KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 188/ /KEP/408.49/2015 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
RINCIAN KEWENANGAN KLINIS (CLINICAL PRIVILEGE) DOKTER SPESIALIS ANAK RSUD SULTAN IMANUDDIN PANGKALAN BUN

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 188/ /KEP/408.49/2015 TENTANG

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 188/ /KEP/408.49/2015 TENTANG

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 188/ /KEP/408.49/2015 TENTANG

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 188/ /KEP/408.49/2015 TENTANG

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) Mata Kuliah: Ilmu Kesehatan Anak (IKA)

SURAT PENUGASAN KLINIS DAN RINCIAN KEWENANGAN KLINIS DOKTER SPESIALIS OBSTETRI & GINEKOLOGI

TETAP SEHAT! PANDUAN UNTUK PASIEN DAN KELUARGA

Daftar Diagnosis Keperawatan Berdasarkan Standar Diagnosasis Keperawatan Indonesia (SDKI)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki banyak risiko

BAB 1 PENDAHULUAN. kemajuan kesehatan suatu negara. Menurunkan angka kematian bayi dari 34

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi dari makanan diet khusus selama dirawat di rumah sakit (Altmatsier,

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK BIDAN

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 188/ /KEP/408.49/2015 TENTANG

JADWAL BLOK KESEHATAN ANAK

KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WALUYO YAKKUM SURAKARTA Nomor : 2347a/PW/Sekr/VIII/2014 TENTANG

Surat Pernyataan Riwayat Kesehatan Calon Mahasiswa Baru Universitas YARSI

PENGERTIAN Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat kelahiran kurang dari gram (sampai dengan g

Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan. Sistem Imunitas

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

PANDUAN KEPERAWATAN ANAK PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS ALIH JALUR STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN TAHUN 2017/2018

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia yaitu sebesar 32

FORMULIR INFORMASI KESEHATAN PRIBADI PESERTA. Alamat. T/T Lahir Jenis Kelamin Tinggi / Berat Badan

KOMPLIKASI PADA IBU HAMIL, BERSALIN, DAN NIFAS. Ante Partum : keguguran, plasenta previa, solusio Plasenta

SURAT KEPUTUSAN Nomor : Tentang Surat Penugasan Klinis dan Rincian Kewenangan Klinis Rumah Sakit Bhakti Asih Brebes

Program Rujuk Balik Bagi Peserta JKN

BAB I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penyebab Kematian Neonatal di Indonesia (Kemenkes RI, 2010)

KONSEP DASAR KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

PANDUAN KREDENSIAL STAF KEPERAWATAN

BAYI BARU LAHIR DARI IBU DM OLEH: KELOMPOK 14

KESULITAN MAKAN PADA ANAK. Oleh : Dr. Djoko Sunarjo, Sp.A.

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG

CAIRAN AMNION TERCAMPUR MEKONIUM SEBAGAI FAKTOR RISIKO TERJADINYA ASFIKSIA NEONATORUM PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2009

ILMU GIZI UNTUK PRAKTISI KESEHATAN (Perawat, Gizi, Bidan, Dokter)

Surat Pernyataan Riwayat Kesehatan Calon Mahasiswa Baru Akademi Metrologi dan Instrumentasi

MANAJEMEN TERPADU UMUR 1 HARI SAMPAI 2 BULAN

GANGGUAN NAPAS PADA BAYI

Nama Pelamar: FORMULIR ASESMEN MANDIRI. :1. Ilmu Biomedik Dasar ( 4 SKS)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Penyakit demam berdarah adalah penyakit menular yang di

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

FORMULIR INFORMASI KESEHATAN PRIBADI SISWA SMA SAMPOERNA (SAMPOERNA ACADEMY BOARDING SCHOOL) Alamat. Tempat/ Tanggal Lahir: Jenis Kelamin

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas pada bayi dan anak-anak. Infeksi mikroba. intrinsik untuk memerangi faktor virulensi mikroorganisme.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

Tanda Bahaya Gawat napas

DAFTAR ISI A. KUMPULAN ASUHAN KEPERAWATAN

GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP) UNIVERSITAS DIPONEGORO

PANDUAN KEPERAWATAN ANAK PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN TAHUN 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lahir mengalami asfiksia setiap tahunnya (Alisjahbana, 2003).

