BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berfikir secara kritis dan mandiri serta menyeluruh dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Firman Allah SWT. Dalam Surat Al-Mujaadilah [58:11]:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam ajaran agama Islam, umat Islam diperintahkan untuk semangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam meningkatkan

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal

PERBEDAAN STRATEGI PEMBELAJARAN LIGHTENING THE LEARNING CLIMATE DAN EKSPOSITORI TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. dan Teknologi (IPTEK) merupakan salah satu faktor penunjang yang penting

BAB I PENDAHULUAN. individu, pendidikan juga berimplikasi besar terhadap kemajuan suatu bangsa. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat besar untuk menciptakan masa

ي ا أ ي ه ا ال ذ ين آم ن وا إ ذ ا ق يل ل ك م ت ف سح وا في ال م ج ال س ف اف س ح وا ي ف س ح ا ل ك م و إ ذ ا ق ي ل ان ش ز وا ف ان ش ز وا ي ر ف ع ا

BAB I PENDAHULUAN. terbelakang. Pendidikan harus benar-benar diarahkan untuk menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. jati diri dan membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. derajat dan kedudukan suatu negara tersebut menjadi lebih tinggi. Sebagaimana

STRATEGI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN MEDIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN UNTUK ANAK DIFABEL (TUNAGRAHITA) DI SLB MARSUDI PUTRA I BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi pendidikan di Indonesia telah dijabarkan dalam Undang-Undang. Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Allah swt Berfirman. dalam surat Al-Mujadallah ayat 11.

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk. khusus memudahkan pencapaian tujuan yang lebih tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. selesai sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini, karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU

PENERAPAN NILAI-NILAI AKHLAK DALAM MENUNTUT ILMU DI SMA MUHAMMADIYAH 1 PURBALINGGA TAHUN PELAJARAN 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN. ini. Kenyataan ini menunjukkan bahwa manusia memerlukan pendidikan. Akan

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dari sekolah, selain mengembangkan pribadinya. Pemberian

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau cara lain yang dikenal dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional merupakan pelaksanaan pendidikan suatu negara

المجادلة BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Islam adalah agama yang sangat empatik dalam mendorong umatnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Islam memandang manusia sebagai makhluk yang termulia dan sempurna. Ia

BAB I PENDAHULUAN. itu sendiri ada. Manusia pertama dalam pandangan Islam adalah Nabi Adam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengaruh kehidupan modern, wanita semakin hari semakin

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh semakin pesat ditandai dengan berkembangnya teknologi informasi

BAB I PENDAHULUAN. seandainya orang Tulungagung mengatakan = 9, sedangkan orang

BAB I PENDAHULUAN. UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa:

BAB 1 PENDAHULUAN. dewasa seperti sekolah, buku, putaran hidup sehari-hari, dan sebagainya) dan. ditujukan kepada orang yang belum dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. suatu kelompok manusia dapat berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha manusia untuk menumbuhkan dan. mengembangkan potensi dan kemampuan anak didik sesuai dengan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan dalam masyarakat. Aspek perubahan meliputi: sosial, politik, ekonomi,

I. PENDAHULUAN. berperan penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan hidup secara tepat dimasa akan datang atau dapat juga didefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. dan berkualitas. Pendidikan adalah hal yang penting dan sangat berperan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional No. 20

Berkompetisi mencintai Allah adalah terbuka untuk semua dan tidak terbatas kepada Nabi.

SKRIPSI. Oleh : KURROTA A YUNIN NIM JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur, sejahtera lahir dan batin, material, dan. yang beriman dan berilmu pengetahuan yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI). Dengan demikian, pembelajaran bahasa

I. PENDAHULUAN. depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat,

BAB I PENDAHULUAN. yang dikeluhkan oleh masyarakat (Pontonuwu dkk., 2013). Penyakit gigi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk

BAB I PENDAHULUAN. * Seluruh Teks dan terjemah Al-Qur`ān dalam skripsi ini dikutip dari Microsoft Word Menu Add-Ins

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pendidikan. Kurikulum digunakan sebagai acuan

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan masalah yang sangat dominan bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan itu Allah Swt berfirman dalam Alquran surah At-Tahrim

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan mandiri.

