HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Sistem E-Voting Pilkada Kota Bogor

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada komputer server CLA:

ANALISIS KUALITATIF VULNERABILITY SISTEM E-VOTING PILKADA KOTA BOGOR MENGGUNAKAN ATTACK TREES KODARSYAH

Implementasi ( Implementation Kebijakan (Policy) Pengujian HASIL DAN PEMBAHASAN Spesifikasi ( Specification Perancangan ( Design

RANCAN BANGUN SISTEM E-VOTING MENGGUNAKAN PROTOKOL TWO CENTRAL FACILITIES

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemilihan Umum (Pemilu) 2.2 Pemungutan Suara

2 TINJAUAN PUSTAKA Sistem Pemilu di Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Muhammad Ilyas Sikki, Sugi Guritman and Hendra Rahmawan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Metode Autentikasi melalui Saluran Komunikasi yang Tidak Aman

BAB I PENDAHULUAN. berkembang seperti penggunaan teknologi internet sebagai pendukung kinerja

BAB III TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB ADMIN SERVER

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

Implementasi Lingkungan Pengembangan Pengujian Sistem HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Sistem

Ancaman & Keamanan Jaringan Komputer. Rijal Fadilah, S.Si

HASIL DAN PEMBAHASAN. 2 Perangkat keras: Prosesor AMD Athlon II 245 2,9 GHz; Memori 2046 MB; HDD 160 GB. Client:

ABSTRAK. Kata kunci :SSL, RSA, MD5, Autentikasi, Kriptografi. Universitas Kristen Maranatha

SISTEM KEAMANAN DATA PADA WEB SERVICE MENGGUNAKAN XML ENCRYPTION

2. SSH dengan password: SSH dengan public key:

Telnet dan SSH. Aloysius S Wicaksono, Glagah Seto S Katon, Jurusan Teknik Elektro FT UGM, Yogyakarta

Gambar 2 Tahapan metode penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS. 3.1 Otentikasi Perangkat dengan Kriptografi Kunci-Publik

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Pengantar E-Business dan E-Commerce

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Implementasi aplikasi adalah tahap penerapan hasil analisis dan

Pemanfaatan dan Implementasi Library XMLSEC Untuk Keamanan Data Pada XML Encryption

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Penerapan Digital Signature pada Dunia Internet

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Rekam Medis pada Rumah Sakit Mata Masyarakat Surabaya.

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Implementasi dapat dilakukan melalui server atau client dan membutuhkan

Protokol Kriptografi Secure P2P

BAB III ANALISIS MASALAH

PERANCANGAN DAN UJI COBA KEAMANAN PADA JALUR TRANSPORT WEB SERVICE MENGGUNAKAN METODE XML SIGNATURE DAN XML ENCRYPTION

Amalia Zakiyah D4 LJ TI. LAPORAN RESMI TELNET dan SSH

Bab 3. Metode dan Perancangan Sistem

ISSN VOL 16, NO 1, APRIL 2015 ISSN: Pengembangan Web E-Voting Menggunakan Secure Election Protocol

IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Internet adalah teknologi yang berkembang sangat pesat. Keberadaannya

RANCANGAN PROTOKOL KEAMANAN DATA UNTUK SISTEM UJIAN ONLINE 1

1 BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PETUNJUK UMUM APLIKASI & TATA CARA PENDAFTARAN PPDB ONLINE TINGKAT SMP KOTA TANGERANG SELATAN

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB I PENDAHULUAN. telekomunikasi seluler atau komunikasi bergerak (mobile communication) juga

Bab II. Tinjuan Pustaka

Analisis Penerapan Algoritma MD5 Untuk Pengamanan Password

Implementasi Algoritma Kriptografi XXTEA untuk Enkripsi dan Dekripsi Query Database pada Aplikasi Online Test (Studi Kasus : SMK Immanuel Pontianak)

BAB III ANALISIS DAN PEMODELAN PERANGKAT LUNAK

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi khususnya Teknologi Informasi dan Komunikasi

BAB III ANALISIS DAN RANCANGAN SISTEM

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM

PENGGUNAAN SPOOFING DAN SSH FORWARDING UNTUK KEAMANAN SERTA FILTRASI DATA PADA JARINGAN

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. proses mengubah hasil dari analisis kedalam bahasa pemrograman yang

PENGEMBANGAN SISTEM E-VOTING DENGAN PROTOKOL TWO CENTRAL FACILITIES MENGGUNAKAN FINGERPRINT SEBAGAI OTENTIKASI VOTER

Model Proses Pemilihan

BAB I PERSYARATAN PRODUK

KEAMANAN DALAM E-COMMERCE

ANALISIS KEAMANAN PAIR BASED TEXT AUTHENTICATION PADA SKEMA LOGIN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Matematika dan Ilmu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

Lebih kompatibel dengan Windows karena memang IIS adalah keluaran Microsoft.

