkan, menjual, atau menyediakan untuk dijual barang kena cukai yang dikemas untuk penjualan eceran atau tidak dilekati pita cukai atau tidak dibubuhi tanda pelunasan cukai lainnya sebagaimana dimaksud pasal 29 ayat (1) akan dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 tahun dan pidana penjara paling lama 5 tahun atau pidana denda paling sedikit 2 kali nilai cukai dan paling banyak 10 kali nilai cukai yang seharusnya dibayar. b) Pasal 50 setiap orang yang tanpa memiliki izin sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 menjalankan pekerjaan pabrik, tempat penyimpanan, atau mengimpor barang kena cukai dengan maksud mengelakan pembayaran cukai akan dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 tahun dan pidana penjara paling lama 5 tahun atau pidana denda paling sedikit 2 kali nilai cukai dan paling banyak 10 kali nilai cukai yang seharusnya dibayar.

BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan Prosedur penindakan peredaran hasil tembakau ilegal di Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Surakarta dapat penulis katakan tepat waktu. Hal ini terbukti dalam hal kepengurusan barang hasil penindakan dan selalu mengikuti peraturan dan tata cara yang ada yang telah ditetapkan, sehingga memudahkan penanganan barang hasil penindakan itu sendiri.dalam menjalankan tugasnya para petugas Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Surakarta yang bekerja dilapangan maupun dalam kantor mampubekerja sama dengan baik dengan masyarakat. Hambatan yang ditemui dalam prosedur penindakan peredaran hasil tembakau ilegal : 1. Upaya resistensi dari masyarakat dikarenakan penindakan tersebut dianggap mengganggu mata pencaharian ekonomi. 2. Kurangnya Sumber Daya Manusia terutama penyidik. 3. Banyak ditemukannya pelanggaran hasil tembakau yaitu rokok ilegal yang tidak menggunakan pita cukai, menggunakan pita cukai palsu, dan pita cukai bekas. 4. Kurangnya tingkat kepatuhan hukum masyarakat dengan mendirikan perusahaan rokok ilegal demi meraih keuntungan yang besar serta dengan kenaikan tarif cukai tembakau mengakibatkan timbulnya peredaran rokok ilegal. 5. Perusahaan rokok ilegal belum bisa dimusnahkan, masih banyak peredaran rokok ilegal di pasaran meskipun sudah diterbitkan setiap tahunnya.

Kesimpulan usaha yang telah dilakukan Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Surakarta untuk mengatasi kendala pada prosedur penindakan peredaran hasil tembakau ilegal : 1. Meningkatkan kerjasama antara kepolisian dan Satpol PP dengan adanya rokok ilegal dan meningkatkan operasi pasar dan perusahaan rokok yang lebih tegas dan ketat lagi agar peredaran rokok ilegal tidak semakin luas. Misal Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Surakarta bersama-sama dengan Kepolisian atau Satpol PP mengadakan sidak ke pasar-pasar maupun perdagangan perdagangan yang menjual rokok agar dapat diketahui adanya peredaran rokok ilegal di pasaran. 2. Memberikan sosialisasi kepada msyarakat tentang kerugian akibat adanya pelanggaran cukai seperti rokok ilegal, memberi pernjelasan akibat atau bahayanya rokok ilegal, dan memberi contoh ciri-ciri rokok ilegal khususnya untuk daerah perdesaan. Misal pihak Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Surakarta mengadakan sosialisasi di kabupaten, kecamatan maupun kelurahan dengan menjelaskan akibat adanya rokok ilegal serta behayanya rokok ilegal dan memberi contoh rokok ilegal, agar masyarakat paham perbedaan antara rokok legal dengan ilegal. Selain itu pihak Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Surakarta juga melakukan sosialisasi melalui media cetak dan elektronik lainnya. 3. Memberikan sanksi yang tegas atas pelanggaran peredaran rokok ilegal bagi perusahaan yang memproduksi rokok ilegal maupun bagi yang memasarkan.