BAB I PENDAHULUAN. memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan, mengembangkan kemampuan profesional dalam dunia pendidikan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan, perekonomian, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya yang terorganisir, berencana dan

BAB III METODE PENELITIAN. metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), yaitu sebuah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan wadah untuk menghasilkan generasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi

BAB I PENDAHULUAN. SMK Negeri 8 Bandung merupakan salah satu lembaga pendidikan formal

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam upaya mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Proses belajar mengajar merupakan suatu kegiatan interaksi yang dinamis

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional dapat tercapai. Adapun upaya peningkatan kualitas SDM. tersebut adalah melalui ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pembangunan nasional di bidang pendidikan, salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilham Fahmi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ai Nunung Muflihah,2013

BAB I PENDAHULUAN. demi kelangsungan hidup dan kemajuan bangsa tersebut khususnya bagi negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia (SDM) sebagai tulang punggung dalam pembangunan bangsa. meningkatkan kualitas SDM sesuai dengan program keahliannya.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu proses pengembangan individu dan kepribadian seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur yang memiliki peranan penting

2015 PENGUASAAN PENGETAHUAN PEMBUATAN BATIK CAP PADA PESERTA DIDIK SMKN 14 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia pada saat ini telah, sedang dan akan memasuki era perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan yang menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gunawan Wibiksana, 2013 Universitas Pendidikan Indonesia Repository.upi.edu Perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang bermutu atau berkualitas tinggi. Demikian satu-satunya wadah kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi yang terus berkembang dewasa ini, sangat membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era informasi saat

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan di Indonesia menitikberatkan pada peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah lembaga pendidikan kejuruan. yang tujuan utamanya mempersiapkan siswa menjadi tenaga kerja andal dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah bidang yang sangat penting terutama di Negara. berkembang seperti Indonesia, karena pendidikan yang berintegritas

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah faktor utama untuk meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fortunata Merry Octaria, 2013

BAB I PENDAHULUAN. potensi siswa dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN. melainkan pada keunggulan sumber daya manusia (SDM), yaitu tenaga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Purwanti Febriani, 2013

2015 PENERAPAN PENILAIAN OTENTIK D ALAM RANGKA MENINGKATKAN PENCAPAIAN KOMPETENSI SISWA PAD A MATA PELAJARAN TEKNOLOGI MEKANIK D I SMK

KONTRIBUSI HASIL UJI KOMPETENSI TEORI KEJURUAN TERHADAP HASIL UJI KOMPETENSI PRAKTIK KEJURUAN BIDANG KOMPETENSI TEKNIK PEMESINAN PESAWAT UDARA DI SMK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia (SDM) melalui kegiatan pembelajaran dan pendidikan merupakan proses

BAB I PENDAHULUAN. SMK Negeri Pancatengah merupakan Unit Sekolah Baru (USB) dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang tangguh, mandiri, berkarakter dan berdaya saing. Sebagai fondasi,

BAB I PENDAHULUAN. mendidik siswanya dengan keahlian dan keterampilan, juga mendidik siswa agar

BAB I PENDAHULUAN. Di Era Globalisasi seperti sekarang ini setiap negara di seluruh dunia. semakin terbuka dalam segala bidang usaha seperti bidang

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat. sudah banyak gedung-gedung sekolah yang dibangun.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting untuk menjamin. pelaksanaan pembangunan serta dalam menghadapi era globalisasi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional meghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa

BAB I PENDAHULUAN. kejuruan yang berada di Salatiga. Sekolah ini memiliki 33 orang guru dan

BAB I PENDAHULUAN. sarana untuk pengembangan diri. Dalam Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Hasim Bisri, 2016

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal maupun pendidikan informal. jawab seperti pendidikan keluarga dan lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan bagi guru dalam mengelola proses pembelajaran. Padahal, jelas. sekali bahwa keaktifan belajar siswa sangat penting.

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai peran yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Angga Triadi Efendi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah A. Rahmat Dimyati, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi diiringi dengan produk yang dihasilkannya

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang dibutuhkan dan melatih peserta didik dalam menjalani

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan tidak dapat dipisahkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan UUD 1945 menyatakan bahwa salah satu tujuan nasional adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan perilaku siswa meliputi tiga ranah yaitu kognitif,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

BAB I PENDAHULUAN. menopang dan mengikuti laju perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan. mengalami perubahan sejalan dengan tuntutan kebutuhan.

