PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 11 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERWAKILAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GRESIK

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERWAKILAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUPANG NOMOR 13 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERWAKILAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUPANG

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO KECAMATAN PACET DESA NOGOSARI PERATURAN DESA NOGOSARI KECAMATAN PACET, KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR: 01 TAHUN 2002

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 10 TAHUN 2001 PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN PERWAKILAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO D E S A P A D I Jln. Raya Padi Pacet No.26 Kec. Gondang Tlp

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 14 TAHUN 2001 T E N T A N G PEMBENTUKAN BADAN PERWAKILAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO

1 of 5 02/09/09 11:52

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN PERWAKILAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2000 TENTANG BADAN PERWAKILAN DESA SERTA TATA CARA PEMBENTUKANNYA

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 64 TAHUN 1999 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGATURAN MENGENAI DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOBA SAMOSIR NOMOR: 7 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERWAKILAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 42 TAHUN 2000 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU UTARA TAHUN 2006 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU UTARA NOMOR : 11 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 10 TAHUN 2001 PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN PERWAKILAN DESA

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG BADAN PERWAKILAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1649);

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 16 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2007 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2000 TENTANG BADAN PERWAKILAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2007 T E N T A N G

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 64 TAHUN 1999 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGATURAN MENGENAI DESA

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO LEMBARAN DAERAH NOMOR : 03 TAHUN 2000 SERI : NOMOR : 03 PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR : 04 TAHUN 2000

PERATURAN DAERAH NOMOR 19 TAHUN 2000

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO D E S A P A D I Jln. Raya Padi Pacet No.26 Kec. Gondang Tlp PERATURAN DESA PADI NOMOR : 06 TAHUN 2002

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);

DAERAH NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG TENTANG PERMUSYAWARATAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA BUPATI MUSI RAWAS

SALINAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 9 TAHUN 2004 SERI : E PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BONE PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 04 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 11 TAHUN 2000 TENTANG BADAN PERWAKILAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 4 TAHUN 2007 SERI D.2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD)

PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BUOL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR : 6 TAHUN : 2007

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 21 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERUYAN,

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 9 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERWAKILAN DESA ( BPD ) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR : 5 TAHUN : 2007

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR : 11 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) BUPATI SITUBONDO,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN,

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN

DHARMMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO KECAMATAN PACET DESA NOGOSARI PERATURAN DESA NOGOSARI KECAMATAN PACET, KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR: 07 TAHUN 2002

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 4 TAHUN 2007 T E N T A N G PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KLUNGKUNG KECAMATAN KLUNGKUNG DESA TEGAK

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

P E R A T U R A N D A E R A H

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG BARAT NOMOR 04 TAHUN 2000 T E N T A N G TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN PERATIN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 10 TAHUN 2000 TENTANG BADAN PERWAKILAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA B U P A T I M A G E L A N G

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PEMERINTAH KOTA BATU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2006 NOMOR: 6

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA NOMOR 5 TAHUN 2007 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 13 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERWAKILAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOYOLALI,

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA NOMOR 13 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERWAKILAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DONGGALA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA,

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 6 TAHUN 2007 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG,

PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 4 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERWAKILAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

PERATURANN DESA PARAKANMUNCANG KECAMATAN NANGGUNG KABUPATEN BOGOR NOMOR : 4 TAHUN 2001 TENTANG BADAN PERWAKILAN DESA SERTA TATA CARA PEMBENTUKANNYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 10 TAHUN 2003 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 6 TAHUN 2003 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOBA SAMOSIR NOMOR: 5 TAHUN 2000 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR : 7 TAHUN 2006 T E N T A N G

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG BARAT NOMOR : 04 TAHUN 2000 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN PERATIN

Transkripsi:

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 11 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERWAKILAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GRESIK Menimbang : Bahwa untuk menyelenggarakan ketentuan Pasal 11 Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah Khususnya untuk mewujudkan Demokrasi Pancasila dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa, perlu ditetapkan Peraturan Daerah tentang pembentukan Badan Perwakilan Desa. Mengingat : 1 Undang undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur;; 2. Undang undang Nomor 2 Tahun 1965 tentang Batas Wilayah Kotapraja Surabaya dan Daerah Tingkat II Surabaya (Lembaran Negara Nomor 2 tahun 1965 tanggal 6 Pebruari 1965); 3. Undang undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 1999 Nomor 72. Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848); 4. Undang undang Nomor 43 tahun 1999 tentang Perubahan atas undang undang Nomor 8 tahun 1974 tentang pokok pokok Kepegawaian; 5. Keputusan Presiden RI Nomor 44 tahun 1999 tentang teknik Penyusunan Peraturan Perundang undangan dan Bentuk Rancangan Undang undang, Rancangan Peraturan Pemerintah dan Rancangan Keputusan Presiden;

6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 tahun 1999 tentang Pencabutan beberapa Peraturan Menteri Dalam Negeri, Keputusan Menteri Dalam Negeri dan intruksi menteri Dalam Negeri mengenai Pelaksanaan Undang Undang Nomor 5 tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa; 7. keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 63 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan keluarga; 8. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 tahun 1999 tentang pedoman Umum Pengaturan Mengenai Desa. 9. Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 10 tahun 2000 tentang Susunan Organisasi pemerintah Desa. Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN GRESIK MEMUTUSKAN Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERWAKILAN DESA BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : a. Bupati adalah kepala Daerah Kabupaten Gresik; b. Desa adalah desa desa di Kabupaten Gresik c. Pemerintah Desa, adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa; d. Badan Perwakilan Desa yang selanjutnya disebut BPD, adalah badan perwakilan Desa yang terdiri atas pemuka pemuka masyarakat yang ada di desa yang berfungsi mengayomi adat istiadat, membuat Peraturan Desa, menampung dan menyalurkan

aspirasi masyarakat, serta melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Desa. e. Pemuka pemuka masyarakat, adalah pemuka pemuka masyarakat yang diambilkan antara lain dari kalangan adat, agama, organisasi sosial politik, lembaga pendidikan golonga profesi dan unsur pemuka masyarakat lainnya yang bertempat tinggal di Desa. BAB II PANITIA PEMILIHAN ANGGOTA BPD Pasal 2 (1) Tiga bulan sebelum berakhirnya masa bakti BPD, BPD membentuk panitia Pemilihan Anggota BPD yang ditetapkan dengan Keputusan BPD; (2) Panitia Pemilihan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terdiri dari para anggota BPD dan Perangkat Desa, yang susunannya terdiri dari : a. Ketua, merangkat anggota; b. Wakil Ketua, merangkap Anggota; c. Sekretaris, merangkap Anggota; d. Wakil Sekretaris, merangkap Anggota; e. Bendahara, merangkap Anggota; f. Wakil Bendahara, merangkap Anggota; g. Beberapa anggota yang jumlahnya disesuaikan kebutuhan. (3) Penentuan kedudukan dalam Panitia Pemilihan ditetapkan melalui mekanisme pemilihan Pasal 3 Panitia Pemilihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 mempunyai tugas : a. Menerima pendaftaran Bakal Calon Anggota BPD; b. Melakukan pemeriksaan persyaratan Bakal calon;