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BLAMBANGAN KABUPATEN BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

riwayat personal-sosial

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang optimal (Sarwono, 2002). Sejak awal pembangunan kesehatan

PANDUAN KEPERAWATAN ANAK PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN TAHUN 2015/2016

Surat Pernyataan Riwayat Kesehatan Calon Mahasiswa Baru Universitas YARSI

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG

Negara Asal (bagi WNA)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut (WHO, 2011). Angka kematian neonatal sejak lahir sampai usia

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), khususnya bayi kurang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi neonatus khususnya sepsis neonatorum sampai saat ini masih

BAB II KAJIAN PUSTAKA

NOMOR 900/MENKES/SK/VII/2002 TENTANG

PENDAHULUAN BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari gram dan merupakan penyumbang tertinggi angka kematian perinatal dan

SILABUS PERKULIAHAN BLOK ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR TA PROGRAM STUDI KEBIDANAN FKUB

Dr. Ade Susanti, SpAn Bagian anestesiologi RSD Raden Mattaher JAMBI

PEMERINTAH KABUPATEN MALINAU

Negara Asal (bagi WNA) Tempat / Tanggal lahir * / - -

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan sistem simbol (Wilkinson, 2012) keseluruhan terhenti. Hal ini disebabkan oleh aterosklerosis yaitu

BAB I PENDAHULUAN. profesi medik disini adalah mencakup Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI),

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, padat profesi dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena

Small for Gestational Age: What We Have Worried about?

BAB I PENDAHULUAN. Proses kehamilan, persalinan, nifas merupakan suatu proses fisiologis

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM TEUNGKU PEUKAN KABUPATEN ACEH BARAT DAYA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. menurun dan setelah dibawa ke rumah sakit lalu di periksa kadar glukosa

BAB I DEFINISI A. PENGERTIAN

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. 2. PMK RI Nomor 49 Tahun 2013 Tentang Komite Keperawatan.

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian terhadap upaya penurunan angka kematian neonatal. kematian bayi. Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Fungsi Makanan Dalam Perawatan Orang Sakit

KOMPETENSI DAN KEWENANGAN DOKTER LAYANAN PRIMER

BAB I PENDAHULUAN. atrofi otot karena kurang bergerak. Atrofi (penyusutan) otot menyebabkan otot

[BLUEPRINT UKAI] LEMBAGA PENGEMBANGAN UJI KOMPETENSI TENAGA KESEHATAN [LPUK-NAKES]

DETEKSI DINI, DIAGNOSIS KELAINAN KONGENITAL. dr.jalila Zamzam, Sp.A

MODUL PEMBELAJARAN MATA KULIAH: KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terbanyak yang sering dijumpai pada anak. Sindrom nefrotik adalah suatu sindrom

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

REINFORECEMENT BLOK 11 Pemicu 2. DR.Harum Sasanti, drg, SpPM KaDep. Ilmu Penyakit Mulut FKGUI

Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU/RS H.Adam Malik Medan

Sintesis purin melibatkan dua jalur, yaitu jalur de novo dan jalur penghematan (salvage pathway).

BAB IV METODE PENELITIAN. obstetri dan ginekologi. analisis data dilakukan sejak bulan Maret Juni menggunakan pendekatan retrospektif.

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Bayi (AKB) dalam suatu negara. Angka Kematian Bayi (AKB)

Transkripsi:

PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Jl. Jend. A. Yani No. 51 (0357) 881410 Fax. 883818 Pacitan 63511 Website : http://rsud.pacitankab.go.id, Email : rsud@pacitankab.go.id KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 188/ /KEP/408.49/2015 TENTANG PENUGASAN KLINIS DAN RINCIAN KEWENANGAN KLINIS dr. SULAIMAN HAMID, Sp.A, M.Sc DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PACITAN Menimbang Mengingat : Dalam upaya memberikan pelayanan dan pengobatan baik dari aspek manajerial, medik, psikologis maupun sosial dan untuk mewujudkan pelayanan yang optimal, maka perlu menetapkan Penugasan Klinis dan Rincian Kewenangan Klinis dr. Sulaiman Hamid, Sp.A, M.Sc., dalam suatu keputusan. : 1. Undang-undang Nomor 29 Tahun 2009 tentang Praktik Kedokteran; 2. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan; 3. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit; 4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 755/MENKES/PER/IV/2011 tentang Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit; 5. Peraturan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Pacitan Nomor 3 Tahun 2013 tentang Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital By Laws) Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Pacitan; 6. Peraturan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Pacitan Nomor 2 Tahun 2015 tentang Peraturan Internal Staf Medis (Medical Staf By Laws) Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Pacitan. MEMUTUSKAN, Menetapkan, KESATU : Penugasan Klinis dan Rincian Kewenangan Klinis dr. Sulaiman Hamid, Sp.A, M.Sc. KEDUA : Penugasan Klinis dan Rincian Kewenangan Klinis sebagaimana dimaksud dalam diktum KESATU Keputusan ini sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini. KETIGA : Rincian Kewenangan Klinis dapat dikurangi atau ditambah atas rekomendasi Komite Medis cq Sub Komite Kredensial.

