BAB I PENDAHULUAN. mengurus anak, dan kerap kali harus berhubungan dan bergaul dengan anak-anak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. gagal bisa juga berakibat buruk. Hal ini sangat tergantung kapan, bagaimana,

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (Susenas) tahun 2010 di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-4

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan dasarnya dan untuk belajar mandiri, lingkungan yang

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungannya dengan upaya stimulasi yang dapat dilakukan, sekalipun anak

BAB I PENDAHULUAN. perubahan lingkungan internal (psikologis, intelektual, spirituial dan penyakit)

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan dasar manusia merupakan sesuatu yang harus dipenuhi. untuk meningkatkan derajat kesehatan. Menurut teori Maslow manusia

BAB I PENDAHULUAN. Menjalani perawatan di rumah sakit (hospitalisasi) merupakan pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. tidak lagi dipandang sebagai miniatur orang dewasa, melainkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kesehatan di rumah sakit sangat bervariasi baik dari segi jenis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut permenkes no. 147 (2010), Rumah Sakit adalah institusi

BAB I PENDAHULUAN. stress yang mungkin ia sudah tidak mampu mengatasinya (Keliat, 1998). Sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan dan kekuatan tubuh yang menyebabkan aktivitas kerja terganggu, tubuh

BAB I PENDAHULUAN. pekerja yaitu perawat. Perencanaan tenaga keperawatan merupakan fungsi organik

BAB I PENDAHULUAN. angka ini meningkat menjadi 219 pasien dan tahun 2013 menjadi 418 pasien. Bila

BAB 1 PENDAHULUAN. Synder, 2004). Menurut Potter & Perry (2005) tidur merupakan waktu dimana

BAB I PENDAHULUAN. makanan, tempat tinggal, eliminasi, seks, istirahat dan tidur. (Perry, 2006 : 613)

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organisation (WHO) tahun 2003 mendefinisikan sehat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh manusia antara lain sebagai alat transportasi nutrien, elektrolit dan

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan

BAB I PENDAHULUAN. hidup mereka. Anak juga seringkali menjalani prosedur yang membuat. Anak-anak cenderung merespon hospitalisasi dengan munculnya

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat, terutama di kota-kota besar. Banyaknya jumlah rumah sakit tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. optimal bagi manusia. Maslow dalam teori kebutuhan dasar manusia, membagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah individu unik yang mempunyai kebutuhan sesuai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. kronis sehingga dalam laporan pemerintah Amerika Serikat, Stres kerja dijuluki

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu proses yang dapat diprediksi. Proses

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. dapat terjadi secara akut dan kronis. Dikatakan akut apabila penyakit berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. anak (Morbidity Rate) di Indonesia berdasarkan Survei Kesehatan Nasiolnal

BAB 1 PENDAHULUAN. krisis karena anak mengalami stres akibat perubahan baik terhadap status

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, penyakit ini dapat mengenai semua umur baik laki-laki maupun

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan program pembangunan kesehatan di Indonesia didasarkan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. 2004). Hospitalisasi sering menjadi krisis utama yang harus dihadapi anak,

BAB I PENDAHULUAN. pengertian antara pemberi informasi dengan penerima informasi. mendapatkan pengetahuan (Taylor, 1993 dalam Uripni, dkk. 2003).

BAB 1 PENDAHULUAN. karena menurunnya produktivitas sebagai efek stres karyawan. The Seventh

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja (Muttaqin, 2008). Corwin (2009) menyatakan dalam Buku Saku

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pekerja kesehatan rumah sakit yang terbanyak adalah perawat yang berjumlah

BAB I PENDAHULUAN. kematian nomor dua di dunia setelah penyakit jantung. Di tahun 2008, stroke dan

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiri untuk menangani kegawatan yang mengancam jiwa, sebelum dokter

BAB I PENDAHULUAN. macam keluhan penyakit, berbagai tindakan telah dilakukan, mulai dari

Setiap bayi memiliki pola temperamen yang berbeda beda. Dimana

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses yang dapat diprediksi. Proses pertumbuhan dan. tumbuh dan kembang sejak awal yaitu pada masa kanak-kanak (Potter &

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan krisis yang sering dimiliki anak. Anak-anak, terutama saat

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu sendiri. Kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. (smeltzer, 2002). Tetapi karena terapi ini diberikan secara terus menerus dan dalam

BAB I PENDAHULUAN. diatasi. Bagi anak usia prasekolah (3-5 tahun) menjalani hospitalisasi dan

BAB I PENDAHULUAN. rawat inap, rawat jalan, dan rawat darurat (Permenkes No. 147 tahun 2010).

