BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang sangat cepat, disertai dengan perubahan kebutuhan zat gizi.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan sukses di masa depan, demikian juga setiap bangsa menginginkan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi kurang masih tersebar luas di negara-negara. berkembang termasuk di Indonesia, masalah yang timbul akibat asupan gizi

1 Universitas Indonesia

SKRIPSI. Skripsi Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh : SINTIA DEWI J

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah gizi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak dapat ditanggulangi dengan pendekatan medis dan pelayanan masyarakat saja. Banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. utama, pertama asupan makanan dan utilisasi biologik zat gizi (Savitri, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia (SDKI) tahun 2012 AKI di Indoensia mencapai 359 per jumlah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus gizi buruk masih menjadi masalah dibeberapa negara. Tercatat satu

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. keemasan, yang memiliki masa tumbuh kembangnya berbagai organ tubuh. Bila

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan salah satu unsur penting sebagai penentu dalam peningkatan kualitas

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN BALEDONO, KECAMATAN PURWOREJO, KABUPATEN PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. menggembirakan. Berbagai masalah gizi seperti gizi kurang dan gizi buruk,

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemeliharaan kesehatan anak dilakukan sejak masih dalam

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 adalah mengumpulkan. dan menganalisis data indikator MDG s kesehatan dan faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena konsumsi makanan yang tidak seimbang, mengkonsumsi

BAB 1 PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu masalah utama dalam tatanan kependudukan dunia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup yang merupakan salah satu unsur utama dalam penentuan

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah masalah gizi, yaitu kurang energi protein (KEP). Adanya gizi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu meningkatnya kesadaran,

PENGARUH PERILAKU IBU DALAM MEMBERIKAN MAKANAN PENDAMPING ASI TERHADAP STATUS GIZI BAYI USIA 7-12 BULAN. Kolifah *), Rizka Silvia Listyanti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dibawah usia 5 tahun (Anonim, Kompas, Mei 2005). Hal ini juga golongan masyarakat rentan gizi (Sediaoetama,1999).

BAB I PENDAHULUAN. sering menderita kekurangan gizi, juga merupakan salah satu masalah gizi

BAB I PENDAHULUAN. yang berusia antara satu sampai lima tahun. Masa periode di usia ini, balita

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Setiap manusia mengalami siklus kehidupan mulai dari dalam. kandungan (janin), berkembang menjadi bayi, tumbuh menjadi anak,

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KADARZI DENGAN ASUPAN ENERGI DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA JAGAN KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. Masa Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya

BAB I PENDAHULUAN. bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR) dan Angka Kematian Ibu (AKI).

BAB I PENDAHULUAN. mampu berperan secara optimal dalam pembangunan. Karena peranan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

BAB I PENDAHULUAN. (United Nations Developments Program), Indonesia menempati urutan ke 111

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kesehatan dan gizi, sehingga membutuhkan perhatian dan

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Balita merupakan kelompok masyarakat yang rentan gizi. Kelompok

HUBUNGAN JARAK KELAHIRAN DAN JUMLAH BALITA DENGAN STATUS GIZI DI RW 07 WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIJERAH KOTA BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental

I. PENDAHULUAN. Prevalensi gizi buruk pada batita di Indonesia menurut berat badan/umur

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG NUTRISI ANAK USIA BALITA (0-59 BULAN) DI POSYANDU RW 15 KELURAHAN CICADAS KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya. Untuk menciptakan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. semakin baik. Status gizi anak balita akan berkaitan erat dengan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas Sumber Daya Manusia. (SDM), karena keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Berita merebaknya temuan gizi buruk sangat mengejutkan di Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang baik. Menciptakan sumber daya

BAB I. antara asupan (intake dengan kebutuhan tubuh akan makanan dan. pengaruh interaksi penyakit (infeksi). Hasil Riset Kesehatan Dasar pada

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. cukup makan, maka akan terjadi konsekuensi fungsional. Tiga konsekuensi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. tergantung pada kemampuan dan kualitas sumber daya manusia (Dinkes Sumut,

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,

ARIS SETYADI J

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I LATAR BELAKANG. Kekurangan Vitamin A (KVA), Anemia Gizi Besi (AGB), Gangguan Akibat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. dan untuk memproduksi ASI bagi bayi yang akan dilahirkannya (Francin, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Stunted merupakan indikator untuk mengukur status gizi seseorang

BAB 1 PENDAHULUAN. Nasional (RPJMN, ) di bidang kesehatan yang mencakup programprogram

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SD NEGERI TANGKIL III DI SRAGEN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. energi protein (KEP), gangguan akibat kekurangan yodium. berlanjut hingga dewasa, sehingga tidak mampu tumbuh dan berkembang secara

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan antara asupan makanan dan penggunaan zat gizi. Bila tubuh

HUBUNGAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI DESA KANIGORO, SAPTOSARI, GUNUNG KIDUL

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TERHADAP KEJADIAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS (KEK) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan zat gizi yang jumlahnya lebih banyak dengan kualitas tinggi.

