PERUBAHAN BENTUK LAMBUNG KAPAL TERHADAP KINERJA MOTOR INDUK. Thomas Mairuhu * Abstract

dokumen-dokumen yang mirip
Analisa Perhitungan Fixed Pitch Propeller (FPP) Tipe B4-55 Di PT. Dok & Perkapalan Kodja Bahari (Persero)

BAB III METODE PELAKSANAAN

PENGARUH PERGANTIAN MOTOR INDUK DI KAPAL TERHADAP EFISIENSI SISTEM PROPULSI. Thomas Mairuhu *) Abstract

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. displacement dari kapal tersebut. Adapun hasil perhitungan adalah : 2. Coefisien Blok (Cb) = 0,688

Investigasi Efisiensi Propeler Kapal Ikan Tradisional

PERHITUNGAN DAYA MOTOR PENGGERAK UTAMA a. EHP (dinas) = RT (dinas) x Vs = 178,97 Kn x 6,172 m/s = Kw = Hp

BAB IV PERHITUNGAN & ANALISA

Analisa Rekondisi Main Engine dan System Propulsi Kapal Kumawa Jade 20.7 Meter Catamaran

TUGAS AKHIR (LS 1336)

MODIFIKASI BENTUK BURITAN KAPAL DAN SISTEM PROPULSI KT ANGGADA XVI AKIBAT RENCANA REPOWERING. A.K.Kirom Ramdani ABSTRAK

ANALISA TEKNIS PENGGANTIAN MESIN INDUK KAPAL PATROLI KP. PARIKESIT 513

DESAIN KAPAL TANKER 3500 DWT

RANCANG BANGUN AIRBOAT SEBAGAI ALAT ANGKUT PENANGGULANGAN BENCANA TAHAP II

USULAN BIDANG MARINE MANUFACTURE AND DESIGN (MMD) Oleh: Hanifuddien Yusuf NRP

ANALISA PERUBAHAN SISTEM PROPULSI DARI SCHOTTLE MENJADI TWIN SCREW PADA KAPAL PENUMPANG KMP NIAGA FERRY II

ANALISA PENERAPAN BULBOUS BOW PADA KAPAL KATAMARAN UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PEMAKAIAN BAHAN BAKAR

Optimasi Kinerja Propulsi pada Kapal Ikan Studi Kasus : Kapal Ikan di Perairan Brondong, Lamongan

Analisa Penerapan Bulbous Bow pada Kapal Katamaran untuk Meningkatkan Efisiensi Pemakaian Bahan Bakar

Analisa Pengaruh Trim terhadap Konsumsi Bahan Bakar

Bentuk baku konstruksi kapal rawai tuna (tuna long liner) GT SNI Standar Nasional Indonesia. Badan Standardisasi Nasional

RANCANGAN PROPELLER OPTIMUM KAPAL IKAN TRADISIONAL

Perancangan Propeler Self-Propelled Barge

PENGARUH BENTUK LAMBUNG KAPAL TERHADAP TAHANAN KAPAL

PERENCANAAN WATER JET SEBAGAI ALTERNATIF PROPULSI PADA KAPAL CEPAT TORPEDO 40 M UNTUK MENINGKATKAN KECEPATAN SAMPAI 40 KNOT

ANALISA PENGARUH PEMASANGAN CADIK PADA KAPAL NELAYAN 3 GT DITINJAU DARI POWER ENGINE

PEMANFAATAN TEKNOLOGI DIMPLE PADA LAMBUNG KAPAL UNTUK MENGURANGI TAHANAN KAPAL

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS ( LINES PLAIN )

INVESTIGASI GEOMETRI DAN PERFORMA HIDRODINAMIS PROPELER PRODUKSI UKM PADA KONDISI OPEN WATER

Bentuk baku konstruksi kapal pukat cincin (purse seiner) GT

BAB II LANDASAN TEORI

HAMBATAN, PROPULSI & MOTOR INDUK KAPAL

Istilah istilah yang ada di teori bangunan kapal Istilah istilah yang ada pada konstruksi bangunan kapal Jenis-jenis kapal

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN)

PERBANDINGAN HASIL RANCANGAN BALING-BALING PADA METODE CROUCH DAN METODE BP-δ UNTUK KAPAL IKAN 30 GT

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN)