BAB I PENDAHULUAN. dimana pelayanan tersebut dilaksanakan oleh perawat. Perawat merupakan

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung terhadap sistem pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak dipengaruhi oleh faktor bawaan (i nternal) dan faktor lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. Hospitalisasi anak merupakan suatu proses karena suatu alasan yang

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kepada masyarakat. keperawatan sebagai tuntunan utama. Peran perawat professional dalam

BAB I PENDAHULUAN. sampai evaluasi selanjutnya (Uliyah & Hidayat, 2008). Keluhan yang

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN SIKAP KOPERATIF ANAK USIA PRA SEKOLAH SELAMA PROSEDUR INJEKSI INTRAVENA DI RSUD PROF. DR.

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gagal ginjal kronik. Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap

BAB I PENDAHULUAN. merupakan prioritas tertinggi dalam Hirarki Maslow, dan untuk manusia

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

BAB I PENDAHULUAN. adanya bahaya (Mulyono, 2008). Beberapa kasus kecemasan (5-42%),

BAB I PENDAHULUAN. secara garis besar memberikan pelayanan untuk masyarakat berupa pelayanan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota Gorontalo. Rumah Sakit ini

BAB I PENDAHULUAN. yang memilki peran dalam meningkatkan kesehatan masyarakat. Rumah sakit di

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh banyak faktor, baik faktor dari petugas (perawat, dokter dan tenaga

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial dan spiritual) yang

promotif (pembinaan kesehatan), preventif (pencegahan penyakit), kuratif (pengobatan penyakit) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan) serta dapat

KAJIAN STRES HOSPITALISASI TERHADAP PEMENUHAN POLA TIDUR ANAK USIA PRASEKOLAH DI RUANG ANAK RS BAPTIS KEDIRI ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berkemih adalah pengeluaran urin dari tubuh, berkemih terjadi

PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR IBU NIFAS DAN MENYUSUI ISTIRAHAT

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

BAB I PENDAHULUAN. satu yang harus diperhatikan oleh pihak rumah sakit yaitu sistem keselamatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar. manusia yang termasuk kedalam kebutuhan dasar dan juga

BAB I PENDAHULUAN. spesifik dan berbeda dengan orang dewasa. Anak yang sakit. hospitalisasi. Hospitalisasi dapat berdampak buruk pada

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah bagian integral dari keseluruhan sistem pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami tindakan invasif seperti pembedahan. Dilaporkan pasien mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terhadap pengalaman sakit, yang disebabkan karena faktor lingkungan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang memiliki umur

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan sampai dengan usia 18 tahun (IDAI, 2014). Anak merupakan individu

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang setiap hariberhubungan dengan pasien. Rumah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era globalisasi ini teknologi berkembang semakin pesat, begitu

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. di rumah sakit. Anak biasanya merasakan pengalaman yang tidak menyenangkan

BAB I PENDAHULUAN. CKD merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia yang berdampak besar pada

BAB I PENDAHULUAN. anak (Undang-Undang Perlindungan Anak, 2002).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kanker tidak hanya menyerang orang dewasa, tetapi anak-anak juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit lainnya. Rumah sakit adalah bentuk organisasi pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia melakukan aktivitas terutama pada siang hari dan. beristirahat tidur di malam hari. Kehidupan seperti ini mengikuti pola

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Wong (2009) Masa kanak-kanak awal yaitu pada usia 3 6 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Keluarga merupakan orang terdekat dari seseorang yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Disease: Improving Global Outcomes Quality (KDIGO) dan the Kidney Disease

