STRATEGI PEMBINAAN MINAT BACA DI PERGURUAN TINGGI OLEH IKHWAN,S.Sos.,M.M (PUSTAKAWAN MADYA UNRAM)

dokumen-dokumen yang mirip
PENGEMBANGAN BUDAYA BACA MASYARAKAT MELALUI PERPUSTAKAAN A. RIDWAN SIREGAR. Program Studi Perpustakaan dan Informasi Universitas Sumatera Utara

PEMBERDAYAAN KOLEKSI HASIL PENELITIAN DI PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI. Oleh : IKHWAN, S.Sos., MM. (Pustakawan Madya/IV/A)

UPAYA MENINGKATKAN MINAT BACA DI SEKOLAH

PENTINGNYA PERPUSTAKAAN DI PERGURUAN TINGGI OLEH: IKHWAN, S.Sos.,M.M. Pustakawan Madya UNRAM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

Oleh Kepala Bidang Perpustakaan BPAD Provinsi DKI Jakarta

KONDISI SUMBERDAYA MANUSIA DI PERPUSTAKAAN IPB: ANTARA HARAPAN DAN KENYATAAN 1 Oleh: Ir. Abdul Rahman Saleh, Dip.Lib., M.Sc. 2

KONDISI SUMBERDAYA MANUSIA DI PERPUSTAKAAN IPB: ANTARA HARAPAN DAN KENYATAAN 1. oleh: Abdul Rahman Saleh 2

BAB I PENDAHULUAN. adalah menangkap makna dari serangkaian simbol simbol (Nurhadi, 1995:

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. dasar pengetahuan, sikap, dan keterampilan bagi peserta didik (Ahira, 2013).

PENTINGNYA STANDARISASI PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI Oleh : Aries Hamidah

BAB I PENDAHULUAN. dan misi dari perguruan tinggi tersebut. Perpustakaan menjadi bagian yang sangat

PERAN PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI SEBAGAI PUSAT PELAYANAN JASA INFORMASI

Utilization Studies Library of Health Polytechnic Semarang. Pemanfaatan Perpustakaan Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang

SIKAP MAHASISWA TERHADAP PENGEMBANGAN KOLEKSI

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk pembelajar yang dinamis, karena pada hakekatnya belajar

PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR NASIONAL PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI

KAJIAN PENGADAAN KOLEKSI UPT PERPUSTAKAAN DALAM MENYEDIAKAN INFORMASI YANG DI BUTUHKAN OLEH MAHASISWA UNIVERSITAS SAM RATULANGI

BAB II KAJIAN TEORETIS. koleksi buku adalah syarat mutlak untuk meningkatkan kemauan dan kemampuan

Perpustakaan sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. berupa Tugas Akhir, Laporan Penelitian, jurnal maupun artikel. Karya tulis ini mengenai

BAB I PENDAHULUAN STIRENA ROSSY TAMARISKA ( ) 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kutipan Undang-Undang Dasar 1945 mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. harus mempunyai nilai kompetensi (Mony, 2012:6). yang cukup panjang dan bukan hal yang kebetulan sesaat semata.

BAB I PENDAHULUAN. pelestarian khasanah budaya bangsa, serta memberikan berbagai layanan jasa

BAB 1 PENDAHULUAN. Manajemen perpustakaan..., Masyrisal Miliani, FIB UI, 2010.

BAB II KAJIAN TEORITIS

SUMBERDAYA MANUSIA PUSTAKAWAN: SEBAGAI SALAH SATU JENJANG KARIR 1 Oleh: Ir. Abdul Rahman Saleh, Dip.Lib., M.Sc. 2

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. tujuannya (Sulistyo-Basuki, 1991: 51). Perpustakaan perguruan tinggi mendukung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Peran Perpustakaan Masjid Dalam Pembudayaan Membaca

BAB I PENDAHULUAN. merupakan unit pelaksana teknis (UPT) yang bersama -sama dengan unit lain

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

MANFAAT LITERASI INFORMASI UNTUK PROGRAM PENGENALAN PERPUSTAKAAN

BAB I PENDAHULUAN. bersaing secara terbuka di era global sehingga dapat meningkatkan

BUDAYA BACA MASYARAKAT DENGAN PERPUSTAKAAN KELILING OLEH: IKHWAN, S.Sos., MM (PUSTAKAWAN MADYA)