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU IBU DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI ANAK BATITA MALNUTRISI DI POSYANDU DESA SEMBUNGAN BOYOLALI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Almatsier (2002), zat gizi (nutrients) adalah ikatan kimia yang

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung maupun tidak langsung. Status gizi secara langsung

BAB 1 PENDAHULUAN. cerdas dan produktif. Indikatornya adalah manusia yang mampu hidup lebih lama

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian, karena merupakan kelompok yang rawan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. ketahanan pangan pada tingkat nasional, regional, maupun rumah tangga. Menurut

PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI KURANG PADA BALITA TERHADAP KEJADIAN GIZI KURANG DI DESA PENUSUPAN TAHUN 2013

BAB 1 : PENDAHULUAN. keadaan gizi : contohnya gizi baik, gizi buruk, gizi kurang ataupun gizi lebih. Untuk dapat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk ibu hamil. Gizi ibu hamil merupakan nutrisi yang diperlukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. memasuki era globalisasi karena harus bersaing dengan negara-negara lain dalam

BAB I PENDAHULUAN. balita yang cerdas. Anak balita salah satu golongan umur yang rawan. masa yang kritis, karena pada saat itu merupakan masa emas

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat

BAB I PENDAHULUAN. intelektualnya dan keterampilan serta mulai mempunyai kegiatan fisik yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita, karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Masa balita ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan yang sangat cepat, disertai dengan perubahan kebutuhan zat gizi. Selama periode ini, balita tergantung sepenuhnya pada perawatan dan pemberian makanan oleh ibunya (Wulandari, 2004). Salah satu masalah gizi yang dialami oleh balita adalah gizi kurang yaitu suatu masalah teknis umumnya dipakai oleh kalangan gizi, kesehatan dan kedokteran, merupakan bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun (Depkes RI, 2000). Kepmenkes (2010) menyatakan, masalah gizi sangat mengancam kualitas sumber daya manusia di masa mendatang. Gizi kurang dapat terjadi pada semua kelompok umur, tetapi yang perlu lebih diperhatikan adalah pada kelompok bayi dan balita. Pada usia 0-2 tahun merupakan masa tumbuh kembang yang optimal (golden period) terutama untuk pertumbuhan jaringan otak, sehingga bila terjadi gangguan pada gizi masa ini akan berpengaruh negatif pada kualitas generasi penerus. Masalah gizi berbeda dengan masalah penyakit, dimana keadaan gizi kurang tidak terjadi secara tiba-tiba. Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar anak dengan status gizi kurang berasal dari anak yang sehat. Perjalanan anak yang sehat menjadi gizi kurang memerlukan waktu paling tidak sekitar 3 sampai 6 bulan, yang ditandai dengan kenaikan berat badan yang tidak cukup (Rikhanurul, 2010). 1

2 Penyebab timbulnya kurang gizi dapat dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung yaitu makanan anak yang tidak seimbang dan adanya penyakit infeksi yang diderita anak. Penyebab tidak langsung yaitu tidak cukupnya ketahanan pangan di keluarga, tidak memadainya pola pengasuhan anak dan tidak memadainya sanitasi, air bersih, serta pelayanan kesehatan dasar (Azwar S, 2005). Faktor penyebab tidak langsung ini dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan (PPGM Dinkes Prov. Jatim). Menurut Samhadi (2007), tingginya prevalensi anemia gizi pada wanita dan anak-anak ini akhirnya menciptakan lingkaran setan. Wanita penderita gizi kurang akan melahirkan anak dengan berat badan rendah yang rentan terkena infeksi dan kematian. Jika bertahan hidup, anak dengan bobot lahir rendah ini tidak akan mampu tumbuh dan berkembang secara optimal, mengalami gangguan kecerdasan, dan mengakibatkan potensi putus sekolah kemungkinan menjadi tinggi. Pengaruh lebih lanjut adalah pada usia dewasa tidak produktif sehingga akhirnya hanya akan menjadi beban bagi keluarganya dan juga perekonomian (Samhadi, 2007). Salah satu kendala untuk menurunkan angka prevalensi gizi kurang di Indonesia yaitu rendahnya perilaku orang tua dalam memberikan gizi pada balita (Depkes RI, 1995). Menurut Teori Lauwrence Green yang dikutip Notoatmodjo (1993:102) perilaku dapat dipengaruhi oleh faktor predisposisi yaitu sikap. Sikap dikatakan suatu respon evaluatif. Respon hanya akan timbul apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya reaksi individual. Respon evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sikap itu timbul didasari oleh proses evaluasi diri individu yang memberi kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik-buruk, positif-negatif, menyenangkan-tidak, yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap obyek sikap (Azwar, 2005).