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit sebagai pusat pelayanan kesehatan harus memberikan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. dalam menangani pasien dengan berbagai macam tingkat. kegawatdaruratan (Keputusan Menteri Kesehatan RI, 2009).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu sub sistem pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. keperwatan. Layanan ini berbentuk layanan bio-pisiko-sosio-spritual komprehensif

BAB V PEMBAHASAN. bayi terhadap kuantitas tidur bayi usia 3-6 bulan dan membuktikan antara

KECEMASAN ANAK USIA TODDLER YANG RAWAT INAP DILIHAT DARI GEJALA UMUM KECEMASAN MASA KECIL

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sakit dan dirawat di rumah sakit jauh dari menyenangkan bagi anak. Hal ini merupakan suatu stresor karena anak tidak mengerti mengapa dia dirawat. Perpisahan dengan orang orang terdekat dari anak, penyesuaian dengan lingkungan yang asing bagi anak, penyesuaian dengan banyak orang yang mengurus anak, dan kerap kali harus berhubungan dan bergaul dengan anak-anak yang sakit serta pengalaman mengikuti terapi yang menyakitkan (Ratna, 2012). Rawat inap merupakan keadaan dimana orang sakit berada pada lingkungan rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan dalam perawatan atau pengobatan sehingga dapat mengatasi atau meringankan penyakitnya (Wong, 2009). Rawat inap pada anak adalah suatu proses yang menyebabkan anak harus tinggal di rumah sakit untuk menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah. Reaksi anak terhadap rawat inap bersifat individual, bergantung pada usia perkembangan, pengalaman terhadap sakit, sistem pendukung yang tersedia dan koping yang dimilikinya. Anak yang dirawat di rumah sakit sering merasa kelelahan dan menjadi tidak nyaman yang berakibat sulit untuk tidur (Supartini, 2004). Pola tidur pada anak sering terganggu misalnya meningkatnya frekuensi terbangun di malam hari atau meningkatnya fragmentasi tidur karena seringnya terbangun. Walaupun demikian, rata-rata waktu tidur total anak hampir sama

dengan dewasa muda. Ritmik sirkadian tidur-bangun anak juga sering terganggu. Seringnya terbangun pada malam hari menyebabkan keletihan, mengantuk, dan mudah jatuh tidur pada siang hari (Perry dan Potter, 2009) Kebutuhan tidur pada manusia bergantung pada tingkat perkembangan. Pada anak umumnya anak membutuhkan 11-12 jam/hari untuk tidur. Menurut Hurlock, secara teori kebutuhan tidur adalah jumlah kebutuhan tidur manusia yang biasanya dijelaskan dengan waktu yang dibutuhkan untuk menjalani aktivitas tidur dalam satu hari untuk memulihkan kondisi individu tersebut (Febriana, 2011). Kebutuhan tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor yang dapat mempengaruhinya adalah : penyakit, latihan dan kelelahan, stres, obat, nutrisi, lingkungan dan motivasi. Apabila faktor tersebut tidak dapat diatasi maka akan berpengaruh pada kuantitas atau jumlah jam tidur seseorang (Aziz, 2008). Menurut Setiatava (2011), tidur juga bertujuan untuk restorasi sel. Restorasi sel-sel tubuh merupakan salah satu teori yang dikemukakan oleh para ilmuan untuk menjelaskan sebab atau tujuan manusia harus tidur. Gangguan pemenuhan kebutuhan tidur dapat terjadi karena adanya faktor situasional seperti perubahan lingkungan, misalnya perawatan di rumah sakit, kebisingan, atau ketakutan serta adanya kondisi patologis pada anak misalnya penyakit kronik, infeksi, gannguan sirkulasi dan lain-lain. Lingkungan institusi Rumah Sakit atau fasilitas perawatan jangka panjang dan aktivitas petugas pelayanan kesehatan dapat menyebabkan sulit tidur. Besaran jumlah tidur anak, disesuaikan dengan tingkat umurnya. (Tasya, 2011).

