SENI BUDAYA BALI. Tradisi Omed Omedan Banjar Kaja Sesetan Bali. Oleh (Kelompok 3) :

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu. Hal ini didukung oleh penjelasan Ghazali (2011:63) bahwa dalam

PERSPEKTIF SOSIO-BUDAYA DAN RELIGIUS TERHADAP TRADISI MED-MEDAN DI BANJAR KAJA, DESA PAKRAMAN SESETAN, KOTA DENPASAR, BALI

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRACT...

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008

MED-MEDAN SEBUAH TRADISI UNTUK KEBERSAMAAN. I Made Sudharma

PERANG TOPAT 2015 KABUPATEN LOMBOK BARAT Taman Pura & Kemaliq Lingsar Kamis, 26 November 2015

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

TRADISI NYAKAN DI RURUNG DALAM PERAYAAN HARI RAYA NYEPI DI DESA PAKRAMAN BENGKEL KECAMATAN BUSUNGBIU KABUPATEN BULELENG (Kajian Teologi Hindu)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman

LAPORAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan strukturstruktur

BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

BAB I PENDAHULUAN. di Bali, perlu dimengerti sumbernya. Terdapat prinsip Tri Hita Karana dan Tri Rna

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Penelitian mengenai Tinjauan Filsafat Nilai Max Scheler terhadap Tarian

2. Kesimpulan Khusus Adapun kesimpulan secara khusus akan dijabarkan sebagai berikut:

TARI BARIS RASA CINA Oleh I Nyoman Payuyasa Dosen Prodi Film dan Televisi FSRD ISI DENPASAR

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR 3 TAHUN 1991 T E N T A N G PARIWISATA BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DESKRIPSI KARYA SARADPULAGEMBAL THE SYMBOL OF TRI LOKA

ARTIKEL KARYA SENI KAJIAN ESTETIS DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM TARI TELEK DI DESA JUMPAI KABUPATEN KLUNGKUNG

MELIHAT PEGAYAMAN, MERAYAKAN PERBEDAAN. Oleh I Nyoman Payuyasa. (Prodi Film dan Televisi FSRD ISI Denpasar) Abstrak

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan

I. PENDAHULUAN. kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan yang berbeda-beda,karena kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual. Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah

KEARIFAN EKOLOGI MASYARAKAT BAYUNG GEDE DALAM PELESTARIAN HUTAN SETRA ARI-ARI DI DESA BAYUNG GEDE, KECAMATAN KINTAMANI, KABUPATEN BANGLI

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Indonesia, Bali kaya akan berbagai

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Konstruksi identitas jender, Putu Wisudantari Parthami, 1 FPsi UI, Universitas Indonesia

PEMBERDAYAAN PENGUSAHA JASA WISATA DAN KULINER DI KAWASAN CANDI CETO

1) Nilai Religius. Nilai Nilai Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan. Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan

BERKURANGNYA PERAJIN PRETIMA DI BANJAR ANGGABAYA PENATIH, DENPASAR TIMUR, BALI. I Wayan Dirana

Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik. Padahal, kehidupan masyarakat di Desa Munggu tampak tergolong

BAB I PENDAHULUAN. Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

Sambutan Presiden RI pada Peresmian Pesta Kesenian Bali ke-35, Denpasar, 15 Juni 2013 Sabtu, 15 Juni 2013

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar dalam mendatangkan devisa bagi negara. Setidak-tidaknya dalam

BAB IV ANALISIS DATA. A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach

Kreativitas Busana Pengantin Agung Ningrat Buleleng Modifikasi

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian sebagai salah satu unsur dari perwujudan kebudayaan bangsa,

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tari Putri Asrini, 2013

PEMBAHASAN. A. Studi Masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara memiliki kebudayaan yang beragam. Kebudayaan juga

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang kaya dengan keanekaragaman etnik, banyak

1. PENDAHULUAN. Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara administratif Desa Restu Rahayu berada dalam wilayah Kecamatan

Lembar Pengesahan TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 28 DESEMBER 2016 NIP NIP

TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA LINGGA

I. PENDAHULUAN. suku bangsa yang secara bersama-sama mewujudkan diri sebagai

ANGKLUNG TIRTHANIN TAMBLINGAN DI DESA PAKRAMAN SELAT KECAMATAN SUKASADA KABUPATEN BULELENG

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS. persaudaraan antar keluarga/gandong sangat diprioritaskan. Bagaimana melalui meja

PROFIL DESA PAKRAMAN BULIAN. Oleh: I Wayan Rai, dkk Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman budaya tersebut mempunyai ciri khas yang berbeda-beda sesuai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan kesenian yang terjadi di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

SKRIPSI TARI REJANG MUANI DI PURA PUSEH DESA PAKRAMAN LUMBUAN KABUPATEN BANGLI

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

TARI KREASI NANGGOK DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. a. Kebudayaan sebagai proses pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (1984 : 1) menyatakan bahwa folklore adalah pengindonesiaan

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali di Kabupaten Badung 1

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan

I PENDAHULUAN. Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya

DAMPAK KEGIATAN PERTANIAN TERHADAP TINGKAT EUTROFIKASI DAN JENIS JENIS FITOPLANKTON DI DANAU BUYAN KABUPATEN BULELENG PROVINSI BALI

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. dari pulau Jawa, Bali, Sulawesi, Kalimantan dan daerah lainnya. Hal tersebut

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan penjelasan dan analisis bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa keberhasilan membangun kehidupan

BENTUK DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI GUYUBAN BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA PASIR AYAH KEBUMEN

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kehidupan manusia baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama rahmatan lil alamin.ajarannya diperuntukkan bagi umat

BAB 1 PENDAHULUAN. Bali memiliki daya tarik yang kuat dalam dunia pariwisata, baik dinikmati

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROWISATA BERBASIS SUBAK PADA KAWASAN CEKING KECAMATAN TEGALLALANG KABUPATEN GIANYAR SKRIPSI OLEH:

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Awig-awig pesamuan adat Abianbase, p.1

BAB I PENDAHULUAN. tengah berbagai perubahan, lebih jauh lagi mampu menjadikan dirinya secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tradisi merupakan salah satu alat untuk mempersatukan antar masyarakat, dan

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Indonesia merupakan negara di dunia ini yang memiliki ragam budaya

1. Koreografi Komunal

LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Transkripsi:

SENI BUDAYA BALI Tradisi Omed Omedan Banjar Kaja Sesetan Bali Oleh (Kelompok 3) : Dewa Made Tri Juniartha 201306011 Ni Wayan Eka Putri Suantari 201306012 I Gusti Nyoman Arya Sanjaya 201306013 Dicky Aditya Artha 201306014 I Made Reza Dwiantara 201306015 Ni Nyoman Sutrisni 201306016 I Kadek Natariawan 201306017 Desnata Nugraha Syaputra 201306018 Adytiawan Syahputra 201306019 Gede Dio Fredico 201306020 INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan pada dasarnya merupakan suatu buah karya atau hasil cipta rasa dan karsa suatu kelompok manusia. Secara umum kebudayaan dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu : kebudayaan yang bersifat fisik (tangible) dan yang bersifat non fisik (intangible). Kebudayaan yang bersifat fisik (tangible) artinya kebudayaan berwujud benda konkret yang dapat dipegang misalnya : pura, rumah, candi dan lain-lain. Sedangkan kebudayaan yang tidak bisa dipegang atau diraba dapat digolongkan pula ke dalam abstrak yang konkret, misalnya kearifan lokal yang berbentuk : tradisi, kepercayaan, kebiasaan-kebiasaan berprilaku dan lain sebagainya (Rai Gria, 2008 : 30). Pulau bali merupakan salah satu dari ribuan Pulau yang ada di Indonesia. Dengan luas wilayah 5.632,86 km 2 Bali, dan terdiri dari Sembilan kabupaten, Bali dapat digolongkan ke dalam pulau kecil. Namun, Bali merupakan salah satu daerah tujuan pariwisata yang paling diminati wisatawan, baik wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara. Hal ini dikarenakan keindahan alam, budaya dan tradisi masyarakat Bali yang unik dan memiliki ciri yang sangat khas. Karena kemenarikannya, Bali sering dijuluki dengan berbagai nama-nama tertentu. Misalnya The Last Paradise, Pulau Seribu Pura, Pulau Dewata, dan sebagainya. Salah satu tradisi yang menarik untuk dikaji yaitu tradisi Omed - Omedan dari Sesetan yang memiliki nilai sosial budaya dan religius bagi masyarakat Banjar Kaja, Kelurahan Sesetan, Denpasar, Bali. Tradisi ini secara turun temurun dilakukan oleh masyarakat karena erat kaitannya dengan kepercayaan. Oleh karena itu kami tertarik untuk mengangkat judul tentang tradisi Omed Omedan yang ada di Banjar Kaja, Kelurahan Sesetan, Denpasar yang merupakan rangkaian ritual Pelaksanaan Hari Raya Nyepi yang memiliki fungsi sakral dan melestarikan nilai Sosio- Budaya masyarakat yang dipertahankan secara turun temurun oleh masyarakat Banjar Kaja, Kelurahan Sesetan. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana cara melestarikan Tradisi Omed Omedan Banjar Kaja Sesetan Bali? 2. Bagaimana prosesi Tradisi Omed Omedan Banjar Kaja Sesetan Bali? 3. Bagaimana Aspek Sosio Budaya dan Religius yang tertuang dalam tradisi omed omedan yang ada? 1

1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui sejarah Tradisi Omed Omedan Banjar Kaja Sesetan Bali. 2. Untuk mengetahui prosesi Tradisi Omed Omedan Banjar Kaja Sesetan Bali. 3. Untuk mengetahui Aspek Sosio Budaya dan Religius yang didapat masyarakat di Banjar Kaja Sesetan Bali. 1.4 Manfaat 1. Agar masyarakat Bali dapat mengenal tentang sejarah Tradisi Omed Omedan Banjar Kaja Sesetan Bali. 2. Agar masyarakat Bali dapat menjaga dan melestarikan Tradisi Omed Omedan Banjar Kaja Sesetan Bali. 2

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Sejarah Dalam bahasa Indonesia, Omed Omedan berarti tarik menarik. Namun dalam bahasa Bali, sama halnya dengan Paid Paidan yang artinya juga tarik menarik. Tradisi Omed - Omedan adalah upacara adat yang diperingati warga Banjar Kaja, Desa Sesetan, Denpasar Selatan. Tradisi ini dimulai sejak abad ke-17, tepatnya pada tahun 1900-an yang berawal dari leluhurnya yang bernama Anak Agung Made Raka seorang Raja Puri Oka. Pada saat menjelang Hari Raya Nyepi, beliau menderita sakit keras. Sudah banyak tabib yang diundang untuk menyembuhkan sang Raja, tetapi tetap saja tidak dapat disembuhkan. Sang Rajapun akhirnya putus asa dan tidak mengijinkan masyarakatnya untuk menjenguk beliau. Ketika Hari Raya Nyepi tiba, masyarakat pun sedih dan kecewa karena tidak diperbolehkan untuk menjenguk dan melayani Sang Raja. Kemudian masyarakat menggelar acara hiburan untuk menghilangkan rasa sedih, dengan memainkan permainan saling tarik menarik yaitu Omed Omedan. Sang Raja yang sedang sakitpun marah besar, karena suara gaduh yang dibuat oleh masyarakatnya, kemudian beranjak dari tempat tidurnya dan berjalan terhuyung huyung ke depan Puri. Setelah Sang Raja tiba didepan Puri dan menyaksikan acara Omed Omedan tersebut, secara ajaib sakit yang diderita Sang Raja pun hilang seketika. Beliau pun mengurungkan niatnya untuk menghentikan acara tersebut, namun beliau kemudian bertitah agar acara Omed Omedan ini dilaksanakan setiap perayaan Hari Raya Nyepi. Sayangnya, pada saat itu masyarakat belum mengenal adanya Catur Bratha Penyepian. Maka dari itu pada tahun 1980-an, karena adanya pengaturan, penataan, dan pembinaan umat Hindu secara professional oleh Parisada Hindu Dharma, acara Omed Omedan pun dipindah keesokan harinya yaitu pada hari Ngembak Geni. Tidak semua masyarakat Bali, bahkan warga Desa Sesetan sendiri, menyetujui tradisi Omed-omedan. Dengan berbagai alasan, seperti adanya undang-undang pornografi, ketidaksesuaian dengan norma kesopanan, dan kontra lainnya. Tradisi ini pernah ditiadakan pada sekitar tahun 1984-an oleh keputusan para sesepuh Banjar. Namun tak lama berselang, ada kejadian aneh dan unik yang terjadi di pelataran Puri Oka yaitu perkelahian antara dua ekor babi yang asal-usulnya tidak diketahui kepemilikannya dan darimana. Anehnya, di tengah perkelahian, dua ekor babi tersebut menghilang seketika. Oleh warga sekitar, kejadian tersebut dianggap sebagai pertanda buruk. Maka Omed-omedan pun kembali dijalankan sebagai tradisi tiap tahunnya. 3

2.2 Prosesi Omed - Omedan Para teruna-teruni yang mengikuti tradisi adalah warga Banjar yang menginjak dewasa namun belum menikah, umumnya berusia 17-30 tahun. Sebelum acara dimulai sekitar pukul 14.00 wita, mereka berkumpul untuk bersembahyang bersama. Seusai kegiatan tersebut, semua peserta dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok laki laki menjadi satu barisan, dan kelompok perempuan berada pada barisan lain. Kedua kelompok tersebut mengambil posisi saling berhadapan di jalan utama desa. Setelah seorang sesepuh desa memberikan aba-aba, kedua kelompok saling mendekat. Peserta yang akan melakukan tradisi ini digendong sesuai urutannya, kemudian di pertemukan dengan pasangan lawan jenisnya. Setelah bertemu pada suatu titik kemudian mereka saling tarik menarik, berpelukan dan berciuman disaksikan ribuan penonton termasuk warga sekitar. Prosesi tersebut dilakukan bergantian dan bergiliran hingga semua peserta kebagian berciuman. Namun menurut cerita, untuk mencium pasangan tidaklah mudah, mengingat ramainya dan berjubel para penonton yang memadati area. Bagi mereka yang berhasil mencium pasangannya, dibolehkan berhenti setelah para tetua adat membunyikan peluit. Jika tidak berhasil, pasangan tersebut akan disiram air hingga basah kuyub. Awalnya siraman air ini hanya diberlakukan untuk pasangan yang gagal berciuman, namun karna antusias dengan kemeriahan tersebut, hampir tiap peserta diguyur setelah usai berciuman. Sehingga tradisi ini memang rentan dengan air dan basah-basahan. 2.3 Aspek Sosio Budaya dan Religius Aspek sosial yang didapat masyarakat Banjar Kaja, terhadap adanya tradisi Omed - Omedan ialah, terciptanya rasa kekeluargaan, mempererat hubungan antar masyarakat, dan memupuk rasa kesetiakawanan diantara masyarakat Banjar Kaja, sehingga dapat berperan positif dalam mengurangi ataupun menyelesaikan terjadinya konflik. Selain itu, jauh-jauh hari sebelum acara puncak Omed Omedan dimulai, muda-mudi Banjar Kaja mempersiapkan acara ini dengan membentuk sebuah organisasi atau kepanitiaan, sehingga dapat membangun jiwa organize dan jiwa entertainment. Aspek budaya yang didapat masyarakat Banjar Kaja, terhadap adanya tradisi Omed - Omedan ialah, masyarakat Banjar Kaja, secara tidak langsung ikut berperan penting dalam melestarikan dan mempertahankan tradisi Omed-omedan yang telah diwariskan secara turuntemurun. 4

Aspek religi yang didapat masyarakat Banjar Kaja, terhadap adanya tradisi Omed- Omedan ialah, adanya peningkatan spiritual masyarakat Banjar Kaja, yang tahun-tahun sebelumnya tidak diawali dengan persembahyangan, kini setelah dikemas sedemikian rupa, tradisi Omed - Omedan diawali dengan persembahyangan bersama antar peserta untuk memohon keselamatan dan kelancaran selama acara berlangsung, kemudian dibuka dengan tari-tarian sakral dan ditutup dengan persembahyangan untuk mengucapkan terimakasih kepada Sang Hyang Widhi Wasa karena acara Omed - Omedan telah diberikan kelancaran. 5

BAB III PENUTUP 3.1 Simpulan Simpulan dari kami yaitu dari adanya Tradisi Omed Omedan terdapat nilai nilai moral yang tersirat di antaranya adalah penghormatan terhadap leluhur, memupuk rasa kesetiakawanan dalam kerangka saling asah, asih dan asuh. Juga menjaga keharmonisan hubungan sesuai dengan norma yang berlaku, membangun solidaritas dan persatuan masyarakat. 3.2 Saran Saran kami kepada para pembaca yaitu agar senantiasa melestarikan dan terus mengadakan tradisi di daerah kita terutama Omed - Omedan. Karena, Tradisi ini sangat disenangi oleh para wisatawan baik lokal maupun mancanegara. 6

DAFTAR PUSTAKA Andrew aditya cahyadinata,i Putu. 2013. Perspektif Sosio-budaya dan Religius Terhadap Tradisi Omed - Omedan di Banjar Kaja, Desa Pakraman Sesetan, Kota Denpasar, Bali Skripsi( tidak diterbitkan). UNDIKSHA Denpasar. Suasthawa dharmayuda, I Made. 1995. Kebudayaan Bali Katalog Dalam Terbitan. Denpasar : Kayumas Agung. Garis garis Besar Haluan Negara (GBHN), 1993, Tap. MPR. No.II/MPR/1993, Penerbit aneka ilmu, Semarang. Jujun S, Suriasumantri, Pembangunan Sosial Budaya Secara Terpadu, dalam masalah sosial budaya tahun 2000 Sebuah Bunga Rampai, Tiara Wacana, Yogyakarta, 1986. Moeljarto T., Alternatif Perencanaan Sosial Budaya, dalam masalah sosial budaya tahun 2000 Sebuah Bunga Rampai, Tiara Wacana, Yogyakarta, 1986. http://www.balivillarupiah.com/info-bali-budaya/omedomedan.html http://ensiklopediaindonesia.com/seni-dan-budaya-indonesia/omed-omedan-tradisinyapemuda-bali/ http://www.indonesiakaya.com/kanal/detail/omed-omedan-ritual-unik-pengikat-keakrabanmasyarakat-sesetan 7