KEEMPAT : Penugasan Klinis Staf Medis berlaku untuk jangka waktu 1 tahun, dan tidak akan melebihi masa berlaku STR (Surat Tanda Registrasi) yang bersangkutan. KELIMA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Pacitan Pada tanggal 2015 DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PACITAN dr. IMAN DARMAWAN, M.Kes P e m b i n a NIP. 1971112 200212 1 007 TEMBUSAN, Keputusan ini disampaikan kepada : Yth. 1. Sdr. Pejabat Lingkup Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Pacitan; 2. Sdr. Yang bersangkutan untuk diketahui dan dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.

LAMPIRAN : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR :188/ /KEP/408.49/2015 TANGGAL: - - 2015 RINCIAN KEWENANGAN KLINIS dr. SULAIMAN HAMID, Sp.A, M.Sc NO KEMAMPUAN KLINIS TINGKAT KEMAMPUAN 1 2 3 4 1 2 3 4 5 6 1. Tata laksana spesialistik pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak 2. Tata laksana spesialistik pemantauan peningkatan kualitas hidup anak 3. Tata laksana spesialistik pemantauan dan penerapan pediatric social 4. Tata laksana spesislistik pemantauan nutrisi klinis pediatric 5. Tata laksana spesialistik asuhan ketrampilan makan bayi (infant feeding practice) 6. Tata laksana spesialistik asuhan nutrisi pada anak dan remaja 7. Asuhan tindakan imunisasi 8. Asuhan diet pada berbagai penyakit pada kelainan neurologis 9. Asuhan medis genetika klinis 10. Asuhan medis anak sakit gawat 11. Penerapan farmakologi klinis di bidang pediatric 12. Penerapan radioloi dan pencitraan dibidang pediatric 13. Tata laksana spesialistik gawat darurat susunan saraf pusat (SSP) 14. Tata laksana spesialistik gawat darurat respirasi 15. Tata laksana spesialistik gawat darurat kardiovaskuler 16. Tata laksana spesialistik gawat darurat metabolic-gastro-renal-endokrin-alergi 17. Tata laksana spesialistik 18. Tata laksana spesialistik gawat darurat 19. Tata laksana spesialistik gawat darurat hampir tenggelam 20. Tata laksana spesialistik gawat darurat trauma non SSP 21. Tata laksana spesialistik gawat darurat luka bakar 22. Tata laksana spesialistik gawat darurat hipotermi dan hipertermi 23. Tata laksana spesialistik asfiksia neonatorum

