BAB I PENDAHULUAN. berat sebesar 4,6 permil, artinya ada empat sampai lima penduduk dari 1000

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu

BAB 1 PENDAHULUAN. sendiri. Kehidupan yang sulit dan komplek mengakibatkan bertambahnya

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengendalian diri serta terbebas dari stress yang serius. Kesehatan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya adalah masalah tentang kesehatan jiwa yang sering luput dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya bebas dari penyakit atau. mengendalikan stres yang terjadi sehari-hari.

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. yang sering juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan manic depresif

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI-SENSORI TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dengan calon istrinya yang bernama Wida secara

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

BAB I PENDAHULUAN. perpecahan antara pemikiran, emosi dan perilaku. Stuart, (2013) mengatakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. deskriminasi meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa (Suliswati, 2005).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMANDIRIAN PELAKSANAAN AKTIVITAS HARIAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

BAB I PENDAHULUAN. yaitu gangguan jiwa (Neurosa) dan sakit jiwa (Psikosa) (Yosep, hubungan interpersonal serta gangguan fungsi dan peran sosial.

BAB I PENDAHULUAN. terpisah. Rentang sehat-sakit berasal dari sudut pandang medis. Rentang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Jiwa menurut Rancangan Undang-Undang Kesehatan Jiwa tahun

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

HUBUNGAN PELAKSANAAN INTERVENSI KEPERAWATAN DENGAN PENGENDALIAN DIRI PASIEN HALUSINASI DI RUMAH SAKIT JIWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP FREKUENSI HALUSINASI PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering

BAB I PENDAHULUAN. mendasar bagi manusia. World Health Organization (WHO) sejaterah seseorang secara fisik, mental maupun sosial.

BAB 1 PENDAHULUAN. kelompok atau masyarakat yang dapat dipengaruhi oleh terpenuhinya kebutuhan dasar

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa Menurut World Health Organization adalah berbagai

BAB I PENDAHULUAN. perhatian dari keluarga. Townsend (2014), mengatakan skizofrenia yaitu terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa ditemukan disemua lapisan masyarakat, dari mulai

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu kondisi sehat emosional, psikologis, dan sosial yang terlihat dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lain, kesulitan karena persepsinya terhadap dirinya sendiri (Djamaludin,

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. ketidaktahuan keluarga maupun masyarakat terhadap jenis gangguan jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi,

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif

BAB I PENDAHULUAN. perilaku, dan sosialisasi dengan orang sekitar (World Health Organization,

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang. menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang

BAB I PENDAHULUAN. dan kestabilan emosional. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan. pekerjaan, & lingkungan masyarakat (Videbeck, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. yang menyeluruh dalam menjalankan fungsi-fungsinya, karena keluarga

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organitation (WHO), prevalensi masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelayanan kesehatan salah satu bagian terpenting dalam

BAB I PENDAHULUAN. muncul dalam masyarakat, diantaranya disebabkan oleh faktor politik, sosial

BAB I PENDAHULUAN. kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana individu tidak mampu

Volume VI Nomor 4, November 2016 ISSN: PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. (Stuart, 2007).

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG.

BAB II TINJAUAN TEORI. pengecapan maupun perabaan (Yosep, 2011). Menurut Stuart (2007)

BAB I PENDAHULUAN. meliputi keadaan fisik, mental, dan sosial, dan bukan saja keadaan yang bebas dari

BAB 1 PENDAHULUAN. melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pengamatan terhadap suatu objek tertentu (Wahid, dkk, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. genetik, faktor organo-biologis, faktor psikologis serta faktor sosio-kultural.

BAB II KONSEP DASAR. serta mengevaluasinya secara akurat (Nasution, 2003). dasarnya mungkin organic, fungsional, psikotik ataupun histerik.

