BAB 1 PENDAHULUAN. banyak mendapatkan perhatian khusus dibandingkan masa-masa sebelumnya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. salah satunya prinsip transparansi dan akuntabilitas. Berdasarkan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. berupa laporan keuangan. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mendelegasikan sebagian wewenang untuk pengelolaan keuangan kepada daerah

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era

BAB I PENDAHULUAN. sejahtera, pemerintah Indonesia berusaha untuk mewujudkan tata kelola

BAB I PENDAHULUAN. krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Krisis ekonomi yang terjadi pada awal

BAB I PENDAHULUAN. laporan pertanggungjawaban berupa Laporan Keuangan. Akuntansi sektor publik

BAB I PEDAHULUAN. Pemerintahan Daerah, desentralisasi diartikan sebagai penyerahan kewenangan

BAB 1 PENDAHULUAN. disebut dengan Good Governance. Pemerintahan yang baik merupakan suatu

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. yang dapat dijadikan milik Negara (UU no 17 pasal1 ayat1). Undang undang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan wilayah yang luas yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan penyelenggaraan operasional pemerintahan. Bentuk laporan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai wujud pertanggungjawaban daerah atas otonomi pengelolaan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. telah membawa perubahan bagi politik dan sistem pemerintahan maupun

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. menunjukan kualitas yang semakin baik setiap tahunnya. Hal ini dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. pun berlaku dengan keluarnya UU No. 25 tahun 1999 yang telah direvisi UU No. 33 Tahun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pemerintah daerah sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13

BAB I PENDAHULUAN. pesat dengan adanya era reformasi dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. reformasi yang semakin luas dan menguat dalam satu dekade terakhir. Tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mengeluarkan Undang Undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan otonomi daerah yang dilandasi oleh Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. ini bukan hanya orang-orang dari bidang akuntansi yang dapat memahami laporan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. yang menyajikan laporan keuangan diharuskan memberi pernyataan

BAB I PENDAHULUAN. khususya di tingkat Pemerintah Daerah. Korupsi sebenarnya termasuk salah

BAB I PENDAHULUAN. sebelumnya yang menerapkan sistem sentralisasi dimana segala kekuasan dan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi politik di tanah air. Walaupun masih dalam batas-batas tertentu, perubahan ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia mulai menerapkan otonomi daerah setelah berlakunya Undang-

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pengelolaan keuangan dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17

BAB I PENDAHULUAN. karena memiliki sumber daya ekonomi yang tidak kecil, bahkan bisa dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjalankan pemerintahannya. Pemerintah pusat memberikan kewenangan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang telah ditetapkan, dan ketentuan. Selain itu, pengawasan intern atas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Undang-Undang no 22 tahun 1999 dan Undang-Undang no 25

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance di Indonesia semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka pemenuhan hak publik. Untuk pengertian good governance,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan ekonomi, sudah pasti disemua negara di dunia

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance merupakan function of governing. Salah

BAB I PENDAHULUAN. Konsep good governance memiliki arti yang luas dan sering dipahami

BAB I PENDAHULUAN. komitmen Pemerintah Pusat dalam perbaikan pelaksanaan transparansi dan

BAB I PENDAHULUAN. tata kelola yang baik diperlukan penguatan sistem dan kelembagaan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 dan 2 tentang keuangan

BAB I PENDAHULUAN. korupsi baik di level pusat maupun daerah menjadi penyebab utama hilangnya

BAB I PENDAHULUAN. Susilawati & Dwi Seftihani (2014) mengungkapkan bahwa perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan pemerintah yang baik (good governance). Good Governance. Menurut UU No. 32/2004 (2004 : 4). Otonomi daerah ada lah hak

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Selama ini pemerintahan di Indonesia menjadi pusat perhatian bagi

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bentuk pengeluaran guna membiayai kegiatan-kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan sejak adanya amandemen terhadap Undang-Undang Dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi isu yang sangat penting di pemerintahan Indonesia. Salah satu kunci