BAB I PENDAHULUAN. siswa, pengajar, sarana prasarana, dan juga karena faktor lingkungan. Salah satu

KONSEP GURU MENURUT AL GHAZALI DALAM KITAB IHYA ULUMIDDIN SKRIPSI

Oleh: Shahmuzir bin Nordzahir

PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan nasional. Perkembangan zaman saat ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. kearah peningkatan yang lebih positif. Agar usaha-usaha tersebut dapat terwujud

BAB I PENDAHULUAN. guna meraih bekal-bekal keilmuan untuk keberlangsungan hidupnya. Islam

Al-Muhiith, Al-Wakiil dan Al-Fattaah

terdapat pada surat Az-Zumar ayat 9 yang berbunyi :

ISLAM DAN TOLERANSI. Disampaikan pada perkuliahan PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. MUHAMMAD ALVI FIRDAUSI, S.Si, MA. Modul ke: Fakultas TEHNIK

BAB I PENDAHULUAN. Cipta, 1992), hlm Sriyono, Teknik Belajar Mengajar Dalam CBSA, (Jakarta: Rineka

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah sedang mengadakan berbagai usaha untuk membangun manusia

BAB I PENDAHULUAN. 31 ayat 1 dan 3 menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. (jasmani). Untuk melakukan itu semua diperlukan suatu proses yang. yang diakibatkan oleh belajar tersebut. 2

BAB I PENDAHULUAN. potensi anak didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan pada pemecahan masalah yang bersifat tidak rutin. mampu bekerja sama. Kemampuan tersebut diberikan agar siswa dapat

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mengimbangi perkembangan tersebut dituntut adanya manusia-manusia

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran.

I. PENDAHULUAN. dengan pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan merupakan salah satu sasaran

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan pemecahan masalah matematika pada siswa dapat. berbentuk uraian kita dapat melihat langkah-langkah yang dilakukan siswa

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh laba seoptimal mungkin serta untuk memaksimalkan

BAB I PENDAHULUAN. menemukan makna dan prinsip kerja yang ditempuh serta dari data yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Definisi Operasional. membudayakan manusia. Melalui pendidikan segala potensi sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Berbagai kajian dan pengalaman menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan sudah dirasakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam sangat menganjurkan kepada manusia untuk selalu belajar.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam arti luas adalah segala pengalaman yang dilalui manusia

Dengan nama Allah yang maha pengasih, maha penyayang, dan salam kepada para Rasul serta segala puji bagi Tuhan sekalian alam.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, dan lewat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. diantara ajaran tersebut adalah mewajibkan kepada umatnya untuk melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. secara sistematis dan terencana dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan matematika dalam pembelajaran mampu meningkatkan sumber

- د ر ج ات و ا ل ل ه ب م ا ت ع م ل ىن خ ب يز -١١ BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan suatu aspek yang mendasar dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. pola pikir siswa adalah pembelajaran matematika. Hal ini sesuai dengan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan berpendidikan. Sebagaimana firman Allah Q.S al-mujadalah: 11 yang. beriman dan berilmu. 1

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat dan. mudah dari berbagai sumber.

BAB I PENDAHULUAN. maju. Dalam Al-qur an surah ar-ra du ayat 11 Allah SWT berfirman:

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya, sampai kapan dan dimanapun ia berada. sebagaimana sabda

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan akhirat. Selain itu, menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap orang dan

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menghadapi persaingan khususnya dalam bidang IPTEK. Kemajuan IPTEK yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu hal yang mampu menciptakan sumber daya manusia yang berfikir secara kritis dan mandiri serta menyeluruh dalam memecahkan masalah. Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin banyak ilmu pengetahuan yang diperoleh serta semakin dihargai dan dihormati. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran surat al-mujadalah ayat 11 yang berbunyi : ي ا أ ي ه ا ال ذ ين آم ن وا إ ذ ا ق يل ل ك م ت ف س ح وا ف ي ال م ج ال س ف اف س ح وا ي ف س ح للا ل ك م و إ ذ ا ق يل ان ش ز وا ف ان ش ز وا ي ر ف ع للا ال ذ ين آم ن وا م ن ك م و ال ذ ين أ وت وا ال ع ل م د ر ج ات و للا ب م ا ت ع م ل ون خ ب ير Artinya : Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: Berlapanglapanglah dalam majelis, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu orangorang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahu apa yang kamu kerjakan. Ayat tersebut menjelaskan bahwa pendidikan itu sangat penting dalam kehidupan, dengan adanya pendidikan kita akan lebih banyak mendapat ilmu pengetahuan. Allah juga akan meninggikan derajat orang-orang yang berilmu, maka setiap orang diwajibkan untuk menuntut ilmu pengetahuan. Pendidikan dapat diartikan sebagai proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai kebutuhan (Syah, 2003). Tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan persaingan ketat di segala bidang terutama dalam bidang 1