ANALISA PERUBAHAN BENTUK KAPAL TERHADAP KECEPATAN TRANSPORTASI KAPAL LAUT AKIBAT PERUBAHAN UKURAN POKOK. Hedy Cynthia Ririmasse *) Abstract

Pengaruh Bulbous bow Terhadap Pengurangan Tahanan Kapal Kayu Tradisional

II. TINJAUAN PUSTAKA Kapal Perikanan. Kapaf ikan adalah salah satu jenis dari kapal, dengan demikian sifat dan

PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN)

ALBACORE ISSN Volume I, No 3, Oktober 2017 Diterima: 11 September 2017 Hal Disetujui: 19 September 2017

Bentuk dari badan kapal umumnya ditentukan oleh: Ukuran utama Koefisien bentuk Perbandingan ukuran kapal. A.A. B. Dinariyana

TEKNOLOGI JurnalIlmu - IlmuTeknikdanSains Volume 10 No.1 April 2013

ANALISA TAHANAN KAPAL PATROLI X MENGGUNAKAN METODE KOMPUTERISASI

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN)

ANALISA ENGINE PROPELLER MATCHING PADA KAPAL PERINTIS BARU TYPE 200 DWT UNTUK MEDAPATKAN SISTEM PROPULSI YANG OPTIMAL

STUDI PERANCANGAN SISTEM PROPULSI WATERJET PADA KAPAL PENUMPANG 200 PAX TIPE WAVE PIERCHING CATAMARAN

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS ( LINES PLAIN )

TUGAS AKHIR MV EL-JALLUDDIN RUMMY GC 3250 BRT BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN)

ANALISA DESIGN EFFISIENSI SELF PROPELLED PRAESTI NDARU DAYU P M

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Penangkap Ikan

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS

OPTIMALISASI DESIGN TRIPLE SCREW PROPELLER UNTUK KAPAL PATROLI CEPAT 40M DENGAN PENDEKATAN CFD

Penilaian Hambatan Total Kapal Transportasi Antar Pulau Tipe Longboat

Dhani Priatmoko REDUCTION GEAR AND PROPULSION SYSTEM VIBRATION ANALYSIS ON MV.KUMALA

Perencanaan Water Jet Sebagai Alternatif Propulsi Pada Kapal Cepat Torpedo 40 M Untuk Meningkatkan Kecepatan Sampai 40 Knot

Studi Kasus : Penerapan Energy Saving Device dalam Rangka Menaikkan Efisiensi Thrust pada Kapal Tanker Pertamina Ltdw

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kapal Perikanan

Dosen Pembimbing : Ir. H. Agoes Santoso, M.Sc

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro

OPTIMISASI BENTUK BULBOUS BOW DENGAN MENGGUNAKAN KONEKSI (LINK) ANTARA MAXSURF DAN MICROSOFT EXCEL (STUDI KASUS : KAPAL TANKER 6500 DWT)

ANALISA TEKNIS KM PUTRA BIMANTARA III MENURUT PERATURAN KONSTRUKSI KAPAL KAYU BKI

HUBUNGAN ANTARA BENTUK KASKO MODEL KAPAL IKAN DENGAN TAHANAN GERAK Relationship Between Hull Form of Fishing Vessel Model and its Resistance

ABSTRACT. KEY WORDS : Landing Ship Tank, Propulsion system, Knot

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan

KONSEP DASAR PERKAPALAN RENCANA GARIS C.20.02

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN)

BAB I PENDAHULUAN. atau mendorong kapal di pelabuhan, laut lepas atau melalui sungai atau terusan.


ANALISA PENGARUH VARIASI SUDUT RAKE PROPELLER B-SERIES TERHADAP DISTRIBUSI ALIRAN FLUIDA DENGAN METODE CFD

Eko Sasmito Hadi*, Untung Budiarto*, Nasiin S Huda* * Program Studi Teknik Perkapalan Fakultas Teknik UNDIP

PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

PENGARUH UKURAN UTAMA KAPAL TERHADAP DISPLACEMENT KAPAL. Budi Utomo *)

KAJIAN TEKNIS DAN EKONOMIS PENGGUNAAN DUAL FUEL SYSTEM (LPG-SOLAR) PADA MESIN DIESEL KAPAL NELAYAN TRADISIONAL

Kajian Unjuk Kerja Mesin Induk Kapal Cepat Pasca Re-Powering

BAB II LANDASAN TEORI. digunakan pula untuk menarik tongkang, kapal rusak dan peralatan lainnya dan