c. Melaksanakan pendaftaran pemilih dan pengesahan Daftar Sementara maupun Daftar tetap pemilih; d. Melaksanakan pemilihan Calon Anggota BPD; e. Metetapkan besarnya biaya pemilihan; f. Membuat Berita Acara Pemilihan dan melaporkan pelaksanaan pemilihan calon Anggota BPD kepada BPD. Pasal 4 (1) panitia Pemilihan Anggota dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada BPD; (2) setelah melaporkan pertanggungjawaban kepada BPD maka tugas panitia dinyatakan selesai. Pasal 5 Anggota panitia pemilihan yang ditetapkan sebagai Bakal calon anggota BPD atau berhalangan keanggotaannya didgantikan oleh para anggota BPD maupun Perangkat Desa yang lain berdasarkan keputusan BPD. BAB III HAK MEMILIH DAN DIPILIH Pasal 6 Yang berhak memilih dalam pemilihan anggota bpd adalah penduduk Desa Warga Negara Republik Indonesia yang : a. terdaftar sebagai penduduk Desa yang bersangkutan secara sah dan bertempat tinggal di Desa tersebut sekurang kurangnya 6 (enam) bulan; b. sudah berusia 17 (tujuh belas) tahun atau telah pernah kawin; c. tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan Keputusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan Hukum yang pasti; d. tidak pernah terlibat langsung dala suatu kegiatan yang mengkhianati Negara kesatuan Republik Indonesia yang

berdasarkan Pancasila dan Undang undang Dasar 1945, seperti G.30 S/PKI dan atau kegiatan organisasi terlarang lainnya. Pasal 7 (1) yang dapat dipilih menjadi Anggota BPD adalah Penduduk Desa Warga Negara Republik Indonesia yang : a. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; b. setia dan taat kepada Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945; c. tidak pernah terlibat langsung dalam kegiatan yang mengkhianati Pancasila dan Undang Undang dasar 1945, G. 30 S/PKI dan atau kegiatan organisasi terlarang lainnya; d. berpendidikan sekurang kurangnya Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan atau berpengetahuan yang sederajat; e. berumur sekurang kurangnya 25 tahun dan setinggi tingginya 60 tahun dan terdaftar sebagai penduduk desa yang bersangkutan secara sah dan bertempat tinggal di Desa tersebut sekurang kurangnya 2 (dua) tahun dengan tidak terputus putus; f. sehat jasmani dan rohani; g. terbukti tidak terganggu ingatannya; h. berkelakuan baik, jujur dan adil; i. tidak sedang menjalankan hukuman penjara karena melakukan tindak pidana; j. tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan Keputusan Pengadilan yang mempunyai kekuatan Hukum yang tetap; k. menenal daerahnya dan dikenal oleh masyarakat di Desa setempat; l. bersedia dicalonkan menjadi Anggota BPD. (2) Selain Persyaratan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), harus memenuhi syarat syarat antara lain : a. Taat menjalankan ibadah; b. Aktif kegiatan sosial kemasyarakatan;

c. Merupakan tokoh atau panutan masyarakat. Pasal 8 Dalam pemilihan Anggota BPD setiap penduduk desa yang telah ditetapkan sebagai calon yang berhak dipilih atau pemilih. Wajib hadir dan tidak boleh diwakilkan kepada siapapun dan dengan alasan apapun. BAB IV JUMLAH ANGGOTA BPD Pasal 9 Jumlah anggota Badan Perwakilan Desa ditentukan berdasarkan jumlah penduduk desa yang bersangkutan dengan ketentuan :: a. Jumlah penduduk sampai dengan 1500 jiwa, 7 orang anggota b. 1501 sampai dengan 2000 jiwa, 9 orang anggota; c. 2001 sampai dengan 250 jiwa, 11 orang anggota; d. 2501 sampai dengan 3000 jiwa, 13 orang anggota; e. lebih dari 3000 jiwa, 15 orang anggota. BAB V PENCALONAN ANGGOTA BPD Pasal 10 (1) Calon anggota BPD diusulkan oleh masyarakat dan masing masing dusun dalam desa yang bersangkutan; (2) Jumlah calon yang diusulkan adalah dua kali jumlah anggota BPD yang diperlukan sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 Pasal 11 (1) Panitia Pemilihan melakukan pendaftaran dan menyelekasi persyaratan Calon Anggota BPD yang diusulkan sesuai dengan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam pasal 7