DAFTAR ISI...1 TUJUAN PROGRAM KEAHLIAN...1 STANDAR KOMPETENSI KEAHLIAN...2 PROFIL KOMPETENSI LU LUSAN...4 RUANG LINGKUP PEKERJAAN...

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 02/Tahun XVIII/November 2014

BAB I PENDAHULUAN. atas sesudah program pendidikan dasar sembilan tahun, secara umum sistem

BAB I PENDAHULUAN. baik, tidak hanya bagi diri sendiri melainkan juga bagi manusia lainnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hendri Risfandi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Seperti yang di ungkapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting, yaitu untuk menjamin kelangsungan kehidupan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan teknologi (IPTEK), dunia pendidikan dituntut untuk meningkatkan mutu dan

BAB I PENDAHULUAN. proses interaksi antara guru dan siswa atau pembelajar beserta unsur-unsur yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk paling banyak

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang lebih terbuka, sehingga sangat dibutuhkan kehadiran setiap

BAB I PENDAHULUAN. erat. Hal ini terbukti dengan adanya fakta bahwa perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Faris Fauzi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam upaya meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. hekekatnya untuk membangun suatu Negara dibutuhkan individu individu yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Syerel Nyongkotu, 2015

PENERAPAN MODEL PENGAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA DIKLAT MENYUSUN LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN DAGANG

BAB I PENDAHULUAN. Imam Munandar,2013

BAB I PENDAHULUAN. keahlian dimana program keahlian yang dilaksanakan di SMK disesuaikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi diperlukan sumber daya manusia yang tangguh. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. seseorang yang dilakukan secara sadar dan penuh tanggung jawab untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Muhamad Nurachim, 2015

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan dan tidak dapat berfungsi maksimal dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai itu, pendidikan harus adaptif terhadap perubahan zaman. yang berkaitan dengan pelaksanaan pengajaran kelas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran adalah interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber

BAB I PENDAHULUAN. zaman. Perkembangan zaman tersebut secara tidak langsung menuntut suatu

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan syarat dengan perkembangan, oleh karena itu perubahan dan perkembangan pendidikan yang sangat cepat adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan, perekonomian dan perkembangan teknologi suatu bangsa. Berkembangnya dunia pendidikan pada saat ini, merupakan tantangan bagi setiap guru untuk mengembangkan kemampuan profesional dalam dunia pendidikan. Pada dasarnya proses pendidikan merupakan suatu usaha sadar untuk membekali individu dengan pengetahuan dan keterampilan, sehingga individu tersebut dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya. Berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada proses yang dialami oleh siswa. Proses belajar yang efektif mengandung arti bahwa belajar itu memperoleh hasil yang sebaik-baiknya sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Hasil belajar siswa yang baik merupakan salah satu ciri berhasilnya proses belajar tersebut. Seperti halnya pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), yang merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang menyiapkan siswa menjadi manusia yang produktif, yang langsung dapat bekerja dibidangnya setelah melalui pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi (Depdiknas, 2004:3).

2 Pendidikan dan pelatihan berbagai program keahlian yang diselenggarakan di SMK telah disesuaikan dengan kebutuhan lapangan kerja. Depdiknas (2004:8) hal ini sesuai dengan dokumen SMK tahun 2004 yang menyatakan bahwa: SMK menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan berbagai program keahlian yang disesuaikan dengan kebutuhan lapangan kerja. Untuk mencapai standar kompetensi yang telah ditetapkan oleh industri/dunia usaha sosialisasi profesi, substansi diklat dikemas dalam berbagai mata diklat yang dikelompokan dan diorganisir menjadi program normatif, produktif dan adaptif. Program produktif adalah kelompok mata diklat yang berfungsi membekali siswa agar memiliki kompetensi kerja sesuai dengan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI). Program produktif lebih bersifat melayani permintaan pasar kerja, karena itu lebih banyak ditentukan oleh dunia usaha/industri atau asosiasi profesi. Program produktif diajarkan secara spesifik sesuai dengan kebutuhan tiap program keahlian (Depdiknas, 2004:9). Di SMKN 1 Sagaranten terdapat dua program studi keahlian yaitu, Program Keahlian Teknik Mesin dan Program Keahlian Teknik Komputer dan Jaringan. Pada Program Studi Keahlian Teknik Mesin terdapat dua kompetensi keahlian, salah satunya Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan (TP). Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan di SMKN 1 Sagaranten merupakan kompetensi keahlian yang lulusannya disiapkan oleh sekolah tersebut untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja untuk industri dalam bidang pemesinan. Banyak standar kompetensi pada kompetensi keahlian tersebut yang mendukung