Ditto Narapratama ( ) Jurusan Teknik Informatika ITB, Bandung,

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. telah dibuat pada tahap tiga. Adapun kebutuhan software (perangkat lunak) dan

Database Security BY NUR HIDAYA BUKHARI PRODI TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR 2012

BAB 3 METODOLOGI. Gambar 3.1 Security Policy Development Life Cycle (SPDLC)

Prosiding SNaPP2012Sains, Teknologi, dan Kesehatan. Ari Muzakir

BAB IV IMPLEMENTASI SISTEM. analisis dan perancangan dijadikan acuan dalam pembuatan kode program. Pada

BAB 1 PENDAHULUAN. sehari-hari membuat kita semakin dimanjakan dengan teknologi informasi. Faktor

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dalam waktu dan tempat sebagai berikut; Waktu : September Maret 2015

Perancangan Sistem Keamanan Alternatif E-KTP Menggunakan Berbagai Algoritma Kriptografi

PERTEMUAN 12 Keamanan dan Administrasi Database. (Chap. 20 Conolly)

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV-1. Gambar IV-1 Model Umum Web-Vote

BAB III IDENTIFIKASI DAN KLASIFIKASI WEB LOG

BAB V IMPLEMENTASI PENGUJIAN SISTEM

Studi dan Analisis Penggunaan Secure Cookies Berbasis Kriptografi Kunci Publik untuk Aplikasi ecommerce

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB III ANALISIS MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Pengantar Tentang VOIP

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. transaksi dan transaksi operasional. Interaksi ini berupa pengisian form akrualisasi dan

Security in Mobile Applications and Networks

Imam Prasetyo Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

STUDI KASUS PENGGUNAAN TinyCA SEBAGAI APLIKASI CERTIFICATE AUTHORIZATION (CA) YANG MUDAH DAN SEDERHANA PADA SISTEM OPERASI UBUNTU

Keamanan Sistem World Wide Web. Pertemuan VI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVELUASI. Pada bab ini menjelaskan mengenai aplikasi pengaturan dokumen yang dibuat

Transkripsi:

15 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Sistem E-Voting Pilkada Kota Bogor Sistem e-voting pilkada kota Bogor menggunakan protokol Two Central Facilities yang dimodifikasi. Protokol ini dipilih karena menurut Schneier (1996) termasuk protokol yang paling memenuhi sebagian besar persyaratan untuk menjalankan secure election dan dibandingkan protokol-protokol lain. Sistem e-voting pilkada kota Bogor memiliki tiga komponen utama yaitu mesin voting, server CLA, dan server CTF. Mesin voting merupakan satu unit Personal Computer yang dijalankan dengan sistem operasi Microsoft Windows client. Lingkungan sistem pada mesin voting sebagai berikut: a. Apache Friends XAMPP sebagai server web. b. MySQL sebagai server database. c. PHP sebagai bahasa pemrograman. d. Mozilla Firefox sebagai browser. e. VPN PPTP digunakan untuk jalur komunikasi. f. Mivare card untuk alat autentikasi pemilih. Fungsi utama dari mesin voting adalah untuk melakukan pemilihan dan menyimpan sementara hasil pemilihan sebelum dikirim ke server CTF untuk dilakukan perhitungan suara. Server Central Legitimization Agency (CLA) merupakan satu unit Personal Computer yang dijalankan dengan sistem operasi Microsoft Windows Server 2008. Lingkungan sistem pada server CLA sebagai berikut: a. MySQL sebagai server database. b. PHP sebagai bahasa pemrograman. c. VPN PPTP digunakan untuk jalur komunikasi. Server CLA merupakan badan sertifikasi pemilih yang memiliki tugas utama mengotentikasi dan mengotorisasi pemilih. Server CLA mempunyai database yang menyimpan data pemilih baik data diri maupun Unique Identification Number (UID) dan Nomor Induk Kependudukan (NIK) pemilih. Setiap proses

