PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I LAMPUNG NOMOR 3 TAHUN 1983

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH PROPINSI LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 1983 TENTANG IZIN USAHA PERIKANAN DALAM WILAYAH PROVINSI DAERAH TINGKAT I LAMPUNG

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 8 TAHUN 2009 SERI C.2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN RETRIBUSI PELELANGAN IKAN PADA PELABUHAN PERIKANAN PANTAI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH TINGKAT I LAMPUNG NOMOR 7 TAHUN 1978 TENTANG SUMBANGAN REHABILITASI CENGKEH (SRC)

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 1975

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 2 TAHUN 2009

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,

PEMERINTAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I J A W A T I M U R

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 24 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI PASAR GROSIR PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 07 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN IKAN

PERATURAN DAERAH PROPINSI LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 1991 TENTANG PERIZINAN USAHA PERIKANAN DALAM WILAYAH PROVINSI DAERAH TINGKAT I LAMPUNG

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2012

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN TEMPAT USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR : 19 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT

RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN IKAN

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 20 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROPINSI LAMPUNG NOMOR 7 TAHUN 1986

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES. Nomor : 6 Tahun : 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG. Tahun 2009 Nomor 4 Seri CA Nomor 13 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I LAMPUNG NOMOR 14 TAHUN 1979

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 3 Tahun : 2012 Seri : C

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SUMEDANG NOMOR : 2 TAHUN : 1984 SERI A

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2009 NOMOR 12

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I LAMPUNG NOMOR 4 TAHUN 1978 TENTANG PUNGUTAN UANG LEGES

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN LAIK TANGKAP KAPAL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 7 TAHUN TENTANG PENYELENGGARAAN DAN RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN IKAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG LABORATORIUM PEMBINAAN DAN PENGUJIAN MUTU HASIL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KULON PROGO

: PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BANJAR NOMOR : 3 TAHUN 1982 TENTANG :

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG BARAT NOMOR 07 TAHUN 2001 T E N T A N G RETRIBUSI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT BUPATI LAMPUNG BARAT

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (PERDA DIY) NOMOR : 15 TAHUN 1987 (15/1987) TENTANG USAHA PETERNAKAN

PERATURAN DAERAH PROPINSI LAMPUNG NOMOR 11 TAHUN 1991 TENTANG PENGUJIAN MUTU HASIL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG

BUPATI JENEPONTO Jalan Lanto Dg. Pasewang No. 34 Jeneponto Telp. (0419) Kode Pos 92311

BUPATI PATI PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH TINGKAT I LAMPUNG NOMOR 3 TAHUN 1978

PERIZINAN USAHA PERIKANAN

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG PENGESAHAN PENDIRIAN DAN PERUBAHAN BADAN HUKUM KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR 10 TAHUN 2001 T E N T A N G

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA BARAT

TENTANG BUPATI PATI,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG. Nomor : 3 Tahun 1985 Seri B No. 2 Pada tanggal 21 Januari 1985 S A L I N A N

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA BARAT. No SERI B PERATURAN DAERAH TINGKAT I PROPINSI JAWA BARAT NOMOR : 11 TAHUN 1991

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 06 TAHUN 2005 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR : 2 TAHUN 1988 TENTANG PEMBERIAN NOMOR RUMAH/BANGUNAN DI KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BANTUL

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2006 NOMOR 5

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

: PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH TINGKAT I LAMPUNG NOMOR 6 TAHUN 1981 TENTANG PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DIATAS AIR

PEMERINTAH KABUPATEN KOLAKA UTARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGGAI NOMOR 13 TAHUN 2009 T E N T A N G DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGGAI,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I SUMATERA SELATAN

PERATURAN KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 14 TAHUN 2001 TENTANG IZIN PENGUSAHAAN TAMBAK DI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG

PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TENGAH NOMOR 16 TAHUN 2002 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 46 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI PENGIRIMAN / SURAT KETERANGAN ASAL (SKA) HASIL PERIKANAN

PERATURANDAERAH KABUPATENBATANG NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAANTEMPAT PELELANGANIKAN DENGAN RAHMATTUHANYANGMAHA ESA BUPATI BATANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 45 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI PENGUSAHAAN PERIKANAN

