BAB I PENDAHULUAN. penting bagi pemasar untuk dapat mencapai kesuksesan perusahaan dalam

dokumen-dokumen yang mirip
ABSTRACT. Keywords: hedonic product, self expressive brand, brand loyalty, word of mouth, dan brand love. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan yang semakin hebat sekarang ini, membuat persaingan bisnis di tiaptiap

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua orang pernah minum kopi, namun yang berbeda hanya. masalah waktu dan tempat pada saat meminumnya. Dahulu, minum kopi

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas, dilihat dari konsumen yang menuntut produk dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Hal ini ditandai dengan muncul dan tumbuhnya berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini persaingan bisnis di antara perusahaan-perusahaan semakin

BAB I PENDAHULUAN. merupakan asset jangka panjang. Hal ini didukung oleh Kotler (2000) yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang berorientasi pada kebutuhan dan keinginan pasar (marketdriven).

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. pada situasi persaingan yang demikian, manajemen perusahaan dituntut untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. bergerak di bidang industri, perdagangan maupun jasa. Selain itu banyak produk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memiliki pelanggan yang loyal adalah tujuan akhir dari semua bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memasarkan suatu produk kita dapat menggunakan pendekatan bauran

BAB 1 PENDAHULUAN. memilih produk yang sesuai dengan harapannya. Konsekuensi dari perubahan

BAB I PENDAHULUAN. bawah. Mungkin inilah hasil manis dari diberlakukannya Undang-undang RI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terutama bisnis produk kecantikan/kosmetik dan masyarakat yang semakin

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah perekonomian yang berorientasi perdagangan pasar maka. kesuksesan sebuah perusahaan ditentukan oleh kemampuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. memposisikan produknya sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pasar. variabel yang mempengaruhi kepercayaan terhadap produk.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mempertimbangkan seberapa pentingnya kualitas pelayanan, kepuasan dan. kepada keberhasilan memenangkan persaingan dunia usaha.

BAB II LANDASAN TEORI. Pemasaran merupakan pekerjaan rumah yang harus dikerjakan manajer

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia bisnis saat ini berkembang dengan begitu pesat. Setiap perusahaan bersaing

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KERANGKA TEORI. Manfaat merek adalah nilai personal produk yang diberikan kepada

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan perekonomian Indonesia semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan persaingan sehingga berdampak pada peningkatan jumlah alternatif

BAB I PENDAHULUAN. bersaing untuk meningkatkan kualitas produk masing-masing. Perubahan konsep

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. sebuah produk (Aaker, 1991). Model asli dari ekuitas merek pelanggan

BAB I PENDAHULUAN. ketika akan memutuskan untuk memiliki suatu produk. Keputusan itu akan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. penyebaran kuesioner kepada konsumen pengguna Iphone di lingkungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur yang dapat menciptakan kemajuan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi persaingan bisnis yang sangat kompetitif dewasa ini menuntut

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam konteks teori perilaku konsumen, kepuasan lebih banyak

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada gadget dan kecenderungan beraktivitas di dunia maya (Vivanews,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagaimana suatu perilaku terbentuk dan factor apa saja yang mempengaruhi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan Latar Belakang Penelitian. Manusia memiliki kebutuhan yang tidak terbatas dengan sumber daya

PENGARUH EKUITAS MEREK TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI PELANGGAN ATAS KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK KECAP ABC DI SURABAYA SELATAN SKRIPSI

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP WORD OF MOUTH (WOM) DIMEDIASI OLEH KEPUASAN KONSUMEN (Studi pada Salon Kecantikan De Mode Purworejo)

Bab I: Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. Konsep pemasaran mengarahkan perusahaan pada seluruh usaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi yang terjadi saat ini telah membuat dunia bisnis mengalami

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kebutuhan mereka di pasar. Perusahaan akan mendapat tempat di

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perusahaan maju dengan pesat, hal ini ditandai

BAB I PENDAHULUAN. menjadi alat komunikasi paling dicari oleh seluruh lapisan masyarakat,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. diprediksi berdasarkan pada perilaku masa lalunya. Pembelajaran (learning)

BAB I PENDAHULUAN. upaya menjalin hubungan yang baik dengan pelanggan atau disebut dengan

BAB I PENDAHULUAN. dramatis dibanding dekade sebelumnya. Dinamika ini terjadi pada sektor jasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Awal September 2015, pemerintah menerbitkan paket kebijakan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. retail. Khususnya penjualan pada produk sabun antiseptik, para penjual harus

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya persaingan dalam dunia bisnis abad ini tidak dapat dihindarkan lagi. Bahkan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. produk lain, sehingga konsumen tertarik terhadap produk tersebut. Niat beli dapat

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Loyalitas pelanggan menunjukan pada kesetiaan pelanggan pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berwisata merupakan salah satu kegiatan yang menyenangkan dan sering

BAB I PENDAHULUAN. yang akan dikonsumsi atau digunakannya. Banyak faktor yang digunakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. revolusi mutu melalui pendekatan manajemen mutu terpadu menjadi tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia hiburan pada kehidupan sekarang sudah semakin maju, maka

BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya produk yang ditawarkan oleh pihak pemasar kepada

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan merupakan hal yang wajar terjadi dalam dunia bisnis baik pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan antar industri sejenis maupun tidak sejenis semakin ketat sehingga untuk

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan dan meningkatkan kepuasan konsumen terhadap jasa yang

BAB I PENDAHULUAN. mengelola pelanggan mereka. Selain itu teknologi informasi yang semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin berkembang pesat di era globalisasi ini dan keadaan tersebut memunculkan

BAB I PENDAHULUAN. sekarang. Tempat yang nyaman untuk ngobrol lama bersama teman hingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. produk bila pembeli mengalami kesulitan dalam mengevaluasi produk-produk yang

BAB5 PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka kesimpulan pada

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang semakin ketat. Persaingan yang semakin ketat membuat keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi mendorong perusahaan untuk menampilkan iklan secara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. mengantarkan pada suatu penilaian bahwa produk dapat diterima oleh pasar atau

BAB I PENDAHULUAN. konsumen di pasar yang sudah ada. Dalam kondisi persaingan yang sangat ketat,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pada BAB IV maka, penulis membuat beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang baik. Salah satu jenis sepatu olah raga yang banyak diminati

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu penunjang tingkat perekonomian baik dari wisatawan. berkembang. Salah satunya ialah industri perhotelan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. melalui pengembangan merek perusahaan yang kuat. Namun semakin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan program pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar sasaran tersebut.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di Indonesia. (www. ism/ 52?%21/ mie_ instans.co.id,, 18 Maret 2013,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku konsumen dalam membeli dan mengkonsumsi suatu produk sangat penting bagi pemasar untuk dapat mencapai kesuksesan perusahaan dalam menciptakan, mengembangkan serta mengelola strategi. Strategi yang dibentuk harus dapat bersaing dengan ketat untuk mendapatkan dan mempertahankan pangsa pasar. Tingkat persaingan ini menyebabkan perusahaan mencari cara yang tepat demi mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan (Kotler, 2003:135). Dengan demikian, perusahaan perlu menentukkan berbagai kebijakan khususnya di bidang pemasaran. Suatu proses pemasaran tidak lepas dari suatu produk yang akan dijual di pasaran, maka perusahaan mengeluarkan suatu produk yang dapat berguna bagi para konsumen juga dapat menarik konsumen dengan produk yang bermutu dan inovatif. Dengan perusahaan menghasilkan produk yang berguna, bermutu dan inovatif dari segi bentuk dan kegunaan, maka akan menghasilkan respon yang berbeda dari tiap konsumen. Maka dari itu, untuk menarik konsumen dengan produk yang bermutu dan inovatif maka perusahaan harus memahami setiap respon konsumen. Melihat pentingnya respon konsumen pada perilaku pembelian dan pengkonsumsian maka paradigma S-O-R merupakan cikal bakal dari 1

2 penelitian mengenai perbedaan perilaku. Paradigma S-O-R mengemukakan bahwa faktor situasi dan produk sebagai stimulus serta individu sebagai organism mempengaruhi perilaku konsumen dalam membeli dan mengkonsumsi sebagai response (Belk, 1975b) dalam Magdalena (2005). Selain itu, paradigma ini menjelaskan adanya interaksi antara situasi, produk dan individu yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam membeli dan mengkonsumsi (Belk, 1975 dalam Assael, 1998) yang dikutip oleh Magdalena (2005). Berdasarkan paradigma ini maka dapat disimpulkan bahwa konsumen biasanya melakukan pembelian berdasarkan kebutuhan, keinginan, dan permintaan. Dalam mendukung pembelian yang dilakukan oleh konsumen maka pemasar harus dapat membuat konsumen merasa bersemangat dan bergairah terhadap produk yang ditawarkan. Dengan demikian, pemasar perlu mengetahui hal-hal apa saja yang perlu dipertimbangkan dalam menarik perhatian konsumen dalam membeli produk yang ditawarkan. Bagi konsumen, kinerja produk yang dirasakan sama atau lebih besar dari yang diharapkan, dianggap bernilai dan dapat memberikan kepuasan (Kotler, 2005). Kepuasan dan ketidakpuasan merupakan suatu proses penjualan yang akan memberikan dampak tersendiri terhadap loyalitas konsumen. Bagaimana sikap konsumen dalam melakukan pembelian ulang, bagaimana konsumen dalam mengekspresikan produk yang digunakan, dan perilaku lain yang menggambarkan reaksi konsumen terhadap produk yang telah dirasakan.

3 Upaya mempertahankan pelanggan atau bisa dikenal dengan loyalitas terhadap suatu merek harus mendapat yang lebih besar lagi dibandingkan upaya mendapatkan pelanggan baru. Umumnya lebih murah mempertahankan pelanggan yang sudah ada daripada menarik pelanggan baru. Lebih jauh, kehilangan pelanggan dapat menjadi bencana di dalam pasar yang sudah matang. Dengan demikian, loyalitas pelanggan berdasarkan kepuasan yang murni dan terus menerus merupakan salah satu aset terbesar yang mungkin didapat oleh perusahaan. Loyalitas merek (brand loyalty) tidak terbentuk secara instan. Perlu waktu yang panjang untuk menciptakan hasil pengalaman berinteraksi antara konsumen dengan brand tersebut. Untuk memperoleh brand loyalty, perusahaan harus berusaha untuk memberikan self expressive brand yang terbaik dan konsisten dari waktu ke waktu, dari sejak interaksi awal hingga interaksi-interaksi berikutnya. Setelah terbentuk loyalitas, walaupun masih mungkin terpengaruh oleh promosi kompetitor, tetapi peluangnya memang menjadi lebih kecil untuk berpindah ke lain hati. (swa, dalam google.com) Untuk menghasilkan Self expressive brand, sebuah merek harus bisa memberikan suatu nilai tersendiri bagi konsumennya yang akan dilihat oleh konsumen sebagai manfaat yang diperolehnya ketika dia membeli atau mengkonsumsi produk tersebut. Self expressive brand merupakan serangkaian benefit yang didapatkan ketika sebuah brand dianggap bisa mewakili ekspresi pribadi seseorang. Konsumen seringkali menghubungkan ekspresi pribadinya dengan endorser yang digunakan dalam iklan.

4 Untuk memperoleh self expressive brand, perusahaan membutuhkan sebuah strategi yang dapat menciptakan hubungan antara konsumen dengan merek (consumer brand relationship). Brand relationship adalah mengubah cara pandang merek untuk menciptakan item baru sehingga menumbuhkan hubungan kesetiaan yang kuat antara pelanggan dengan merek yang dipakainya dan akhirnya tercipta hubungan jangka panjang (Kotler & Keller 2006). Brand relationship terdiri dari 3 elemen yaitu brand satisfaction, brand trust, dan brand commitment (Kotler & Keller 2006) dalam Permadi (2008). Consumer brand relationship dapat menghasilkan sebuah sikap yaitu kecintaan konsumen terhadap suatu produk (brand love) yang akan mempengaruhi para konsumen juga untuk melakukan komunikasi dari mulut ke mulut (Word of Mouth) tentang produk yang mereka sukai. Word of mouth cenderung lebih dipercaya oleh konsumen daripada iklan-iklan yang dibuat oleh perusahaan sendiri. Dengan demikian, perusahaan harus menciptakan Word of mouth yang positif agar dapat membawa dampak baik kepada perusahaan, misalnya: konsumen baru bisa mencoba suatu produk karena word of mouth dan bila konsumen suka, konsumen cenderung akan melakukan pembelian ulang dan mereka mempunyai niat menceritakan kepada konsumen yang lain untuk mencoba produk serupa (Marketing/edisi khusus/ii/2007). Word of mouth dapat tercipta apabila perusahaan dapat menghasilkan produk yang oleh karenanya konsumen mendapatkan kesenangan, kegembiraan, atau kenikmatan (hedonic product). Hedonic product

5 cenderung menghasilkan reaksi yang kuat (Chandron, Wansink and Laurent, 2000; Hirschman and Holbrook, 1982) dan diharapkan konsumen akan lebih mencintai produk tersebut. Word of mouth berpengaruh terhadap keputusan seseorang dalam membeli suatu produk. Selain itu loyalitas konsumen juga akan bepengaruh terhadap keinginan konsumen untuk melakukan pembelian ulang terhadap produk tersebut. Kemampuan perusahaan untuk meningkatkan konsumen dalam membeli produk perusahaan akan memberikan efek yang baik terhadap perkembangan perusahaan serta peningkatan kualitas dan citra perusahaan dibenak konsumen. Disamping itu, keunggulan ini merupakan pendukung dari atribut-atribut kunci sebuah produk dan daya tahan (durabilitas) serta keunggulan (superioritas) sumber daya tidak berwujud (itangible) yang dibandingkan dengan pesaing. Berdasarkan yang sudah dijelaskan, word of mouth dapat menjadi salah satu strategi yang efektif bagi perusahaan dalam mempromosikan produk yang mereka produksi. Konsumen biasanya menyukai sesuatu yang dilakukan dan disukai kebanyakan orang namun, kesenangan, kepuasan, dan hubungan antara konsumen dengan merek tersebut dapat menimbulkan rasa kecintaan konsumen terhadap merek tersebut. Kecintaan konsumen (brand love) terhadap suatu barang adalah bahwa konsumen dapat memberikan tanggapan dan konsumen pun memiliki

6 rasa cinta dan suka terhadap produk tersebut. Brand love pun mempunyai langkah, pertama:transaksi yang dilakukan dengan sendiri fokus terhadap perasaan dan rasa bersahabat dalam menawar produk. Kedua:dengan penawaran yang sopan maka adalah salah satu strategi yang dipakai oleh konsumen. Bahwa merek yang tertera di produk tersebut adalah merek yang dibuat sebagai suatu merek yang dengan populasi yang luas dan dapat membuat puas para seluruh konsumennya (Carroll dan Ahuvia, 2005:80). Karena brand love memiliki kekuatan yang selalu fokus dan ada pada merek tersebut dan adanya tingkat kepuasan yang terjadi pada para konsumen pada saat bertransaksi membuat para konsumen memiliki hubungan yang erat pada merek tersebut, apabila kepuasan konsumen terhadap merek produk tersebut maka frekuensi kepuasan terhadap merek tersebut akan memiliki umpan balik yang positif yaitu seperti mereka menyukai merek tersebut (Carroll dan Ahuvia, 2005:81). Cafe Starbucks mendapatkan manfaat ekspresif dengan lingkungan yang cozy, suasana nongkorong yang nyaman, dan layanan yang ramah; sedangkan secara socialapproval, tempat nongkrong ini, telah dicap sebagai tempat nongkrong-nya anak nongkrong. Selama bertahun-tahun Starbucks dikenal sebagai kedai kopi yang melayani dan mendengarkan pelanggan dengan baik. Di awal 2009 muncul kampanye Stop Starbucks. Upaya aktivisme yang diluncurkan oleh Brave New Films ini bertujuan mengubah aturan anti-

7 serikat pekerja yang diterapkan oleh Starbucks. Sebagai bagian dari gerakan ini, dimulailah suatu petisi online yang didukung oleh account di Twitter, Facebook, dan juga YouTube. Tampaknya kampanye ini berusaha menyaingi Starbucks di semua sosial media besar. Kelompok ini bahkan melakukan posting beberapa ide anti-starbucks di www.mystarbucksidea.com. Namun apa yang terjadi? Jumlah pengikut Twitter mereka hanya sekitar 600, sangat jauh dari pengikut account Starbucks yang 800 kali lipat lebih banyak. Group site Stop SBUX di Facebook juga hanya memiliki sekitar 600 member, tidak ada artinya dibandingkan 5 juta fans Starbucks di situs tersebut. Ide yang diposting di www.mystarbucksidea.com juga lebih sering mendapatkan penilaian negatif daripada positif, sehingga tidak memiliki pengaruh sama sekali. Bahkan total nilai dari beberapa ide anti-starbucks tersebut ada yang mencapai -70 (google.com). Jelas terlihat bahwa di sini Starbucks diselamatkan oleh penggemarnya. Komunitas loyal Starbucks tidak diam saja saat brand favorit mereka terancam. Para fans ini bertindak sebagai pembela saat ada ancaman dari luar. Starbucks tidak perlu mati-matian menjaga brandnya, ribuan bahkan jutaan orang akan melakukannya secara cuma-cuma. Mungkin brand manapun bisa mengakui kalau memiliki beberapa loyalis. Tapi banyaknya jumlah loyalis Starbucks harus diakui cukup mengesankan. Loyalis perusahaan ini mampu menjadikan gerakan anti Starbucks manapun seakan tak berdaya (Kompas, Rabu, 2 Desember 2009)

8 Ahuvia Aaron C (2005:81) menyatakan bahwa brand love berpengaruh terhadap word of mouth. Jadi adanya suatu kecintaan terhadap suatu merek (brand love) dengan adanya penyampaian yang dilakukan oleh para konsumen dari mulut ke mulut (word of mouth) memberikan suatu kepuasan karena telah memakai produk tersebut dan merasa puas. Melihat fenomena di atas membuat penulis tertarik untuk meneliti Sarbucks. Maka dengan respon konsumen terhadap Starbucks tersebut dengan dasar paradigma S-R, hedonic product dan self expressive brand sebagai stimulus, brand love sebagai attitude (response), serta brand loyalty dan word of mouth sebagai behavior (response) maka judul skripsi yang akan saya susun adalah Pengaruh Hedonic Product dan Self Expressive Brand Pada Brand Loyalty dan Word of Mouth: Brand Love Sebagai Variabel Mediasi. Dengan demikian dasar penelitian yang akan saya lakukan. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan hasil peninjauan yang telah dilakukan dan mengacu dari latar belakang yang telah di bahas oleh penulis, maka penulis mengambil beberapa pokok permasalahan dalam kaitannya dengan pengaruh brand love terhadap word of mouth yaitu: 1. Apakah terdapat pengaruh langsung hedonic product dan brand love pada word of mouth?

9 2. Apakah terdapat pengaruh langsung hedonic product dan self expressive brand pada brand love? 3. Apakah terdapat pengaruh langsung brand love dan self expressive brand pada brand loyalty? 4. Apakah terdapat pengaruh tidak langsung hedonic product pada word of mouth yang dimediasi oleh brand love? 5. Apakah terdapat pengaruh tidak langsung hedonic product pada brand loyalty yang dimediasi oleh brand love? 6. Apakah terdapat pengaruh tidak langsung self expressive brand pada word of mouth yang dimediasi oleh brand love? 7. Apakah terdapat pengaruh tidak langsung self expressive brand pada brand loyalty yang dimediasi oleh brand love? 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan masalah yang ada pada penelitian ini, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian yang dilakukan penulis adalah: 1. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh langsung hedonic product dan brand love pada word of mouth. 2. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh langsung hedonic product dan self expressive brand pada brand love.

10 3. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh langsung brand love dan self expressive brand pada brand loyalty. 4. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh tidak langsung hedonic product pada word of mouth yang dimediasi oleh brand love. 5. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh tidak langsung hedonic product pada brand loyalty: brand love sebagai variabel mediasi 6. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh tidak langsung self expressive brand pada word of mouth yang dimediasi oleh brand love. 7. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh tidak langsung self expressive brand pada brand loyalty yang dimediasi oleh brand love. 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan, pemahaman baru serta informasi hasil analisis yang akan beguna bagi pihakpihak sebagai berikut: 1. Penulis: Untuk menyelesaikan tugas akhir (skripsi) yang dilakukan di Bandung guna mendapat gelar sarjana S1 jurusan Ekonomi Manajemen. 2. Akademik: Sebagai tambahan informasi bagi pihak-pihak yang meneliti penelitian yang sama serta dapat digunakan juga untuk penelitian selanjutnya.

11 3. Perusahaan: a. Melihat bagaimana produk-produk Starbucks yang telah dikeluarkan oleh perusahaan dapat membuat para konsumen menjadi loyal terhadap produk Starbucks dan sering mengkomunikasikan dari mulut ke mulut tentang produk tersebut dan dapat membuat para konsumennya puas dan tentu profit bagi perusahaan. b. Memberikan alternatif bagi Starbucks untuk selalu menyempurnakan dan meningkatkan kualitas perusahaannya. 4. Masyarakat Umum: Dapat memperoleh informasi tentang gambaran secara umum tentang produk-produk Starbucks. 1.6 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini menganalisis Pengaruh Hedonic Product dan Self Expressive Brand pada Brand Loyalty dan Word of Mouth: Brand Love Sebagai Variabel Mediasi. Sampel yang digunakan adalah konsumen yang pernah membeli dan mengkonsumsi produk Starbucks juga konsumen tersebut pernah membeli salah satu merchandise Starbucks untuk dirinya sendiri. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan menggunakan kuesioner yang berisi butir-butir pengukur konstruk atau dimensi dalam penelitian, disampaikan kepada responden yang mengkonsumsi dan pernah membeli salah satu merchandise Starbucks. Selain itu, pengukuran penelitian ini menggunakan instrument penelitian yang diadopsi dari Ahuvia, A.C., & Carrol, B.A. (2006) yang

12 menganalisis Pengaruh Hedonic Product dan Self Expressive Brand pada Brand Loyalty dan Word of Mouth yang dimediasi oleh Brand Love. 1.7 Sistematika Penulisan Penelitian ini terbagi dalam lima bab yang akan disusun dengan sistematika pembahasan sebagai berikut: Bab I: Pendahuluan Bab berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, ruang lingkup penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II: Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Pengembangan Hipotesis Bab ini menguraikan landasan teori hipotesis yang terdiri dari pembahasan mengenai paradigma S-O-R, pembahasan mengenai hedonic product, pembahasan mengenai self expressive brand, pembahasan mengenai brand, pembahasan mengenai brand love, pembahasan mengenai consumer brand relationship, pembahasan mengenai word of mouth, pembahasan mengenai brand loyalty, kerangka pemikiran, pengembangan hipotesis, serta model penelitian. Bab III: Metode Penelitian Bab ini menguraikan tentang metode penelitian seperti desain penelitian, populasi dan sampel penelitian, metode pengambilan sampel, metode pengumpulan data, uji outlier, uji normalitas, uji multikolineritas, uji validitas dan reabilitas definisi operasional, metode analisis data.

13 Bab IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab ini berisi tentang hasil analisis data beserta pembahasan hasil temuan yang diperoleh. Bab V: Simpulan dan Saran Bab ini berisi tentang simpulan penelitian, keterbatasan penelitian dan saran untuk penelitian selanjutnya, serta implikasi penelitian.