16 yang membutuhkan data pemilih, contohnya login dan verifikasi pilihan harus melakukan pengecekan langsung dengan server CLA melalui mesin voting. Server Central Tabulating Facilities (CTF) merupakan satu unit Personal Computer yang dijalankan dengan sistem operasi Microsoft Windows Server 2008. Lingkungan sistem pada server CTF sebagai berikut: a. MySQL sebagai server database. b. PHP sebagai bahasa pemrograman. c. VPN PPTP digunakan untuk jalur komunikasi. Server CTF merupakan badan tabulasi/penghitungan suara. Pangkalan data yang terdapat pada CTF berisi suara atau pilihan pemilih dan perhitungannya untuk masing-masing kandidat. Untuk keamanan pengiriman data dalam setiap proses, dilakukan pengenkripsian data menggunakan. a. RSA (2048 bits): Enkripsi kunci publik. b. AES (128 bits): Enkripsi kunci simetris. c. SHA-2 (256 bits): Signature/Hashing. Pada sistem e-voting pilkada Kota Bogor, tidak terdapat sistem keamanan yang diterapkan pada Apache Friends XAMPP dan MySQL yang digunakan sebagai server web dan server database. Mesin voting tidak menyediakan keyboard ataupun mouse selama proses evoting. Hal ini di anjurkan agar interaksi antara manusia dengan mesin voting menjadi lebih terbatas, untuk memperkecil kemungkinan human error ataupun tindakan-tindakan yang tidak diinginkan lainnya. Pemilih hanya berinteraksi dengan sistem e-voting menggunakan layar sentuh. Selanjutnya akan dijelaskan Proses pemilihan sistem e-voting pilkada Kota Bogor dengan informasi yang dihimpun dari (Prayanta 2011), Kusumah (2011), (Priyanggodo 2012). Skema pemilihan dengan Two Central Facilities dimodifikasi dapat dilihat pada Gambar 5, alur kerja online voting berdasarkan gambar tersebut terbagi menjadi empat tahapan dengan penjelasan sebagai berikut: Tahap pertama: 1. Pengiriman kunci publik oleh masing-masing mesin voting kepada CLA.

17 Gambar 5 Skema pemilihan dengan Two Central Facilities dimodifikasi (Kusumah 2011) 2. CLA mengirimkan kunci simetris yang telah dienkripsi menggunakan kunci publik yang diterima dari masing-masing mesin voting dan diberikan kepada masing-masing mesin voting sesuai alamat IP address masing-masing mesin voting. 3. Pemilih mengirimkan permintaan untuk memilih melalui mesin voting dengan cara menempelkan kartu identitasnya. 4. Mesin voting akan mengirimkan data kartu identitas pemilih yang telah dienkripsi kepada CLA. 5. CLA akan melakukan proses dekripsi terhadap data yang diterima. 6. CLA akan melakukan autentikasi pemilih dengan database. Diagam alir tahap pertama digambarkan pada Lampiran 2. Tahap kedua: 1. Apabila pemilih dinyatakan berhak memilih dengan ketentuan pemilih telah terdaftar di database dan belum memilih sebelumnya, pemilih akan diarahkan kepada halaman pemilihan dan status pemilih akan diubah menjadi status telah melakukan autentikasi. Namun, apabila pemilih dinyatakan tidak berhak memilih, pemilih langsung diarahkan ke halaman gagal memilih. 2. Setelah pemilih melakukan pemilihan, pilihan pemilih akan disimpan pada mesin voting dan status pemilih akan diubah menjadi status telah melakukan