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 45 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANJARMASIN TAHUN 2008 NOMOR 23

PEMERINTAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 14 TAHUN 1998 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO LEMBARAN DAERAH NOMOR : 09TAHUN 2001 PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 09 TAHUN 2001 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN IKAN DI KABUPATEN TASIKMALAYA

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 62 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN BURU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 4 TAHUN 2003 T E N T A N G RETRIBUSI IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG IZIN PENGELOLAAN LOGAM TUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WAY KANAN,

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROPINSI JAWA BARAT;

PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

QANUN FROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PENJUALAN PRODUKSI USAHA PROVINSI BIDANG PERIKANAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 03 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN RETRIBUSI USAHA RUMAH MAKAN DI KABUPATEN BARITO UTARA

Transkripsi:

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I LAMPUNG NOMOR 3 TAHUN 1983 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN RETRIBUSI PELELANGAN IKAN DALAM PROPINSI DAERAH TINGKAT I LAMPUNG DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I LAMPUNG: Menimbang : a. Bahwa untuk memberikan perlindungan kepada para nelayan/petani prosdusen ikan dan untuk memberikan bimbingan dan pembinaan cara-cara berorganisasi, perlu mengatur tata niaga ikan dengan sistem pelelangan. b. Bahwa peningkatan pendapatan daerah dan kelancaran pelaksanaan pelelangan ikan, perlu ada penggalian sumbersumber pendapatan daerah c. Bahwa untuk maksud tersebut diatas dipandang perlu untuk menetapkan Peraturan Daerah tentang Penyelenggaraan dan Retribusi Pelelangan Ikan dalam Propinsi Daerah Tingkat I Lampung. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1964 tentang Pembentukan Daerah Tingkat I Lampung; 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang pokok-pokok Pemerintahan di Daerah; 3. Undang-Undang Darurat Nomor 12 Tahun 1957, tentang Peraturan Umum Retribusi Daerah, jo Undang-undang Nomor 1 Tahun 1961; 4. Undang-Undang Darurat Nomor 12 Tahun 1967 tentang pokokpokok Perkoperasian; 5. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1951 tentang penyerahan sebagian Urusan Pemerintah Pusat tentang Perikanan Darat kepada Pemerintah Daerah Tingkat I; 6. Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 1957 tentang Penyerahan sebagian Urusan Pemerintah Pusat dilapangan Perikanan Laut, Kehutanan Karet Rakyat kepada Daerah Swantatera Tingkat I; 7. Peraturan Menteri Perikanan dan Pengolahan Laut Nomor 2 Tahun 1965 tentang Pemeriksaan Ikan dan Hasil Perairan lainnya serta hasil olahannya. 8. Peraturan Menteri Perikanan dan Pengolahan Laut Nomor 3 Tahun 1965 tentang Pemeriksaan Ikan Asin dan ikan kering. Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Lampung.

MEMUTUSKAN Menetapkan : PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I LAMPUNG TENTANG PENYELENGGARAAN DAN RETRIBUSI PELELANGAN IKAN DALAM PROPINSI DAERAH TINGKAT I LAMPUNG. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : a. Gubernur Kepala Daerah ialah Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Lampung; b. Pemerintah Daerah Tingkat II ialah Pemerintah Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II se Provinsi Daerah Tingkat I Lampung; c. Kepala Daerah Tingkat II ialah Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II se Provinsi Daerah Tingkat I Lampung; d. Dinas Perikanan ialah Kepala Dinas Perikanan Daerah Tingkat I Lampung; e. Kanwil Koperasi ialah Kepala Kantor Wilayah Koperasi Propinsi Lampung; f. Kepala Dinas Pendapatan ialah Kepala Dinas Pendapatan Provinsi Daerah Tingkat I Lampung; g. Wilayah Pelelangan ialah Daerah Perikanan yang ditetapkan menjadi Wilayah Pelelangan Ikan; h. Ikan ialah semua jenis hasil perairan seperti ikan, benih ikan, udang, kerang, kepiting, ubur-ubur, rumput laut serta hasil perairan lainnya, baik berupa binatang atau tumbuhan yang hidup dilaut atau perairan umum baik sebagai bahan industri atau yang dapat dimanfaatkan, kecuali bunga karang, penyu, binatang atau tumbuhan laut lainnya yang dilindungi; i. Organisasi ialah organisasi produsen ikan dalam bentuk Koperasi (KUD); j. Pelelangan ialah cara menjual ikan di depan umum dengan cara tawaran meningkat; k. Tempat Pelelangan ialah tempat-tempat yang ditetapkan oleh Gubernur Kepala Daerah untuk tempat pelelangan ikan; l. Surat Izin Pelelangan ialah Surat yang dikeluarkan oleh Gubernur Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuk olehnya untuk menyelenggarakan pelelangan; m. Pengawasan Pelelangan ialah Petugas atau pegawai yang ditunjuk untuk mengawasi penyelenggaraan pelelangan; n. Pungutan ialah Pungutan retribusi pelelangan ikan yang dipungut atas penyelenggaraan pelelangan ikan ditempat-tempat pelelangan. BAB II KEHARUSAN PELELANGAN IKAN Pasal 2 (1) Semua ikan harus dijual belikan secara lelang ditempat pelelangan yang telah ditentukan. (2) Penyelenggaraan Pelelangan dilakukan setiap hari.