OPTIMALISASI PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN BUDAYA BACA DAN MENULIS YANG UNGGUL DAN KREATIF

PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR NASIONAL PERPUSTAKAAN KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masitoh Hamdayani, 2013

Pustakawan Profesi Idaman : Its Trajectory

STANDAR MUTU PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

Perpustakaan perguruan tinggi

KEBIJAKAN LAYANAN KOLEKSI LOKAL KONTEN TERCETAK PADA ERA DIGITAL DI PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dyana Purwandini. NIP : Pendidikan Terakhir : S1 Ilmu Informasi & Perpustakaan Institusi : STIE Perbanas Surabaya Pustakawan

PERAN PUSTAKAWAN DI ERA INFORMASI

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

KERJASAMA ANTAR PERPUSTAKAAN DI LINGKUNGAN IPB 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. inggris perpustakaan dikenal dengan nama library. Library berasal dari bahasa Latin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Sosialisasi Implementasi Gerakan Literasi Sekolah

Visi Visi Universitas Dhyana Pura adalah Perguruan Tinggi Teladan dan Unggulan.

PEMBERDAYAAN PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI Oleh: Ir. Abdul Rahman Saleh, M.Sc. 1

BAB II TINJAUAN LITERATUR. Perpustakaan sebagai pusat informasi dan pengetahuan diharapkan mampu

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan. Untuk dapat mengikuti dan meningkatkan ilmu pengetahuan

2015 STUDI PENILAIAN PEMUSTAKA TENTANG KOMPETENSI MANAJERIAL TENAGA PENGELOLA PERPUSTAKAAN SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. terdapat satuan unit kerja yang dapat berdiri sendiri maupun berada dibawah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, maka dibentuklah lembaga yang menyediakan informasi yaitu

2016 HUBUNGAN PEMAHAMAN KEPUSTAKAWANAN DENGAN KREATIVITAS PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH

iga isu strategis yang berkaitan dengan upaya pengembangan SDM Perpustakaan IPB membutuhkan SDM yang memiliki kompetensi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA / LEMBAGA (RKA-KL) TAHUN 2017 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG

BAB I PENDAHULUAN. informasi, dan rekreasi para pemustaka. Perpustakaan dijadikan salah satu pusat

Nomor Induk Mahasiswa :. Jenis Kelamin :.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

UU PERPUSTAKAAN ANTARA PELUANG DAN TANTANGAN BAGI SEKOLAH/MADRASAH

MENULIS SEBAGAI SARANA MENINGKATKAN BUDAYA BACA DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWAN Haryani Pustakawan UPT Perpustakaan Undip

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menyampaikan pesan pada konsumen, pemasar dapat memilih aktivitas

I. PENDAHULUAN. Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh

1. Visi, Misi, Strategi dan Tujuan Universitas Dhyana Pura Visi Visi Universitas Dhyana Pura adalah Perguruan Tinggi Teladan dan Unggulan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. Perpustakaan sekolah merupakan unit kerja dilingkungan sekolah yang

Sutriono. Sutriono, Peran Pustakawan Perpustakaan Perguruan Tinggi 175

MENGENAL PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI LEBIH DEKAT

Strategi Pengembangan Perpustakaan Instansi

2 pendidikan tinggi harus memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan pera

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi X (PT X) memiliki visi yaitu menjadi. Salah satu cara untuk mewujudkan visi tersebut adalah menyelenggarakan

STANDAR SUASANA AKADEMIK. Visi : Kementerian Kesehatan Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. efektif namun tetap menyenangkan. Selain itu, menciptakan lingkungan

Manfaat perpustakaan sekolah menurut Bafdal (2009 : 5). adalah sebagai berikut:

4/11/2016 RIP ITENAS AGENDA. Pendahuluan. Masa depan Itenas. Itenas. masa kini. Sejarah. Itenas

TEMA PERPUSTAKAAN SEKOLAH SEBAGAI PUSAT SUMBER BELAJAR JUDUL : PERPUSTAKAAN SEBAGAI SUMBER ILMU MAKALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis,

PT.Indofood CBP Sukses Makmur Jambi

BAB 1 PENDAHULUAN. perpustakaan menjadi sarana untuk mencari, mengolah, mengumpulkan, mengembangkan dan merawat informasi. Menurut The International

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 02 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERPUSTAKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas. Untuk mencapai keberhasilan di Perguruan Tinggi, perlu didukung