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan Tanggung Jawab Keuangan Negara, BPK RI diamanatkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Era reformasi dan pelaksanaan otonomi daerah yang lebih luas, mengakibatkan semakin kuatnya tuntutan masyarakat terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dalam alinea IV Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dibentuk. pemerintahan negara yang menyelenggarakan fungsi pemerintahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, peran akuntansi semakin dibutukan, tidak saja untuk kebutuhan pihak

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik adalah organisasi yang bertujuan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Pergantian Pemerintahan dari orde baru ke orde reformasi yang. dimulai pertengahan tahun 1998 menuntut pelaksanaan otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia namun juga di negara-negara lain (Indra Bastian, 2010:5).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaporan keuangan membantu memenuhi kewajiban pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. dengan Good Government Governance (GGG). Mekanisme. penyelenggaraan pemerintah berasaskan otonomi daerah tertuang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah masih menemukan fenomena penyimpangan informasi laporan

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pemerintah No.105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi merupakan suatu aktivitas yang memiliki tujuan (purposive

BAB I PENDAHULUAN. sorotan. Media massa terutama surat kabar hampir tiap hari menampilkan kasuskasus

PERAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE DI PEMERINTAH DAERAH 1. Dr. H. Harry Azhar Azis, M.A.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Otonomi Daerah di Indonesia, Pemerintah Daerah

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai bentuk

BAB I PENDAHULUAN. reformasi tata kelola pemerintah. Khususnya mengenai aset tetap, hal ini sudah

BAB I PENDAHULUAN. 2004) tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 25 Tahun antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Mustikarini, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance). Untuk mewujudkan tata. kelola tersebut perlunya sistem pengelolaan keuangan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pertimbangan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

I. PENDAHULUAN. melakukan pengelolaan keuangan serta mempertanggungjawabkan pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Terjadinya krisis pada tahun 1996 merupakan faktor perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Dengan seringnya pergantian penguasa di negara ini telah memicu

BAB I PENDAHULUAN. atau Walikota dan perangkat daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiriurusan pemerintahannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (BPK RI, 2010). Tabel 1.1 Daftar Opini Audit BPK atas LKPD Kota Bandung Tahun

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organisasi nirlaba. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang baik atau yang biasa disebut sebagai good government governance termasuk

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki kualitas kinerja, transparansi dan akuntabilitas pemerintahan di

BAB I PENDAHULUAN. Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, dan seiring

BAB I PENDAHULUAN. yang sering disebut good governance. Pemerintahan yang baik ini. merupakan suatu bentuk keberhasilan dalam menjalankan tugas untuk

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik yang disebut. dengan laporan keuangan (Mardiasmo, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Akuntanbilitas publik merupakan kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk

BAB I PENDAHULUAN. akuntabilitas sesuai dengan prinsip-prinsip dasar good governance pada sektor

PEMPROV SULTRA KEMBALI RAIH PENILAIAN KEUANGAN WTP

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menguji pengaruh karakteristik pemerintah daerah terhadap

BAB I PENDAHULUAN. melalui laporan keuangan pemerintah daerah yang digunakan sebagai dasar

BAB I PENDAHULUAN. satu dasar penting dalam pengambilan keputusan. Steccolini (2002;24) mengungkapkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. atau memproduksi barang-barang publik. Organisasi sektor publik di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemerintah telah menerbitkan peraturan tentang tingkat pengungkapan

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, pelaksanaan akuntansi publik dilembaga-lembaga pemerintahan banyak mendapatkan perhatian khusus dibandingkan masa-masa sebelumnya dikarenakan banyak kasus-kasus penyalahgunaan dana pemerintah yang dilakukan oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab serta lebih mudahnya masyarakat mendapatka berita mengenai kasus tersebut dibandingkan masa-masa sebelumnya bahkan kebanyakan berita sekarang lebih menjerumus kemasalah penyalahgunaan dana seperti (KKN) Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme, sehingga mengurangi kepercayaan masyarakat kepada lembaga-lembaga sektor publik. Hal tersebut banyak diperdebatkan oleh BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) sebab banyak temuan-temuan yang menyebabkan kerugian negara dari beberapa sektor, salah satunya dari temuan Ketua BPK RI Harry Azhar Aziz berdasarkan pemeriksaan terakhir BPK sebanyak 156 dari 524 pemerintah daerah mendapat opini wajib tanpa pengecualian. Sebanyak 280 pemerintah daerah memliki Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yang harus ditindak lanjuti oleh salah satunya oleh Komisi Pemberantasa Korupsi (KPK). Banyaknya temuan indikasi penyalahgunaan keuangan negara yang dilaporkan ke KPK sebanyak 60% dari total kasus yang ditangani komisi anti korupsi itu berasal dari laporan BPK. Seharusnya dengan total aset pemda yang mencapai Rp 2.006 triliun, program-program pembangunan di daerah sudah menunjukan kemakmuran rakyat. Dengan demikian patut dipertanyakan mengenai tingkat akuntabilitas dan transparansi serta pengawasan dari DPRD dalam pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Masyarakat menuntut lembaga-lembaga sektor publik untuk