STUDI MOTOR PENGGERAK KEMUDI KMP. SULTAN MURHUM SETELAH MENGALAMI PERUBAHAN DIMENSI DAUN KEMUDI

ANALISA PERANCANGAN STERN DRIVE PADA BOAT FISHING SPORT 12 METER

dimana H = 9,8 m ; T = 7,11 m

KAJIAN TEKNIS KINERJA SISTEM PENGGERAK KAPAL DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BIODIESEL PADA KAPAL KM. LABOAR

PERANCANGAN SISTEM PERMESINAN PADA TRAILING SUCTION DREDGER (TSD) SEBAGAI SARANA PENGERUKAN PADA PERAIRAN PELABUHAN

ANALISA PENERAPAN BULBOUS BOW PADA KAPAL KATAMARAN UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PEMAKAIAN BAHAN BAKAR O LEH :

ENGINE MATCHING PROPELLER PADA KAPAL MT. NUSANTARA SHIPPING LINE IV AKIBAT PERGANTIAN SISTIM PROPULSI. Untung Budiarto, M Abdurrohman Raup, ABSTRACT

Studi Eksperimental Tahanan dan Momen Melintang Kapal Trimaran Terhadap Variasi Posisi Dan Lebar Sidehull

Rencana garis (lines plan) merupakan salah

Perancangan Kapal Kontainer 8500 DWT Pada Software Maxsurf Enterprise V8i

PERANCANGAN PROGRAM PEMILIHAN PROPELLER JENIS WAGENINGEN B SERIES BERBASIS EFISIENSI

Pengaruh Pemasangan Vivace Terhadap Intact Stability Kapal Swath sebagai Fleksibel Struktur Hydropower Plan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Print) G-47

Oleh : Febrina Ikaningrum

BAB V PENUTUP. dapat mengambil beberapa kesimpulan antara lain: 1. Kondisi rute pelayaran perintis di Kepulauan Riau merupakan salah satu

PRESENTASI. Engine Propeller Matching B Series Propeller FPP. Oleh : Ede Mehta Wardana Nurhadi Raedy Anwar Subiantoro

KINERJA KAPAL KM. MANTIS UNTUK PUKAT UDANG GANDA KEMBAR

Kajian penggunaan daya mesin penggerak KM Coelacanth di Kota Bitung, Provinsi Sulawesi Utara

BAB I PENDAHULUAN. PENDAHULUAN MT SAFINA SYUMADHANI Tanker 3600 BRT I - 1 PROGRAM STUDI D III TEKNIK PERKAPALAN PROGRAM DIPLOMA FAKULTAS TEKNIK

Optimasi Skenario Bunkering dan Kecepatan Kapal pada Pelayaran Tramper

Kajian Teknis Sistem Propulsi Untuk Kapal Perang Missile Boat Dengan Kecepatan 70 Knots

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) G-139

KAJIAN TEKNIS DISAIN BADAN KAPAL UNTUK PERAIRAN DANGKAL DI KAWASAN LAHAN GAMBUT

MODIFIKASI BENTUK BURITAN PADA SHALLOW DRAFT BULK CARRIER UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI SISTEM PROPULSI

Transkripsi:

PERUBAHAN BENTUK LAMBUNG KAPAL TERHAAP KINERJA MOTOR INUK Thomas Mairuhu * Abstract One of traditional wooden ship, type cargo passenger has been changed its form according to the will of ship owner. The purpose of the changing was to increase the cargo hold and engine room space. By changing the dimension of ship means the surface of watted area will be increase and it will be also increase the water resistance of the ship s hull. Consequently the ship s speed will be decrease because the main engine power was not be changed. By this research, can be found that the surface of watted area has been changed from S = 171 m 2 before modificating to be S = 187 m 2 after modificating. Concequently, the increases of the resistance was about 13% while displacement was about 23 % and ship s speed did not achieve 11,0 knot. Key words : Surface wated area - S, Resistance - R, Speed - V, isplecemect - I. PENAHULUAN Perubahan bentuk lambung sebuah kapal tipe penumpang barang yang telah beroperasi adalah untuk memperbesar kapasitas daya angkut baik berupa muatan maupun penumpang serta memperluas ruang kerja di kamar mesin. Salah satu tujuan melakukan perubahan tersebut adalah untuk mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin tanpa mempertibangkan aspek-aspek teknis lainnya yang bisa saja mempengeruhi pendapatan bagi pemilik kapal. Lambung kapal terdiri dari bagian bawah - dasar, bagian samping - sisi kapal dan bagian atas - geladak. Bagian depan yaitu haluan dihubungkan oleh linggi haluan dan bagian belakang yaitu buritan dihubungkan oleh linggi buritan. engan demikian secara geometris batas antara bagian yang satu dengan yang lainnya mempunyai ukuran; antara lain : jarak antara sisi terluar dari bagian samping kiri ke bagian samping kanan disebut lebar kapal; jarak antara bagian bawah - dasar ke bagian atas - geladak disebut tinggi geladak; jarak antara bagian bawah - dasar ke bagian batas garis air muat disebut tinggi sarat; jarak antara titik potong garis air dengan bagian buritan kapal dengan titik potong garis air dengan bagian haluan kapal disebut panjang antara garis air. engan demikian modifikasi atau perubahan bentuk lambung kapal, berarti juga perubahan terhadap ukuran-ukuran pokok kapal. Inilah yang mengakibatkan aspek-aspek teknis dari kapal juga akan turut terpengaruh, misalnya luas permukaan basah kapal akan bertambah, misalnya luas permukaan basah kapal akan bertambah berarti besarnya tahan air terhadap lambung kapal juga bertambah, sementara tenaga motor induk terpasang dan propeller tetap. II. KAJIAN PUSTAKA 1. Lambung Kapal Tipe dan kegunaan suatu kapal memiliki keterkaitan dengan bentuk lambung kapal. Faktor yang harus dipertimbangkan adalah besarnya tahanan air terhadap lambung kapal, oleh sebab itu bentuk lambung kapal dibuat stream line agar tahanan air diperkecil disaat kapal bergerak. Bentuk lambung kapal dapat digolongkan menjadi bentuk kurus dan gemuk - fullnes of form; bentuk yang kurus dapat dilihat dari tidak adanya bentuk paralllel midle body - bagian silinder badan kapal di bagian tengah kapal; sementara bentuk yang gemuk dapat dilihat dari adanya parallel midle body - bagian silinder badan kapal di tengah kapal. engan demikian kapal yang bergerak dengan kecepatan yang tinggi, biasanya tidak memiliki bagian silinder; sedangkan kapal yang memiliki bagian silinder yang panjang cenderung bergerak dengan kecepatan yang rendah. 2. Permukaan Basah Kapal Permukaan basah kapal adalah per mukaan badan kapal yang masuk ke dalam air. Luasnya permukaan basah kapal turut mem pengaruhi besarnya tahanan gesek kapal - R f. Luas permukaan basah kapal dihitung menurut rumus sebagai berikut; * Thomas Mairuhu, osen Program Studi Teknik Perkapalan Fakultas Teknik Unpatti Ambon.