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

RENCANA INDUK PENGABDIAN KEPADA MASYARKAT (RIPkM) STKIP SEBELAS APRIL SUMEDANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 43 TAHUN 2007 TENTANG PERPUSTAKAAN

BAB I PENDAHULUAN. Perpustakaan merupakan suatu unit tersimpannya berbagai macam koleksi

BAB I PENDAHULUAN. akademik yang mempunyai fungsi sangat strategis dalam menunjang terlaksananya tri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Winda Monika, 2013

Tugas seorang pustakawan menjalankan roda perpustakaan berjalan dengan. berbagai image, perpustakaan adalah jantungnya perguruan tinggi, perpustakaan

Transkripsi:

STRATEGI PEMBINAAN MINAT BACA DI PERGURUAN TINGGI OLEH IKHWAN,S.Sos.,M.M (PUSTAKAWAN MADYA UNRAM) A. PENDAHULUAN Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 55 menyebutkan bahwa salah satu syarat untuk menyelenggarakan Perguruan Tinggi harus memiliki Perpustakaan. Sedangkan Perpustakaan Perguruan Tinggi (PPT) merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang bersama-sama dengan unit lain melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi dengan cara menghimpun, memilih, mengolah, merawat serta melayani sumber informasi kepada lembaga induk khususnya dan masyarakat akademis pada umumnya. Terkait dengan perpustakaan perguruan tinggi sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 43 Tahun 2007 Pasal 24, bahwa: (1) Setiap perguruan tinggi menyelenggarakan perpustakaan yang memenuhi standar nasional perpustakaan dengan memperhatikan Standar Nasional Pendidikan.(2) Perpustakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki koleksi, baik jumlah judul maupun jumlah eksemplarnya, yang mencukupi untuk mendukung pelaksanaan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, (3) Perpustakaan perguruan tinggi mengembangkan layanan perpustakaan berbasis teknologi informasi dan komunikasi, (4) Setiap perguruan tinggi mengalokasikan dana untuk pengembangan perpustakaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan guna memenuhi standar nasional pendidikan dan standar nasional perpustakaan. Keberadaan perpustakaan perguruan tinggi dipandang sangat strategis dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Secara umum peran perpustakaan perguruan tinggi adalah memberikan pelayanan informasi yang dibutuhkan oleh penggunanya. Dalam buku Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Perguruan Tinggi dinyatakan bahwa: Perpustakaan Perguruan Tinggi merupakan Unit Pelayanan Teknis (UPT) perguruan tinggi, yang bersama-sama dengan unit lain turut melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi dengan cara memilih, menghimpun, mengolah, merawat serta melayankan sumber informasi kepada lembaga induknya pada khususnya dan masyarakat akademis pada umumnya. Sejalan dengan pernyataan di atas, Perpustakaan Perguruan Tinggi sebagai bagian integral dari pendidikan tinggi, juga diharapkan dapat menjadikan UPT perpustakaan sebagai lembaga untuk pembinaan minat baca khususnya dikalangan civitas kademika B. MINAT BACA Setiap orang mempunyai kecenderungan untuk selalu berhubungan dengan sesuatu yang dianggapnya memberikan kesenangan dan kebahagiaan. Dari perasaan senang tersebut timbul keinginan untuk memperoleh dan mengembangkan apa yang telah membuatnya senang dan bahagia.