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat, serta mampu menangani tantangan hidup. Secara medis, kesehatan jiwa

PENGARUH TINDAKAN GENERALIS HALUSINASI TERHADAP FREKUENSI HALUSINASI PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RS JIWA GRHASIA PEMDA DIY NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Koping individu tidak efektif

BAB I PENDAHULUAN yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut undang undang Kesehatan Jiwa Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Halusinasi merupakan salah satu gejala yag sering ditemukan pada klien

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

B A B 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial, hal ini dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. eksternal, dibuktikan melalui pikiran, perasaan dan perilaku yang tidak sesuai

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain apa adanya dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. serta perhatian dari seluruh masyarakat. Beban penyakit atau burden of disease

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang. Gangguan jiwa adalah sebuah penyakit dengan. manifestasi dan atau ketidakmampuan psikologis atau perilaku yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berfikir (cognitive),

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Orang dianggap sehat jika mereka mampu memainkan peran dalam masyarakat dan perilaku pantas dan adaptif.organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefeniskan kesehatan sebagai sehat fisik, mental dan sosial bukan sematamata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Videbeck, 2008, hlm 3).Menurut Jhonson (1997, dalam Videbeck, 2008, hlm 3) gangguan jiwa merupakan suatu kondisi sehat emosional, psikologis dan sosial yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping yang efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional. Di Indonesia berdasarkan (Rikesda tahun 2007) bahwa prevelansi gangguan jiwa berat sebesar 4,6 permil, artinya ada empat sampai lima penduduk dari 1000 penduduk Indonesia menderita gangguan jiwa berat. Angka gangguan jiwa di Indonesia telah mencapai 10% dari populasi penduduknya.menururut WHO (2001) jika 10% dari populasi penduduk mengalami masalah kesehatan jiwa maka harus mendapat perhatian karena sudah termasuk kategori rawan kesehatan jiwa yang perlu disikapi secara serius oleh semua pihak. Direktorat kesehatan jiwa mengemukakan masalah gangguan jiwa dengan pasien gangguan jiwa terbesar (70%) adalah skizofrenia (Depkes, 2003). Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa berat yang ditandai dengan penurunan atau ketidakmampuan berkomunikasi, gangguan realitas, afek tidak wajar atau

tumpul, gangguan kognitif serta mengalami kesukaran melakukan aktivitas sehari-hari (keliat, 2011, hlm 9). Skizofrenia ini menunjukan gejala negatif atau samar sepertia afek datar, tidak memiliki kemauan, rasa tidak nyaman dan menarik diri dari masyarakat. Gejala positif atau gejala nyata yang mencakup waham, halusinasi, disorganisasi pikiran, bicara kacau dan parilaku yang tidak teratur (Videbeck, 2008, hlm 348). Dari gajala positif tersebut halusinasi merupakan salah satu masalah yang sangat sering ditemui dimasyarakat. Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Salah persepsi pada halusinasi terjadi tanpa adanya stimulus eksternal yang terjadi.stimulus internal dipersepsikan sebagai sesuatu yang nyata ada oleh klien.banyak macam jenis halusinasi yang ditemui yaitu halusinasi pendengaran, halusinasi penglihatan, halusinasi penghidu, halusinasi pengecap serta halusinasi peraba (Ibrahim, 2011, hlm 84). (Stuart & Laraia (2005) menyatakan bahwa pasien dengan diagnosis medis skizofrenia sebanyak 20% mengalamai halusinasi pendengaran dan penglihatan secara bersamaan, 70% mengalami halusinasi pendengaran, 20% mengalami halusinasi penglihatan, dan 10% mengalami halusinasi lainnya. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa jenis halusinasi yang paling banyak diderita oleh pasien dengan skizofrenia adalah pendengaran. Dampak yang dapat ditimbulkan oleh pasien yang mengalami halusinasi adalah kehilangan kontrol dirinya.dimana pasien mengalami panik dan perilakunya dikendalikan oleh halusinasinya. Dalam situasi ini pasien dapat melakukan bunuh

