BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Raymond Williams mendefinisikan budaya sebagai struktur keluarga, struktur masyarakat dan organisasi produksi yang mengekspresikan serta mengatur hubungan sosial serta bentuk-bentuk komunikasi yang terjadi dalam masyarakat itu. Disnilah manusia sebagai subyek utama dalam kebudayaan memegang peran yang sangat penting. Pada diri manusia ini ide-ide serta pemikiran-pemikiran terus dikembangkan hingga menghasilkan karya-karya baik benda berwujud (culture materielle) maupun benda yang tidak berwujud (culture immaterial). Benda berwujud (culture material) ini sering disebut dengan hasil budaya material seperti alat-alat transportasi, alat-alat rumah tangga, alat-alat pertanian, dan sebagainya. Sedangkan benda yang tidak berwujud (culture immaterial ) sering disebut sebagai hasil budaya immaterial misalnya: kesenian, kepercayaan, nilai, moral, religi, etika, sistem kekerabatan dan masih banyak lagi (Purwasito, 2003:96). Berbagai macam kebudayaaan lokal yang ada di Indonesia salah satunya adalah kebudayaan Jawa. Dalam kehidupan masyarakat Jawa, yang menjadi nilai tertinggi dalam kehidupan bersama orang Jawa adalah keselarasan. Keselarasan disini dipahami sebagai suatu kondisi dimana masyarakat berada dalam keadaan rukun dan tentram. Kondisi ini dapat tercipta apabila setiap orang mempunyai tempat dan kedudukan yang tepat. Karena prinsip hidup inilah untuk menciptakan suatu kondisi dimana masing-masing orang menempati tempat dan kedudukan yang tepat sesuai dengan perannya di masyarakat (Suseno, Magnis 1995: 70). Untuk menciptakan keselarasan ini, H Geertz (1991) dalam Frans Magnis- Suseno (1995:70) terdapat dua tuntutan dalam masyarakat Jawa, yaitu: pertama, setiap orang diakui dan dihormati sesuai dengan kedudukannya. Oleh karena itu setiap orang harus menduduki tempat yang tepat. Dalam 1
berbicara dan membawa diri harus sesuai dengan tata karma. Selain itu dalam menggunakan bahasa dalam kehidupan sehari-hari, pembawaan diri dan cara bersikap harus sesuai dengan tata krama yang disepakati bersama. Kedua, agar semua orang selalu membawa diri secara rukun. Rukun dipahami sebagai usaha terus menerus oleh semua anggota masyarakat untuk bersikap tenang satu sama lain dan untuk menyingkirkan keinginankeinginan yang dapat menimbulkan perselisihan dan keresahan. Keselarasan dan kerukunan menjadi tujuan yang utama dari kehidupan orang Jawa yang terus dijunjung tinggi dan diperjuangkan. Karena falsafah hidup dan prinsip hidup orang Jawa inilah yang sering kali falsafah ini disebut falsafah yang Adiluhung. Hal tersebut dapat terwujud dalam kesenian yang ada, yang merupakan salah satu unsur penting dari sebuah kebudayaan Jawa. Nilai dan norma yang menjadi unsur budaya dari suatu masyarakat akan menentukan bentuk kesenian seperti apa yang akan tercipta. Diantara sekian banyak seni budaya Jawa, ada budaya wayang dan seni pendalangan yang bertahan dari masa ke masa. Wayang telah ada, tumbuh dan berkembang sejak lama, hingga kini melintasi perjalanan panjang sejarah Indonesia. Budaya wayang dan seni pendalagan itu memang unik dan canggih, karena dalam pergelarannya mampu memadukan dengan serasi beraneka ragam seni, seperti seni drama, seni suara, seni sastra, seni rupa, dan sebagainya, dengan sentral seorang dalang. Dalang dengan para seniman pendukungnya yaitu, pengrawit, swarawati, dan lain- lainnya, mampu menampilkan sajian seni yang sangat menarik. Wayang hadir dalam wujudnya yang utuh baik dalam estetika, etika, maupun falsafahnya. (Ensiklopedia 1999: 21). Dalam pertunjukan wayang itu peranan dalang sentral dan strategis. Disebut sentral karena seluruh pentas wayang yang menggabungkan pelbagai seni itu digerakan dan diarahkan oleh dalang. Juga strategis karena sebagai tokoh sentral, kualitas seni pedalangan itu sangat ditentukan oleh kemampuan dalang. Wayang terus berkembang dan setia 2