3 lulusannya dapat bekerja dalam bidang pemesinan, diantaranya Standar Kompetensi Melakukan Pengelasan Dasar. Standar kompetensi melakukan pengelasan dasar ini merupakan proses dasar yang harus dimiliki oleh siswa sebagai kemampuan dasar yang dibutuhkan untuk menunjang standar kompetensi lain yang bersifat lanjutan. Siswa dapat dikatakan menguasai standar kompetensi melakukan pengelasan lanjut, apabila mereka mampu menguasai kompetensi dasarnya. Oleh karena itu, kurikulum SMKN 1 Sagaranten untuk kompetensi keahlian teknik pemesinan, standar kompetensi melakukan pengelasan dasar ini diberikan kepada peserta didik kelas X semester 1 dan 2. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik mengetahui dasardasar proses pengelasan. Standar kompetensi melakukan pengelasan dasar ini jika tidak dapat dikuasai dengan baik, maka peserta didik harus mengulang proses pembelajaran sampai tercapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Pencapaian kompetensi peserta didik melalui proses pembelajaran praktikum dipengaruhi banyak faktor diantaranya sarana praktikum, guru, waktu praktikum, kemandirian peserta didik dan yang lainnya. Faktor-faktor tersebut terkadang menghambat peserta didik dalam mencapai kompetensi yang seharusnya. Selain faktor-faktor yang telah disebutkan diatas, pemilihan model pembelajaran yang digunakan guru juga sangat menentukan tercapai atau tidaknya kompetensi dari peserta didik. Model pembelajaran apa yang seharusnya digunakan untuk pencapaian kompetensi-kompetensi yang bersifat dasar bagi kompetensi lainnya, dan model pembelajaran apa yang digunakan untuk pencapaian kompetensi yang sifatnya lanjutan. Ketidak-tepatan dalam memilih

4 model pembelajaran bisa menyebabkan waktu pencapaian kompetensi menjadi lebih lama atau bahkan tidak tercapainya kompetensi yang diinginkan (terbatas oleh kalender pendidikan). Hambatan seperti ini yang biasanya muncul dalam pembelajaran praktikum di SMK-SMK yang lain. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan penulis pada saat melakukan Program Pendampingan SMK (Program Latihan Profesi Tematik) di SMKN 1 Sagaranten Sukabumi, dalam penyampaian materi ajar pada standar kompetensi melakukan pengelasan dasar oleh guru kepada peserta didik biasanya menggunakan model pembelajaran konvensional. Dimana guru menjelaskan teori di depan kelas, mendemonstrasikan, memberikan tugas, kemudian peserta didik melakukan praktikum. Dengan model pembelajaran tersebut peserta didik kurang diberikan penguatan dalam menguasai dasar-dasar teknik pengelasan dan prosedur keselamatan kerja dalam mengelas, sehingga dalam pelaksanaannya beberapa peserta didik melakukan praktikum dengan prosedur yang tidak tepat. Akibatnya, peserta didik menjadi lebih lambat dalam menyelesaikan proses pembelajaran. Hal tersebut dapat terlihat ketika peserta didik melakukan praktikum, setiap pertemuan seharusnya dapat melaksanakan minimal satu proses pengelasan dan juga mengelas dengan prosedur keselamatan kerja yang baik, yang terjadi tidak seperti itu untuk satu proses pengelasan diselesaikan dalam dua sampai tiga kali pertemuan juga melakukan pengelasan dengan kurang memperhatikan keselamatan kerja yang seharusnya. Jika hal tersebut terus berlanjut maka tidak semua kompetensi yang dibutuhkan peserta didik dapat tersampaikan dan berakibat pada rendahnya hasil belajar siswa.