diri (suicide), membunuh orang lain (homicide) bahkan merusak lingkungan (Hawari, 2001, dalam Susana, 2011, hlm 11). Kondisi untuk menimalisi komplikasi atau dampak dari halusinasi membutuhkan peran perawat yang optimal dan cermat untuk melakukan pendekatan dan membantu klien untuk memecahkan masalah yang dihadapinya dengan memberikan penatalaksaan untuk mengatasi Halusinasi. Penatalaksaan yang diberikan antara lain meliputi farmakoligis dan nonfarmakologis. Penatalaksaan farmakologis antara lain dengan memberikan obat-obatan antipsikotik. Adapun penatalaksanaan nonfarmakologis dari halusinasi dapat meliputi pemberian terapi-terapi antara lain terapi modalitas. Terapi Modalitas adalah terapi dalam keperawatan jiwa, dimana perawat mendasarkan potensi yang dimiliki pasien sebagai titik tolak terapi atau penyembuhan. Ada terapi yang dapat dilakukan oleh perawat yaitu terapi modalitas, dimana terapi modalitas ini terbagi menjadi terapi individual, terapi lingkungan (milliu therapi), terapi biologis atau terapi somatik, terapi kognitif, terapi keluarga, terapi prilaku, terapi bermain (Johnson, 1988, dalam Susana, 2011, hlm 3). Halusinasi merupakan salah satu masalah keperawatan sebagai interpretasi dari penyakit kronis. Adanya salah satu anggota keluarga yang sakit kronis tentu saja akan menyebabkan ketegangan dan keputusasaan dalam kelurga yang berlangsung tidak hanya sementara (Friedman, 2010, hlm 311). Klien dengan penyakit kronis merasa membutuhkan dukungan dari kelurganya (Rubin & Peyrot, 2002).

Dukungan keluarga menurut (Nursalam, 2007, hlm 30) merupakan bantuan yang di terima salah satu anggota keluarga dari anggota keluarga lainnya dalam rangka menjalankan fungsi-fungsi yang terdapat dalam sebuah keluarga. Dukungan bisa rasa berupa kasih sayang, cara merawatnya, menanggung biaya perawatan dan menghargai klien. Dukungan kelurga tentunya tidak lepas dari respon terhadap penyakit yang dideritanya oleh orang yang mereka cintai. Tingkat keberhasilan klien yang rendah dalam menghadapi sakitnya menyebabkan setiap anggota kelurga akan dihadapkan kepada kemampuan dan konsekuensi dalam merespon semua stressor yang terjadi karena keluarga merupakan salah satu sumber system pendukung klien (Nursalam, 2007, hlm 29). Beberapa penelitian mengenai dukungan kelurga telah dilakukan.penelitian Deni (2008) di RS Amino Gondohutomo Semarang dengan 35 responden menyatakan adanya hubungan antara dukungan keluarga pada pencegahan kekambuhan pada klien skizofrenia.penelitian Ambari (2010) di RS Marzoeki Mahdi Bogor dengan 37 responden menyatakan adanya hubungan antara dukungan keluarga dengan keberfungsian sosial pada klien skizofrenia.dari hasil penelitian tersebut dapat dijelaskan bahwa dukungan keluarga sangat berperan besar untuk klien dengan masalah gangguan jiwa tentunya termasuk klien dengan halusinasi, karena halusinasi merupakan salah satu gejala positif pada penderita skizofrenia.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, jumlah penderita gangguan jiwa juga meningkat di Yayasan Dharma Medika Prima, Yayasan Dharma Medika Prima ini merupakan salah satu yayasan rehabilitas jiwa yang ada di Jakarta.Berdasarkan data pada tahun 2013 jumlah pasien yang masuk rawat inap selama 6 bulan terakhir (April 2013 September 2013) yaitu 162 pasien.laporan konsultasi keperawatan Yayasan Dharma Medika Prima menyebutkan bahwa masalah keperawatan terbanyak adalah halusinasi sebanyak 112 pasien dengan persentase 69%. Studi pendahuluan yang dilakukan pada nopember 2013 terhadap 10 keluarga/pasien dengan masalah keperawatan halusinasi, didapatkan data frekuensi kunjungan keluarga selama dua bulan terakhir dari empat keluarga didapatkan rata-rata kunjungan yaitu 4-5 kali dan dari empat keluarga yang melakukan kunjungan keluarga mengatakan halusinasi merupakan suatu penyakit yang membuat seseorang berbicara sendiri, tertawa sendiri dan kadang-kadang membuat klien marah-marah pada dirinya sendiri dan orang lain, sedangkan enam keluarga lainnya tidak pernah sama sekali melakukan kunjungan. Keterlibatan sistem pendukung pasien (keluarga, teman) sangat dapat membantu dalam proses pengobatan. Bagaimana hubungan antara dukungan keluarga dengan kemampuan klien mengontrol halusinasi, dirasakan sangat penting untuk melakukan penelitian ini. Selama ini belum ada penelitian sejenis terutama dalam hal dukungan keluarga dengan kemampuan klien mengontrol halusinasi di Yayasan Dharma Medika Prima Jakarta.Berdasarkan penjelasan tersebut dan fenomena dilapangan, maka