18 pemilihan. Mesin akan terus menerus melakukan proses yang sama sampai pada waktu pemilihan usai. Diagam alir tahap kedua digambarkan pada Lampiran 3. Tahap ketiga: 1. Pengiriman kunci publik oleh masing masing mesin voting kepada CTF. 2. CTF mengirimkan kunci simetris yang telah dienkripsi menggunakan kunci publik yang diterima dari tiap-tiap mesin dan dikirimkan kepada masingmasing mesin sesuai alamat IP address mesin. Diagam alir tahap ketiga digambarkan pada Lampiran 4. Tahap keempat: 1. Mesin secara periodik akan melakukan permintaan kepada CLA untuk mengirimkan data ke CTF dengan mengirimkan informasi identitas mesin yang dienkripsi. 2. CLA akan melakukan proses autentikasi dan mengirimkan suatu random key mesin kepada mesin voting dan CTF yang dienkripsi. 3. Mesin voting akan mengirimkan identitas mesin, data hasil pemilihan, dan juga nilai random kepada CTF yang didapatkan dari CLA yang telah dienkripsi. 4. CTF melakukan pencocokan nilai random key yang diberikan mesin dengan random key yang diterima dari CLA untuk mesin tersebut. 5. Apabila random key yang dikirimkan mesin dan CLA sesuai, jumlah suara yang diberikan mesin kepada CTF akan disimpan ke dalam CTF. 6. Mesin akan terus menerus melakukan proses yang sama sampai pada waktu pemilihan usai. Diagam alir tahap keempat digambarkan pada Lampiran 5. Kelebihan dari protokol Two Central Facilities yang dimodifikasi ialah penggunaan jalur komunikasi untuk autentikasi pemilih pada CLA tidak akan terganggu oleh data yang dikirimkan ke CTF, sebab waktu pengirimannya yang berbeda. Pemisahan waktu pengiriman mempermudah penyelenggara untuk mengecek kecurangan yang terjadi pada mesin CTF. Sebab suara pemilih akan dikirimkan pada waktu yang random ke CTF setelah waktu pemilihan selesai,

19 sehingga apabila sebelum waktu pemilihan selesai pada CTF telah ditemukan suara pemilih dari mesin voting dapat dipastikan suara tersebut bukanlah suara yang sah. Sistem ini tidak memenuhi salah satu kriteria secure election yang ideal yang disebutkan pada buku karangan (Schneier 1996), yaitu setiap pemilih dapat memastikan bahwa suara mereka sudah dikirimkan dan terhitung dalam penghitungan akhir sebab suara yang dikirimkan ke CTF bukanlah suara yang dikirimkan secara langsung oleh pemilih, melainkan suara yang diakumulasi terlebih dahulu pada mesin voting. Tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui pemilih dan pilihan yang dipilihnya. Namun, di sisi lain, hal ini menjadi salah satu kekuatan dari sistem ini, sebab tidak akan dimungkinkan terjadi penelusuran ke belakang oleh pihak-pihak manapun yang mampu mengumpulkan database dari CLA, CTF, dan mesin voting. 4.2 Secure Voting Requirements Hal mendasar yang diperlukan untuk melakukan analisis keamanan e-voting adalah pendefinisian sifat-sifat yang diinginkan oleh sistem. Sifat-sifat yang diinginkan tersebut merepresentasikan struktur dan keberfungsian yang diharapkan dari suatu sistem e-voting. Sistem e-voting dikatakan aman, apabila sifat-sifat yang diinginkan pada sistem terpenuhi. Dalam penelitian ini sifat-sifat yang diinginkan pada sistem akan mengacu pada sebagian requirement secure voting (Schneier 1996), yaitu: 1. Hanya pemilih yang berhak yang dapat memberikan suara (otentifikasi). 2. Tidak boleh memberikan lebih dari satu suara. 3. Tidak boleh menentukan orang lain harus memilih untuk siapa. 4. Tidak ada yang bisa menduplikasi suara orang lain. 5. Tidak boleh mengubah pilihan orang lain. 6. Setiap pemilih dapat memastikan bahwa suara mereka sudah dikirimkan dan terhitung dalam penghitungan akhir. Berdasarkan kebijakan KPU (Komisi Pemilihan Umum) tidak semua requirement secure voting sesuai dengan sistem pemilu di Indonesia, dimana menurut peraturan KPU, setiap pemilih tidak dapat memastikan bahwa suara