(3) Tata cara penyelenggaraan pelelangan ikan diatur lebih lanjut oleh Gubernur Kepala Daerah berdasarkan petunjuk Menteri Pertanian sesuai dengan ketentuan Pasal 7 Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 1957. Pasal 3 Ketentuan dalam Pasal 2 ayat (1) tidak berlaku bagi : (1) Hasil penangkapan ikan yang digunakan untuk lauk pauk dengan batas maksimum 10 (sepuluh) kilogram. (2) Hail Penangkapan ikan yang bertujuan untuk olahraga dan penelitian ilmiah. BAB III BESARNYA PUNGUTAN Pasal 4 (1) Ditempat-tempat pelelangan, untuk penyelenggaraan pelelangan dipungut retribusi pelelangan sebesar 5 % dari harga lelang yang ditetapkan pada saat itu, tanpa ada tambahan dalam bentuk apapun. (2) Retribusi pelelangan sebesar 5 % dimaksud dalam ayat (1) pasal ini diambil dari jumlah harga yang ditetapkan pada saat lelang dan diatur atas beban/tanggungan sebagai berikut : a. Retribusi penyelenggaraan lelang sebesar 3 % yang dipungut dari penjual/- pemilik ikan. b. Retribusi sebesar 2 % dipungut dari pembeli pedagang bakulan. (3) Retribusi penyelenggaraan lelang sebesar 3 % yang dimaksud dalam ayat (2) huruf a Pasal ini dibagi sebagai berikut : a. 1,5% untuk retribusi penyelenggaraan lelang (honor, administrasi dan keamanan). b. 0,5% untuk rekening dana sosial dan kecelakaan dilaut. c. 0,5% untuk rekening dana pembangunan daerah kerja operasi dan pelelangan. d. 0,5% untuk rekening simpanan nelayan pada koperasi. (4) Uang retribusi sebesar 2% yang dimaksud dalam ayat (2) huruf b Pasal ini penggunaanya ditentukan sebagai berikut : a. 1,5% untuk Pemerintah Kabupaten/Kodya Dati II setempat, dalam rangka pembangunan desa nelayan dan dana pengendalian/pembinaan kerja dan operasional. b. 0,5% Untuk Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Lampung sebagai dana pembinaan organisasi dan administrasi nelayan. (5) Diluar ketentuan-ketentuan dalam ayat (1) Pasal ini, dilarang mengadakan pungutan oleh siapapun dan dengan cara bagaimanapun. (6) Ketentuan-ketentuan mengenai pelaksanaan penggunaan/pembagian tersebut dalam pasal ini diatur lebih lanjut olah Gubernur Kepala Daerah.