membaca adalah untuk memperoleh makna yang tepat dari bacaan yang dibacanya. Oleh karenanya akan menjadikan seseorang terus berpikir untuk memahami makna yang terkandung dalam tulisan. Semakin banyak seseorang membaca, semakin tertantang seseorang untuk terus berpikir terhadap apa yang mereka telah baca. Hidi (2001) mengatakan bahwa minat merupakan aspek utama yang menentukan cara seseorang menyeleksi dan memproses tipe-tipe informasi yang akan dipilih diantara informasi yang lain. Selain itu, semua jenis minat (baik itu individual maupun situasional) cenderung memudahkan pemahaman dan pengenalan individu pada objek minatnya. Perhatian kedua, lebih diarahkan pada faktor-faktor yang menentukan tingkat minat situasional, seperti karakteristik teks (keberbaruan, intersitas dan kemudahan pemahaman), jenis modifikasi untuk lingkungan pembelajarannya (materi yang disampaikan dikemas dalam konteks yang lebih bermakna), aktivitas regulasi diri individu. Pertanyaan ketiga bagi para peneliti, berkaitan dengan proses didapatkannya minat sehingga menyebabkan perubahan perilaku, kognitif dan afeksi. Minat baca merupakan suatu kecenderungan kepemilikan keinginan atau ketertarikan yang kuat dan disertai usaha-usaha yang terus menerus pada diri seseorang terhadap kegiatan membaca yang dilakukan secara terus menerus dan diikuti dengan rasa senang tanpa paksaan, atas kemauannya sendiri atau dorongan dari luar sehingga seseorang tersebut mengerti atau memahami apa yang dibacanya. Dari pendapat di atas dapat ditegaskan bahwa minat baca terkandung unsur perhatian, kemauan, dorongan dan rasa senang untuk membaca. Perhatian bisa dilihat dari perhatiannya terhadap kegiatan membaca, mempunyai kemauan yang tinggi untuk membaca, dorongan dan rasa senang yang timbul dari dalam diri maupun dari pengaruh orang lain. Semua itu merupakan aktivitas yang dilakukan dengan penuh ketekunan dan cenderung menetap Faktor yang mempengaruhi minat membaca di perguruan tinggi : 1. Karakteristik teks (bacaan) karakteristik bacaan akan membuat aktivitas membaca menjadi lebih menarik. Schank (1979), mengatakan bahwa konsep bacaan yang isinya menceritakan tentang kematian, bahaya, kekuasaan, kekerasan dan seksual disebut sebagai absolute interest, sebagai tema-tema yang selalu membagkitkan minat individu secara universal. Kintsch (1980) menyebutkan sebagai minat berkaitan dengan emosi. Ia membedakannya dari minat yang berkaitan dengan kognitif yang dibentuk dari isi bacaan yang lebih menggambarkan kejadian-kejadian yang membutuhkan struktur kognitif yang lebih kompleks untuk memahaminya ataupun ada unsur kejutannya. Selain itu, karakteristik teks yang kemungkinan berkaitan dengan minat yang tinggi antara lain menurut Schraw dkk. (1995) adalah mudah dipahami, teks yang padat, ada penggambaran yang terkesan hidup, melibatkan pembacanya, menimbulkan berbagai reaksi emosi dan membutuhkan pengetahuan sebelumnya. Wade dkk. (1999), menambahkan unsur yang lain yaitu pemahaman, keberbaruan, ada nilai atau kepentingan untuk melakukan aktivitas membaca. Selain itu penggunaan minat untuk membantu mahasiswa mempelajari teks yang sifatnya ilmiah dan menemukan bacaan yang dibaca menambah pemahaman mereka, akan lebih mengembangkan minat yang sifatnya kognitif sehingga membantu pembelajaran mereka. 2. Pengubahan Aspek tertentu pada Lingkungan Pembelajaran