Thomas Mairuhu; Perubahan Bentuk Lambung Kapal 718 Terhadap Kinerja Motor Induk S = L( ) C M 0,5 ( S : luas permukaan basah kapal, [m 2 ] ) + 2,38 A BT / C B 1) Untuk : L : panjang air kapal; [ m ] B : lebar kapal; [ m ] T : tinggi sarat air; [ m ] C M : koefisien midship C B : koefisien blok C WP : koefisien prismatik A BT : luas penampang lintang kapal engan demikian apabila bentuk lambung kapal mengalami perubahan, berarti ukuran- ukuran pokok kapal, panjang, lebar dan tinggi sarat kapal akan turut berubah sehingga luas permukaan basah kapal juga akan mengalami perubahan. 3. Ship Running Ship running adalah kemampuan kapal untuk bergerak di air dengan suatu kecepatan tertentu apabila diberikan padanya gaya penggerak. Gaya penggerak yang menyebabkan perpindahan kapal dibentuk dengan sistem propulsi, propeller, poros, motor induk. Kapal yang bergerak akan mengalami gaya hambatan oleh air - tahanan air dan udara - tahanan udara. Yang sangat mempengaruhi ship running adalah tahanan air. Keterkaitan daripada komponnen ship running ini dapat diikuti sebagai berikut : V = 2) Untuk : V : kecepatan kapal, [ knot ] EHP : tenaga dorong, [ HP ] R : tahanan total, [ kg ] 1) Tahanan total ( R) Komponen tahanan total terdiri dari : R = R f + R w + R e + R a 3) R f : frictional resistance R w : wake making resistance R e : eddy making resistance R a : air resistance Komponen tahanan gesek ini sangat dipe ngaruhi oleh luas permukaan basah kapal - S; hubungannya dapat dilihat sebagai berikut : 2) Instalasi Penggerak Fungsi instalasi penggerak kapal adalah menggerakkan kapal untuk mencapai suatu kecepatan tertentu. Gerakan kapal di air berlangsung karena adanya daya dorong (thrust) yang dihasilkan oleh propeller melalui poros yang dihubungkan dengan motor peng gerak - mesin induk kapal. ewasa ini, untuk kapal niaga, sebagai instalasi penggerak dapat digunakan diesel, turbin atau tenaga atom. Masing-masing instalasi penggerak mem punyai kelebihan atau kekurangan tersendiri; akan tetapi dengan perkembangan iptek dalam pembuatan diesel maka banyak pemilik kapal cenderung menggunakan diesel sebagai sumber instalasi penggerak. III. METOOLOGI PENELITIAN 1. Tipe Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan metode observasi untuk mendapat kan data primer maupun sekunder kemudian dikaji untuk mendapatkan kesimpulan ter hadap komponen sistem propulsi yang tepat akibat perubahan bentuk lambung kapal. 2. Variabel Penelitian Variabel bebas untuk penelitian ini adalah panjang kapal antara garis tegak - L BP ; lebar kapal - B; tinggi sarat air - T dan kecepatan kapal - V. Variabel terikatnya adalah luas permukaan basah kapal - S; tahanan total kapal - R t dan diameter propeller - p serta parameternya. 3. Lokasi Penelitian Perusahaan pemilik kapalnya berdomisili di pulau Ambon; sehingga data terkait di ambil di perusahaan dan juga langsung ke kapal; kemudian kajiannya dilakukan di kampus Fakultas Teknik Universitas Pattimura di Poka. 4. Analisa data ata yang diperoleh, ditabulasi dan dianalisis dengan menggunakan program komputer - metode Holtrop untuk mendapat kan besarnya nilai tahanan total - R t pada ber bagai variasi kecepatan. Kemudian dianalisis secara manual untuk mendapatkan variabel yang terkait dengan komponen sistem propulsi dan parameter propeller. R f = C f ( ρ/2 * V 2 * S ) - - - [ kg ] 4) Untuk : C f : koefisien tahanan gesek ρ : massa jenis air laut, [kg.det 2 /m 4 ] V : kecepatan kapal, [ m/det ]

