BAB I PENDAHULUAN. aspek psikologis, biologis, fisiologis, kognitif, sosial, dan spiritual yang akan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lanjut usia merupakan suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap

BAB I PENDAHULUAN. secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam sejarah, kebanyakan penduduk dapat hidup lebih dari 60 tahun. Populasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dimulai sejak permulaan kehidupan (Nugroho, 2008). Lansia adalah seseorang

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dalam hidupnya mengalami perkembangan dalam serangkaian

BAB I PENDAHULUAN. psikologis, sosial, dan ekonomi Menurut (BKKBN 2006). WHO dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. dan berkesinambungan dengan tujuan untuk meningkakan kesadaran, kemauan

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR JENIS KELAMIN DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI DESA LUWANG, GATAK, SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, temasuk penemuan obat-obatan seperti antibiotik yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (2011), pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun

kehidupan yaitu anak, dewasa, dan tua. Seseorang yang melewati fase dewasa usia 60 tahun ke atas dalam kehidupannya dikatakan sebagai lanjut usia.

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Manusia akan menjalani proses kehidupan yang memiliki 5 yakni

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN MEKANISME KOPING PADA LANSIA DI DESA POLENG GESI SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014).

HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI WILAYAH DESA BUMIHARJO KECAMATAN NGUNTORONADI KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas. Menurut The Seventh Report of The Joint National

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang berusia 60 tahun (Badan Pusat Statistik, 2015). Menurut WHO

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN TINGKAT KETERGANTUNGAN DALAM AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI HARI LANSIA DI KELURAHAN KOPEN TERAS BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

BAB I PENDAHULUAN. penduduk lanjut usia (Departemen Kesehatan [Depkes], 2008). Jumlah lansia

BAB I PENDAHULUAN. merupakan proses perubahan biologis secara terus- menerus, dan terjadi. suatu kemunduran atau penurunan (Suardiman, 2011)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH TIPE KEPRIBADIAN DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI WANITA USIA TAHUN DI PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan secara terus menerus, dan berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Lansia yang berhenti bekerja, umumnya menderita post power. syndrome, kehilangan kepercayaan diri karena berkurangnya peran

BAB I PENDAHULUAN. Tidur adalah suatu keadaan yang berulang-ulang, perubahan status kesadaran

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan aktivitas sehari-hari (Nugroho,2008). Kemandirian lansia dalam

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

BAB 1 PENDAHULUAN. Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC-7)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan (UU Kesehatan No36 Tahun 2009 Pasal 138)

PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2007 (Kemenkes RI, 2014). Semakin meningkat usia harapan hidup

BAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional telah mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. pertambahan warga lansia terbesar di seluruh dunia pada tahun yaitu

BAB I PENDAHULUAN. setelah stroke dan tuberkulosis dan dikategorikan sebagai the silent disease

BAB 1 : PENDAHULUAN. mobilitas, perawatan diri sendiri, interaksi sosial atau aktivitas sehari-hari. (1)

BAB I PENDAHULUAN. istilah lanjut usia atau yang lebih dikenal sebagai lansia (Tamher dan

BAB 1 PENDAHULUAN. tahunnya. World Health Organization (WHO) memperkirakan. mendatang diperkirakan sekitar 29% warga dunia menderita

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa, dan pada tahun 2025 diproyeksikan jumlah lanjut usia akan

BAB I PENDAHULUAN. Batasan lansia yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia atau World

BAB 1 PENDAHULUAN. dua miliar pada tahun 2050 (WHO, 2013). perkiraan prevalensi gangguan kecemasan pada lanjut usia, mulai dari 3,2 %

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. secara terus-menerus, dan berkesinambungan. Proses penuan ini akan. sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit saat ini telah mengalami perubahan yaitu adanya transisi

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya (Padila, 2013). Pada tahun 2012, UHH penduduk dunia rata rata

BAB I PENDAHULUAN. hiperkolesterolemia, dan diabetes mellitus. angka kejadian depresi cukup tinggi sekitar 17-27%, sedangkan di dunia

BAB I PENDAHULUAN. menurut tingkatan usia lanjut yakni usia pertengahan (45-59), usia lanjut (60-

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Menjadi tua ditandai dengan adanya kemunduran biologis yang terlihat

BAB I PENDAHULUAN. mengalami tahap akhir perkembangan dari daur kehidupan manusia. (Maryam, 2008). Semua orang akan mengalami proses menjadi tua.