(2) Hasil pendaftaran dan seleksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dibuat daftar urut Calon Anggota BPD berdasarkan undian yang dilakukan oleh Panitia. Pasal 12 Pemilihan calon Anggota BPD sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 ayat (1), disusulkan oleh panitia Pemilihan kepada BPD untuk ditetapkan sebagai calon Anggota BPD yang berhak dipilih Pasal 13 Berdasarkan usulan Panitia Pemilihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 BPD segera menetapkan keputusanbpd tentang Penetapan Calon Anggota BPD yang berhak dipilih. BAB VI PEMILIHAN CALON YANG BERHAK DIPILIH Pasal 14 (1) Anggota BPD dipilih dari Calon yang telah ditetapkan sebagai calon yang berhak dipilih sebagaimana dimaksud dalam pasal 13; (2) Pemilihan Anggota BPD sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan oleh penduduk Desa yang mempunyai hak pilih yang pelaksanaannya dilakukan oleh Panitia Pemilihan. Pasal 15 Pemilihan Calon Anggota BPD sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 dihadiri oleh BPD Panitia Pemilihan can calon yang berhak dipilih.. Pasal 16 (1) Pemilihan Calon Anggota BPD dilaksanakan dengan mencoblos surat suara yang dimuat foto calon yang berhak dipilih, yang

dihadiri sekurang kurangnya 2/3 (dua sepertiga) dari jumlah pemilih yangtelah disahkan oleh Panitia Pemilihan; (2) Apabila pada saat berakhirnya pemungutan suara quorum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) belum tercapai perhitungan suara dapat diperpanjang paling lama 3 (tiga) jam dengan ketentuan quorum 1/2 (setengah) dari jumlah pemilih yang telah disahkan oleh Panitia Pemilihan dan dimuat dalam Berita Acara Pemilihan; (3) Apabila sampai batas waktu perpanjangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) quorum belum juga tercapai, maka perhitungannya diperpanjang 2 jam dan dapat dilanjutkan. Pasal 17 Anggota BPD dan Panitia Pemilihan yang mempunyai hak pilih serta Calon yang berhak dipilih dalam Pemilihan Calon Anggota BPD tetap mempunyai hak untuk menggunakan hak pilihnya. Pasal 18 (1) Pemilihan Calon Anggota BPD dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil oleh penduduk desa yang telah memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6; (2) Pemberian suara dilakukan dengan mencoblos foto calon yang berhak dipilih dalam bilik suara yang telah disediakan oleh Panitia pemilihan; (3) Seorang pemilih hanya memberikan suaranya kepada satu orang Calon yang berhak dipilih; (4) Seorang pemilih yang berhalangan hadir karena suatu alasan, tidak dapat diwakilkan dengan cara apapun; (5) Seorang pemilih yang cacat jasmani dapat memberikan suaranya dengan dibantu oleh seorang yang dipercaya oleh pemilih. Pasal 18 (1) Untuk kelancara pelaksanaan pemilihan, Panitia Pemilihan menyediakan :

a. Papan pengumuman yang memuat nama nama calon yang berhak dipilih sesuai penetapan BPD; b. Surat suara yang memuat foto yang berhak dipilih yang telah ditanda tangani oleh Ketua Panitia Pemilihan, sebagai tanda surat suara yang sah; c. Sebuah kotak suara atau lebih yang besarnya disesuaikan kebutuhan berikut kuncinya; d. Bilik suara atau tempat khusus untuk pelaksanaan pemberian suara; e. Alat pencoblos di dalam bilik suara; f. Papan tulis untuk menghitung suara. (2) Bentuk dan model surat suara diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati BAB VII TEKNIS PELAKSANAAN PEMUNGUTAN SUARA Pasal 20 Sebelum melaksanakan pemungutan suara panitia pemilihan membuka kotak suara dan memperlihatkan kepada para pemilih bahwa kotak suara dalam keadaan kososng serta menutupnya kembali, mengunci dan menyegel menggunakan kertas yang dibubuhi cap atau stempel Panitia pemilihan. Pasal 21 (1) Pemilih yang hadir diberikan selembar surat suara oleh Panitia pemilihan, melalui panggilan berdasarkan urutan daftar hadir; (2) Setelah menerima surat suara, pemilih memeriksa atau meneliti dan apabila surat suara dimaksud dalam keadaan cacat atau rusak pemilih berhak meminta surat suara baru setelah menyerahkan kembali surat suara yang cacat atau rusak. Pasal 22