2 lebih transparansi dan akuntanbilitas.tuntutan tersebut menciptakan bentuk suatu tatanan yaitu good governances Undang-Undang No. 22 tahun 1999 tentang otonomi daerah, urusan pemerintah sebagian dialihkan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah.urusan pemerintah yang pada saat sebelum reformasi sebagian besar ditangani oleh pemerintah pusat, maka setelah reformasi sebagian besar urusan pemerintah tersebut dilimpahkan ke daerah.pengalihan ini juga berdampak pada pengalihan anggaran untuk pemenuhan urusan tersebut dari pusat ke daerah.otonomi daerah dan desentralisasi fiskal ini diikuti dengan reformasi keuangan. Reformasi keuangan dilakukan pada semua tahapan proses keuangan negara dimulai dari perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan anggaran, hingga pertanggungjawaban keuangan dan audit, Hilmi dan Martani (2012). Dalam rangka mewujudkan good governanceserta meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan pemerintah, maka baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban yang berupa laporan keuangan. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai pengganti dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah menyatakan bahwa masing-masing pemerintah baik pemerintah provinsi, kabupaten, dan kota, wajib membuat laporan keuangannya sendiri. Selain itu, dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, dijelaskan lebih lanjut bahwa Presiden, Gubernur, Bupati, dan Walikota, wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD berupa laporan keuangan yang setidaknya berisi Neraca, Laporan Realisasi APBN/APBD, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan, Suhardjanto dan Yulianingtyas (2011).

3 Hasil laporan keuangan pemerintah yang telah dibuat nantinya harus mengikuti Standar Akuntansi Pemerintahan yang berlaku, baru kemudian disampaikan kepada DPR/DPRD dan masyarakat umum setelah diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).Karena laporan keuangan merupakan suatu bentuk mekanisme pertanggungjawaban sekaligus dasar untuk pengambilan keputusan bagi pihak eksternal maka laporan keuangan yang diaudit harus dilampiri dengan pengungkapan.pengungkapan dalam laporan keuangan terbagi menjadi dua yaitu pengungkapan wajib (Mandatory Disclosure) dan pengungkapan sukarela (Voluntary Disclosure).Pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh standar akuntansi yang berlaku ialah pengungkapan yang bersifat wajib (Mandatory Disclosure), Suhardjanto dan Yulianingtyas (2011). Dengan di terbitkannya PP No 71 tahun 2010 tentunya akan membantu pemerintah untuk mewujutkan tercapainya proses akuntabilitas dan transparansi di pemerintah, sehingga tercipta good governance. Urgensi akan tuntutan untuk terciptanya good governance menjadi harapan masyarakat Indonesia agar tercipta pemerintahan yang bersihdari korupsi, kolusi maupun nepotisme (KKN). Untukmewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik diharapkan akan terbebas dari KKN yang tentunya akan terlihat dari hasil audit dari BPK, Heriningsih dan Rusherlistyani (2013). Penelitian terkait dengan pengungkapan laporan keuangan belum banyak dilakukan pada laporan keuangan pemerintahan dibandingkan perusahaan, disebabkan karena terbatasnya informasi pemerintah yang dapat diakses publik dan sulitnya mengembangkan motif yang mendasari pengungkapan. Beberapa variabel

