BAB 6 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian pada 75 ibu hamil dengan usia kehamilan antara 21

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada berbagai organ. Sampai saat ini preeklamsia masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. utama morbiditas dan mortalitas ibu dan janin. The World Health

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Bagian/SMF Obstetri Ginekologi dan poliklinik/bangsal

Receiver Operating Curve (ROC) analisis. Nilai p dianggap bermakna dengan p. kepercayaan dan power sebesar 80 %.

Bab 1 PENDAHULUAN. Preeklampsia-eklampsia sampai saat ini masih merupakan the disease of

BAB 4 HASIL PENELITIAN. sedang-berat yang memenuhi kriteria sebagai subyek penelitian. Rerata umur

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan jumlah penyandang diabetes cukup besar untuk tahun-tahun

BAB 6 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian pada 45 penderita karsinoma epidermoid serviks uteri

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran preterm, dan intrauterine growth restriction (IUGR) (Sibai, 2005;

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Pada periode penelitian dijumpai 41 orang penderita stroke iskemik akut

BAB V PEMBAHASAN. infark miokard dilaksanakan dari 29 Januari - 4 Februari Penelitian ini

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Telah dilakukan penelitian pada 32 pasien stroke iskemik fase akut

BAB 5 PEMBAHASAN. dengan menggunakan consecutive sampling. Rerata umur pada penelitian ini

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi di seluruh dunia oleh World Health Organization (WHO) dengan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu

I. PENDAHULUAN. Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbunnya lemak,

BAB IV METODE PENELITIAN. dan Penyakit Kandungan dan Ilmu Patologi Klinik. Penelitian telah dilaksanakan di bagian Instalasi Rekam Medis RSUP Dr.

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi dalam kehamilan adalah hipertensi yang terjadi saat kehamilan

BAB I PENDAHULUAN. seorang wanita, dimana kehamilan merupakan proses fertilisasi atau

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan uji Chi Square atau Fisher Exact jika jumlah sel tidak. memenuhi (Sastroasmoro dan Ismael, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

Hubungan Albumin Serum Awal Perawatan dengan Perbaikan Klinis Infeksi Ulkus Kaki Diabetik di Rumah Sakit di Jakarta

B A B PENDAHULUAN. terutama di daerah tropik dan subtropik. Insiden infeksi VD yang meliputi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik hiperglikemia (kadar gula darah yang tinggi) yang terjadi karena

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kreatinin serum pada pasien diabetes melitus tipe 2 telah dilakukan di RS

BAB I PENDAHULUAN. Kanker ovarium adalah suatu massa atau jaringan baru yang. abnormal yang terbentuk pada jaringan ovarium serta mempunyai sifat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Di seluruh dunia dan Amerika, dihasilkan per kapita peningkatan konsumsi fruktosa bersamaan dengan kenaikan dramatis dalam prevalensi obesitas.

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian terhadap 65 orang responden pasca stroke iskemik

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis merupakan salah satu masalah kesehatan utama penyebab kesakitan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan gangguan aliran. yang menyumbat arteri. Pada stroke hemoragik, pembuluh darah otak

serta terlibat dalam metabolisme energi dan sintesis protein (Wester, 1987; Saris et al., 2000). Dalam studi epidemiologi besar, menunjukkan bahwa

BAB VI PEMBAHASAN. Studi kasus kontrol pada 66 orang pasien terdiri atas 33 orang sampel

BAB 5 PEMBAHASAN. penelitian terdiri atas pria sebanyak 21 (51,2%) dan wanita sebanyak 20

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penderita DM di dunia diperkirakan berjumlah > 150 juta dan dalam 25

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. sampai saat ini karena prevalensinya yang selalu meningkat. Secara global,

BAB 5 PEMBAHASAN. Penelitian telah dilakukan pada 40 pasien epilepsi yang menjalani monoterapi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. atau berlebih yang dapat mengganggu kesehatan. Dahulu obesitas identik dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling. mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi bakteri yang berkembang menjadi sepsis, merupakan suatu respons

BAB 1 PENDAHULUAN. Karsinoma serviks uteri merupakan masalah penting dalam onkologi ginekologi di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dengan adanya hiperglikemia kronik akibat defisiensi insulin baik relatif maupun

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Obesitas telah menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia. Prevalensi