(1) Pencoblosan surat suara dilaksanakan dalam bilik suara dengan menggunakan alat yang telah disediakan oleh Panitia Pemilihan; (2) Pemilih yang masuk kedalam bilik adalah pemilih yang akan menggunakan hak pilihnya; (3) Pemilih yang keliru mencoblos surat suara dapat meminta 1 (satu) surat suara baru setelah menyerahkan surat suara yang keliru kepada Panitia Pemilihan; (4) Setelah surat suara dicoblos, pemilih memasukkan surat suara kedalam kotak suara yang telah disediakan dalam keadaan terlipat. Pasal 23 (1) Pada saat pemungutan suara dilaksanakan Panitia Pemilihan berkewajiban untuk : a. Menjamin agar tata demokrasi berjalan dengan lancar, tertib, aman dan teratur; b. Menjamion pelaksanaan pemungutan suara dengan tertib. (2) Pada saat pemungutan suara dilaksanakan, para calon yang berhak dipilih harus berada ditempat yang telah ditentukan untuk mengikuti pelaksanaan pemungutan suara; (3) Panitia Pemilihan menjaga agar setiap orang yang berhak memilih hanya memberikan satu suara dan menolak memberikan suara yang diwakilkan dengan alasan apapun. BAB VIII PELAKSANAAN PERHITUNGAN SUARA Pasal 24 Setelah semua pemilih menggunakan hak pilihnya untuk memberikan suaranya, Panitia Pemilihan melakukan perhitungan surat suara dihadapan para Calon Anggota BPD. Pasal 25 (1) Panitia Pemilihan membuka kotak suara dan menghitung surat suara;

(2) Setiap lembar surat suara diteliti satu demi satu untuk mengetahui suara yang membaca nama calon yang berhak dipilih yang mendapat suara tersebut serta mencatatnya didpaapn tulis yang ditempatkan sedemikian rupa, sehingga dapat dilihat dengan jelas oleh semua pemilih yang hadir. Pasal 26 (1) Surat suara dianggap tidak sah, apabila : a. Tidak memakai surat suara yang telah ditentukan; b. Tidak terdapat tanda tangan Ketua Panitia Pemilihan; c. Ditanda tangani atau membuat tanda yang menunjukkan identitas Pemiliha; d. Memberikan suara untuk lebih dari satu Calon yang berhak dipilih; e. Menentukan calon lain selain dari calon yang berhak dipilih yang telah ditentukan; f. Mencoblos tidak tepat pada kotak foto yang disediakan. (2) Alasan alan yang menyebabkan surat suara tidak sah, diumumkan kepada para pemilih pada saat itu juga. Pasal 27 (1) Calon yang berhak dipilih yang memperoleh suara terbanyak pertama sampai dengan terbanyak sesuai jumlah anggota BPD yang dibutuhkan sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 dinyatakan sebagai Calon terpilih; (2) Apabila terjadi perolehan suara sama urutan terakhir sebagaimana dimakasud pasal 9 penyelesaiannya dilakukan secara musyawarah; BAB IX PENETAPAN CALON PEMILIH Pasal 28 (1) Setelah perhitungan suara selesai, panitia Pemilih menyusun, menanda tangani dan membacakan berita Acara Pemilihan;