4 yang dikaitan dengan pengungkapan laporan keuangan Pemerintah Daerah misalnya adalah Karakteristik Pemerintah daerah dan Akuntabilitas Pemerintah Daerah. Penelitian ini dilakukan sebagai tolak ukur dan bentuk evaluasi atas kepatuhan pengungkapan wajib yaitu Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) sehingga hukuman dan dukungan dapat diberikan sebagai upaya perbaikan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah kontribusi kepada masyarakat mengenai LKPD yang berisi informasi dan sadar akan akuntabilitas dan trasnparasi melalui bentuk penilaian dan evaluasi karena masih banyaknya masyarakat yang belum mengetahui atau tidak tahu cara memahami LKPD. Dalam beberapa referensi karakteristik pemerintah daerah diantaranya dapat dilihat dari ukuran daerah (total asset), tingkat ketergantungan daerah dan ukuran DPRD.Total aset adalah semua sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dari mana manfaat ekonomi/sosial dimasa depan yang diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya non keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan untuk pemeliharaan sumber sumber daya karena alasan sejarah dan budaya,heriningsih dan Rusherlistyani (2013). Pemerintah daerah dengan total asset yang lebih besar menunjukkan banyaknya sumber daya yang ada di daerah tersebut sehingga hal tersebut akan memungkinkan semakin banyaknya materi pengungkapan yang dapat diungkapkan oleh Pemda. Faktor lain seperti tingkat ketergantungan daerah, merupakan seberapa besar pemerintah daerah menjalankan program kerja yang telah dirancang dengan bantuan dari pemerintah pusat untuk pemerintah

5 daerah.mencerminkan semakin besarnya dana perimbangan yang diterima Pemda dari Pemerintah pusat akan memungkinkan semakin tingginya pengawasan penggunaan dana perimbangan tersebut oleh Pemda, Heriningsih dan Suherlistiani(2013).Semakin tinggi dana perimbangan yang diterima oleh pemerintah daerah semakin tinggi pengawasannya dan meningkatkan kinerja pemerintah daerah dalam mengungkapkan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Faktor karakteristik lain yaitu ukuran DPRD, merupakan lembaga perwakilan rakyat yang memliki fungsi sebagai pengawas terutama dalam mengawasi keuangan daerah,suhardjanto, dan Yulianingtyas, 2011.DPRD mencerminkan besarnya tingkat pengawasan yang dilakukan oleh lembaga legislatif daerah terhadap lembaga eksekutif daerah sebagai proksi digunakan jumlah anggota DPRD. Penelitian sebelumnya banyak digunakannya anggota DPRD sebagai ukuran legislatif.pengawasan yang semakin besar memerlukan pengungkapan laporan keuangan yang semakin luas. Faktor akuntabilitas daerah dalam beberapa penelitian diukur dengan menggunakan hasil penilaian laporan keuangan Pemerintah Daerah oleh auditor yaitu BPKP.Hasil penilaian auditor BPKP atas laporan keuangan Pemerintah Daerah terdiri dari opini auditor, laporan kelemahan pengendalian internal dan laporan ketidakpatuhan atas perundang-undangan dalam laporan keuangan pemerintah daerah. Namun demikian hasil penelitian sebelumnya mengenai pemngaruh karakteristik Pemda dan Akuntabilitas Laporan Keuangan Pemda masih memberikan hasil yang bervariasi dan kurang konsisten.penelitian Heriningsih dan Rusherlistyani (2013) menguji karakteristik pemerintah (tingkat ketergantungan, total aset) dan tingkat akuntabilitas pemerintah (opini auditor, SPI laporan keuangan, kepatuhan