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Saraf. Penelitian dilakukan di Bangsal Rawat Inap Penyakit Saraf RS Dr.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB. IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif. Diabetes Melitus diklasifikasikan menjadi DM tipe 1 yang terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. membuat kadar kolesterol darah sangat sulit dikendalikan dan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan proses ruptur plak aterosklerosis dan trombosis pada arteri koroner

BAB I PENDAHULUAN. sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (American Diabetes

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kematian yang dialami ibu selama masa kehamilan masih cukup tinggi di

BAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek

BAB I PENDAHULUAN. 8,7% di tahun 2001, dan menjadi 9,6% di tahun

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini melibatkan 61 orang subyek penelitian yang secara klinis diduga

BAB I PENDAHULUAN. akut maupun komplikasi vaskuler jangka panjang, baik mikroangiopati maupun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB VI PEMBAHASAN. pemeriksaan dan cara lahir. Berat lahir pada kelompok kasus (3080,6+ 509,94

PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN HIPERTENSI ANTARA PRIA DAN WANITA PENDERITA DIABETES MELITUS BERUSIA 45 TAHUN SKRIPSI

BAB 5 PEMBAHASAN. dan genotip APOE yang merupakan variabel utama penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Batu empedu merupakan batu yang terdapat pada kandung empedu atau pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) pada

BAB 1 : PEMBAHASAN. 1.1 Hubungan Hiperurisemia Dengan Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Kecamatan Pauh Kota Padang tahun 2016

Efek Komplementer pada Kapsul Yaccon Plus untuk Diabetes. Efek Komplementer pada Kapsul Yaccon Plus untuk Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu, disamping perdarahan dan infeksi. Dari kelompok hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. insulin, atau kedua-duanya. Diagnosis DM umumnya dikaitkan dengan adanya gejala

GAMBARAN HEMATOLOGI RUTIN, TES FUNGSI HATI, DAN TES FUNGSI GINJAL PADA PASIEN PREEKLAMPSIA, EKLAMPSIA, DAN HIPERTENSI GESTASIONAL DI RS

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruksi Kronik ( PPOK ) adalah penyakit paru kronik

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PREEKLAMPSIA

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan ada tiga bentuk diabetes mellitus, yaitu diabetes mellitus tipe 1 atau disebut IDDM (Insulin Dependent

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian terhadap 100 penderita stroke iskemik fase akut,

BAB I PENDAHULUAN. kematian maternal (maternal mortality). Menurut World Health

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. risiko PJK kelompok usia 45 tahun di RS Panti Wilasa Citarum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dengan hiperglikemia kronis akibat gangguan metabolisme karbohidrat, lemak

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini diperoleh 70 subyek penelitian yang dirawat di bangsal

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Angina pektoris stabil adalah salah satu manifestasi. klinis dari penyakit jantung iskemik.

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama kurun waktu 6 bulan, yaitu antara bulan

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis merupakan salah satu masalah kesehatan serius yang terjadi di

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. virus DEN 1, 2, 3, dan 4 dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegepty dan Aedesal

PERBEDAAN RERATA KADAR AKTIVIN A SERUM MATERNAL ANTARA PREEKLAMSIA BERAT DENGAN BUKAN PREEKLAMSIA BERAT

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang (Cross Sectional) dimana

BAB 1. PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan dari International Diabetes Federation (IDF)

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis. yang muncul ketika tubuh tidak mampu memproduksi cukup

Transkripsi:

50 BAB 6 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian pada 75 ibu hamil dengan usia kehamilan antara 21 25 minggu yang dilakukan pemeriksaan kadar aktivin A serum. Selama perjalanan kehamilan didapatkan 11 subyek mengalami preeklampsia (14,5 %), dimana 7 subyek (9,3 %) mengalami preeklampsia ringan dan 4 subyek (5,2 %) mengalami preeklampsia berat. Tidak didapatkan pasien yang droup out dari penelitian. Didapatkan angka kejadian preeklampsia sebesar 14,5 %. Angka ini lebih besar daripada angka kejadian preeklampsia di negara berkembang yang berkisar 7 10 %. Angka ini berasal dari 4 tempat penelitian yang berbeda di kota semarang. Hasil yang didapat berhubungan dengan jumlah sampel dan tempat dilakukan penelitian. Merujuk kepada penelitian pada tahun 1997-1999 di RS. Dr. Kariadi Semarang, angka ini menunjukkan kecenderungan peningkatan kejadian preeklampsia 20. Usia ibu hamil yang ekstrim (terlalu muda maupun terlalu tua) merupakan salah satu faktor risiko terjadinya preeklampsia. Pada penelitian ini tidak didapatkan perbedaan rerata usia ibu hamil antara kelompok preeklampsia dan normotensi. Secara klinis, rerata usia subyek kelompok preeklampsia 29,6(6,37) maupun normotensi 27,5(5,36) tidak termasuk dalam umur yang ekstrim untuk kehamilan. Usia kehamilan pada saat pengambilan sampel mempengaruhi kadar aktivin A, dimana kadar aktivin A pada kehamilan normal akan tetap rendah hingga usia kehamilan 26-28 minggu 5,44. Setelah usia kehamilan 28 minggu kadar

51 aktivin A akan cenderung meningkat sesuai dengan pertambahan usia kehamilan. Pada preeklampsia akan terjadi peningkatan kadar aktivin A lebih dini (usia kehamilan 15 19 minggu) dimana peningkatan ini akan sangat signifikan pada usia kehamilan 21 25 minggu. Pada penelitian ini didapatkan rerata usia kehamilan yang sama antara kelompok preeklampsia dibandingkan dengan kelompok normotensi. Kadar lekosit merupakan salah satu parameter yang penting dalam mendiagnosis adanya inflamasi sistemik pada ibu hamil, oleh karena itu kadar lekosit sangat berhubungan dengan kadar aktivin A. Kadar lekosit yang masih dianggap normal pada saat kehamilan adalah < 16.000/mm 3 50. Pada penelitian ini didapatkan kadar lekosit yang sama antara kelompok preeklampsia dan kelompok normotensi. Secara klinis kadar lekosit baik pada kelompok preeklampsia 12,4(2,41) maupun pada kelompok normotensi 10,9(2,1) masih dalam batas normal kadar lekosit dalam kehamilan. Kadar hematokrit dan trombosit merupakan parameter laboratorium yang penting dari preeklampsia. Pada penelitian ini didapatkan hasil yang sama antara rerata kadar hematokrit dan trombosit pada kelompok preeklampsia dibandingkan dengan kelompok normotensi. Secara klinis nilai kadar hematokrit dan trombosit ini masih dalam batas normal. Hasil ini menunjukkan bahwa perubahan kadar hematokrit dan trombosit tidak terjadi pada awal terjadinya preeklampsia. Peningkatan kadar hematokrit dan penurunan kadar trombosit terjadi setelah gejala klinis preeklampsia timbul dan hal ini menunjukkan progresifitas dari preeklampsia 27.

52 Diabetes melitus merupakan salah satu faktor perancu yang dapat mempengaruhi kadar aktivin A melalui mekanisme disfungsi endotel vaskuler maupun pelepasan sitokin TNF- -6. Pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan gula darah darah sewaktu untuk menapis kemungkinan diabetes melitus 49. Didapatkan hasil rerata kadar gula darah sewaktu yang sama pada kelompok preeklampsia dibandingkan dengan kelompok normotensi. Secara klinis hasil gula darah sewaktu ini masih dalam batas normal. Primigravida merupakan salah satu faktor risiko terjadinya preklampsia 37. Pada penelitian didapatkan paritas pasien subyek penelitian yang sama antara kelompok preeklampsia maupun normotensi. Didapatkan perbedaan rerata kadar aktivin A serum pada kedua kelompok dimana rerata kadar aktivin A kelompok yang berakhir dengan preeklampsia pada umur kehamilan selanjutnya lebih tinggi (35,8 ng/ml) dibandingkan dengan kelompok yang berakhir dengan normotensi pada usia kehamilan selanjutnya (19,1 ng/ml). Peningkatan kadar aktivin A serum pada ibu hamil ini timbul sebelum gejala klinis preeklampsia muncul. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya dimana aktivin A akan diproduksi oleh plasenta sebagai penghasil utama aktivin A pada masa kehamilan, serta oleh monosit dan makrofag perifer yang dipacu oleh TNF- -6 dan oleh endotel vaskuler yang diaktivasi oleh sitokin pro inflamasi pada awal proses timbulnya preeklampsia. Peningkatan kadar aktivin A ini terjadi sangat dini sebelum timbulnya gejala klinis preeklampsia. Pada penelitian ini kadar aktivin A sudah meningkat sebelum