(2) Laporan Pelaksanaan pemilihan Anggota BPD dan Panitia Acara Pemilihan disampaikan oleh Panitia Pemilihan kepada BPD; (3) Berdasarkan Laporan pelaksanaan pemilihan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) BPD menetapkan Calon Anggota BPD dengan Keputusan BPD. BAB XI PIMPINAN BPD Pasal 30 (1) Pimpinan BPD terdiri dari ketua dan wakil ketua; (2) Wakil ketua sebagaimana dimaksud ayat (1) sebanyak banyaknya 2 orang sesuai dengan jumlah anggota BPD; (3) Pimpinan BPD sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dipilih dari dan oleh Anggota BPD secara langsung dalam rapat BPD yang diadakan secara khusus; (4) Rapat pemilihan BPD untuk pertama kalinya dipimpin oleh anggota tertua dan dibantu oleh anggota termuda. Pasal 31 (1) Dalam pelaksanaan tugasnya pimpinan BPD dibantu oleh Sekretariat BPD; (2) Sekretariat BPD sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dipimpin oleh sekretaris BPD dan dibantu oleh staf sesuai kebutuhan yang diangkat oleh Pemerintah Desa atas persetujuan Pimpinan BPD dan bukan dari Perangkat Desa. BAB XII KEDUDUKAN, TUGAS, WEWENANG DAN FUNGSI BPD Pasal 32 (1) BPD sebagai Badan Perwakilan merupakan wahana untuk melaksanaka demokrasi berdasarkan pancasila;

(2) BPD berkedudukan sejajar dan menjadi mitra dari Pemerintah Desa. Pasal 33 (1) BPD mempunyai tugas dan wewenang : a. Menetapkan Calon Kepala Desa terpilih; b. Memberikan persetujuan atas pengangkatan Perangkat Desa; c. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Kepala Desa; d. Bersama dengan Kepala Desa metetapkan Peraturan Desa; e. Bersama dengan kepala Desa menetapkan Anggaran Pendapatan dan belanja Desa; f. Menampung dan menindak lanjuti aspirasi masyarakat. (2) Pelaksanaan tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dalam Peraturan tata Tertib BPD. Pasal 34 (1) BPD mempunyai fungsi : a. Mengayomi yaitu menjaga kelestarian adat istiadat yang hidup dan berkembang di Desa yang bersangkutan sepanjang tidak berhubungan dengan norma agama dan susila; b. Legislasi yaitu merumuskan dan menetapkan Peraturan Desa bersama sama Pemerintah Desa; c. Pengawasan yaitu meliputi pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Desa Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa serta Keputusan Kepala Desa; d. Menampung aspirasi masyaraklat yaitu menangani dan menyalurkan aspirasi yang diterima darimasyarakat kepada Pejabat atau instansi yang berwenang; (2) Pelaksanaan fungsi BPD sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan dalam Peraturan Tata Tertib BPD.

BAB XIII KEWAJIBAN, HAK BPD DAN HAK ANGGOTA BPD Pasal 35 (1) BPD mempunyai kewajiban : a. Mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia; b. Mengamalkan Pancasila dan UUD 1945 serta mentaati segala Peraturan perundangan; c. Membina demokrasi dalam penyelenggaraa Pemerintah Desa; d. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat; e. Memperhatikan dan menyalurkan aspirasi masyarakat; (2) Pelaksanaan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dalam Peraturan tata tertib BPD; (3) Mewujudkan Pemerintahan Desa yang bersih dan bertanggungjawab. Pasal 36 (1) BPD mempunyai Hak : a. Meminta pertanggung jawaban kepada Kepala Desa; b. Menilai, menerima atau menolak pertanggungjawaban Kepala Desa; c. Meminta keterangan kepada Pemerintah Desa; d. Mengadakan perubahan Rancangan Peraturan Desa; e. Menetapkan Peraturan tata Tertib BPD. (2) Pelaksanaan hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dalam Peraturan tata Tertib BPD. Pasal 37 (1) Anggota BPD berhak menerima uang kehormatan sesuai kemampuan keuangan Desa;