BAB I PENDAHULUAN. dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh

BAB I PENDAHULUAN. alami yang dialami oleh semua makhluk hidup. Di Indonesia, hal-hal yang

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA TAMBAK MERANG GIRIMARTO WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. masih banyak ditemukan di Indonesia maupun di dunia. Penderita hipertensi

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut organisasi kesehatan dunia (WH O), ada empat tahapan batasan-batasan

I. PENDAHULUAN. satu sasaran dalam pembangunan di Indonesia. Hal ini ditandai dengan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO akan mengalami peningkatan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan laki-laki, yaitu 10,67 juta orang (8,61 % dari seluruh penduduk

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA YANG DILAKUKAN HOME CARE

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. umur harapan hidup tahun (Nugroho, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga merupakan unit terkecil dalam suatu masyarakat yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan terdapat 7,5 juta kematian atau sekitar 12,8% dari seluruh total

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung. Keluarga mempunyai peran

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu penyakit menular

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Seseorang yang berusia lanjut akan mengalami perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang. telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. dari tahun ke tahun, hal tersebut membutuhkan upaya pemeliharaan kesehatan bagi

PENGARUH RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara adalah keganasan pada sel-sel yang terdapat pada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.

BAB I PENDAHULUAN. Mekanisme koping adalah suatu cara yang digunakan individu dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam maupun luar tubuh (Padila, 2013). Menjadi tua merupakan proses

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Lanjut usia biasanya mengalami perubahan-perubahan fisik yang wajar,

BAB I PENDAHULUAN. usia tua di Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77% dan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan penduduk lansia umur 60 tahun ke. atas di seluruh dunia sangat cepat, bahkan lebih cepat

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. otak atau penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan otot

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proporsi penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan usia harapan hidup menyebabkan terjadinya perubahan pada aspek psikologis, biologis, fisiologis, kognitif, sosial, dan spiritual yang akan menjadikan lansia sebagai kelompok yang rentan terhadap berbagai permasalahan kesehatan, baik kesehatan fisik maupun masalah kesehatan mental emosional (Potter & Perry, 2005). Perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan, termasuk kesehatan lansia. Oleh karena itu, kesehatan pada lanjut usia perlu mendapat perhatian khusus dengan memberikan motivasi agar lansia dapat hidup secara produktif sesuai dengan kemampuannya (UU Kesehatan No.36 Tahun 2009 pasal 138). Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran

kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat, dan figur tubuh yang tidak proporsional (Nugroho, 2012). Kemunduran fungsi organ pada lansia menyebabkan kelompok ini rawan terhadap penyakit-penyakit kronis seperti DM, stroke, gagal ginjal dan hipertensi. Salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi pada masa usia lanjut adalah hipertensi atau tekanan darah tinggi (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi pada lansia adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus-menerus lebih dari suatu dekade. Bila dilihat dari derajatnya klasifikasi hipertensi menurut Joint National Committe on Prevention, Detection, Evaluatin, and Treatment of High Blood Pressure (JNC) VII yaitu derajat I sistoliknya 140-159 mmhg dan diastoliknya 90-99 mmhg, derajat II sistoliknya 160 mmhg dan diastoliknya 100 mmhg (Wijaya, 2013). Hipertensi dibagi menjadi 2 tipe yaitu hipertensi primer dan sekunder. Hipertensi primer yaitu kenaikan tekanan darah tanpa faktor penyebab yang pasti yang diketahui ( Saputra, 2014). Perubahan mental atau psikis pada lanjut usia dapat berupa sikap yang semakin egosentrik, mudah curiga, bertambah pelit atau tamak bila memiliki sesuatu (Nugroho, 2012). Perubahan psikologis yang paling sering muncul dan sering dialami oleh lansia adalah kecemasan, depresi, insomnia, dan demensia (Maryam, 2011). Kecemasan merupakan keadaan emosi yang tidak memiliki objek yang spesifik, berupa rasa khawatir yang tidak jelas, menyebar, berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya (Stuart, 2006). Kecemasan adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung

oleh situasi. Gangguan kecemasan tidak dianggap bagian dari proses penuaan normal, tetapi perubahan dan tantangan yang lansia sering hadapi ( seperti penyakit kronis, gangguan kognitif, gangguan emosional) dapat berkontribusi pada perkembangan gejala dan gangguan kecemasan (Touhy, 2014). Di Indonesia prevalensi gangguan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan adalah sebesar 6% untuk usia 15 tahun ke atas atau sekitar 14 juta orang. Prevalensi pada usia 55-64 tahun sebanyak 6,9%, usia 65-74 tahun sebanyak 9,7% dan pada usia lebih dari 75 tahun sebanyak 13,4% (Riskesdas, 2013). Menurut Flint AJ dalam Forlani et al, (2014) kecemasan yang dialami lansia dapat meningkatkan kerentanan terhadap penyakit fisik. Selain itu menurut Yochim (2013) kecemasan dapat mengakibatkan penurunan daya ingat dan kesulitan dalam membuat keputusan. Pada penelitian yang dilakukan oleh Lenze (2011) menyatakan bahwa dalam 10 tahun terakhir kecemasan kembali menarik perhatian sebagai masalah yang perlu penanganan pada geriatrik. Banyak gangguan kecemasan diberikan pengobatan pada lansia seperti fobia sosial dan banyak lansia yang mengalami kecemasan yang enggan untuk melakukan pengobatan. Selain itu Lenze juga menyebutkan, bahwa prevalensi antara kecemasan dengan gangguan syndromal sekitar 26,2% dan juga banyak lansia yang mengalami kecemasan yang mengkonsumsi benzodiazepin. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Heningsih (2014) tentang gambaran tingkat ansietas pada

lansia di panti Wredha Darma Bakti Kasih Surakarta didapatkan bahwa sebagian besar lansia mengalami ansietas sedang sebesar 42,3%. Kecemasan pada lansia umumnya bersifat relatif, artinya ada orang yang cemas dan dapat tenang kembali, setelah mendapatkan semangat atau dukungan dari orang di sekitarnya, namun ada juga yang terus menerus cemas, meskipun orang-orang di sekitarnya telah memberi dukungan. Hal ini menunjukkan bahwa dukungan keluarga dapat diperlukan bila keadaannya sesuai, untuk mencegah hal-hal yang bertentangan seperti rasa takut, tertekan, cemas, depresi, stress, dan lain sebagainya. Dukungan keluarga bermanfaat untuk perkembangan menuju kepribadian yang sehat tanpa gangguan (Kuntjoro, 2007). Kecemasan yang terjadi pada lansia dipengaruhi oleh dukungan keluarga. Agar lanjut usia dapat menikmati kehidupan di hari tua sehingga dapat bergembira atau merasa bahagia, diperlukan dukungan dari orang-orang yang dekat dengan mereka. Dukungan tersebut bertujuan agar lansia tetap dapat menjalankan kegiatan sehari hari secara teratur dan tidak berlebihan (Rahayu, 2010). Salah satu mekanisme koping pada lansia dipengaruhi oleh dukungan keluarga (Tamher, 2012). Keluarga merupakan support system utama bagi lansia dalam mempertahankan kesehatannya. Peranan keluarga dalam perawatan lansia antara lain menjaga atau merawat lansia, memepertahankan dan meningkatkan status mental, mengantisipasi perubahan sosial ekonomi serta

memberikan motivasi dan memfasilitasi kebutuhan spiritual bagi lansia (Maryam, 2011). Setiap anggota keluarga mempunyai struktur peran formal dan informal. Struktur kekuatan keluarga meliputi kemampuan berkomunikasi, kemampuan keluarga untuk saling berbagi, kemampuan sistem pendukung diantara anggota keluarga, kemampuan perawatan diri, kemampuan menyelesaikan masalah (Sudiharto, 2012). Dukungan keluarga mempunyai pengaruh yang besar dalam kehidupan lansia. Lansia secara emosional akan merasa diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya dan perilaku suatu kegiatan atau aktifitas yang dapat diamati atau tidak dengan adanya dukungan keluarga (Rahayu, 2010). Menurut Friedman (2010), dukungan keluarga terbagi atas 4 jenis yaitu : dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan informasional dan dukungan instrumental. Dukungan emosional yaitu dukungan yang diberikan keluarga dalam bentuk kasih sayang pada lansia. Dukungan penghargaan yaitu dukungan yang diberikan keluarga dalam bentuk umpan balik, menghargai, mendengarkan keinginan dan harapan lansia. Dukungan informasi yaitu dukungan yang diberikan keluarga dalam bentuk informasi dan pengambilan keputusan. Dukungan instrumental yaitu dukungan yang diberikan keluarga dalam bentuk bantuan memberikan tenaga, dana, maupun penyediaan waktu dan transportasi bagi lansia. Menurut penelitian Putri, Zulfitri dan Karim (2011) yang berjudul faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan lansia didapatkan pada