719 Jurnal TEKNOLOGI, Volume 7 Nomor 1, 2010; 717-721 IV. HASIL AN PEMBAHASAN A. H a s i l 1. Ukuran pokok kapal sebelum dan sesudah. perubahan. I T E M N I L A I UKURAN POKOK PERUBAHAN SEBELUM SESUAH 01 Panjang kpl Loa 33,60 m 34,52 m 02 Panjang kpl Lwl 31,32 m 31,72 m 03 Panjang kpl Lbp 30,50 m 30,89 m 04 L e b a r B 06,00 m 06,30 m 05 Tinggi geldk H 02,40 m 02,70 m 06 Tinggi srt air T 01.50 m 01.70 m MOTOR INUK 07 Jumlah Satu unit 08 Merek Caterpillar 09 T i p e 3408 - B 10 aya kontinyu 470 HP 11 Putrn kontinyu 1800 rpm 12 Red. Gear Ratio 4,53 : 1 P O R O S 13 iameter 60 cm 14 Panjang 2,50 m P R O P E L L E R 15 Jumlah daun 4 16 iameter 0,953 m 17 Blade area ratio 0,850 18 Putaran 398 2. Tahanan Total - R t, tenaga motor - P e dan. luas permukaan basah kapal - S P E R U B A H A N V SEBELUM SESUAH R t P e R t P e knot kg pk kg Pk 8,00 656 36 717 40 9,00 913 57 1002 62 10,00 1231 85 1369 94 11,00 1604 121 1795 136 12,00 2192 181 2463 203 13,00 3187 284 3621 323 14,00 4471 430 5216 501 15,00 5574 574 6558 675 S 171 m 2 187 m 2 3. Wake - w, Thrust deduction fraction - t,.. speed advance - V a dan thrust - T h V w t V a T h Knot - - m/det kg 8,00 0,224 0,221 3,19 832 9,00 0,222 0,221 3,60 1157 10,00 0,221 0,221 4,00 1560 11,00 0,220 0,221 4,41 2032 12,00 0219 0,221 4,82 2778 13,00 0,219 0,211 5,22 4039 14,00 0,218 0,211 5,63 5667 15,00 0,217 0,211 6,04 7065 V w t V a Th Knot - - m/det kg 8,00 0,219 0,219 3,21 918 9,00 0,217 0,219 3,63 1283 10,00 0,216 0,219 4,03 1752 11,00 0,215 0,219 4,42 2298 12,00 0,215 0,219 4,85 3153 13,00 0,214 0,219 5,26 4636 14,00 0,213 0,219 5,67 6679 15,00 0,213 0,219 6,07 8397 4. Per K n dan K t /J 4 V P E R U B A H A N SEBELUM SESUAH Knot K n K t /J 4 K n K t /J 4 8,00 0,74 3,36 0,73 3,62 9,00 0,77 2,89 0,75 3,12 10,0 0,79 2,54 0,77 2,78 11,0 0,82 2,25 0,80 2,48 12,0 0,83 2,16 0,80 2,40 13,0 0,81 2,28 0,79 2,55 14,0 0,80 2,37 0,80 2,72 15,0 0,82 2,23 0,79 2,60 5. Per K t untuk setiap harga J pada variasi kecepatan. J K t V = 9 V = 10 V = 11 0,1 0,000 0,000 0,000 0,2 0,005 0,004 0,004 0,3 0,023 0,021 0,018 0,4 0,074 0,065 0,058 0,5 0,181 0,159 0,141 0,6 0,374 0,329 0,292 0,7 0,694 0,610 0,540 0,8 1,183 1,041 0,922 J K t V = 9 V = 10 V = 11 0,1 0,000 0,000 0,000 0,2 0,005 0,004 0,004 0,3 0,025 0,023 0,020 0,4 0,080 0,071 0,063 0,5 0,195 0,174 0,155 0,6 0,405 0,361 0,321 0,7 0,750 0,668 0,595 0,8 1,279 1,140 1,016

Thomas Mairuhu; Perubahan Bentuk Lambung Kapal 720 Terhadap Kinerja Motor Induk 6. Per diameter dan kavitasi propeller V = 9 knot B4-40 1,104 0,444 Kavitasi B4-55 1,098 0,446 Bebas B4-70 1,102 0,445 Bebas B4-85 1,111 0,443 Bebas B4-100 1,111 0,443 Bebas V = 10 knot B4-40 1,195 0,504 Kavitasi B4-55 1,188 0,506 Bebas B4-70 1,209 0,501 Bebas B4-85 1,199 0,503 Bebas B4-100 1,211 0,500 Bebas V = 11 knot B4-40 1,285 0,569 Kavitasi B4-55 1,288 0,568 Kavitasi B4-70 1,298 0,565 Bebas B4-85 1,296 0,565 Bebas B4-100 1,308 0,562 Bebas V = 9 knot B4-40 1,217 0,441 Kavitasi B4-55 1,123 0,461 Bebas B4-70 1,120 0,462 Bebas B4-85 1,137 0,458 Bebas B4-100 1,123 0,461 Bebas V = 10 knot B4-40 1,222 0,528 Kavitasi B4-55 1,227 0,526 Bebas B4-70 1,231 0,525 Bebas B4-85 1,234 0,524 Bebas B4-100 1,244 0,522 Bebas V = 11 knot B4-40 1,309 0,601 Kavitasi B4-55 1,316 0,599 Kavitasi B4-70 1,316 0,599 Bebas B4-85 1,319 0,598 Bebas B4-100 1,327 0,596 Bebas B. PEMBAHASAN 1. Aspek Fisik I T E M PERUBAHAN KAPAL SEBELUM SESUAH L/B 5,083 4,903 B/T 4,000 3,706 S 171 m 2 187 m 2 127 m³ 153 m³ C B 0,450 0,450 2. Aspek Tahanan Tahanan Kapal [ kg ] V Perubahan Penambahan Knot sebelum sesudah 6,0 343,25 375,59 32,34 9,4 % 7,0 476,62 520,61 43,99 9,23 8,0 655,99 716,97 60,98 9,30 9,0 913,10 1002,29 89,19 9,77 10,0 1230,71 1368,42 137,71 11,19 11,0 1603,71 1794,90 191,19 11,93 12,0 2191,78 2462,72 270,94 12,36 13,0 3186,47 3620,41 433,95 13,62 14,0 4471,00 5216,43 745,43 16,67 15,0 5574,44 6558,42 983,98 17,65 3. Tenaga Motor Induk untuk : P E = - - - [ PK ] 5) R t : tahanan kapal, [ kg ] V : kecepatan kapal, [m/det] BHP = - - - [ PK ] 6) Untuk : ηh : efisiensi lambung = 1,011 ηo : efisiensi propeller = 0,573 η s : efisiensi poros = 0,980 η r : efisiensi reduksi = 0,970 P E = P B * 0,550 7) = 470 * 0,550 = 260 PK Mengacu pada hasil per tahanan total dan tenaga motor induk efektip, maka diperoleh : kecepatan kapal V = 12,76 knot sebelum perubahan sedangkan sesudah perubahan V = 12,47 knot.