(2) Uang kehormatan anggota BPD sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ditetapkan setiap tahun dalam Angaran Pendapatan dan belanja Desa. BAB XIV LARANGAN ANGGOTA BPD Pasal 38 (1) Anggota BPD dilarang : a. Melakukan kegiatan kegiatan atau melalaikan tindakan yang menjadi kewajibannya, yang merugikan kepentingan Negara, Pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat Desa; b. Melakukan perbuatan yang bertentangan dengan Peraturan perundang undangan yang berlaku dan atau bertentangan dengan norma norma yang hidup dan berkembang dalam kehidupan masyarakat, serta melakukan perbuatan lain yang mengakibatkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap ketokohan dan keteladanan anggota BPD; (2) Dalam hal anggota BPD melakukan pelanggaran sebagaiana dimaksud dalam ayat (1), pimpinan BPD mengusulkan kepada Bupati agar anggota BPD yang bersangkutan diberhentikan sekaligus mengusulkan penggantian antar waktu. BAB XV MEKANISME RAPAT BPDA Pasal 39 (1) Rapat Badan Perwakilan Desa dilaksanakan sekurang kurangnya satu kali dalam satu tahun; (2) Rapat BPD sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipimpin oleh ketua BPD; (3) Dalam hal ketua BPD berhalangan Rapat dipimpin oleh salah seorang wakil ketua;

(4) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam auat (1) dan ayat (3) ditetapkan dalam Peraturan tata tertibbpd. BAB XVI PERATURAN TATA TERTIB BPD Pasal 40 (1) Peraturan Tata tertib BPD ditetapkan dengan keputusan BPD; (2) Keputusan BPD sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaporkan kepada Bupati dengan tembusan kepada Camat dan kepala Desa. BAB XVII PEMBERHENTIAN, MASA KEANGGOTAAN DAN PENGGANTIAN ANTAR WAKTU ANGGOTA BPD Pasal 41 (1) Anggota BPD berhenti bersama sama pada saat anggota BPD yang baru telah ditetapkan peresmiannya; (2) Masa keanggotaan BPD ditetapkan untuk selama 5 tahun atau sama dengan masa jabatan Kepala Desa. Pasal 42 Penggantian antara waktu anggota BPD diambilkan dari lanjutan daftar urutan perolehan suara pada saat pemilihan anggota BPD. BAB XVIII TINDAKAN PENYISIKAN TERHADAP ANGGOTA BPD Pasal 43 (1) Tindakan penyidikan terhadap anggota BPD dilaksanakn setelah adanya persetujuan tertulis dari Bupati; (2) Hal hal lain yang dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), adalah : a. Tertangkap tangan melakukan tindakan pidana kejahatan;

b. Dituduh telah melakukan tindakan pidana kejahatan yang diancam dengan hukuman penjara minimal 5 tahun; c. Rangkap jabatan dengan Kepala Desa atau Perangkat Desa; (3) Tindakan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a dan b dilaporkan kepada Bupati selambat lambatnya dua puluh empat jam. BAB XIX PEMBIAYAAN KEGIATAN BPD Pasal 44 (1) Untuk keperluan kegiatan BPD, disediakan biaya sesuai dengan kemampuan keuangan Desa yang dikelolah oleh Sekretariat BPD; (2) Biaya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan setiap tahun dalam Anggaran Pendapatan dan belanja Desa. BAB XX KETENTUAN LAIN LAIN Pasal 45 Besarnya biaya pemilihan yang ditetapkan oleh Panitia pemilihan disampaikan kepada BPD untuk mendapatkan persetujuan dengan Keputusan BPD. BAB XXI PERALIHAN Pasal 46 Panitia Pemilihan BPD pertama kali dibentuk terdiri dari unsur LMD, Tokoh Masyarakat, Perangkat Desa. BAB XXII KETENTUAN PENUTUP