faktor dukungan keluarga terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kecemasan lansia. Menurut penelitian Nugroho (2014) yang berjudul hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pada lanjut usia (lansia) yang mengalami Arthritis Rheumatoid di Wilayah Kerja Puskesmas Cendrawasih Makassar didapatkan hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan lansia yang mengalami Arthritis Rheumatoid dimana nilai p < α. Menurut penelitian Handayani (2009) dukungan keluarga memiliki hubungan dengan tingkat kecemasan responden. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Adanya dukungan dari keluarga membantu menurunkan kecemasan sehingga disarankan untuk keluarga agar tetap memberikan dukungan saat lansia berada di panti. Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kota Padang Tahun 2014 terdapat 22 Puskesmas yang tersebar di 11 Kecamatan. Salah satunya yaitu Puskesmas Andalas yang terdapat di Kecamatan Padang Timur. Puskesmas Andalas memiliki jumlah lansia sebanyak 5245 orang yang tersebar di 10 Kelurahan (Laporan Tahunan Puskesmas Andalas, 2015). Berdasarkan survei awal kondisi lansia kurang mendapatkan perhatian atau dukungan dari keluarga. Hal ini disebabkan oleh kesibukan dari anakanaknya,sehingga menyebabkan ketakutan lansia karena merasa sudah tidak dibutuhkan, tidak berguna dan tidak dihargai didalam keluarganya. Hal tersebut juga dapat menimbulkan keterasingan dan ketakutan pada lansia, sehingga lansia merasa sudah tidak berguna lagi di dalam keluarga.

Berdasarkan survei awal yang dilakukan oleh peneliti dengan cara wawancara pada 8 Februari 2016 di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Padang 6 orang lansia mengatakan keluarga kurang memperhatikan lansia karena keluarga sibuk bekerja di luar rumah. Tiga orang lansia diantaranya mengatakan merasa cemas, mudah tersinggung dan menangis karena dibiarkan saja oleh keluarga ketika ada masalah dan ketika ingin pergi kontrol kesehatan. Dua orang lansia juga mengatakan bahwa mereka merasa tidak dibutuhkan lagi dan mengalami kecemasan seperti gangguan perasaan takut, tegang dan gelisah. Satu orang lansia lainnya mengatakan mereka juga mengalami kesulitan untuk tidur serta penyakit seperti sakit kepala, peningkatan tekanan darah dan sebagainya disebabkan karena adanya tekanan mental baik di dalam keluarga. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk meneliti tentang Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Lansia Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Padang Tahun 2016. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah apakah ada hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan lansia hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Andalas Padang tahun 2016?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum penelitian adalah untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan lansia hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Andalas Padang tahun 2016. 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian yaitu: a. Diketahui dukungan keluarga terhadap lansia hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Andalas Padang Tahun 2016. b. Diketahui tingkat kecemasan lansia hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Andalas Padang Tahun 2016. c. Diketahui hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan lansia hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Andalas Padang Tahun 2016. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Puskesmas Hasil dari penelitian dapat memberi informasi dan masukan bagi Puskesmas yang bersangkutan untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang tingkat kecemasan lansia hipertensi.

2. Bagi Institusi Pendidikan Memberikan sumbangan kepustakaan ilmiah bagi Fakultas Keperawatan Universitas Andalas dan pengembangan ilmu pengetahuan keperawatan khususnya dalam pemberian asuhan pada lansia hipertensi. 3. Peneliti Dengan mengembangkan ilmu pengetahuan yang bermanfaat dalam perkembangan dunia kesehatan dan pendidikan serta dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh. 4. Keluarga dan Responden Hasil penelitian ini dapat memberikan sumber informasi bagi responden kususnya mengetahui hubungan dukungan keluarga pada lansia hipertensi. 5. Penelitian Selanjutnya Dapat memberikan informasi baru atau sebagai data dasar bagi peneliti berikutnya dengan ruang lingkup yang sama.