721 Jurnal TEKNOLOGI, Volume 7 Nomor 1, 2010; 717-721 4. Penentuan besarnya diameter propeller Sesuai ruang penempatannya di bagian. buritan kapal. Pemilihan besarnya diameter pro peller selalu dibatasi ole tinggi sarat air kapal - T dan bentuk konstruksi linggi buritan kapal. Penentuan diameter propeller yang sesuai konstruksi linggi buritan dilakukan menurut persyaratan Biro Klasifikasi Indonesia - BKI adalah sebagai berikut : untuk : CL = + 0,09 + 0,04 8) CL : garis vertikal dari sepatu kemudi ke.. linggi buritan kapal. PUSTAKA 1. Anonimous, 1978, Biro Klasifikasi Indosnesia, Jakarta 2. Comstock, J.P, 1967, Principles of Naval Architecture and Marine Engineering 3. Harvald, Sv. Aa, 1992, Tahanan dan Propulsi Kapal, Aerlangga University Press. 4. Holtrop, J and Mennen, G.G.J, 1978, A Statistical Power Prediction Method. International Ship Building Progress. 5. Van Mennen, J.. And Van Oosanen, P., 1988; Resistance and propulsion. Principle of Naval Architecture, Second Edition, New York. : diameter propeller 0,09 : kelonggaran antara ujung propeller dengan linggi buritan 0,04 : kelonggaran antara ujung propeller dengan sepatu kemudi ari data pengukuran di kapal, CL = 1,125 m engan demikian : V. PENUTUP + 0,09 + 0,04 = 1,125 [ m ] 1,13 = 1,125 [ m ] = 0,953 m I. KESIMPULAN Bedasarkan pada hasil pembahasan lewat per tahanan dan propulsi kapal untuk dua kondisi yakni sebelum dan sesudah perubahan bentuk lambung kapal motor dengan tipe dan daya motor induk yang tetap maka dapatlah disimpulkan sebagai berikut : 1. Kapal motor sebelum perubahan bentuk lambungnya dengan tipe motor induk Caterpillar 3408-B daya 470 HP / 1800 rpm, memiliki putaran propeller 397 rpm dan propeller berdaun empat dengan diameter imal akan dapat mencapai kecepatan eksploitasi yang diinginkan ( Vs = 11 knot ) apabila menggunakan seri propeller B4-850. 2. Untuk dapat menghasilkan kecepatan eksploitasi yang diinginkan maka propeller berdaun empat dengan diameter kurang lebih sama dengan 0,953 meter membutuhkan putaran propeller yang harus lebih besar. 3. Apabila putaran propeller harus diperbesar maka gear box terpasang dengan reduction ratio 4,53 : 1 harus diganti dengan reduction ratio yang lebih kecil.