53 terjadi perubahan pada kadar hematokrit dan trombosit pada subyek yang menderita preeklampsia pada umur kehamilan selanjutnya. Dari seluruh subyek penelitian yang menderita preeklampsia, secara klinis didapatkan 7 subyek yang menderita preeklampsia ringan dan 4 subyek menderita preeklampsia berat. Walaupun didapatkan perbedaan rerata kadar aktivin A pada kelompok yang berakhir dengan preeklampsia dibandingkan dengan kelompok yang berakhir dengan normotensi, namun ternyata tidak didapatkan perbedaan rerata kadar aktivin A pada subyek yang menderita preeklampsia ringan maupun preeklampsia berat. Dengan menggunakan kurva ROC didapatkan cut off point kadar aktivin A sebesar 29,90 ng/ml, dimana didapatkan hubungan antara kadar aktivin A sebesar 29,90 ng/ml pada umur kehamilan 21 25 minggu dengan kejadian preeklampsia pada umur kehamilan selanjutnya. Penelitian di Jerman pada tahun 2002 mendapatkan hasil cut off point 39,9 ng/ml 4. Sedangkan penelitian di Aucland mendapatkan hasil 33,4 ng/ml 1. Penelitian ini mendukung hasil beberapa penelitian sebelumnya yang menyatakan adanya peningkatan kadar aktivin A pada kehamilan muda yang akan berkembang menjadi preeklampsia pada usia kehamilan selanjutnya, walaupun dengan cut off point kadar aktivin A yang berbeda. Perbedaan hasil cut off point kemungkinan disebabkan oleh perbedaan demografi, karasteristik serta jumlah sampel dari subyek penelitian. Obesitas merupakan salah satu faktor risiko terjadinya preeklampsia 24,51. Pada penelitian ini didapatkan rerata nilai BMI yang berbeda antara kelompok preeklampsia dan normotensi dengan rerata nilai BMI yang lebih tinggi pada

54 kelompok preeklampsia (30,3) dibandingkan dengan kelompok normotensi (23,1). Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan di Massachusetts pada tahun 1998 51. Hal ini berhubungan dengan sekresi sitokin IL-6 dan TNFoleh sel-sel lemak dimana sitokin IL-6 dan TNFyang diduga berperanan dalam mekanisme terjadinya preeklampsia. Selain itu, obesitas juga berhubungan dengan resistensi insulin yang akan memacu terjadinya disfungsi endotel dimana disfungsi endotel ini diduga juga berperanan dalam mekanisme timbulnya preeklampsia pada ibu hamil 51. Didapatkan rerata kadar BMI yang berbeda bermakna antara kelompok preeklampsia dengan normotensi. Telah dilakukan analisis multiple regresi logistik untuk mengetahui apakah nilai BMI merupakan salah satu prediktor preeklampsia. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa nilai BMI bukan merupakan suatu prediktor kejadian preeklampsia. Obesitas merupakan variabel perancu yang belum dikendalikan dalam desain penelitian. Untuk membuktikan bahwa kadar aktivin A pada kehamilan trimester II dapat digunakan sebagai prediktor serta mengendalikan variabel perancu tadi maka dilakukan stratifikasi antara kadar aktivin A, nilai BMI dan kejadian preeklampsia. Didapatkan hasil yang bermakna dimana kadar aktivin A pada nilai BMI maupun > 25 berhubungan dengan kejadian preeklampsia. Hasil yang didapat pada penelitian ini berhubungan dengan jumlah sampel penelitian. Hal ini berhubungan serta masa kadaluarsa dari kit pemeriksaan laboratorium.

55 Keterbatasan penelitian TNF- dan IL-1 merupakan salah satu faktor yang dominan dalam memacu ekspresi aktivin A diluar plasenta. Pada penelitian ini telah disiapkan spesimen untuk pemeriksaan TNF- -1, tetapi pemeriksaan TNF- - 1 tidak dilakukan bersamaan pada penelitian ini karena terkendala dengan keterbatasan waktu, tenaga, kit penelitian dan peralatan penunjang serta tehnik pemeriksaan.