20 mereka sudah dikirimkan dan terhitung dalam penghitungan akhir. Sebagian dari persyaratan tersebut di atas diantaranya: 1. Hanya pemilih yang berhak yang dapat memberikan suara. Terdapat UID dan NIK pada mifare card yang bersifat unique. Hanya UID dan NIK yang terdapat pada database CLA yang dapat melakukan proses pemilihan. 2. Tidak boleh memberikan lebih dari satu suara. UID dan NIK dari mifare card yang telah melakukan pemilihan dicatat pada CLA sehingga setiap pemilih hanya dapat memberikan satu suara. Tidak boleh memberikan lebih dari satu hasil suara. 3. Tidak ada yang bisa mengubah pilihan orang lain. UID dan NIK dari mifare card yang telah melakukan pemilihan dicatat pada CLA sehingga mifare card tidak dapat digunakan lagi. 4.3 Vulnerability dan Serangan Khusus Sistem E-Voting Sistem e-voting dapat diserang pada titik-titik penyimpanan data, pengolahan suara, dan saluran komunikasi. Pada bagian ini akan diidentifikasi potensi titik serangan dan ancaman yang berkaitan dengan komponen sistem e- voting yang secara langsung mempengaruhi sifat-sifat yang diinginkan dari sistem e-voting. Ada jutaan pemilih dengan mesin voting, server CLA dan server CTF. Seorang penyerang dapat menyerang komponen tersebut atau koneksi antar komponen untuk mempengaruhi proses voting. Sistem e-voting memiliki komponen-komponen berikut: Mesin voting. Server Central Legitimization Agency (CLA). Server Central Tabulating Facilities (CTF). Saluran komunikasi. Kemungkinan serangan pada komponen-komponen sistem e-voting dapat dilihat pada Gambar 6, dengan penjelasan sebagai berikut: 1. Menyerang mesin voting. Tujuan dari serangan ini untuk mempengaruhi proses pemilihan, pengelolaan suara, dan penyimpanan data.

21 Gambar 6 Potensi serangan pada sistem e-voting Sebagai contoh, pengaturan beberapa bagian dari database mesin voting untuk memperoleh informasi pada surat suara, untuk menambahkan surat suara atau untuk menghapus suara yang tidak diinginkan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara merubah kode program agar terjadi kecurangan pada e-voting. Serangan lain adalah penyalahgunaan mifare card oleh orang yang bukan pemegang kartu yang sah, sehingga orang yang tidak berhak untuk memilih dapat melakukan pemilihan. 2. Menyerang server CLA. Tujuan dari serangan ini untuk mempengaruhi proses otentikasi. Contoh dari serangan ini adalah pengubahan UID dan NIK yang akan dikirimkan sistem ke pemilih serta status pemilih. Pengubahan ini mungkin dilakukan apabila database server CLA dapat ditembus oleh penyerang sehingga akun pemilih tidak lagi sama dan tidak dapat digunakan oleh pemilih. Serangan lain adalah. penolakan layanan yang mengakibatkan Server CLA tidak dapat diakses oleh para pemilih. Penyerangan ini dapat dilakukan melalui serangan DoS atau (Denial Of Service). 3. Menyerang server CTF. Tujuan dari serangan ini untuk mempengaruhi tahap penghitungan suara.

22 Seorang lawan merubah kode program pada database server CTF untuk mengubah fungsionalitas server CTF. Contohnya, untuk mempengaruhi penghitungan suara. 4. Menyerang koneksi antara mesin voting dan server CLA. Tujuan dari serangan ini untuk mempengaruhi proses komunikasi antara mesin voting dan server CLA. Sebagai contoh, penyerang dapat bertindak sebagai Man in the Middle saat CLA mengirimkan kunci simetris kepada mesin voting untuk melakukan komunikasi, pihak yang mengirimkan kunci tersebut bukanlah CLA yang resmi melainkan server lain yang mengaku sebagai CLA. Berdasarkan potensi-potensi serangan pada sistem e-voting, akan dilakukan analisis terhadap serangan khusus pada sistem e-voting. Menurut (Buldas & Magi 2007), serangan khusus e-voting adalah serangan yang mengakibatkan perubahan besar dalam penghitungan akhir. Jika suatu sistem e-voting aman dalam hal serangan khusus voting, maka dapat ditentukan bahwa sistem tersebut aman pada prakteknya. Ada beberapa serangan khusus voting. 1. Pencurian suara. Tujuan serangan ini adalah untuk memberi lebih banyak suara untuk kandidat tertentu. Jika sistem e-voting tidak aman terhadap pencurian suara, maka penyerang dapat memberikan surat suara dan diterima dalam penghitungan akhir. Ancaman lainnya adalah pemilih mampu untuk memberikan lebih dari satu suara, sehingga seluruh suara diterima dalam penghitungan akhir dan penyerang dapat menambahkan atau mengurangi suara kandidat. 2. Penggagalan/pencabutan suara. Tujuan serangan pencabutan suara adalah untuk mengeliminasi suara yang tidak diinginkan. Jika sistem e-voting tidak aman terhadap penggagalan suara, maka pemilih yang berhak tidak dapat melakukan pemilihan, dan suara pemilih tidak diperhitungkan dalam perhitungan akhir suara. Serangan ini bukan untuk menggagalkan e-voting, karena hal itu tidak menguntungkan bagi penyerang.