3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap orang tua dalam meningkatkan status gizi balita antara lain pengalaman pribadi, pengaruh orang lain, media massa, lembaga pendidikan dan agama, kebudayaan, serta emosional (Azwar, 2005). Dalam hal ini orang tua atau masyarakat dalam proses pendidikan dapat memperoleh pengalaman atau pengetahuan melalui berbagai hal, yaitu: melalui media massa yang dianggap penting. Hal ini sangat mempengaruhi pembentukan sikap orang tua dalam memberikan asupan makanan yang bergizi pada anaknya untuk meningkatkan status gizinya. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti di wilayah kerja Puskesmas Dinoyo, Fokus kajian berada di kelurahan Merjosari oleh karena jumlah balita dalam kondisi BGM (Balita di bawah Garis Merah) sebanyak 24 kasus. Angka tersebut merupakan penyumbang terbesar dari total jumlah BGM di kota Malang yang saat ini tercatat 70 kasus.(sumber data Puskesmas Dinoyo, 2009). Untuk mendapatkan gambaran nyata dari fenomena yang ada maka perlu dilakukan kajian terhadap Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Pembentukan Sikap Orang Tua dalam Meningkatkan Status Gizi Balita di Kelurahan Merjosari Kecamatan Lowokwaru Kota Malang. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah sikap orang tua dalam meningkatkan status gizi balita di Kelurahan Merjosari Kecamatan Lowokwaru Kota Malang? 2. Faktor apa saja yang menyebabkan pembentukan sikap orang tua dalam meningkatkan status gizi balita di Kelurahan Merjosari Kecamatan Lowokwaru Kota Malang?

4 3. Faktor apa yang paling dominan yang menyebabkan pembentukan sikap orang tua dalam meningkatkan status gizi balita di Kelurahan Merjosari Kecamatan Lowokwaru Kota Malang? 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Mengetahui faktor-faktor pembentukan sikap orangtua dalam meningkatkan status gizi balita di Kelurahan Merjosari Kecamatan Lowokwaru Kota Malang. 1.3.2. Tujuan Khusus 1 Mengidentifikasi sikap orang tua dalam meningkatkan status gizi balita di Kelurahan Merjosari Kecamatan Lowokwaru Kota Malang? 2 Mengidentifikasi faktor apa saja yang menyebabkan pembentukan sikap orang tua dalam meningkatkan status gizi balita di Kelurahan Merjosari Kecamatan Lowokwaru Kota Malang? 3 Mengidentifikasi faktor yang paling dominan yang menyebabkan pembentukan sikap orang tua dalam meningkatkan status gizi balita di Kelurahan Merjosari Kecamatan Lowokwaru Kota Malang? 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Perawat Digunakan sebagai bahan informasi atau acuan agar dapat membantu menangani permasalahan yang dialami oleh orangtua dalam meningkatkan status gizi balitanya agar tidak terjadi kekurangan gizi. 1.4.2 Bagi Pemerintah Dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pertimbangan pengambilan kebijakan, terutama dalam menangani berbagai permasalahan status gizi balita. Gizi balita harus