1 2 3 4 5 6 24. Tata laksana spesialistik hiperbilirubinemia pada neonatus 25. Tata laksana spesialistik prematuritas dan intra uterin growth retardation 26. Tata laksana spesialistik trauma lahir 27. Tata laksana spesialistik kelainan gastrointestinal neonatus 28. Tata laksana spesialistik perdarahan pada neonatus ( + vitamin K deficiency bleeding ) 29. Tata laksana spesialistik kejang dan jittery pada neonatus 30. Tata laksana spesialistik syok pada neonates 31. Tata laksana spesialistik sepsis neonatorum 32. Tata laksana spesialistik kelainan respirasi pada neonatus 33. Tata laksana spesialistik 34. Tata laksana spesialistik termoregulasi pada neonatus 35. Tata laksana spesialistik infeksi TORCH pada neonatus 36. Tata laksana spesialistik cacat lahir 37. Tata laksana spesialistik tuberculosis paru 38. Tata laksana spesialistik tuberculosis ekstra paru 39. Tata laksana spesialistik tuberculosis diseminata 40. Tata laksana spesialistik tuberculosis perinatal 41. Tata laksana spesialistik tuberkuloma 42. Tata laksana spesialistik mikobakteriosis atipik 43. Tata laksana spesialistik pneumotorak 44. Tata laksana spesialistik pneumomediastinum 45. Tata laksana spesialistikendokarditis infektif 46. Tata laksana spesialistik miokarditis 47. Tata laksana spesialistik penyakit Kawasaki 48. Tata laksana spesialistik kandidiasis 49. Tata laksana spesialistik leptospirosis 50. Tata laksana spesialistik soilm helmintiasis 51. Tata laksana spesialistik amubiasis hati 52. Tata laksana spesialistik kolestasis akut 53. Tata laksana spesialistik pancreatitis akut 54. Tata laksana spesialistik infeksi saluran kemih 55. Tata laksana spesialistik penyakit menular seksual 56. Tata laksana spesialistik fver of unknown sources 57. Tata laksana spesialistik sepsis

1 2 3 4 5 6 58. Tata laksana spesialistik demam neutropenia 59. Tata laksana spesialistik demam tifoid 60. Tata laksana spesialistik infeksi arboviruses 61. Tata laksana spesialistik infeksi virus HIV 62. Tata laksana spesialistik eksantema akut / demam dengan ruam 63. Tata laksana spesialistik malaria 64. Tata laksana spesialistik antrax 65. Tata laksana spesialistiklepra 66. Tata laksana spesialistikfilariasis 67. Tata laksana spesialistikartritis septik 68. Tata laksana spesialistikosteomielitis 69. Tata laksana spesialistik infeksi kulit 70. Tata laksana spesialistik infected bite / sting (serangga, ular, hewan lain) 71. Tata laksana spesialistik infeksi konjungtiva akut 72. Tata laksana spesialistik infeksi nosocomial 73. Tata laksana spesialistik urtikaria 74. Tata laksana spesialistik dermatitis atopic 75. Tata laksana spesialistik rinitis alergika 76. Tata laksana spesialistik konjungtivitis vernalis 77. Tata laksana spesialistik alergi 78. Tata laksana spesialistik penyakit defisiensi imun 79. Tata laksana spesialistik arthritis rheumatoid juvenilis 80. Tata laksana spesialistik lupus eritematosis sitemik 81. Tata laksana spesialistik purpura Henoch- Sconlein 82. Tata laksana spesialistik sindrom Steven Johnson 83. Tata laksana spesialistik necrolisis epidermal toksi 84. Tata laksana spesialistik asma 85. Tata laksana spesialistik gigitan serangan / sengatan serangga, ular, hewan lain 86. Tata laksana spesialistik demam reumatik 87. Tata laksana spesialistik penyakit jantung rematik 88. Tata laksana spesialistik gangguan tiroid 89. Tata laksana spesialistik hipotiroid congenital 90. Tata laksana spesialistik hyperplasia adrenal kongenital 91. Tata laksana spesialistik diabetes mellitus 92. Tata laksana spesialistik disorders of sexual development 93. Tata laksana spesialistik gangguan motilitas saluran cerna

1 2 3 4 5 6 94. Tata laksana spesialistik kelainan hepatobilier 95. Tata laksana spesialistik anemia 96. Tata laksana spesialistik kelainan trombosit 97. Tata laksana spesialistik gangguan pembekuan 98. Tata laksana spesialistik leukemia 99. Tata laksana spesialistik tumor padat 100. Tata laksana spesialistik penyakit jantung bawaan 101. Tata laksana spesialistik hematuria 102. Tata laksana spesialistik proteinuria 103. Tata laksana spesialistik enuresis 104. Tata laksana spesialistik inkontinensia urin 105. Tata laksana spesialistik glomerulonephritis 106. Tata laksana spesialistik kelainan ginjal akibat penyakit sistemik 107. Tata laksana spesialistik sindrom nefrotik 108. Tata laksana spesialistik hipertensi 109. Tata laksana spesialistik uropati obstruktif 110. Tata laksana spesialistik tubulopati 111. Tata laksana spesialistik nefritis intersisialis 112. Tata laksana spesialistik floppy infant 113. Tata laksana spesialistik gangguan gerak di luar kemauan 114. Tata laksana spesialistik epilepsy pada neonatus, bayi dan anak 115. Tata laksana spesialistik kejang demam 116. Tata laksana spesialistik keadaan yang menyerupai epilepsi 117. Tata laksana spesialistik penyakit metabolic dan degeneratif 118. Tata laksana spesialistik penyakit neurokutan 119. Tata laksana spesialistik penyakit neuromuscular 120. Tata laksana spesialistik penyakit nyeri kepala 121. Tata laksana spesialistik ensefalopati 122. Tata laksana spesialistik trauma kepala 123. Tata laksana spesialistik penyakit serebrovaskuler 124. Tata laksana spesialistik gangguan perkembangan khusus 125. Tata laksana spesialistik gangguan otonom 126. Tata laksana spesialistik malnutrisi energi protein 127. Tata laksana spesialistik failure to thrive