5 Sesuai dengan kurikulum yang diterapkan di SMKN 1 Sagaranten (Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 153/2003) bahwa dalam pembelajaran melakukan pengelasan dasar dalam hal ini siswa dikatakan telah berkompeten atau lulus jika mendapat nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) 70 atau mencapai nilai 100. Untuk mencapai nilai 70 sampai 100 siswa harus melaksanakan prosedur keselamatan kerja, persiapan kerja, proses kerja, hasil kerja, dan waktu kerja dalam praktik mengelas. Kenyataannya, dalam standar kompetensi melakukan pengelasan dasar masih belum sepenuhnya mencapai kriteria pembelajaran tuntas tersebut (mencapai nilai KKM). Seperti terlihat pada nilai hasil belajar pelajaran teknik pengelasan dibawah ini: No Tabel 1.1 Nilai Hasil Belajar Melakukan Pengelasan Dasar Tahun Ajaran 2010/2011 Rentang Nilai Kategori Frekuensi Perolehan Nilai X TP 2 JML % Keterangan 1 90 100 A 2 5 Lulus amat baik 2 80 89 B 11 27,5 Lulus baik 3 70 79 C 19 47,5 Lulus cukup 4 < 70 D 8 20 Belum lulus Jumlah - 40 100% - (Sumber: Arsip guru teknik pengelasan SMKN 1 Sagaranten) Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan kurangnya penguasaan dalam melakukan pengelasan dasar diantaranya yaitu kurang adanya usaha guru dalam mendesain pembelajaran/model pembelajaran yang bervariatif, inovatif, dan kreatif yang bisa menimbulkan motivasi belajar siswa, sehingga siswa dapat memaksimalkan waktu belajar dan praktik, dimana pola transfer pengetahuan

6 kepada peserta didik hanya ditargetkan kepada tersampaikannya materi yang harus disampaikan yang tertulis pada dokumen kurikulum, selain itu waktu kerja yang diberikan untuk praktik kerja las ini kurang efektif dengan kualitas kerja yang rendah. Siswa menjadi pasif dan tidak bertanya ketika mengalami kesulitan, kemudian guru juga kurang intensif dalam proses pembimbingan kepada siswa. Adapun untuk mengatasi permasalahan yang terjadi tersebut, akan dicoba dengan menerapkan model pembelajaran langsung tipe Direct Instruction. Model pembelajaran langsung tipe direct instruction ini menekankan aplikasi pada kelompok atau individu untuk menghadapi dan mempelajari instruksi yang diberikan oleh guru dan melaksanakan instruksi tersebut untuk rangkaian-rangkaian praktik, pelajaran sehari-hari dalam membaca, aritmatika, dan bahasa (Becker, Engelmann, Carnine, dan Rhine, 1981). Model Pembelajaran langsung tipe Direct Instruction ini yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik, yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah. Dengan lima tahap aktivitas; yakni orientasi, presentasi, praktik yang terstruktur, praktik di bawah bimbingan, dan praktik mandiri. Tujuan dari penerapan model pembelajaran ini dapat dilihat berdasarkan tahapan-tahapan yaitu untuk menguatkan kemampuan yang bersifat fundamental dasar, memaksimalkan waktu belajar siswa, dan melatih kemandirian peserta didik untuk mencapai kompetensinya.

7 Alasan penulis memilih model pembelajaran ini karena terdapat salah satu tahap penting dalam pengajaran langsung yaitu cara guru mempersiapkan dan melaksanakan pelatihan terbimbing dalam mendemonstrasikan kegiatan praktek yang dikombinasikan dengan latihan serta bimbingan individual terhadap setiap siswa. Untuk pelaksanaannya, guru memberikan kesempatan kepada siswa dalam berlatih menerapkan konsep atau keterampilan yang telah dipelajari serta memberikan umpan balik, karena keterlibatan siswa secara aktif dalam pelatihan dapat meningkatkan penyerapan bagi siswa itu sendiri, membuat belajar berlangsung dengan lancar, dan memungkinkan siswa menerapkan konsep/keterampilan pada situasi baru sehingga membuat siswa dapat meningkatkan keterampilannya. Hal tersebut sangat berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada standar kompetensi melakukan pengelasan dasar. Melihat relevansi yang ditimbulkan pada model pembelajaran langsung tersebut, penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul: "Penerapan Model Pembelajaran Direct Instruction Untuk Meningkatkan Efektivitas Waktu Kerja Pada Standar Kompetensi Melakukan Pengelasan Dasar. B. Identifikasi Masalah Identifikasi masalah merupakan suatu pertayaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data, maka identifikasi masalah perlu ditetapkan terlebih dahulu untuk mengetahui dan memperjelas kemungkinan permasalahan yang mungkin timbul dalam penelitian ini.