Unsur ini berkaitan dengan cara teks disajikan, materi yang digunakan untuk mengajarkannya dan regulasi diri dari pembacanya. Agar teks lebih menarik dan mudah diingat maka dibuat bagian-bagian yang saling berkaitan. Jadi ada manipulasi teks yang mengubah konteks saat aktivitas membaca terjadi. Selain itu minat dapat dirangsang dengan menyajikan materi pendidikan yang lebih bermakna, menantang dan sesuai dengan konteks pribadi atau kombinasi dari ketiganya. Cara lain yang dapat mempengaruhi minat membaca adalah dengan melakukan regulasi diri yaitu membuat tugas yang dihadapi menjadi lebih menarik dan mengembangkan minat individual Dari pemahaman tentang minat baca, dapat di jelaskan bahwa, setiap mahasiswa yang baru pertama kali masuk pada perguruan tinggi,tidak semuanya mempunya minta untuk membaca, minat tersebut dapat ditumbuhkan dengan cara meregulasi diri yaitu menumbuhkan minat membaca. Dalam hal ini perpustakan perguruan tinggi harus dapat memenuhi karakter bahan bacaan yang sesuai dengan program studijurusan dan fakultas yang ada pada setiapperguruan tinggi, selain tuntutan dari kurukulum, juga disesuaikan dengan perkekmbangan bakat dan minat yang dimiliki oleh civitas akademika.. C. STRATEGI PEMBINAAN MINAT BACA DI PERGURUAN TINGGI 1. Kebiasaan Membaca sebagai Budaya di perguruan tinggi Membaca merupakan suatu proses komunikasi antara penulis dan pembaca. Dalam proses ini terdapat tiga elemen yang harus dipenuhi yaitu penulis (writer), karya tulis (piece of literature) dan pembaca (reader). Dalam proses ini perpustakaan bertindak sebagai perantara antara penulis dan pembaca. Kebiasaan membaca adalah ketrampilan yang diperoleh setelah seseorang dilahirkan, bukan ketrampilan bawaan. Oleh karena itu kebiasaan membaca dapat dipupuk, dibina dan dikembangkan. Minat baca tanpa didukung oleh fasilitas untuk itu, tidak akan menjadi budaya baca. Untuk menanamkan budaya menbaca di lingkungan perguruan tinggi, perlu adanya pemahaman tentang fungsi sosial dari kegiatan membaca yakni: 1) achievement reading, yaitu sebagai upaya untuk memperoleh ketrampilan atau kualifikasi tertentu; 2) devotional reading, yaitu membaca sebagai suatu kegiatan yang berhubungan dengan ibadah; 3) culture reading; membaca sesuatu yang berhubungan dengan kebudayaan; dan 4) compensatory reading, membaca untuk kepuasan pribadi. Untuk tujuan akademik, membaca adalah untuk memenuhi tuntutan kurikulum perguruan tinggi. Di luar institusi formal, mahasiswa membaca untuk tujuan praktis langsung, yang biasanya berhubungan dengan perolehan ketrampilan atau kualifikasi tertentu. Sebaliknya bacaan yang bersifat imajinatif tidak banyak dibaca. Selain dari padaitu, budaya Membaca memiliki keuntungan khusus dibandingkan dengan penggunaan media lain. Bahan cetakan akan terus menjadi saluran yang paling penting untuk pendidikan dan kemajuan kebudayaan manusia. Keuntungan tersebut antara lain: 1) Membaca adalah suatu aktivitas pribadi yahg dapat meningkatkan pengembangan individu;

2) Suatu bahan bacaan dapat dibaca dan dibaca kembali hingga pesan yang dikandungnya dapat diserapi dan 3) Bahan bacaan dapat dibawa kemana saja. 2. Lingkungan Perguruan tinggi Di lingkungan perguruan tinggi budaya baca juga belum berkembang dengan baik. Perkuliahan di kelas pada umumnya belum diarahkan pada kegiatan membaca. Sumber-sumber pengetahuan untuk mahasiswa adalah kuliah-kuliah di kelas dan diktat. Di sisi lain, perpustakaan hanya memiliki koleksi yang sangat terbatas dengan pelayanan yang sangat sederhana. Keadaan seperti itu, akan berpengaruh terhadap kehidupan intelektual di dalam kampus. Karena bahan bacaan tidak dibutuhkan secara luas oleh masyarakat akademik, maka kegiatan menulis pun tidak akan dapat berkembang dengan baik (ingat, bahwa penulis yang baik juga adalah pembaca yang baik). Dengan kata lain, komunikasi ilmiah tidak berjalan dengan semestinya. Untuk mengatasi keadaan seperti itu, harus dilakukan perbaikan yang mencakup dua hal yaitu: perbaikan fasilitas dan karakteristik pelayanan perpustakaan; dan mengubah metode pengajaran dari teaching-based kepada learning-based. Peran perpustakaan harus diubah dari sekedar store house yang pasif menjadi educational force yang aktif. Reformasi perkuliahan akan mempunyai efek timbal-balik pada perpustakaan, dan efek timbal balik yang sama akan dihasilkan pari bahan-bahan bacaan dan pelayanan perpustakaan yang disempurnakan. Setiap pengelola perguruan tinggi harus mengambil kebijakan yang berkaitan dengan kedua hal tersebut. Dan yang terpenting adalah memperbaiki kondisi perpustakaan lebih dahulu sebelum melakukan reformasi perkuliahan, karena kalau sebaliknya dapat menimbulkan frustrasi di kalangan sivitas akademika. Diperkirakan untuk menjaga keseimbangan dalam upaya peningkatan mutu pelayanan pendidikan tinggi, anggaran belanja perpustakaan harus ditetapkan sekitar 5 persen dari anggaran perguruan tinggi induknya. Sebagian besar perpustakaan mendapatkan anggaran sangat kecil. Bahkan ada perpustakaan universitas yang tidak diberikan kewenangan untuk mengelola anggarannya sendiri. Khusus untuk pengadaan koleksi perpustakaan tidak diperkenankan untuk melakukan pembelian sendiri. Selain persoalan anggaran, juga Mutu sumber daya manusia yang berada di perpustakaan perguruan tinggi. Pustakawan di perguruan tinggi negeri tercatat sebanyak 1356 orang. Sebagian besar berada di jabatan Pustakawan Ahli 843orang (62.16 %), sisanya menduduki jabatan pustakawan Terampil 513 orang (37.83 %). Dari 62.16 % tersebut 255 orang (18.80 %)) yang menduduki pustakawan madya dan 6 orang (0.44%) yang menduduki pustakawan utama. Dari segi pendidikan sebagian besar masih rendah. Hanya 120 orang (8.84%) tenaga perpustakaan perguruan tinggi berpendidikan S2 bidang perpustakaan dan 388 (28.61 %) berpendidikan S1 perpustakaan. Selebihnya berpendidikan SLTA, diploma dan sarjana muda bidang lain (sumber: http://pustakawan.perpusnas.go.id/tahun 2105). Dari pengalaman untuk peningkatan dan pengembangan sumber daya dalam bentuk pelatihan, seringkali SDM perpustakaan mengalami kesulitan, karena kurangnya perhatian perguruan tinggi dalam usaha peningkatan dan pengembangan pustakawan. Dari segi fasilitas, beberapa perguruan tinggi besar, khususnya perguruan tinggi negeri, sudah menyediakan fasilitas gedung/ruang perpustakaan yang cukup besar, namun sebagian lagi, sebagian besar perguruan tinggi swasta belum