1 2 3 4 5 6 128. Tata laksana spesialistik obesitas pada anak dan remaja 129. Tata laksana spesialistik obstrucyive sleep apnea syndrome (OSAS) 130. Tata laksana spesialistik kelainan metabolisme bawaan 131. Tata laksana spesialistik kelainan kulit pada anak 132. Tata laksana spesialistik kelainan mata pada anak 133. Tata laksana spesialistik kelainan / gangguan psikologis-psikiatris 134. Tata laksana spesialistik pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak 135. Tata laksana spesialistik pemantauan peningkatan kualitas hidup anak 136. Tata laksana spesialistik pemantauan dan penerapan pediatric sosial 137. Tata laksana spesislistik pemantauan nutrisi klinis pediatrik 138. Tata laksana spesialistik asuhan ketrampilan makan bayi (infant feeding practice) 139. Tata laksana spesialistik asuhan nutrisi pada anak dan remaja 140. Asuhan tindakan imunisasi 141. Asuhan diet pada berbagai penyakit pada kelainan neurologis 142. Asuhan medis genetika klinis 143. Asuhan medis anak sakit gawat 144. Penerapan farmakologi klinis di bidang pediatric 145. Penerapan radiologi dan pencitraan dibidang pediatric 146. Tata laksana spesialistik gawat darurat susunan saraf pusat (SSP) 147. Tata laksana spesialistik gawat darurat respirasi 148. Tata laksana spesialistik gawat darurat kardiovaskuler 149. Tata laksana spesialistik gawat darurat metabolic-gastro-renal-endokrin-alergi 150. Tata laksana spesialistik 151. Tata laksana spesialistik gawat darurat 152. Tata laksana spesialistik gawat darurat hampir tenggelam 153. Tata laksana spesialistik gawat darurat trauma non SSP 154. Tata laksana spesialistik gawat darurat luka bakar

NO KETRAMPILAN KLINIS TINGKAT KEMAMPUAN 1 2 3 4 1 2 3 4 5 6 1. Resusitasi Neonatus 2. Analisis gas darah 3. Resusitasi Jantung Paru 4. Uji kulit alergi 5. Lumbal Pungsi 6. Uji tuberculin + sesitin 7. Fungsi pleura 8. Intubasi Endotracheal 9. Fungsi aspirasi paru 10. Bone Marrow Punction 11. FNAB 12. Bilasan lambung 13. CPAP 14. Usap (swab) nasofaring 15. ph metri LAMPIRAN KEWENANGAN KLINIS : a. Keterangan Kemampuan Klinis Dokter Spesialis : Tingkat kemampuan 1 : Mampu mendiagnosa klinik, memutuskan dan mampu mengelola paripurna secara mandiri Tingkat kemampuan 2 : Mampu mendiagnosa klinik, memberi terapi pendahuluan Tingkat kemampuan 3 : Mampu membuat diagnosa klinik Tingkat kemampuan 4 : Mengenali gambaran-gambaran klinik sesuai penyakit b. Keterangan Ketrampilan Klinis Dokter Spesialis : Tingkat kemampuan 1 : Mampu mengelola paripurna secara mandiri Tingkat kemampuan 2 : Menerapkan dibawah supervisi Tingkat kemampuan 3 : Pernah melihat atau mendemonstrasikan ketrampilan ini Tingkat kemampuan 4 : Memiliki pengetahuan teoritis DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PACITAN dr. IMAN DARMAWAN, M.Kes Pembina NIP. 19711112 200212 1 007