Publication: 1434 H_2013 M MENDAKWAHI ORANG AWAM. Download > 600 ebook Islam di

dokumen-dokumen yang mirip
MASUK SURGA Karena MEMBUANG DURI

TIPS MENDAKWAHI NON MUSLIM

Menzhalimi Rakyat Termasuk DOSA BESAR

Keutamaan Membaca dan Merenungkan AYAT AL-KURSI حفظه هللا Ustadz Abdullah Taslim al-buthoni, MA

MEDAKWAHI. Publication: 1434 H_2013 M. Mendakwahi Para Pemimpin. حفظه هللا Oleh: Ustadz Abu Hafshah Abdurrahman al-buthoni

MATIKAN ROKOK. Sebelum. MATI Karena ROKOK. Publication: 1434 H_2013 M. MATIKAN ROKOK Sebelum Mati Karena ROKOK

Qasim bin Muhammad. Cucu Abu Bakar Ash-Shiddiq. Publication: 1435 H_2014 M. Oleh: Ustadz Abu Minhal, Lc

MENJADI. Publication: 1435 H_2014 M. Menjadi Da i Teladan. حفظه هللا Oleh: Ustadz Abu Hafshah Abdurrahman al-buthoni

METODE DAKWAH Terhadap Pengikut HAWA NAFSU. Publication: 1434 H_2013 M. Metode Dakwah Terhadap Pengikut HAWA NAFSU

E٤٨٤ J٤٧٧ W F : :

Publication: 1434 H_2013 M. Benang Tipis K E M U D A H A N. Download > 600 ebook Islam di

BERDAKWAH. Inilah Jalanku. حفظ اهلل Oleh: Ustadz Abu Hafshah Abdurrahman al-buthoni. Publication: 1434 H_2013 M. BERDAKWAH Inilah Jalanku

Bagi YANG BERHUTANG. Publication: 1434 H_2013 M. Download > 600 ebook Islam di PETUNJUK RASULULLAH

KAIDAH FIQH. Disyariatkan Mengundi Jika Tidak Ketahuan Yang Berhak Serta Tidak Bisa Dibagi. حفظه هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf

Syafa at Agung SYAFA AT AGUNG. Publication: 1435 H_2014 M. Download > 700 ebook Islam di

خفظه االله Ustadz Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar as-sidawi

SUMPAH PALSU Sebab Masuk Neraka

Di antaranya pemahaman tersebut adalah:

Kaidah Fiqh MENUTUP JALAN MENUJU KEMUNGKARAN. Publication: 1434 H_2013 M

Hadits Palsu Tentang Keutamaan Mencium Kening Ibu

BERDAKWAH. Publication: 1435 H_2014 M. Berdakwah Sesuai Kondisi. حفظه هللا Oleh: Ustadz Abu Hafshah Abdurrahman al-buthoni

Kebahagiaan Mana yang Ingin Anda Raih?

PUNCAK KEDUSTAAN. Publication: 1434 H_2013 M PUNCAK KEDUSTAAN. Disalin dari Majalah al-furqon No. 131, Ed.6 Th.ke-12_1434H/2012M

Jadilah Pembuka Pintu Kebaikan

Kaidah Fiqh. Keadaan Darurat Tidak Menggugurkan Hak Orang Lain. Publication: 1435 H_2014 M DARURAT TIDAK MENGGUGURKAN HAK ORANG LAIN

TAFSIR SURAT AL-BAYYINAH

DI BULAN SUCI RAMADHAN

Qawaid Fiqhiyyah. Niat Lebih Utama Daripada Amalan. Publication : 1436 H_2015 M

Ahli Ibadah di Dua Tanah Suci

Jangan Mengikuti HAWA NAFSU. Publication : 1437 H_2016 M. Jangan Mengikuti Hawa Nafsu

Publication: 1435 H_2014 M. Beginilah Mencintai Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam Dengan Benar

Jika Beragama Mengikuti Kebanyakan Orang

POKOK SYARI AH. حفظه هللا Ustadz Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtaras-Sidawi. Publication: 1435 H_2014 M. 5 Tujuan Pokok Syari ah

Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada (Al-Hajj: 46).

[ Indonesia Indonesian

Publication: 1436 H_2015 M. Mengajak Kepada Islam atau Kelompok Islam. حفظه هللا Oleh: Ustadz Abu Hafshah Abdurrahman al-buthoni

Keutamaan Membaca. Publication: 1434 H_2013 M KEUTAMAAN MEMBACA SHALAWAT. Oleh: Ustadz Abdullah Taslim al-buthoni, MA

?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

Kekhususan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam Yang Tidak Dimiliki Oleh Umatnya

Hadits Palsu Tentang Keutamaan Berdzikir Dengan BIJI TASBIH حفظه هللا Ustadz Abdullah Taslim al-buthoni, MA

Berhati-Hati Dalam Menjawab Permasalahan Agama

Kaidah Fiqh BERSUCI MENGGUNAKAN TAYAMMUM SEPERTI BERSUCI MENGGUNAKAN AIR. Publication in CHM: 1436 H_2015 M

Tatkala Menjenguk Orang Sakit


KAIDAH FIQH. Sebuah Ijtihad Tidak Bisa Dibatalkan Dengan Ijtihad Lain. حفظه هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf

KESOMBONGAN Penghalang Masuk Surga

HOMOSEKS Dosa yang Lebih Besar Dari Zina

حفظه هللا Ustadz Abu Faiz Sholahuddin Bin Mudasim

Hadits Palsu Tentang Surga Di Bawah Telapak Kaki Ibu

Hawalah, Dhaman dan Kafalah

Qawa id Fiqhiyah. Pertengahan dalam ibadah termasuk sebesar-besar tujuan syariat. Publication: 1436 H_2014 M

Mengabulkan DO A Hamba-Nya

MENGGAPAI KHUSYU. Publication : 1439 H_2017 M

MATAN. Karya Syaikh Al Imam Muhammad bin Abdul Wahhab

Download > 300 ebook dari:

3 Wasiat Agung Rasulullah

Berkawan dengan Orang Shalih

Jika kamu mengikuti kebanyakan manusia di bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. [Q.S. 6 : 116]

Hadits Palsu Tentang Keutamaan Memakai Pakaian WOL

Cahaya di Wajah Orang-Orang Yang Memahami Ilmu Agama

Petunjuk Rasulullah. Ber-KOKOK

KAIDAH FIQH. Sama saja antara orang yang merusak milik orang lain baik dengan sengaja, tidak tahu, ataupun lupa

Hukum Berobat Kepada Dukun Dan Peramal

Jangan Taati Ulama Dalam Hal Dosa dan Maksiat

Persiapan Menuju Hari Akhir

Disebarluaskan melalui: website: TIDAK untuk tujuan KOMERSIL

KAIDAH FIQH. Perubahan Sebab Kepemilikan Seperti Perubahan Sebuah Benda. حفظو هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf

Hak-hak Persaudaraan (Ukhuwah) Sesama Muslim

Dan kemarahan itu sering menimbulkan perkara-perkara negatif, berupa perkataan maupun perbuatan yang haram.

Konsisten dalam kebaikan

Ust. H. Ahmad Yani, Lc. MA. Urgensi Menjaga Lisan

*** Tunaikanlah Amanah

Serial Akhlak Muslim : Amanah

Jadilah Orang Yang Dekat Dengan Alquran

Menerima dan Mengamalkan Kebenaran

Kaidah Fiqh. Seorang anak dinasabkan kepada bapaknya karena hubungan syar'i, sedangkan dinasabkan kepada ibunya karena sebab melahirkan

Antara BERHALA dan KUBURAN WALI

Metode Bijak Memperbaiki Aib

Takwa dan Keutamaannya

Disebarluaskan melalui: website: Desember, TIDAK untuk tujuan KOMERSIL

KUMPULAN FATWA. Hukum Membagi Agama Kepada Isi dan Kulit. Penyusun : Syekh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin. Terjemah : Muh. Iqbal Ahmad Gazali

MAKNA DUA KALIMAT SYAHADAT DAN KONSEKUENSINYA

Ustadz Ahmas Faiz Asifuddin, MA. Publication: 1436 H_2014 M. Disalin dari Majalah al-sunnah, Edisi 08, Th.XVIII_1436/2014

Hukum Onani. Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah Syaikh Muhammad al-utsaimin rahimahullah

Khutbah Jumat: Peringatan dari Bahaya Godaan Harta

KARAKTER PEMIMPIN DALAM ISLAM. HM. Khoir Hari Moekti

KAIDAH FIQH. "Mengamalkan dua dalil sekaligus lebih utama daripada meninggalkan salah satunya selama masih memungkinkan" Publication: 1436 H_2015 M

Amalan-amalan Khusus KOTA MADINAH. خفظو هللا Ustadz Anas Burhanuddin,Lc,M.A. Publication: 1435 H_2014 M AMALAN-AMALAN KHUSUS KOTA MADINAH

Kufur kepada thaghut adalah syarat sahnya ibadah seseorang, sebagaimana wudhu merupakan syarat sah shalat.

KEWAJIBAN PUASA. Publication: 1435 H_2014 M. Tafsir Surat al-baqarah ayat

A L - H A K I I M Yang Maha Bijaksana

PENGELOLAAN HARTA ZAKAT

Berani Berdusta Atas Nama Nabi? Anda Memesan Sendiri Tempat di Neraka

Wa ba'du: penetapan awal bulan Ramadhan adalah dengan melihat hilal menurut semua ulama, berdasarkan sabda Nabi r:

Pengasih dan Pembenci, keduanya hukumnya haram. Pertanyaan: Apakah hukumnya menyatukan pasangan suami istri dengan sihir?

Ikutilah Sunnah dan Jauhilah Bid'ah

Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu; dan berkorbanlah. (QS. al-kautsar:2)

Hukum Khitan. Syaikh Muhammad bin Shalih al-'utsaimin - rahimahullah Dan Lajnah Daimah Untuk Riset Ilmu Dan Fatwa

Tegakkan Shalat Dengan Berjamaah

Diantara rahasia dan hakekat shiyam Ramadhan dapat disimpulkan menjadi tujuh perkara yang dapat dirasakan kenikmatannya dalam ibadah Ramadhan:

Transkripsi:

MENDAKWAHI ORANG AWAM حفظه االله Ustadz Abu Hafshah Abdurrahman al-buthoni Publication: 1434 H_2013 M MENDAKWAHI ORANG AWAM حفظه االله Oleh: Ustadz Abu Hafshah Abdurrahman al-buthoni Disalin dari Majalah al-furqon No. 137, Ed.12 Th.ke-12_1434H/2012M Download > 600 ebook Islam di www.ibnumajjah.com

MENDAKWAHI ORANG AWAM "Awam" berasal dari bahasa Arab artinya umum. Disebut demikian karena golongan manusia ada tiga, yaitu: ulama, penuntut ilmu, dan awam (bukan ahli ilmu dan bukan sebagai penuntut ilmu), dan kebanyakan manusia berasal dari golongan ini. Ada sebagian kalangan awam yang kehidupannya hanya memperhatikan kemaslahatan dunia berupa meraih manfaat duniawi dan terhindar dari kemiskinan atau bahaya. Makan, kerja, tidur, menghibur diri, dan semisalnya. Usahanya adalah bagaimana memperindah kehidupan dunia, menumpuk harta, berebut jabatan dan kemegahan dunia; dan apabila telah meraihnya maka dia telah meraih segalanya dan telah meraih 'surga' dan bagi yang tidak meraihnya maka hina dan 'neraka' baginya serta tiada berharga di mata manusia. Golongan

awam ini bisa beruntung jika dia taklid atau ikutikutan pada orang yang shalih dalam amal shalih seperti menunaikan shalat dan lainnya. Maka agar kita selamat dari kehinaan sebagai "awam", pelajarilah ilmu syari'at atau minimalnya bertanya kepada ahli ilmu sehingga menjadi penuntut ilmu. SIAPAKAH ORANG AWAM? Banyak kalangan menyangka bahwa "awam" adalah sebutan untuk orang buta huruf yang tidak pandai baca tulis atau orang desa atau orang gunung yang sangat terbelakang. Ada pula yang menyangka bahwa "orang awam" adalah yang tidak pernah menduduki bangku sekolah alias tidak terpelajar. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya "awam" secara syar'i (menurut istilah agama Islam)

adalah yang tidak baik agamanya. Maka, pengertian ini mencakup semua manusia dari kalangan umum tidak terpelajar hingga terpelajar, dari kalangan yang paling rendah hingga para pembesar, dari yang tidak bergelar hingga profesor doktor. Maka, barangsiapa yang tidak mengetahui tauhid, halal-haram, perintah dan larangan Allah,عز وجل tidak menunaikan shalat; maka dia awam sekalipun ia menjabat sebagai pimpinan yang bergelar paling tinggi, paling kaya, dan paling berwibawa, atau sekalipun dia seorang guru besar paling senior di perguruan tinggi Islam. Berkata Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab # "Seorang awam ahli tauhid mengalahkan 1.000 tokoh kaum kafir." Mengalahkan secara maknawi maupun secara fisik demikian itu karena ahli :عز وجل tauhid adalah ahli Allah. Firman Allah لا ت ع ل م ون ك ن ت م ا ن الذ ك ر ا ه ل ف اس ا ل وا

Maka bertanyalah kepada ahli ilmu jika kalian tidak mengetahui. (QS an-nahl [16]: 43) Sebagian ulama mengatakan, dalam ayat ini Allah عز وجل hanya menyebutkan dua golongan yaitu ulama dan penuntut ilmu, dan tidak ada golongan ketiga; oleh karena itu, janganlah engkau menjadi golongan yang ketiga karena dia tidak berilmu dan tidak bertanya kepada ahli ilmu alias tidak mau mengurusi agamanya. MEMBEDAKAN ANTARA JAHIL (BODOH) DAN AHLI NAFSU Sesungguhnya Rasulullah صلى االله عليه وسلم dalam berdakwah membedakan antara orang awam (jahil/ bodoh) dan orang mengikuti nafsu. "Mengikuti nafsu" artinya dia mengetahui kebenaran tetapi menyelisihinya karena mengikuti nafsu. "Bodoh" obatnya belajar, sedangkan

"nafsu" tidak ada obatnya kecuali jika Allah merahmatinya. Maka, sungguh jauh berbeda antara seseorang yang kesalahannya terjadi karena kebodohan dan karena hawa nafsu, dan seorang da'i dalam bermu'amalah dengan keduanya juga berbeda. رضي االله dan para sahabat صلى االله عليه وسلم Rasulullah mengajari orang bodoh dengan lembut dan,عنهم menengakkan hujjah kepada para pembangkang. 1. Kisah Orang Badui Kencing di Masjid Anas رضي االله عنه berkata, "Tatkala kami berada di masjid bersama Rasulullah tiba-tiba,صلى االله عليه وسلم ada seorang badui datang dan kencing di dalam masjid. Para sahabat menghardiknya, maka Rasulullah صلى االله عليه وسلم berkata, 'Biarkan, jangan kalian memutus kencingnya hingga dia selesai.'

Lalu Rasulullah صلى االله عليه وسلم memanggilnya dan menasihatinya, 'Sesungguhnya masjid-masjid ini tidak layak sedikit pun dari kencing dan kotoran, sesungguhnya ia (masjid) untuk dzikrullah, shalat, dan bacaan al-qur'an."' (HR Muslim) Perhatikan beberapa pelajaran dari kisah ini: 1. Orang badui yang tidak tahu malu. عز وجل 2. Kencing di masjid rumah Allah 3. Tidak menghargai Rasulullah صلى االله عليه وسلم dan para sahabatnya Rasulullah صلى االله عليه وسلم tidak menghukumnya atas dasar tidak menghargai beliau صلى االله عليه وسلم dan para sahabatnya. Biasanya, seorang da'i tidak benar dalam menyikapi masalah seperti ini. Betapa banyak di antara da'i yang mendahulukan kepentingan pribadinya daripada maslahat dakwah. Dan lebih celaka lagi jika dia menyangka bahwa marah karena diri sendiri termasuk

maslahat dakwah. Biasanya, seorang da'i dalam kondisi seperti di atas, dia berkata "Kenapa kamu kurang ajar, tidak menghargai aku sebagai ustadz dan jama'ah, ini masjid rumah Allah." صلى االله عليه Pelajaran yang lain, bahwa Rasulullah menyuruh para sahabat untuk menyiram وسلم kencingnya orang badui tersebut dengan air dan tidak menyuruh dia sendiri melakukannya. Seandainya ini terjadi pada kita, pasti kita hukum dia dengan menyuruh menyiramnya sendiri bahkan menyuruhnya untuk menggali tanah dan membuangnya serta mengganti dengan tanah,صلى االله عليه وسلم yang lain. Benarlah sabda Rasulullah "Sesungguhnya di antara kalian ada yang membuat susah dan membuat lari manusia dari dakwah." االله عليه صلى Kemudian, lihatlah nasihat Rasulullah kepadanya, "Ini masjid Allah tidak layak وسلم kencing, melainkan shalat, dzikrullah, dan bacaan al-qur'an." Rasulullah صلى االله عليه وسلم tidak berkata

"Kenapa kamu melakukan itu, apa kamu tidak tahu ini masjid, kamu jangan mengulangi lagi, kamu seharusnya tahu malu, aku ini Rasulullah dan itu para sahabatku seharusnya kamu hargai mereka, mestinya kamu bertanya di mana kamar mandi atau pergi ke tempat yang jauh tidak kelihatan orang." Dengan adanya pelanggaran ini justru kita mendapat ilmu yang sangat banyak, di antaranya: 1. Tidak boleh memutus kencing sendiri atau orang lain karena memudaratkan. 2. Kencing di tanah cukup disucikan dengan disirami air. 3. Orang awam diajari dengan lembut tidak diperlakukan dengan kasar. 4. Mendahulukan kemaslahatan dakwah dan yang didakwahi daripada kemaslahatan diri sendiri.

5. Dengan uslub yang baik maka orang tersebut menerima dakwah secara ikhlas dan sukarela tidak terpaksa atau lari darinya. 2. Kisah Sahabat yang Berbicara Ketika Shalat Jama'ah Dalam kisah lain yang diriwayatkan Imam Muslim disebutkan: رضي االله Berkata Mu'awiyah bin Hakam as-sulami صلى االله عليه "Tatkala aku shalat bersama Rasulullah,عنه tiba-tiba ada di antara jama'ah yang bersin وسلم maka aku katakan 'Yarhamukallah' dan orangorang mengarahkan pandangan mereka kepadaku mengingkari perbuatanku. Maka kukatakan 'Aduhai celaka aku, kenapa kalian melihat kepadaku?' Maka mulailah mereka memukulkan tangan ke paha mereka untuk mendiamkanku dan tatkala Rasulullah صلى االله عليه وسلم selesai shalat, demi

Allah aku tidak melihat seorang mualim sebelum dan sesudahnya yang lebih baik daripadanya dalam ta'lim, demi Allah beliau tidak menghardikku, tidak memukulku, tidak mencelaku; beliau berkata, 'Sesungguhnya shalat ini tidak layak sedikit pun dari perkataan manusia, sesungguhnya ia (shalat) hanya tasbih, takbir, dan bacaan al-qur'an.'" Lihatlah wahai Saudara, bagaimana Rasulullah memperlakukan orang yang صلى االله عليه وسلم menyelisihi agama karena bodoh, tidak tahu hukumnya. Beliau mengajarinya dengan santun dan lembut. Orang ini (Mu'awiyah bin Hakam as- صلى االله عليه menyangka bahwa Nabi (رضي االله عنه Sulami akan menghukumnya seperti yang dilakukan وسلم sahabat kepadanya, tetapi semua itu meleset dari prasangkanya. Dari kisah ini kita mengambil banyak pelajaran, di antaranya:

1. Berbicara dalam shalat karena bodoh tidak membatalkan shalat. 2. Bodoh dalam mengingkari kemungkaran menjadi fitnah. Ini terlihat pada sikap sahabat yang semakin ramai dalam usaha mendiamkan orang yang berbicara dalam shalat hingga mengganggu kekhusyukan mereka. 3. Kurang hikmah dalam dakwah justru menimbulkan fitnah. Ini terlihat pada sikap para sahabat yang mengingkari kemungkaran dengan mengarahkan pandangan mereka semua kepada Mu'awiyah hingga Mu'awiyah berteriak "Celaka kalian, kenapa kalian semua melihat kepadaku." 4. Hati lebih mudah menerima (nasihat) dari hati yang lembut daripada dari hati yang keras dan kasar. Oleh karena itu, seharusnya para da'i memperhatikan bahwa bukanlah yang penting

mengingkari kemungkaran, tetapi harus diperhatikan bagaimana mengingkari kemungkaran secara syari'at dan apa maslahat yang ditimbulkan bagi dakwah dan yang didakwahi dari uslub tersebut. SALAH PAHAM TERHADAP ISTILAH ILMU DAN AWAM Di zaman kita sekarang, musuh Islam berhasil memalingkan kaum muslimin dari isrilah ilmu syar'i kepada ilmu-ilmu sekarang (baca: ilmu duniawi, Red.) yang dipelajari di sekolah-sekolah. Menurut mereka, ilmu yang dianjurkan oleh al-qur'an dan Sunnah adalah ilmu-ilmu (duniawi) tersebut. Sebab itu, apabila seseorang telah mempelajari dan ahli di dalamnya maka

menurut mereka dialah ahli ilmu yang terpuji dalam al-qur'an dan Sunnah. Mereka menganggap dialah ahli ilmu, sedang yang lainnya adalah awam; maka setiap ayat al-qur'an atau hadis tentang ilmu dan keutamaan serta pujian bagi ahlinya, yang dimaksud adalah mereka. Yang lebih celaka bahwa mereka memahami ilmu sekadar ilmu pengetahuan yang dimiliki tanpa amal atau mengamalkan ilmu bagi mereka adalah kerja untuk dapat gaji dan mengajar. Dan memang sudah sepantasnya ilmu mereka tanpa amal, sebab tidak ada yang harus diamalkan karena tidak ada di dalamnya istilah "boleh dan tidak boleh" atau "baik dan tidak baik" apalagi "halal dan haram", "perintah dan larangan Allah" atau "pahala dan dosa". Yang ada hanyalah "baik karena menyukseskan usaha dan tidak baik

karena menghancurkan usaha" atau "baik sesuai perikemanusiaan dan tidak baik sesuai kemanusiaan". GURU BESAR DAN SENIOR TETAPI AWAM Judul ini bisa jadi membuat para ahli, para pakar, para ilmuwan, atau para cendekiawan tidak ridha; bagaimana tidak, mereka yang diakui keilmuannya oleh masyarakat justru disebut sebagai awam. Apa pun dan berapa pun gelar yang dimiliki oleh seseorang, selagi dia tidak mengetahui ajaran Allah dan Rasul-Nya, maka dia awam. Barangsiapa tidak menunaikan shalat maka dia awam. Dasarnya ialah bahwa "ilmu" adalah ilmu Allah dan Rasul-Nya dan "awam" adalah yang tidak memilikinya. Maka, manusia setinggi apa pun ilmu (duniawi) yang dia capai dan setinggi

apa pun gelar yang dia raih tetapi pada hakikatnya dia orang awam baik dia ridha atau tidak dengan sebutan "awam" tersebut. Jika demikian maka apakah kita biarkan diri kita bodoh dan tidak merasa perlu mempelajari ilmu-ilmu syar'i (agama Islam) itu? Dan bagi yang telah memperolehnya dan yang telah memiliki gelar dari ilmu-ilmu (duniawi) tersebut, haruskah dia membuang dan melepasnya? Jawabnya: Tidak. Akan tetapi, kaum muslimin mempelajarinya sekadar menurut kebutuhan mereka dan tidak menjadikannya sebagai ganti ilmu syari'at. Dan jangan mengatakan bahwa "ini (mempelajari ilmu duniawi) tugas kami" adapun ilmu syari'at tugasnya para ulama; pernyataan ini bisa diterima jika mereka mengakui kemuliaan ilmu syari'at dan mereka merendahkan diri di bawah ilmu syari'at dan para ulama. Adapun fakta menunjukkan bahwa mereka ujub dan sombong dengan ilmu tersebut dan menghinakan ilmu syari'at. Padahal, Allah عز وجل mencela orang yang

menolak ilmu para Rasul seraya merasa cukup dan bangga dengan ilmu mereka yang batil. Jangankan profesor, doktor, guru besar عز وجل saja kata Allah عليه السلام senior; Nabi Musa tentang perbuatannya membunuh orang Qibti, "Aku melakukan perbuatan itu dalam keadaan aku jahil." Rasulullah صلى االله عليه وسلم berkata kepada Abu Dzar االله عنه,رضي tatkala mencela seseorang karena nasabnya, "Sesungguhnya kamu memiliki sifat jahiliah." Maka, pelajarilah dan amalkanlah ilmu syari'at supaya selamat dari istilah "awam". []