peneliti tertarik untuk meneliti tentang hubungan antara dukungan keluarga dengan kemampuan klien mengontrol halusinasi di Yayasan Dharma Medhika Prima. B. RUMUSAN MASALAH Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempresepsipkan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.suatu penerapan panca indera tanpa ada rangsangan dari luar (Stuart, 2009). Tingkat keberhasilan klien yang rendah dalam mengontrol halusinasi menyebabkan setiap anggota kelurga akan dihadapkan kepada kemampuan dan konsekuensi dalam merespon semua stressor yang terjadi (stuart & Laraia, 2005). Sebuah studi melaporkan bahwa 77% klien dengan penyakit kronis merasa membutuhkan dukungan dari kelurganya (Rubin & Peyrot, 2002). Dari hasil penelitian Deni (2008) & Penelitian Ambari (2010) tersebut dapat dijelaskan bahwa dukungan keluarga sangat berperan besar untuk klien dengan masalah gangguan jiwa tentunya termasuk klien dengan halusinasi. Dari hasil wawancara langsung didapatkan keterangan bahwa dukungan keluarga yang utama yaitu melakukan perawatan diri klien dengan ikhlas, mengawasi klien minum obat, mengajak klien berbincang-bincang dan beraktifitas serta memberikan perhatian, merasa menyayanginya dan tetap dlam kondisi apapun mengganggp klien adalah orang yang harus ditolong dan dirawat.

C. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Umum Tujuan peneliti melakukan penelitian ini untuk menganalisa hubungan antara dukungan keluarga dengan kemampuan klien mengontrol halusinasi di Yayasan Dharma Medika Prima Jakarta. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi dukungan keluarga pada klien halusinasi di Yayasan Dharma Medika Prima Jakarta. b. Mengidentifikasi kemampuan klien mengontrol halusinasi di Yayasan Dharma Medika Prima Jakarta. c. Menganalisa hubungan antara dukungan keluarga dengan kemampuan klien mengontrol halusinasi di Yayasan Dharma Medika Prima Jakarta. D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat bagi Layanan Penelitian diharapkan dapat dipergunakan sebagai informasi bagi tenaga kesehatan untuk memberikan pelayanan kepada pasien halusinasi. 2. Manfaat bagi masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pentingnya dukungan keluarga dengan kemampuan klien mengontrol halusinasi. 3. Manfaat bagi pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan data dasar untuk pengembangan ilmu keperawatan jiwa terkait dengan dukungan keluarga dalam merawat pasien halusinasi.

4. Manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan Menambah pengetahuan tentang petingnya akan peran keluarga dalam proses pengobatan dan perawatan serta pemahaman tentang hubungan antara dukungan keluarga dengan kemampuan klien mengontrol halusinasi.