6 terhadap undang-undang) terhadap tingkat pengungkapan LKPD. Hasil menunjukkan bahwa variabel karakteristik pemerintah (tingkat ketergantungan dan total asset) serta tingkat akuntabilitas pemerintah daerah (opini audit, tingkat penyimpangan terhadap SPI, dan penyimpangan terhadap perundang-undangan) secara statistic perpengaruh terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah kabupaten dan kota di Indonesia. Namun demikian penelitian Hilmi dan Martani (2012) mendapatkan bahwa Tingkat ketergantungan, total aset, jumlah SKPD, dan jumlah temuan pemeriksaan tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah sedangkan kekayaan daerah, jumlah penduduk, dan tingkat penyimpangan keuangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan pemerintah provinsi. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) adalah oragnisasi atau lembagapada pemerintah daerah yang bertanggung jawab kepada gubernur/bupati/walikota dalam rangka penyelenggaraan pemerintah yang terdiri dari skertariat daerah, dinas daerah dan lembaga teknis daerah, keacamatan, desa, dan satuan polisi pramong praja sesuai dengan kebutuhan daerah, Khasanah (2014). Penelitian lain oleh Marfiana dan Kurniasih (2011) melakukan penelitian untuk menguji ukuran pemerintah daerah, tingkat kekayaan daerah, dan opini audit terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah kabupaten/kota. Hasil penelitian ini menunjukan ukuran pemerintah daerah, tingkat kekayaan daerah, dan opini audit tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah di pulau Jawa.Sedangkan tingkat ketergantungan pada pemerintah pusat dan jumlah belanja

7 daerah berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah di Pulau Jawa. Penelitian ini merupakan replikasi penelitian dari Herningsih dan Rusherlistyani (2013). Perbedaan dengan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini menambahkan variable independen yaitu ukuran DPRD dan penelitia sebelumnya menggunakan sampel Pemerintah Kota dan Kabupaten di Indonesia sedangkan penelitian ini menggunakan sampel Pemerintah Kota dan Kabupaten di Jawa Tengah tahun anggaran 2011-2013. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian ulang yang berjudul : FAKTOR KARAKTERISTIK DAN TINGKAT AKUNTABILITAS PEMERINTAH DALAM PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka pokok permasalahan yang dapat dirumuskan pada penelitian ini yaitu, sebagai berikut: 1. Apakah tingkat ketergantungan berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah? 2. Apakah total asetberpengaruh terhadap tingkat pengungkapan Laporan Keuangan Kabupaten/Kota di Jawa Tengah? 3. Apakah opini auditor berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan Laporan Keuangan Kabupaten/Kota di Jawa Tengah?

8 4. Apakah SPI Laporan Keuanganberpengaruh terhadap tingkat pengungkapan Laporan Keuangan Kabupaten/Kota di Jawa Tengah? 5. Apakah kepatuhan terhadap undang-undang berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan Laporan Keuangan Kabupaten/Kota di Jawa Tengah? 6. Apakah ukuran DPRD berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan Laporan Keuangan Kabupaten/Kota di Jawa Tengah? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya, maka tujuan dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk menguji pengaruh tingkat ketergantungan berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan Laporan Keuangan Kabupaten/Kota di Jawa Tengah. 2. Untuk menguji pengaruh ukuran daerah berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan Laporan Keuangan Kabupaten/Kota di Jawa Tengah. 3. Untuk menguji pengaruh opini auditor berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah 4. Untuk menguji pengaruh SPI Laporan Keuangan berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah 5. Untuk menguji pengaruh kepatuhan terhadap undang-undang berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah 6. Untuk menguji pengaruh ukuran DPRD berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah 1.4 Manfaat Penelitian 1. 1. Bagi Instansi Pemerintah Terkait

9 Menjadi bahan evaluasi untuk mengetahui seberapa jauh tingkat pengungkapan laporan keuangan yang dilaporkan telah sesuai dengan Peraturan SAP yang berlaku. 2. Bagi Pemerintah Pusat Menjadi dasar evaluasi, masukan dan pertimbangan untuk pemerintah agar bisa menentukan penilaian yang bisa diterapkan dalam hal pengungkapan wajib sesuai SAP yang harus dilakukan pemerintah daerah. 3. Bagi Masyarakat Menjadi bahan dan sumber informasi bagi masyarakat untuk mengetahui tingkat pengungkapan dalam LKPD. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Untuk memacu dan mendorong peneliti selanjutnya meneliti lebih banyak terkait dengan tingkat pengungkapan laporan keuangan pemerintah, serta dapat menjadi salah satu sumber referensi untuk penelitian selanjutnya.