2 pendidikan, untuk mengatasinya dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu bersaing secara global. Oleh karenanya aspek-aspek yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan di Indonesia selalu mengalami perubahan atau perbaikan secara terus menerus demi memperoleh hasil yang terbaik, sehingga dapat dikatakan bidang pendidikan merupakan suatu hal yang dinamis. Dunia pendidikan memiliki berbagai macam ilmu pengetahuan diantaranya ilmu matematika dimana perkembangan matematika dewasa ini sangatlah pesat baik materi maupun kegunaanya. Sehingga pengajaran matematika sekolah selalu mempertimbangkan perkembangan matematika, penerapan dan penggunaan matematika dalam menyelesaikan permasalahan sehari-hari Tujuan pembelajaran matematika berdasarkan Permendiknas No. 22 Tahun 2006, yaitu: 1. memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. 2. menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 3. memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang pendekatan, dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4. mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

3 5. memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Berdasarkan dengan tujuan pembelajaran matematika tersebut, kemampuan pemecahan masalah memegang peranan penting, karena selain sebagai tuntutan pembelajaran matematika, kemampuan tersebut juga bermanfaat bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan pemecahan masalah merupakan bagian dari aspek berpikir matematika tingkat tinggi (high order of thinking) yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan aspek intelektual dan non intelektual (Sumarmo, 2010). Pemecahan masalah ditempatkan pada urutan pertama dari tujuan pendidikan matematika dalam sebuah paper yang berjudul Essential Mathematics for the 21 st Century (NCTM, 2000). Sementara pada laporan Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) 2011, siswa Indonesia berada pada posisi 38 dari 42 negara yang disurvei. Prestasi Indonesia jauh di bawah negara-negara Asia lainnya. Dengan rata-rata skor internasional 500 dan standar diviasi 100, nilai matematika Indonesia berada pada skor 397. Dengan demikian nilai matematika Indonesia berada signifikan dibawah nilai rata-rata. Sedangkan hasil survei PISA pada bidang matematika menunjukkan bahwa Indonesia menempati peringkat ke 64 dari 65 negara yang disurvei dengan nilai rata-rata kemampuan matematika yaitu 375 dari nilai standar rata-rata internasional adalah 494. Pada survei PISA tersebut, salah satu indikator kognitif yang dinilai adalah kemampuan pemecahan masalah matematis (OECD, 2014).

4 Pentingnya kemampuan pemecahan masalah juga diungkapkan oleh Branca (Effendi, 2012), bahwa kemampuan pemecahan masalah adalah jantungnya matematika. Kemampuan pemecahan masalah lebih mengutamakan proses dan strategi yang dilakukan siwa dalam penyelesaian masalah daripada hanya sekedar hasilnya. Menurut Polya (dalam Rofiqoh, 2015), tahap pemecahan masalah matematika meliputi: 1) memahami masalah, 2) membuat rencana penyelesaian, 3) melaksanakan rencana, dan 4) melihat kembali. Hal ini berarti penyelesaian permasalahan belum dianggap sebagai hasil final sebelum diperiksa kembali kesesuaiannya terhadap informasi yang disediakan. Meskipun pemecahan masalah merupakan aspek yang penting, tetapi kebanyakan siswa masih lemah dalam hal pemecahan masalah matematika. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti dengan guru pada tanggal 17 Maret 2016 di SMA N 10 Semarang mengenai materi Trigonometri didapat bahwa dalam mempelajari materi siswa sering mengalami kesulitan dikarenakan terlalu banyaknya rumus yang ada sehingga mereka merasa bingung harus menggunakan rumus yang mana untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Contoh sederhana yang menggambarkan kesulitan yang dialami siswa adalah siswa masih terlihat bingung ketika mereka diminta menentukan panjang sebuah sisi segitiga apabila nilai perbandingan trigonometri dan panjang sebuah sisi segitiga telah diketahui. Misalnya terdapat soal: tentukan panjang AC jika

5 terdapat sebuah segitiga ABC dengan cos CAB =, cos ABC =, dan panjang BC = 8 cm. Ada beberapa siswa yang menganggap bahwa 4 senilai dengan 8 sehingga perhitungan pun akhirnya menggunakan rumus perbandingan senilai dan didapatkan panjang AC = 6. Dari hal tersebut terlihat bahwa kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal tersebut adalah kurangnya kemampuan siswa merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. Hal ini diduga karena kemampuan pemecahan masalah matematis siswa masih kurang. Apabila kondisi demikian terus berlanjut, maka akan berdampak buruk terhadap kualitas pembelajaran siswa pada materi-materi berikutnya. Disisi lain secara ilmiah kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh perbedaan karakteristik masing-masing individu sehingga harus diperhatikan dalam pembelajaran agar diperoleh hasil yang optimal. Dimensi-dimensi perbedaan individu antara lain adalah intelegensi, kemampuan berpikir logis, kreativitas, gaya kognitif, kepribadian, nilai, sikap, dan minat (Ulya, 2015). Semua dimensi tersebut idealnya turut menjadi perhatian guru dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Salah satu dimensi yang juga penting untuk diperhatikan guru adalah gaya kognitif. Gaya kognitif adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berpikir, dan memecahkan soal (Nasution, 1984). Gaya kognitif menempati posisi yang penting dalam proses pembelajaran (Desmita, 2009). Guru dapat mengetahui perbedaan individu dalam gaya kognitif siswa sehingga guru dapat menyusun rancangan pembelajaran yang