pada misinya dan fungsi yang diemban, sebagai sarana hiburan sekaligus menyampaikan pesan pesan keutamaan hidup. Wayang berfungsi sebagai sarana penerangan, pendidikan, dan komunikasi massa yang sangat akrab dengan masyarakat pendukungnya. Selain itu, juga kehadiran penonton merupakan satu kesatuan dalam pergelaran wayang yang tidak saja disuguhi hiburan yang menarik, melainkan diajak untuk berpikir dengan kemampuan penalaran, rasa sosial dan filosofis (Ensiklopedia 1999 : 22 27). Di era modern ini, pertunjukan Wayang dikemas sedemikian rupa menjadi produk tayangan televisi. Televisi sebagai bagian dari kebudayaan audiovisual memiliki pengaruh paling kuat dalam pembentukan sikap dan kepribadian seseorang secara luas. Televisi mampu menekan pesan secara efektif dengan memusatkan pandangan pemirsa melalui ilustrasi visual, tata gerak, warna dan berbagai bunyi atau suara (Mulyana, 2008). Selain memiliki pengaruh yang kuat, menurut Morrisan (2009:199), acara atau program merupakan faktor terpenting yang dapat menentukan dan mendukung keberhasilan finansial suatu stasiun penyiaran radio dan televisi. Maka sebuah stasiun televisi mengemas sedemikian rupa kesenian daerah menjadi produk yang layak dijual. Program acara Opera Van Java merupakan program acara dengan tema wayang yang menarik penonton, bahkan mendapat respon yang postif terbukti sejak kemunculan pertama yang hanya tayang seminggu sekali hingga seiring rating yang terus meningkat Opera Van Java kini tayang lima kali seminggu dari Senin sampai Jumat. Bukti lainnya pada tahun 2010 memperoleh rating sebesar 32,2 dibandingkan dengan program di televisi lainnya. 1 Program ini menampilkan Wayang versi modern, lengkap dengan dalang dan sindennya, serta para pemusik tradisional yang menggunakan alat musik khas Jawa. Opera Van Java sendiri merupakan genre baru 1 Simulasi Opera Van Java Sahur 2010 data ini diperoleh dari salah satu tim Opera Van Java. 3
dalam komedi, dimana program acara ini tidak mengikuti tatanan komedi secara umum. Disamping itu OVJ sendiri mengabunggkan antara sinopsis cerita, gimmick, properti, dan improvisasi para pemain. Dalam Opera Van Java, Parto berperan sebagai seorang dalang yang mempunyai wewenang untuk mengatur alur cerita di setiap adegan. Sedangkan para pemain yang bertindak sebagai wayang, harus menuruti semua perintah yang diucapkan oleh dalang, oleh karena itu, para pemain dituntut untuk melakukan improvisasi adegan dan dialog dengan cepat. Selain itu, keunikan program ini adalah alur ceritanya yang hanya diketahui oleh sang dalang, sehingga reaksi dan aksi spontan para pemain Opera Van Java ini akan mengalir dengan sendirinya 2. Atas keunikan tersebut pada tahun 2011 Opera Van Java memperoleh penghargaan dari Indonesia Most Favorite Youth Brand 2011 oleh Majalah Marketeers & Markplus Insight untuk kategori program acara pilihan anak muda 3. Pada tayangan Opera Van Java, pertunjukan wayang yang ditampilkan sangat jauh berbeda dari pertunjukan wayang yang sebenarnya. Opera Van Java yang mengatas namakan budaya Jawa seringkali menunjukan adegan kasar dan tidak sesuai dengan kebudayaan masyarakat Jawa yang sebenarnya. Televisi menjadikan budaya sebagai komoditi untuk meraih keuntungan. Asalkan penonton bisa tertawa melihat aksi dari para aktor, itu merupakan keberhasilan tayangan tersebut. Acara acara kerohanian, hiburan seperti wayang, ketoprak, tidak lagi dipertontonkan nilai idealnya, tetapi lebih dipandang sebagai komoditas yang dapat diperjualbelikan dengan produksi secara masal. Nilai nilai yang syarat akan pesan yang terkandung dalam tontonan tidak menjadi penting, sehingga nilai kesenian wayang yang selama ini dianggap Adiluhung menjadi hilang. Morrisan (2009:199) menyatakan bahwa hal yang terpenting adalah para produser dapat menarik iklan sebanyak 2 Sinopsis Program Acara. http://www.trans7.co.id/frontend/home/category diakses pada tanggal 2 Desember 2011, pukul 14.00 WIB. 3 Penghargaan. http://www.trans7.co.id/frontend/aboutus/view/company/365 diakses pada tanggal 2 September 2012, pukul 17.51 WIB. 4