BAB IV ORGANISASI DAN TATA KERJA Pasal 5 (1) Hak untuk menyelenggarakan pelelangan pada tempat-tempat yang telah ditentukan. (2) Pelelangan sementara yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah cq. Dinas Perikanan Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II, Pimpinan Umumnya dipegang oleh Kepala Dinas Perikanan Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II atau pegawai yang ditentukan ditunjuknya, sedangkan Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II sebagai pengawas pelelangan. (3) Pimpinan harian penyelenggaraan pelelangan dilaksanakan oleh seorang manager yang bertanggung jawab kepada Pimpinan Umum Sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan (2) Pasal ini. Pasal 6 (1) Petugas pelelangan ditentukan menurut keperluan yang terdiri dari ; a. Manager pelelangan. b. Kasir. c. Juru Tulis Pemilik. d. Juru Tulis Karcis. e. Juru Tulis Pembeli. f. Juru Tawar/Lelang. g. Juru Timbang. (2) Untuk pelelangan yang diselenggarakan oleh organisasi (Koperasi/KUD), pengangkatan dan pemberhentian petugas pelelangan, tata-kerja, kesejahteraan dan sebagainya ditetapkan dalam AD/ART organisasi (Koperasi/KUD) yang bersangkutan setelah mendapat persetujuan dari Kepala Dinas Perikanan dan Kanwil Koperasi. (3) Untuk pelelangan sementara yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah, pengangkatan dan pemberhentian petugas pelelangan tersebut dalam ayat (1) Pasal ini ditetapkan dengan Keputusan Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II setempat setelah mendengar saran atau pendapat dari Pimpinan Umum. BAB V CARA PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN Pasal 7 (1) Pemungutan Retribusi pelelangan ini seperti yang dimaksud pada Pasal 4 ayat (1), (2) dan (3) Peraturan Daerah ini, dilaksanakan oleh unsur Dinas Perikanan, kalau perlu dengan bantuan organisasi Nelayan (Koperasi/KUD) yang menyelenggarakan pelelangan ikan. (2) Setiap hari, hasil pungutan retribusi pelelangan ikan disetorkan ke Kas Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Lampung dengan menyampaikan tembusan bukti setor dan bukti-bukti administrasi lainnya yang diperlukan ke Dinas Pendapatan Daerah.

(3) Gubernur Kepala Daerah menetapkan cara dan sistem pemungutan serta cara memungut, menyetor dan mengerjakan administrasi pemungutan. BAB VI KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 8 (1) Ikan-ikan menurut pendapat pengawas pelelangan yang bertugas memeriksa mutunya, tidak dapat dimasukkan atau tidak layak untuk dimakan lagi karena mengandung racun atau karena telah busuk, tidak diizinkan masuk dalam daerah pelelangan dan harus segera dikeluarkan atau dimusnahkan. (2) Pimpinan Umum, pengawas pelelangan dan petugas pelelangan tidak diperbolehkan baik secara langsung ataupun tidak langsung ikut serta menawar dalam pelelangan. (3) Terhadap pimpinan umum, pengawas dan petugas yang melanggar ketentuan dalam ayat (2) Pasal ini diambil tindakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. BAB VII KETENTUAN PIDANA Pasal 9 (1) Barang siapa yang melanggar ketentuan yang dimaksud dalam Pasal 2, Pasal 4 dan Pasal 9 ayat (1) Peraturan Daerah ini dapat diancam dengan pidana kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 50.000,- (Lima puluh rupiah). (2) Penyidikan terhadap pelanggaran dimaksud dalam Pasal ini, ditugaskan kepada Kepala Dinas Perikanan atau pegawai yang ditunjuknya menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dibidang penyelidikan. BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 10 (1) Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, akan diatur kemudian dengan Keputusan Gubernur Kepala Daerah, sepanjang mengenai peraturan pelaksanaannya. (2) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka semua ketentuan yang bertentangan dengan Peraturan Daerah ini dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pasal 11 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan dan dimasukkan dalam lembaran Daerah Propinsi Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Lampung. Telukbetung, 14 Maret 1983 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH TINGKAT I LAMPUNG, GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I LAMPUNG, dto dto SOEPARDJO YASIR HADIBROTO