8 Berdasarkan dengan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut: 1. Waktu untuk menyelesaikan praktikum menjadi lebih lambat, karena prosedur yang tidak tepat dalam melakukan praktikum sehingga tidak semua kompetensi dapat tercapai. 2. Dari hasil observasi menyatakan kurang adanya usaha guru dalam mendesain pembelajaran/model pembelajaran yang bervariatif, inovatif, dan kreatif yang bisa menimbulkan motivasi belajar siswa, sehingga siswa dapat memaksimalkan waktu belajar dan praktik. 3. Hasil evaluasi setiap tahun pada kerja praktik las busur manual yang dilakukan tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dengan kualitas kerja yang rendah. 4. Kurangnya keseriusan siswa dalam melakukan praktik mengelas dengan proses las busur manual. C. Pembatasan Masalah Mengingat banyak dan luas permasalahan yang dapat dilteliti dalam penelitian ini, sehingga tidak akan menyebabkan masalah yang akan diteliti menjadi luas pada ruang lingkupnya serta terarah pada tujuan yang ingin dicapai. Maka dalam penelitian ini perlu adanya pembatasan masalah. Pembatasan masalah yang akan diungkapkan oleh penulis adalah sebagai berikut: 1. Model pembelajaran yang diterapkan dalam upaya peningkatan efektivitas waktu kerja yang dilakukan dalam praktik mengelas dengan proses las

9 busur manual adalah Model Pembelajaran Direct Instruction yang dikemukakan oleh (Becker, Engelmann, Carnine, dan Rhine, 1981). 2. Instruksi-instruksi pada pembelajaran dengan model pembelajaran direct instruction diberikan oleh guru secara tertulis dan langsung. 3. Materi yang disampaikan dalam penelitian ini adalah pengelasan untuk membuat rigi-rigi las pada berbagai posisi sesuai prosedur, dan macammacam sambungan pada las busur manual. 4. Praktik las yang akan dilakukan terdiri dari: melakukan proses pengelasan alur (groove) pada pelat posisi bawah tangan dan posisi horizontal, dan proses pengelasan sambungan tumpul dengan kampuh V. 5. Aspek kinerja dibatasi pada tingkat mandiri. 6. Efektivitas waktu kerja dapat diartikan sejauh mana waktu yang diperlukan untuk siswa dalam melakukan proses pengelasan dengan standar waktu yang telah ditentukan. 7. Penelitian dilakukan di SMK Negeri 1 Sagaranten pada siswa kelas X TP 2 program keahlian Teknik Pemesinan SMK Negeri 1 Sagaranten tahun ajaran 2011/2012, pada standar kompetensi melakukan pengelasan dasar. D. Rumusan Masalah Supaya penelitian ini menjadi lebih terarah, maka perumusan masalah dalam penelitian ini dapat dijabarkan secara umum yaitu Bagaimana menerapkan model pembelajaran Direct Instruction yang mampu meningkatkan efektivitas waktu kerja praktik pada standar kompetensi melakukan pengelasan

10 dasar di kelas X TP 2 tahun ajaran 2011/2012 SMKN 1 Sagaranten?. Secara khususnya perumusan masalah dijabarkan dalam pertanyaan-pertanyaan penelitian berikut ini: 1. Bagaimana langkah-langkah penerapan model pembelajaran direct intruction untuk meningkatkan efektivitas waktu kerja praktik siswa pada standar kompetensi melakukan pengelasan dasar dari tiap-tiap siklus? 2. Berapa besar peningkatan efektivitas waktu kerja siswa pada standar kompetensi melakukan pengelasan dasar dengan menggunakan model pembelajaran direct intruction? 3. Bagaimana aktivitas siswa dalam proses pembelajaran pengelasan rigi-rigi dan proses penyambungan sesuai prosedur pada saat diterapkannya model pembelajaran direct instruction? E. Tujuan Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh jawaban penelitian yang telah dirumuskan diatas. Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana prosedur dalam menerapkan model pembelajaran Direct Instruction untuk meningkatkan efektivitas waktu kerja praktik siswa pada standar kompetensi melakukan pengelasan dasar. 2. Untuk mengetahui peningkatan efektivitas waktu kerja praktik dengan menggunakan model pembelajaran direct instrucion. 3. Untuk mengetahui aktivitas siswa dalam proses pembelajaran pengelasan rigi-rigi dan proses penyambungan sesuai prosedur pada saat