banyaknya dari sebuah acara sehingga keuntungan mereka bertambah. Hal inilah yang akan dianalisa oleh peneliti menggunakan teori komodifikasi budaya untuk menganalisa tentang perubahan yang terjadi pada budaya lokal (Wayang) dalam tayangan Opera Van Java menjadi budaya massa yang diperjualbelikan demi keuntungan yang besar. Pada penelitian sebelumnya yang pernah membahas terkait komodifikasi dalam program televisi adalah Sumantri (2011) ia menuliskan bahwa program TV tidak hanya berorientasi pada kepentingan masyarakat tapi juga kepentingan pasar. Sehingga peneliti tertarik untuk meneliti tayangan Opera Van Java yang menjadikan budaya jawa sebagai komoditas. Tayangan yang akan dijadikan bahan penelitian adalah episode Petarungan Anak Arjuna, Sayembara Drupadi, dan Wahyu Cakraningrat. Pemilihan pada episode-episode tersebut karena peneliti ingin melihat bentuk-bentuk komodifikasi wayang yang ada dalam tayangan Opera Van Java Trans7. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas, rumusan masalah penelitian, sebagai berikut: Bagaimana komodifikasi budaya Jawa (wayang) dalam program acara Opera Van Java di Trans7? 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah: Menjelaskan komodifikasi budaya Jawa (wayang) dalam program acara Opera Van Java di Trans7 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memperluas ilmu komunikasi, dan pemahaman mengenai komodifikasi budaya, 5
khususnya budaya Jawa (Wayang) yang dikemas dalam tayangan komedi atau lawak. 1.4.2 Manfaat Praktis Dengan penelitian ini, diharapkan dapat memberi wacana kepada masyarakat untuk bersikap kritis terhadap program program acara televisi, khususnya tayangan Opera Van Java yang mengangkat topik-topik budaya. 1.4.3 Konsep konsep yang Digunakan Budaya Kata budaya menurut Koentjaraningrat (1974 dalam buku Bastomi 1991:1) berasal dari bahasa Sansekert budhyah. Kata ini adalah bentuk jamak dari budhi yang berarti budi atau akal. Kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan miliknya dengan belajar. Komodifikasi Komodifikasi menurut Vincent Moscow digambarkan sebagai cara kapitalisme dengan membawa akumulasi tujuan kapitalnya atau mudahnya dapat digambarkan sebagai sebuah perubahan nilai fungsi atau guna menjadi sebuah nilai tukar. Kaitannya komodifikasi dan komunikasi, dapat digambarkan dari dua dimensi hubungan antara lain : - Proses komunikasi dan terknologi tersebut memiliki kontribusi terhadap proses umum komodifikasi secara keseluruhan. - Proses komodifikasi secara keseluruhan menekan proses komunikasi dan institusinya yang terjadi dalam masyarakat, jadi perbaikan dan bantahan dalam proses komodifikasi sosial 6
mempengaruhi komunikasi sebagai praktik sosial. Beberapa bentuk komoditas dalam komunikasi antara lain adalah: 1. Komodifikasi content atau isi media komunikasi 2. Komodifikasi audience 3. Komodifikasi pekerja atau buruh (Febriani Dian, 2012). Program Acara OVJ Opera Van Java merupakan acara komedi yang tayang di stasiun televisi Trans 7 setiap hari Senin sampai Jumat tiap minggunya yang berdurasi selama kurang lebih 2 jam. Konsep komedi Opera Van Java terinspirasi dari wayang kulit yang dimainkan dalang dengan mengubah peran yang dimainkan wayang kulit menjadi orang sungguhan, yang menonjol dari Opera Van Java itu sendiri adalah komedi yang berlatar belakang tradisional (Fahma dalam Intisari, 2012: 41). 1.5 Batasan Penelitian Penelitian ini dibatasi pada tayangan Opera Van Java episode Petarungan Anak Arjuna, Sayembara Drupadi, dan Wahyu Cakraningrat. Komodifikasi budaya Jawa (Wayang) adalah budaya Jawa (Wayang) yang dijadikan komoditas dalam bentuk tayangan Opera Van Java, budaya yang dijadikan komoditas ini adalah budaya massa bentukkan media, dalam hal tersebut media tentu menyiratkan ideologi-ideologinya. Dengan melihat konten dari tayangan Opera Van Java ini peneliti akan menggambarkan komodifikasi budaya Jawa (Wayang) dalam program tersebut. 7