Pasal 47 (1) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka semua ketentuan yang mengatur Lembaga Musrawarah Desa (LMD) serta ketentuan lain yang bertentangan dengan Peraturan Daerah ini dinyatakan tidak berlaku lagi; (2) Hal hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini akan diatur lebih lanjut oleh Bupati, sepanjang mengenai pelaksanaannya. Pasal 48 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Gresik. Ditetapkan di : Gresik Pada tanggal : 8 Juli 2000 BUPATI GRESIK TTD Drs. KH. ROBBACH MA SUM

Diundangkan di : Gresik Pada tanggal : 21 Juli 2000 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN GRESIK TTD Drs. GUNAWAN, M.Si. Pembina Tk. I NIP. 010 080 491 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TAHUN 2000 NOMOR 3 SERI C.

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 11 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERWAKILAN DESA I. PENJELASAN UMUM Bahwa semangat yang terkandung dalam undang undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, khususnya didalam pasal pasal yang mengatur tentang Desa, menunjukkan bahwa jeterlibatan masyarakat atau penduduk desa didalam proses pelaksanaan dan pengawasan pemerintahan dan Pembangunan adalah sangat tinggi. Keterlibatan dan keikut sertaan masyarakat sebagaimana tersebut diatas diamanatkan oleh undang undang Nomor 22 tahun 19999 melalui wadah atau lembaga yang dinamakan Badan Perwakilan Desa yang disingkat BPD dengan syarat syarat yang telah ditentukan oleh ketentuan ketentuan yang telah ditetapkan. Mengingat fungsi dan peranan dari pada BPD tersebut merupakan lembaga yang strategis berada di Desa, sebagai mitra Kepala Desa dalam setiap proses pengambilan keputusan Desa tersebut, maka keberadaan dari pada BPD termasuk fungsi dan wewenangnaya perlu diatur secermat cermatnya sehingga keberadaannya akan bermanfaat secara optimal di desa tersebut; Untuk itu sesuai dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 tahun 1999 pasal 42, maka dipandang perlu untuk menetapkan Badan perwakilan Desa (BPD) dalam suatu Peraturan Daerah Kabupaten Gresik. II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 ayat (1) : Pasal ini dimaksudkan untuk memberikan penegasan atau menyamakan pengertian terhadap beberapa istilah yang dipergunakan dalam Peraturan Daerah ini. : cukup jelas

ayat (2),(3) : bahwa mengingat keberadaan BPD itu merupakan penjelmaan dari pada msyarakat Desa maka untuk menentukan anggota BPD dimaksud perlu adanya Panitia yang dibentuk oleh masyarakat Desa itu sendiri yang susunannya menyesuaikan kondisi desa tersebut atas dasar kebutuhan. Pasal 3 s/d 5 : Cukup Jelas Pasal 6 : "Telah Pernah Kawin" dimaksud adalah dibuktikan dengan Surat Nikah secara sah menurut ketentuan perundang undangan yang berlaku. Pasal 7 : yang dimaksud pengetahuan sederajad adalah ijazah formal tetapi mendapat penilaian bahwayang bersangkutan layak dinyatakan berpengetahuan sederajat dengan tetap berpedoman pada Peraturan perundang undangan yang berlaku. Pasal 8 s/d 15 : Cukup Jelas Pasal 16 : Pemilihan calon anggota BPD ditentukan oleh masyarakat Desa tersebut, apabila proses yang dilalui ternyata belum mencapai quorum, maka proses pemilihannya diulang kembali dengan mengutamakan penyelesaian secara musyawarah sampai terentuknya BPD tersebut. Pasal 17 s/d 28 : Cukup Jelas Pasal 29 : Surat Keputusan Bupati sebagaimana dimaksud dalam pasal ini hanya semata mata bersifat mengesahkan bahwa proses pemilihan BPD tersebut sesuai dengan ketentuan. Pasal 30 s/d 39 : Cukup Jelas Pasal 40 : Besarnya biaya dalam proses pemilihan BPD adalah berfariasi dan berbeda beda tergantung dari kemampuan keuangan Desa. Pasal 41 s/d 48 : cukup jelas