6 sesuai dengan karakteristik siswa. Selain itu, guru juga dapat memahami bahwa siswa yang diampunya memiliki cara yang berbeda-beda dalam memecahkan masalah atau tugas yang diberikan. Gaya kognitif dapat dibedakan atas beberapa kelompok, salah satunya adalah berdasarkan kontinum global analitik (Witkin, et al dalam Marlissa, dkk, 2015). Berdasarkan cara pengelompokan ini gaya kognitif dapat dibedakan atas (1) field dependent (FD), dan (2) field independent (FI). Mereka berpendapat bahwa setiap individu memiliki gaya kognitif yang berbeda-beda sesuai dengan cara masingmasing individu mendapatkan informasi dari lingkungannya. Gaya kognitif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah gaya kognitif field dependent (FD) dan gaya kognitif field independent (FI). Alasan pemilihan gaya kognitif ini dikarenakan gaya kognitif FD dan FI merupakan tipe gaya kognitif yang mencerminkan cara analisis seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian yang akan melihat bagaimana kemampuan pemecahan masalah siswa, sementara pemecahan masalah tersebut membutuhkan kemampuan analisis. Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dipaparkan, dalam penelitian ini peneliti mengambil sebuah judul yaitu: ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA BERDASARKAN TEORI POLYA MATERI TRIGONOMETRI DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF SISWA.

7 B. Batasan Masalah Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, untuk menghindari perluasan permasalahan dalam penelitian ini maka permasalahan dibatasi sebagai berikut: 1. penelitian dilaksanakan pada siswa kelas X semester 2 SMA N 10 Semarang 2. materi yang diteliti adalah materi trigonometri (perbandingan trigonometri, aturan sinus, aturan cosinus). 3. setiap siswa memiliki gaya kognitif yang berbeda-beda, gaya kognitif yang digunakan adalah gaya kognitif field dependent (FD), dan gaya kognitif field Independent (FI). 4. kemampuan pemecahan masalah siswa juga dibatasi pada hasil tes, setelah siswa mengikuti proses pembelajaran pada materi trigonometri. 5. analisis data diambil dari hasil angket, tes, dan wawancara. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dapat diajukan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. bagaimanakah klasifikasi gaya kognitif siswa kelas X.2 SMA N 10 Semarang? 2. bagaimana kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas X.2 SMA N 10 Semarang pada materi trigonometri ditinjau dari gaya kognitif siswa?

8 D. Tujuan Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini: 1. mengetahui klasifikasi gaya kognitif siswa kelas X.2. 2. menganalisis kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas X.2 pada materi trigonometri ditinjau dari gaya kognitif siswa. E. Manfaat Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, manfaat yang diharapkan sebagai berikut. 1. Manfaat Teoritis Secara Teoritis diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi pengetahuan atau informasi yang bermanfaat dalam dunia pendidikan, terutama terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika pada materi trigonometri. 2. Manfaat Praktis a. Manfaat bagi Peneliti Dengan penelitian ini diharapkan peneliti dapat memperoleh pengalaman dalam menerapkan strategi pembelajaran dan mampu memberikan pembelajaran yang berkualitas. b. Manfaat bagi Siswa 1) Memberikan kesempatan siswa untuk mengoptimalkan kemampuan dan potensi kreatifnya dalam menyelesaikan masalah matematika sesuai dengan gaya kognitifnya

9 2) Refleksi siswa untuk mengetahui kemampuan dalam memecahkan masalah matematika sampai mana. c. Manfaat bagi Guru 1) Mengetahui gaya kognitif siswa 2) Mengetahui tingkat kemampuan pemecahan masalah matematika pada siswa 3) Guru diharapkan dapat merancang dan mengadakan perubahan dalam model pembelajaran yang sesuai dan tepat sehingga siswa lebih paham. d. Manfaat bagi Sekolah Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat dalam pengembangan pembelajaran khususnya dalam mata pelajaran matematika.