5 ditingkatkan mengingat balita merupakan bagian dari generasi pemuda penerus bangsa kedepan. 1.4.3 Bagi Peneliti Selanjutnya Dapat digunakan sebagai sumber informasi atau data penelitian selanjutnya. 1.4.4 Bagi Masyarakat a. Memberikan informasi kepada masyarakat luas terutama orangtua yang memiliki balita sehingga menjadi acuan dalam memberikan asupan makanan yang bergizi untuk balitanya. b. Memberikan kesadaran kepada masyarakat terutama orangtua yang memiliki balita untuk lebih ikut berperan serta dalam mengatasi permasalahan gizi balita. 1.4.5 Bagi Peneliti Sebagai pengalaman dalam melaksanakan penelitian tentang faktor-faktor pembentukan sikap orang tua dalam meningkatkan status gizi balita. Dengan mengetahui faktor-faktor pembentukan sikap akan dapat dipilih metode-metode pendidikan yang tepat untuk mengubah sikap ibu dalam meningkatkan status gizi balita dan penelitian ini sangat berguna dalam penyusunan Tugas Akhir. 1.5 KEASLIAN PENELITIAN 1. Hubungan antara pendapatan keluarga dan pola asuh gizi dengan status gizi anak balita di Betokan Demak, Asri Rokhana, 2005 Dari hasil uji Chi Square sebesar 5.577 dengan signifikan 1% diperoleh nilai kritik sebesar 13.28 yang artinya tidak ada hubungan antara pendapatan dengan status gizi. Dari data pola asuh dan status gizi ditunjukkan dari hasil Chi Square 18.379 dengan signifikan 1% diperoleh nilai kritik 9.21 berarti ada hubungan yang signifikan antara pola asuh gizi dan status gizi

6 2. Faktor-faktor yang berhubungan dengan keadaan KEK pada ibu hamil di kabupaten Banjarnegara, Halym Surasih, 2006 Dari hasil analisis bivariat diperoleh: jumlah konsumsi energi {p=0,000 CC=0,390 OR=9,793(95% CI=2,967-32,320}, usia ibu hamil{p=0,015 CC=0,239 ) OR= 3,298(95% CI= 1,225-8,879)}, beban kerja ibu hamil{p=0,001 Cc=0,329 OR=6,545(95% CI=2,054-20,861)},pendapatan Seluarga{p=0,000 CC=0,340 OR=5,12(95% CI=2,010-13,040)} pengetahuan ibu tentang gizi(p=0,007), paritas(p=0,375), jarak kelahiran (p=0,900),penyakit infeksi(p=0,123). 3. Faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi penderita KEP berat Pasca rawat inap dirumah sakit dokter Karyadi Semarang, Priyanto, 2005 Ada hubungan (+) antara tingkat konsumsi energi dengan status gizi dengan nilai probabilitas 0,012(<0,05)dgnCC+0,473, ada hubungan (+) antara kecukupan protein dengan status gizi. Probabilitas 0,010(<0,05) dgn CC+0,489, ada hubungan (-) yg signifikan antara penyakit infeksi, Probabilitas 0,012(<0,05) dengan CC-0,495 dan tidak ada hubungan. Yang signifikan antara tingkat pendapatan dengan status gizi, Probabilitas 0,344(>0,05). 4. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Balita pada Keluarga Petani di Desa Purwojati Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo, Dewi Andarwati, 2007. Ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan status gizi balita pada keluarga petani Desa Purwojati, Kecamatan Kertek, Kabupaten Wonosobo tahun 2007. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan gizi ibu dengan status gizi balita pada keluarga petani Desa Purwojati, Kecamatan Kertek, Kabupaten wonosobo tahun 2007. Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan status gizi balita pada keluarga petani Desa Purwojati, Kecamatan Kertek, Kabupaten

7 Wonosobo tahun 2007. Tidak ada hubungan antara besar keluarga dengan status gizi balita pada keluarga petani Desa Purwojati, Kecamatan Kertek, Kabupaten Wonosobo tahun 2007. Tidak ada hubungan antara status pekerjaan ibu dengan status gizi balita pada keluarga petani Desa Purwojati, Kecamatan Kertek, Kabupaten Wonosobo tahun 2007. Tidak ada hubungan antara pantangan makan balita dengan status gizi balita keluarga petani Desa Purwojati, Kecamatan Kertek, Kabupaten Wonosobo tahun 2007, sebab 100% balita responden tidak mempunyai pantangan makan. Ada hubungan antara tingkat konsumsi energi dengan status gizi balita keluarga petani Desa Purwojati, Kecamatan Kertek, Kabupaten Wonosobo tahun 2007. Ada hubungan antara tingkat konsumsi protein dengan status gizi balita keluarga petani Desa Purwojati, Kecamatan Kertek, Kabupaten Wonosobo tahun 2007.