11 diterapkannya model pembelajaran direct instruction, sehingga terjadi peningkatan pada hasil belajar siswa. F. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan yang telah dikemukakan di atas, maka setelah penelitian ini selesai dilakukan dan hasilnya diperoleh, diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut: 1. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai alternatif dalam menerapkan model pembelajaran direct instruction sebagai upaya dalam meningkatkan efektivitas waktu kerja praktik siswa pada standar kompetensi melakukan pengelasan dasar. 2. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan mampu memberikan variasi model pembelajaran praktik teknik pengelasan, sehingga materi dapat lebih mudah diserap dan menumbuhkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis, kreatif dan mandiri. 3. Bagi Sekolah, penelitian ini diharapkan memberikan gambaran sebagai masukan yang berarti bagi sekolah khususnya guru untuk lebih meningkatkan kemampuan siswa pada standar kompetensi produktif khususnya pada standar kompetensi melakukan pengelasan dasar. G. Definisi Istilah Judul Adapun definisi operasional dalam judul ini adalah:

12 1. Model pembelajaran direct instruction menurut Arends (1997) adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah. Menurut Joyce Bruce, Marsha Weil, dan Emily Calhoun (2009:427) bahwa Model pembelajaran direct instruction memiliki lima tahap aktivitas, yakni orientasi, presentasi, praktik terstruktur, praktik terbimbing, dan praktik mandiri. 2. Efektivitas adalah berhubungan dengan suatu kegiatan. Efektivitas dapat diartikan sejauh mana hal-hal yang direncanakan dapat terlaksana dalam arti bahwa apabila hasilnya menunjukan persentase yang besar atau tidak dari perencanaan maka dapat dikatakan bahwa hal tersebut cukup efektif dan sebaliknya apabila hasilnya jauh dari perencanaan yang ada dapat dikatakan hal tersebut tidak efektif. (sumber: Soetomo.,1993). 3. Waktu kerja praktik yang dimaksud merupakan waktu yang diperlukan siswa dalam melakukan praktik mengelas rigi-rigi dan berbagai proses penyambungan. Peningkatan waktu praktik siswa yang dimaksud adalah peningkatan waktu yang diperlukan untuk melakukan satu pekerjaan pengelasan dilihat dari hasil observasi yang dilakukan dari setiap pekerjaan pengelasan yang diberikan, kemudian dibuat rata-rata. 4. Standar kompetensi melakukan pengelasan dasar adalah salah satu standar kompetensi pada mata pelajaran kompetensi kejuruan untuk kompetensi

13 keahlian teknik pemesinan dengan kode 014.KK.018 yang merupakan gambaran teknik tentang proses pengelasan dasar, mulai dari persyaratan kerja las, peralatan-peralatan mengelas dan keselamatan kerja, membuat rigi-rigi las dan berbagai proses penyambungan sesuai prosedur. H. Lokasi dan Objek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah tempat dimana dilaksanakan penelitian. Adapun Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SMKN 1 Sagaranten, yang beralamat di Jl. Raya Cigadog Km 2, RT/RW 17/06, Ds. Sagaranten, Kec, Sagaranten, Kab. Sukabumi, Kode Pos: 43181. Telp. (0266) 341894. NSS: 40.1.02.06.40.030. NPSN: 20202257. 2. Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini, adalah siswa kelas X TP 2 Jurusan Teknik Pemesinan SMK Negeri 1 Sagaranten pada standar kompetensi melakukan pengelasan dasar, kompetensi dasar proses pengelasan rigi-rigi dan berbagai proses penyambungan sesuai prosedur Tahun Ajaran 2011-2012 dengan jumlah 20 siswa. Peneliti merupakan guru bagi objek penelitian untuk menerapkan standar proses pembelajaran. Fokus utama penelitian ini terletak pada aspek psikomotor dalam peningkatan efektivitas waktu kerja praktik mengelas.

14 I. Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : Bab I Pendahuluan, bab ini mengemukaan latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah judul, lokasi dan objek penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II Kajian Teoritis, bab ini mengemukaan model pembelajaran Direct Instruction, konsep dasar efektivitas, Penelitian Tindakan Kelas (PTK), Tinjauan umum standar kompetensi melakukan pengelasan dasar. Bab III Metodologi Penelitian, bab ini mengemukakan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian yang meliputi metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK), prosedur penelitian, alur penelitian PTK, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik analisis data. BAB IV Hasil penelitian dan pembahasan. Bab ini meliputi laporan hasil penelitian, penyajian hasil penelitian yang diikuti pembahasan seperti sikap ilmiah peneliti, rangkuman secara ringkas dan terpadu sejak dari persiapan hingga penelitian berakhir. BAB V Kesimpulan dan Saran. Bab ini meliputi pemaknaan peneliti secara terpadu terhadap semua hasil penelitian yang telah diperoleh, dan saran atau rekomendasi yang ditulis setelah kesimpulan dapat ditafsirkan.