23 Gambar 7 Serangan e-voting 4.4 Penerapan Attack Tree untuk Sistem E-Voting Pada bagian ini akan disajikan penerapan attack tree pada sistem e-voting pilkada Kota Bogor yang digambarkan dalam format: grafik. Attack tree yang telah dijelaskan pada Subbab 2.6 merupakan grafik acyclic di mana setiap node dalam grafik memiliki tepat satu orangtua. Akar pohon adalah simpul yatim. Node adalah tempat untuk menyimpan informasi. Grafik attack tree akan digambarkan dalam tiga bentuk node: 1. untuk menggambarkan kondisi OR. 2. untuk menggambarkan kondisi AND. 3. untuk menggambarkan terminal. Setelah grafik attack tree selesai dibuat, berbagai node anak akan diberi nilai P (possible) dan I (impossible), kemudian dilakukan perhitungan terhadap node tersebut. Menurut (Schneier 1999) nilai node OR adalah P jika salah satu nilai node anaknya P dan I jika semua nilai node anaknya I. Nilai node AND hanya P jika semua node anaknya P dan I jika sebaliknya. Hasil perhitungan attack tree dapat dilihat pada Lampiran 1. Pohon serangan pada analisis ini belum sempurna karena belum semua kemungkinan cara menyerang dipertimbangkan. Namun, tahap ini merupakan upaya pertama untuk menganalisis serangan khusus e-voting pada sistem e-voting pilkada Kota Bogor.

24 Grafik serangan pohon sistem e-voting dapat dilihat pada Gambar 7 Simpul akar dari pohon bernama Serangan e-voting adalah simpul OR dengan 2 node anak yaitu: Serangan pencurian suara dan Serangan pencabutan suara. Grafik serangan untuk pencurian suara dan pencabutan suara secara detail dapat dilihat pada Gambar 8 dan Gambar 9.

Gambar 8 Serangan pencurian suara 25

26 Gambar 9 Serangan pencabutan suara

27 4.5 Analisis Vulnerability Analisis vulnerability sistem e-voting akan dilakukan terhadap serangan khusus e-voting berikut: 1. Serangan pencurian suara. 2. Serangan pencabutan suara. Serangan pencurian suara Jika sistem e-voting aman terhadap serangan pencurian suara maka dua sifat keamanan berikut harus terpenuhi: Pemilih yang tidak memenuhi syarat tidak dapat memilih dan pemilih yang memenuhi syarat tidak dapat memilih lebih dari sekali. Serangan pencurian suara memiliki tiga kemungkinan yang dapat dilihat pada Gambar 10, yaitu: 1. Pemilih yang tidak memenuhi syarat dapat memilih. 2. Pemilih yang memenuhi syarat dapat memilih lebih dari sekali. 3. Menambah atau menghapus suara kandidat. Pertama, analisis terhadap pemilih yang tidak memenuhi syarat (pemilih palsu) dapat memilih. Ada tiga kemungkinan pemilih palsu dapat melakukan pemilihan, yaitu: Menggunakan mifare card orang lain (milik pemilih yang terdaftar). Menyerang server CLA. Menyerang koneksi koneksi antara mesin voting dan server CLA. Dalam sistem e-voting pilkada Kota Bogor, dimungkinkan orang yang tidak berhak memilih untuk dapat melakukan pemilihan dengan menggunakan mifare card milik orang lain (pemilih yang terdaftar). Pemilih yang tidak berhak juga dapat menyerang koneksi antara mesin voting dan server CLA dengan membuat serangan Man in the Middle, sehingga mesin voting dapat terhubung ke server CLA palsu. Untuk dapat melakukan serangan ini, langkah pertama yang harus dilakukan adalah mendapatkan password VPN, karena sistem e-voting Pilkada Kota Bogor menggunakan VPN untuk mengamankan jalur komunikasi antara mesin voting dan server CLA. Apabila password VPN telah didapatkan, maka dapat dilakukan serangan Man ini