menikmati fasilitas gedung yang memadai. Fasilitas Gedung/ruangan sangat minim termasuk fasilitas teknologi informasi. Padahal kemajuan perpustakaan sangat ditentukan oleh fasilitas ini. Perpustakaan tidak akan mampu menuju digital library apalagi virtual library jika tidak dilengkapi sarana dan prasarana ICT (Information and Communication Technology). D. PENUTUP Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa, keberadaan perpustakaan perguruan tinggi sangat penting untuk menunjuang out-put perguruan tinggi yang berkualitas dan bermutu. Untuk mencapai out-put yang bermutu dan berdaya saing, kebutuhan informasi, sarana dan prasaran yang tersedia di perpustakaan perguruan tinggi,perlu di perhatikan dan di tingkatkan,sehingga informasi yang tersedia tidak hanya sebagai pelengkap saja,melainkan disesuaikan dengan kebutuhan,kurikulum, serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kalau tidak, minat baca mahasiswa tidak akan pernah ada peningkatan. Selain itu pembinaan minat baca di lingkungan perguruan tinggi perlu di rencanakan dengan baik, yakni dengan memperhatikan langkah-langkah strategis seperti : menjadikan membaca sebagai budaya di perguruan tinggi, keberadaan perpustakaan di perguruan tinggi disesuaikan dengan system dan undang-undang pendidikan tinggi dan undangundang perpustakaan, sehingga ketersedia sarana, fasilitas, anggaran, system dan sumber daya manusia (pustakawan) menjadi program atau rencana perioritas dan strategis perguran tinggi dalam pencapaian visi,misi, tujuannya. DAFTAR PUSTAKA Al-Zastrouw Ng. Strategi Kultur Menumbuhkan Minat baca. http://gpmb.perpusnas.go.id..diakses tanggal Oktober 2015 Irawati, Indira. 2005. Penguasaan Information Literacy Mahasiswa Program Studi Ilmu Perpustakaan, Skripsi Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia. Kartosedono, S. 1995. Perpustakaan sebagai Lembaga Pendidikan dan Sarana Mencerdaskan Masyarakat Bangsa. Media Pustakawan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, 2007. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan. Jakarta. Perpusnas. RI. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, 2015. Data Pengembangan Pustakawan.. http://pustakawan.perpusnas.go.id/diakses Oktober 2015 Sutarno. 2006. Perpustakaan dan Masyarakat. Denpasar: Konggres IPI Ke-X. Suciati, Uminurida. 2007. Manfaat Information Literacy (Literasi Informasi) bagi Pustakawan. Media Informasi Vol. XVI, No.2 Sudarsono, Blasius, 2006. Mencari Akar Kepustakawanan Indonesia, Visi Pustaka: 8(1) Sudiarto. 2006. Persepsi tentang Minat Baca di Indonesia. Media Perpustakaan, Volume 13, No. 1 dan 2.

Sulistyo-Basuki. 1993. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama