1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI TENTANG ALOKASI PITA FREKUENSI BWA UNTUK TEKNOLOGI WIMAX TESIS

BAB I PENDAHULUAN - 1 -

4.1 ALOKASI PITA FREKUENSI BWA UNTUK TEKNOLOGI WIMAX

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Alokasi frekuensi 2300 MHz di Indonesia [4]

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS INDONESIA

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V ANALISIS POTENSI PEMANFAATAN TEKNOLOGI BROADBAND WIRELESS ACCESS PADA PITA FREKUENSI 2,3 GHz DI DAERAH USO

BERITA NEGARA. No.1013, 2012 KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Penggunaan Pita Frekuensi Radio 2.3GHz. Layanan Wireless Broadband. Prosedur.

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG

Dalam memberikan masukan penataan frekuensi pada band 3,3-3,5 GHz dalam dokumen ini, dijiwai dengan pandangan-pandangan berikut :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

TEKNOLOGI WiMAX untuk Komunikasi Digital Nirkabel Bidang

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 01/PER/M.KOMINFO/1/2006 TENTANG

Teknologi Komunikasi. INFRASTRUKTUR KOMUNIKASI Broadband & Telecommunication USO. Yani Pratomo, S.S, M.Si. Advertising & Marketing Communication

BAB II TEORI PENDUKUNG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2014, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagamana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Komunikasi dan Inf

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Antena mikrostrip..., Slamet Purwo Santosa, FT UI., 2008.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS POTENSI PEMANFAATAN TEKNOLOGI BROADBAND WIRELESS ACCESS PADA FREKUENSI 2,3 GHz DI DAERAH USO TESIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Komunikasi dan Jaringan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II UNIVERSAL SERVICE OBLIGATION dan BROADBAND WIRELWSS ACCESS.

Pendahuluan. Gambar I.1 Standar-standar yang dipakai didunia untuk komunikasi wireless

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 07/PER/M.KOMINFO/2/2006 TENTANG

Pertemuan ke 5. Wireless Application Protocol

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan kebutuhan manusia untuk dapat berkomunikasi di segala tempat,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III PITA FREKUENSI BWA DI BEBERAPA NEGARA YANG TELAH MENGIMPLEMENTASIKAN TEKNOLOGI WIMAX

STANDARISASI FREKUENSI

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. mungkin untuk menciptakan segala sarana yang dapat digunakan untuk. Telekomunikasi di dalam era globalisasi sekarang ini, dimana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Komunikasi dan Jaringan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR: 02/PER/M.KOMINFO/1/2006 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

INDEKS PERATURAN MENTERI KOMINFO TAHUN No. Permen Tentang Ket

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB. III Sejarah Dan Perkembangan WIFI (Wireless Fidelity)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika tenta

DRAFT KEBIJAKAN PENATAAN SPEKTRUM FREKUENSI RADIO LAYANAN AKSES PITA LEBAR BERBASIS NIRKABEL (BROADBAND WIRELESS ACCESS/BWA)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEPUTUSAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 29 /KEP/M.KOMINFO/03/2006 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Konsep global information village [2]

ANALISIS IMPLEMENTASI WiMAX DALAM PERKEMBANGAN TELEKOMUNIKASI DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IEEE g Sarah Setya Andini, TE Teguh Budi Rahardjo TE Eko Nugraha TE Jurusan Teknik Elektro FT UGM, Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I. 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan permintaan pasar untuk dapat berkomunikasi dan bertukar data dengan

DAFTAR INFORMASI PUBLIK INFORMASI YANG WAJIB TERSEDIA SETIAP SAAT PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI RI TAHUN 2013

LOGO. NATIONAL BROADBAND ECONOMY Strategi: Teknologi, Regulasi dan Pendanaan

DAFTAR INFORMASI PUBLIK INFORMASI YANG WAJIB TERSEDIA SETIAP SAAT PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA TAHUN 2012 UNIT YANG MENGUASAI

Teknologi Komunikasi Data Jaringan Nirkabel. Adri Priadana - ilkomadri.com

MEDIA TRANSMISI. Budhi Irawan, S.Si, M.T

KEPERLUAN LAYANAN PITA LEBAR NIRKABEL (BWA) DENGAN METODE RIA (REGULATORY IMPACT ANALYSIS)

KONEKSI JARINGAN AD-HOC Oleh: Hanafi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

Wireless Network. Konsep Dasar Jaringan Nirkabel. Muhammad Riza Hilmi, ST.

2011, No c. bahwa untuk dapat mendorong persaingan industri telekomunikasi yang sehat, mengembangkan inovasi teknologi informasi dan membuka pel

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Analisa kelayakan..., Deris Riyansyah, FT UI, Universitas Indonesia

SEJARAH WIFI ENI NURKAYATI. Abstrak. Pendahuluan.

Multiple Access. Downlink. Handoff. Uplink. Mobile Station Distributed transceivers Cells Different Frequencies or Codes

MASUKAN PUSAT KEBIJAKAN INDUSTRI DAN REGULASI TELEKOMUNIKASI ITB ATAS RPM LELANG 2100 MHZ DAN 2300 MHZ

BAB I PENDAHULUAN. (browsing, downloading, video streaming dll) dan semakin pesatnya kebutuhan

1.2 Tujuan dan Manfaat Tujuan tugas akhir ini adalah: 1. Melakukan upgrading jaringan 2G/3G menuju jaringan Long Term Evolution (LTE) dengan terlebih

Perencanaan Kebutuhan Base Station Jaringan Fixed WiMAX Berdasarkan Demand Site

Layanan Broadband dapat dipenuhi dengan berbagai teknologi, seperti :

4.2. Memonitor Sinyal Receive CPE/SU Full Scanning BAB V. PENUTUP Kesimpulan Saran...

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh informasi baik dari manusia maupun dunia maya semakin

Teknologi Seluler. Pertemuan XIV

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perbandingan antara NGN dengan PSTN dan Internet [ 1] Analisa penerapan enum, Nurmaladewi, FT UI, Gunawan Wibisono

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

DAFTAR PM KOMINFO TERKAIT PERIZINAN DAN INVESTASI

Perancangan dan Implementasi Prosesor FFT 256 Titik-OFDM Baseband 1 Berbasis Pengkodean VHDL pada FPGA

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamakan hotspot. Batas hotspot ditentukan oleh frekuensi, kekuatan pancar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

2017, No Informatika Nomor 592 Tahun 2014 dan pita frekuensi radio 2.3 GHz pada rentang MHz, belum ditetapkan penggunanya; c. bahwa

Wireless LAN (WLAN) saat ini telah banyak diterapkan mulai dari business enterprises hingga lembaga

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan teknologi telekomunikasi nirkabel (wireless) sangat pesat sekali, khususnya teknologi informasi dan Internet. Teknologi seluler berkembang dari AMPS hingga 3G (teknologi generasi ke 3) yang berorientasi pada voice dan data dengan kecepatan rendah. Teknologi Wireless Fidelity (WiFi) merupakan jaringan Wireless Local Area Network (WLAN) yang menggunakan standar IEEE 802.11 [1]. Saat ini telah berkembang teknologi Worldwide Interoperability for Microwave Access (WIMAX) yang merupakan teknologi Broadband Wireless Access (BWA), untuk komunikasi broadband yang memiliki kecepatan akses tinggi dan jangkauan yang luas. WIMAX merupakan standar internasional Broadband Wireless Access (BWA) yang mengacu pada standar IEEE 802.16 [1]. Di Asia Pasifik, teknologi WIMAX dialokasikan pada pita frekuensi 2.3 GHz, 2.5 GHz, 3.3 GHz, 3.5 GHz, 5,8 GHz [2]. Namun di Indonesia, Peraturan tentang alokasi pita frekuensi BWA masih dalam bentuk Rancangan Peraturan Menteri (RPM). Sedangkan para operator dan vendor yang akan mengimplementasikan teknologi WIMAX membutuhkan kepastian hukum tersebut. Di dalam RPM Menteri Komunikasi dan Informatika tentang penataan pita frekuensi radio untuk keperluan layanan akses pita lebar berbasis nirkabel, terdapat beberapa pita frekuensi radio yang terkait dengan alokasi pita frekuensi WIMAX, yaitu [4] : 1. Pita frekuensi 2.3 GHz dengan rentang frekuensi 2300 2390 MHz terdiri atas 18 blok frekuensi dengan moda Time Division Duplexing (TDD) untuk seluruh zona wilayah layanan BWA dimana masing-masing blok memiliki lebar 5 MHz. Pada pita frekuensi ini, pengguna frekuensi eksisting yang bukan untuk keperluan layanan BWA masih dapat menggunakan frekuensi

radio dalam jangka waktu 2 (dua) tahun sejak ditetapkannya Permen ini dan tidak adanya kompensasi dalam bentuk apapun akibat penataan pita frekuensi radio untuk penyeleggaraan BWA. Hal ini membutuhkan pertimbangan kembali, mengingat masa laku Izin Stasiun Radio (ISR) yang dimiliki oleh operator tersebut ada yang belum berakhir dan besarnya biaya investasi yang telah dikeluarkan oleh operator tersebut untuk menyelenggarakan frekuensi radionya. Oleh karena itu dibutuhkan pertimbangan kembali apakah jangka waktu 2 (dua) tahun tersebut perlu ditetapkan ataukah menunggu masa laku ISR operator tersebut berakhir. Kemudian bagaimana dengan pemberian maksimum blok frekuensi kepada penyelenggara jaringan BWA. 2. Pita frekuensi radio 2.5 GHz dengan rentang frekuensi 2500 2520 MHz dan 2670 2690 MHz terdiri atas 6 blok frekuensi dengan moda TDD untuk seluruh zona wilayah layanan BWA dimana masing-masing blok memiliki lebar 5 MHz. Untuk rentang frekuensi 2515 2520 MHz dan 2670 2675 MHz dialokasikan untuk guard band, karena terdapat alokasi frekuensi Broadcasting Satellite di rentang frekuensi 2520 2670 MHz. Pada pita frekuensi ini, pengguna frekuensi eksisting untuk keperluan layanan BWA dapat menyelenggarakan layanan BWA pada zona wilayah layanan BWA sesuai dengan blok frekuensi yang telah ditetapkan di lokasi stasiun radio berdasarkan ISR-nya. Namun perlu dipertimbangkan, apakah jika masa laku ISR-nya telah berakhir, operator tersebut dapat diperpanjang kembali ISR-nya atau operator tersebut harus mengikuti prosedur dan ketentuan yang berlaku di dalam menyelenggarakan layanan BWA. Kemudian bagaimana dengan pemberian maksimum blok frekuensi kepada penyelenggara jaringan BWA. 3. Pita frekuensi radio 3.3 GHz dengan rentang frekuensi 3300 3400 MHz terdiri atas 20 blok frekuensi dengan moda Time Division Duplex (TDD) dimana masing-masing blok memiliki lebar 5 MHz untuk seluruh zona wilayah layanan BWA kecuali untuk zona 4 wilayah layanan BWA. Untuk zona 4 wilayah layanan BWA memiliki rentang frekuensi 3300 3400 MHz terdiri atas 8 blok frekuensi dengan moda TDD dimana masing-masing blok memiliki lebar 12 MHz. Di zona 4 ini direncanakan, untuk migrasi pengguna frekuensi eksisting untuk keperluan layanan BWA pada pita frekuensi 3400-

3700 MHz. Satu blok frekuensi memiliki lebar 12 MHz, hal ini perlu menjadi pertimbangan kembali, apakah operator tersebut selamanya tetap berada di zona 4 untuk menyelenggarakan layanan BWA dan apakah lebar frekuensi 12 MHz akan ditetapkan khusus untuk zona 4. 4. Pita frekuensi radio 5.8 GHz memiliki rentang frekuensi 5725 5825 MHz terdiri atas 19 kanal frekuensi dengan moda TDD untuk seluruh zona wilayah layanan BWA. Penggunaan kanal frekuensi maksimum sebesar 20 MHz dan penggunaan frekuensi dibatasi untuk komunikasi backhaul link dari titik ke titik (point to point). Hal ini membutuhkan pertimbangan, apakah penggunaan kanal frekuensi maksimum harus sebesar 20 MHz dan apakah terbatas untuk komunikasi backhaul poin to point. Di dalam Rancangan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika tentang penataan pita frekuensi radio untuk keperluan layanan akses pita lebar berbasis nirkabel, ditetapkan 17 zona wilayah layanan BWA, dimana pengelompokkan ini mengacu pada Fundamental Technical Plan (FTP) 2000 dan distribusi wilayah Universal Service Obligation (USO) [8]. Hal ini juga membutuhkan pertimbangan, apakah harus 17 zona wilayah layanan BWA. Pertimbangan, perbaikan dan usulan yang membangun di dalam melengkapi dan menyempurnakan Rancangan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika tentang penataan pita frekuensi radio untuk keperluan layanan akses pita lebar berbasis nirkabel (BWA) sangat penting agar dihasilkan rancangan yang berdaya guna. Di samping itu diharapkan penerapan teknologi WIMAX dapat diimplementasikan di Indonesia. 1.2 TUJUAN PENULISAN Tujuan penulisan tesis ini adalah : Mengusulkan dan memberi masukan kepada Pemerintah untuk penyempurnaan Rancangan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika tentang penataan pita frekuensi radio untuk keperluan layanan akses pita lebar berbasis nirkabel (Broadband Wireless Access), terkait dengan alokasi pita frekuensi radio untuk teknologi WIMAX, dengan memperhatikan rekomendasi ITU, Rekomendasi WIMAX Forum dan peraturan-peraturan yang berlaku di Indonesia. 1.3 PERMASALAHAN

Beberapa permasalahan dalam penelitian ini adalah 1. Bagaimana dengan pengguna frekuensi eksisting untuk keperluan layanan BWA yang berada di alokasi pita frekuensi BWA sehubungan dengan adanya Rancangan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika tentang penataan pita frekuensi radio untuk keperluan layanan akses pita lebar berbasis nirkabel (Broadband Wireless Access). 2. Bagaimana dengan pengguna frekuensi eksisting yang bukan untuk keperluan layanan BWA yang berada di alokasi pita frekuensi BWA sehubungan dengan adanya Rancangan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika tentang penataan pita frekuensi radio untuk keperluan layanan akses pita lebar berbasis nirkabel. 3. Bagaimana dengan lebar blok frekuensi dan penetapan zona 4 bagi pengguna frekuensi eksisting untuk keperluan layanan BWA di pita frekuensi 3.3 GHz yang merupakan hasil migrasi dari pita frekuensi 3.5 GHz. 4. Bagaimana dengan penggunaan kanal frekuensi maksimum sebesar 20 MHz dan penggunaan frekuensinya dibatasi untuk komunikasi backhaul link point to point pada pita frekuensi 5.8 GHz. 5. Pemberlakuan jumlah blok frekuensi yang akan diberikan kepada para operator BWA. 6. Pembagian zona wilayah layanan BWA. 1.4 BATASAN MASALAH Permasalahan dalam tesis ini dibatasi pada analisa teknis terhadap Rancangan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika tentang penataan pita frekuensi radio untuk keperluan layanan akses pita lebar berbasis nirkabel (Broadband Wireless Access), terkait dengan alokasi pita frekuensi radio untuk teknologi WIMAX di Indonesia. 1.5 METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian yang akan dilakukan adalah : 1. Melakukan studi literatur dan internet browsing. 2. Survey ke operator BWA yang terkait dengan realokasi pita frekuensinya. 3. Wawancara dan diskusi dengan pihak yang terkait dalam Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika tentang penataan pita frekuensi radio untuk

keperluan layanan akses pita lebar berbasis nirkabel (Broadband Wireless Access), terutama di pita frekuensi 2.3 GHz, 2.5 GHz, 3.3 GHz dan 5.8 GHz. Munculnya teknologi WIMAX sebagai teknologi BWA yang telah open standard, membuat para operator telekomunikasi dan vendor di Indonesia berencana untuk membangun jaringan BWA dan memproduksi perangkat radionya. Oleh karenanya Pemerintah melalui Rancangan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika tentang penataan pita frekuensi radio untuk keperluan layanan akses pita lebar berbasis nirkabel berusaha menata kembali alokasi pita frekuensi BWA agar implementasi teknologi BWA dapat dilaksanakan. Mekanisme penelitian yang akan dilakukan adalah : 1. Menganalisa Rancangan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika tentang penataan pita frekuensi radio untuk keperluan layanan akses pita lebar berbasis nirkabel (Broadband Wireless Access). Analisa terbatas pada pita frekuensi 2.3 GHz, 2.5 GHz, 3.3 GHz dan 5.8 GHz. Analisa teknis yang akan dilakukan akan mencakup analisa terhadap pengguna frekuensi aksisting BWA dan pengguna frekuensi eksisting non BWA, zona wilayah layanan BWA, lebar blok frekuensi, jangka waktu pembangunan jaringan BWA, dan lain sebagainya. 2. Membandingkan alokasi pita frekuensi BWA dengan negara lainnya yang, terkait dengan implementasi WIMAX. 3. Melakukan wawancara dan survey ke operator BWA yang terkait dengan realokasi pita frekuensinya. Gambar 1.5 menunjukkan alur metodologi penelitian. ALUR METODOLOGI PENELITIAN TEKNOLOGI WIMAX

Rancangan PERMEN KOMINFO tentang penataan pita frekuensi radio utk keperluan layanan akses pita lebar berbasis nirkabel (BWA) Analisa pita frekuensi BWA yg terkait dengan pita frekuensi WIMAX di Indonesia Alokasi pita frekuensi BWA di Negara lain Analisa pita frekuensi 2.3 GHz, 2.5 GHz, 3.3 GHz, 5.8 GHz Hasil survey ke operator BWA yang terkena realokasi PERMEN KOMINFO NO : Implementasi TEKNOLOGI WIMAX Gambar 1.5 Alur metodologi penelitian 1.6 SISTEMATIKA PENULISAN Sistematika penulisan tesis ini adalah : BAB I Pendahuluan Pada bab ini dibahas mengenai latar belakang masalah, tujuan masalah, pokok permasalahan, batasan masalah, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II Teknologi WIMAX Pada bab ini dibahas mengenai teknologi WIMAX dan infrastrukturnya. BAB III Pita Frekuensi BWA di Beberapa Negara yang telah Mengimplementasikan Teknologi WIMAX Pada bab ini dibahas pita frekuensi BWA di beberapa negara yang telah mengimplementasikan teknologi WIMAX. BAB IV Analisa terhadap Rancangan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika tentang Penataan Pita Frekuensi Radio untuk Keperluan Layanan Akses Pita Lebar Berbasis Nirkabel (Broadband Wireless Access) Pada bab ini dibahas analisa terhadap Rancangan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika tentang penataan pita frekuensi radio untuk keperluan layanan akses pita lebar berbasis nirkabel (Broadband Wireless Access) dimana terkait dengan alokasi pita frekuensi radio WIMAX. BAB V Kesimpulan Pada bab ini berisi kesimpulan dari pokok-pokok pembahasan sebelumnya. BAB II TEKNOLOGI WIMAX 2.1 LAYANAN BWA BWA adalah teknologi wireless yang mampu memberikan layanan data kecepatan tinggi dengan bandwidth yang terbatas. Standar BWA yang saat ini umum diterima dan secara luas digunakan adalah standar yang dikeluarkan oleh Institute of Electrical and Electronics Engineering (IEEE), seperti standar 802.15