28 the Middle dengan tujuan untuk manipulasi transaksi pemilih. Serangan Man in the Middle dilakukan dengan mengembangkan server CLA palsu dan menghubungkan mesin voting dengan server CLA palsu. Analisis vulnerability serangan ini disajikan dalam pohon serangan 1.2. Selanjutnya penyerang dapat melakukan pemilihan apabila database server CLA dapat ditembus oleh penyerang, dimana UID dan NIK pemilih yang sah terdaftar pada database server CLA. Untuk dapat melakukan serangan terhadap database server CLA, penyerang dapat membuat kode program yang mengakibatkan fungsionalitas server CLA terganggu. Analisis vulnerability serangan ini disajikan dalam pohon serangan 1.3. Kedua, analisis terhadap pemilih yang memenuhi syarat dapat memilih lebih dari sekali. Ada tiga kemungkinan pemilih palsu dapat melakukan pemilihan, yaitu: Menyerang server CLA. Menyerang koneksi koneksi antara mesin voting dan server CLA. Menyerang mesin voting. Analisis serangan terhadap server CLA dan serangan koneksi antara mesin voting dan server CLA telah dijelaskan pada analisis terhadap pemilih yang tidak memenuhi syarat (pemilih palsu) dapat memilih. Selanjutnya, akan dijelaskan analisis serangan terhadap mesin voting. Pada saat pemilihan, akan dicek apakah pemilih telah memberikan suara? Apabila pemilih telah melakukan pemilihan, Gambar 10 Potensi serangan pencurian suara

29 status di database mesin voting akan berubah dan aplikasi pada mesin voting tidak akan mengijinkan pemilih untuk melakukan pemilihan kembali. Oleh karena itu, agar serangan sukses penyerang membutuhkan akses ke database mesin voting untuk mempengaruhi proses yang berjalan di mesin voting. Untuk dapat melakukan serangan terhadap database mesin voting, penyerang dapat membuat kode program yang mengakibatkan fungsionalitas mesin voting terganggu. Tujuan dari serangan ini untuk mengubah status pemilih. Analisis vulnerability serangan ini disajikan dalam pohon serangan 1.4. Ketiga, analisis terhadap serangan untuk menambah atau mengurangi suara kandidat. Kemungkinan serangan yang dapat dilakukan untuk menambah atau mengurangi suara kandidat yaitu dengan menyerang server CTF. Penyerang dapat melakukan penambahan atau pengurangan suara kandidat apabila database server CTF dapat ditembus oleh penyerang, dimana suara kandidat dari semua mesin voting dikumpulkan pada database server CTF. Untuk dapat melakukan serangan terhadap database server CTF, penyerang dapat membuat kode program yang mengakibatkan fungsionalitas server CLA terganggu. Pencabutan suara Jika sistem e-voting aman terhadap pencabutan suara pemilih maka sifat keamanan berikut harus terpenuhi, yaitu pemilih yang memenuhi syarat dapat melakukan pemilihan. Kemungkinan serangan pencabutan suara dapat dilihat pada Gambar 11 yaitu pemilih yang memenuhi syarat tidak dapat memilih. Ada dua kemungkinan pemilih yang memenuhi syarat tidak dapat memilih, yaitu: Menyerang server CLA. Menyerang koneksi antara mesin voting dan server CLA. Analisis vulnerability serangan terhadap server CLA disajikan dalam pohon serangan 2.1 dan analisis vulnerability serangan koneksi antara mesin voting dan server CLA disajikan dalam pohon serangan 2.2. Analisis serangan terhadap server CLA dan serangan koneksi antara mesin voting dan server CLA telah dijelaskan pada serangan pencurian suara.

30 Gambar 11 Potensi serangan pencabutan suara Pada sistem e-voting pilkada Kota Bogor, untuk mengamankan pertukaran data antara mesin voting - server CLA dan mesin voting - server CTF menggunakan VPN PPTP. Otentikasi antara server VPN dan client VPN menggunakan password. Menurut (Eisinger 2001), serangan brute force yang dicoba dengan 65536 kombinasi berbeda dari kunci DES, 16 bit terakhir dari NT password hash bisa ditentukan. Sistem e-voting pilkada Kota Bogor, tidak menerapkan keamanan pada database mesin voting, server CLA dan server CTF. SQL Injection merupakan salah satu masalah vulnerability dalam implementasi database. SQL Injection adalah suatu teknik mengeksploitasi web aplikasi yang didalamnya menggunakan database untuk penyimpanan data. Secara kualitatif sistem e-voting pilkada Kota Bogor tidak aman untuk diimplementasikan yang digambarkan pada Lampiran 1.