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I LAMPUNG NOMOR 3 TAHUN 1983 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN RETRIBUSI PELELANGAN IKAN DALAM PROPINSI DAERAH TINGKAT I LAMPUNG I. UMUM 1. Sebagaimana dimaklumi bahwa nelayan/petani ikan pada umumnya termasuk golongan orang yang ekonominya lemah, ditambah pula dengan kekurangan pengertian karena taraf pendidikan mereka yang relatif rendah, sehingga dalam keadaan demikian mereka kurang mampu membela kepentingannya sendiri-sendiri dalam usaha mereka memperbaiki nasibnya guna mencapai kebahagiaan hidup. Hanya jika tenaga-tenaga mereka terpimpin dalam suatu organisasi yang akan dapat memperhatikan segala kepentingan mereka memperbaiki nasibnya guna mancapai kebahagiaan hidup. 2. Ikan adalah bahan mentah yang tidak lama dan lekas menjadi busuk, oleh karena itu sesampainya dipantai, kaum nelayan/petani ikan akan menjadi sangat girang jika ikan yang didapatnya segera dapat terjual. Karena nelayan/petani ikan ini dalam usaha-usaha untuk mempersiapkan diri dalam perusahaanya sehari-hari, tidak banyak mempunyai waktu untuk memperdagangkan ikannya dengan harga yang pantas dan mereka juga tidak mengetahui di tempat mana, di daerah-daerah mana mereka dapat menjual ikan dengan harga yang lebih layak. 3. Keadaan seperi tersebut diatas banyak digunakan oleh golongan pedagang yang lebih kuat ekonominya untuk mendapatkan keuntungan yang sebesarbesarnya bagi dirinya sendiri, hingga dapat menimbulkan keadaan sosial ekonomi yang menyedihkan bagi para nelayan/petani ikan, akibat menjadi korban dan golongan pedagang/pengijon karena terpaksa menerima pinjaman berupa uang atau barang dengan keharusan menjual ikan dengan harga yang ditentukan secara sepihak kepada pedagang/pengijon tersebut sehingga sangat merugikan nelayan/petani ikan. Keadaan ini menyebabkan keadaan nelayan/petani ikan menjadi tidak sehat, yang tentunya akan sangat berpengaruh kepada produktivitas hasil penangkapannya selanjutnya. 4. Jika kaum nelayan/petani ikan harus menunggu teralu lama untuk menerima uang yang diperlukan oleh Perusahaan dan keluarganya, maka hal ini berarti menghambat persiapan mereka dalam usahanya pada hari itu, yang berarti pula menggangu kelangsungan usaha mereka.

5. Tidak ada orang lain kecuali para nelayan/petani ikan sendiri yang paling tepat untuk memperhatikan kepentingannya dengan bimbingan dari Pemerintah kearah swa-daya/swa-karya/swa-sembada. 6. Dengan uraian diatas jelaslah kiranya bahwa maju atau mundurnya Perikanan tergantung daripada maju atau mundurnya keadaan nasib nelayan/petani ikan. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Ayat (1), Ayat (2), Ayat (3) dan Ayat (4) cukup jelas Ayat (5) yang dimaksud dengan daerah perikanan yang ditetapkan menjadi wilayah pelelangan, ialah wilayah/daerah yang menyebutkan batas-batas dari tempat yang melingkupi suatu wilayah Pelelangan. Ayat (6), Ayat (7), Ayat (8), Ayat (9), Ayat (10), Ayat (11), dan Ayat (12) Cukup jelas Pasal 2 cukup jelas. Pasal 3 cukup jelas. Pasal 4 cukup jelas. Pasal 5 cukup jelas. Pasal 6 cukup jelas. Pasal 7 Ayat (1) yang dimaksud petugas pelelangan ditentukan menurut keperluan, ialah jumlah jabatan yang diperlukan pada suatu tempat pelelangan, pegawai yang bersangkutan atau jabatanya ditetapkan dengan Keputusan dari pejabat yang berwenang mengangkat, memberhentikan pegawai pada pelelangan yang bersangkutan. Istilah-istilah yang dipergunakan untuk sebutan-sebutan petugas pelelangan yang tersebut dalam ayat ini sesuai dengan petunjuk Menteri Pertanian RI mengenai Pasal 7 Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 1957 dan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 1967 tentang Pokok-pokok Perkoperasian. Ayat (2) dan Ayat (3) cukup jelas Pasal 8 cukup jelas. Pasal 9 cukup jelas. Pasal 10 cukup jelas. Pasal 11 cukup jelas. Pasal 12 cukup jelas. Diundangkan dalam Lembaran Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Lampung Nomor 1 Tahun 1984 Serie B No. 1. Tanggal, 4 Oktober 1984.