Anak yang mengalami prosedur invasif berupa pemasangan infus, selain akan menimbulkan gangguan fisik seperti rasa nyeri, juga dapat mempengaruhi psikologisnya berupa stres, agresif dan perasaan terkekang akibat imobilisasi area pemasangan infus, yang pada anak-anak biasanya diberikan spalk dan fiksasi. Selain reaksi perilaku negatif, aspek yang selama ini kurang mendapat perhatian adalah dampak dari tindakan invasif dan menyakitkan tersebut terhadap pemenuhan kebutuhan tidur anak terutama tidur di malam hari (Ratna. 2012). Pemenuhan kebutuhan tidur sangat penting bagi anak yang sedang sakit. Apabila pemenuhan tidur tersebut tercukupi, maka jumlah energi yang diharapkan untuk memulihkan status kesehatan dan mempertahankan metabolisme tubuh terpenuhi (Aziz, 2012). Ganguan tidur pada anak jika tidak segera ditangani akan berdampak serius dan akan menjadi gangguan tidur yang kronis secara fisiologis, jika seseorang tidak mendapatkan tidur yang cukup untuk mempertahankan kesehatan tubuh dapat menurun. Pada penelitian Mohammadi (2007) dengan 114 anak usia sekolah didapatkan 52.6% tidurnya terganggu. Zhang (2013) di Xinhua Hospital didapatkan 71.4 % dari 19.299 anak usia sekolah mengalami gangguan tidur. Pada penelitian Sukoati (2012) di Rumah Sakit Baptis Kediri didapatkan 62% anak mengalami gangguan pola tidur pada usia sekolah. Berdasarkan survey awal yang dilakukan di RSUD Prof Dr H. Aloei Saboe pada tanggal 4 maret 2015 melalui observasi di peroleh data dalam satu tahun terakhir terhitung dari bulan Januari sampai Desember 2014, sebanyak 1565 orang pasien anak-anak yang di rawat. Jumlah anak yang di rawat pada tahun 2015

yang tehitung dari bulan Januari sampai Februari sebanyak 401 orang. Berdasarkan pengambilan data yang dilakukan minggu 29 maret 2015 melalui wawancara dengan 16 orang orang tua pasien anak yang di rawat, mereka mengeluhkan anaknya terlihat lelah atau lemah karena kurang terpenuhi kebutuhan tidur dan sebanyak 11 orang yang di antaranya di sebabkan oleh adanya tindakan invasive seperti pemberian obat secara parenteral (infuse) dan lingkungan ruangan yang kurang nyaman. Hasil wawancara juga didapatkan 10 orang ibu yang anaknya dirawat di ruang anak mengeluhkan anaknya sering mengalami kesulitan untuk tidur karena lingkungan rumah sakit yang kurang tenang serta bila sedang tidur anak harus mendapat suntikan melalui infuse sehingga anak kadang-kadang sering terbangun. Melihat permasalahan pada pemenuhan kebutuhan tidur anak dirumah sakit, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan tidur pada anak yang di rawat di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan permasalahan tersebut maka masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut : 1. Hasil penelitian terdahulu mengindikasikan pemenuhan kebutuhan tidur masih menjadi masalah serius pada anak yang dirawat dirumah sakit. 2. Hasil wawancara dengan 16 orang orang tua pasien anak yang di rawat, mereka mengeluhkan anaknya terlihat lelah atau lemah karena kurang tidur.

3. Hasil wawancara juga didapatkan 10 orang yang anaknya dirawat di ruang anak mengeluhkan anaknya sering mengalami kesulitan untuk tidur karena lingkungan rumah sakit yang kurang tenang serta tidak nyaman karena bila sedang tidur anak harus mendapat suntikan melalui infuse sehingga anak kadang-kadang sering terbangun. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan bahwa Faktor apa sajakah yang berhubungan dengan kebutuhan tidur pada anak yang di rawat di RSUD Prof Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo?. 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui Faktor-faktor yang berhubungan dengan kebutuhan tidur pada anak yang di rawat di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo. 1.4.2 Tujuan khusus 1. Mengidentifikasi lingkungan ruangan dan ketidaknyamanan fisik pada anak yang di rawat di RSUD Prof Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo. 2. Mengidentifikasi kebutuhan tidur anak yang di rawat di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo. 3. Menganalisis hubungan lingkungan ruangan dengan kebutuhan tidur pada anak di rawat di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo. 4. Menganalisis hubungan ketidaknyamanan fisik dengan kebutuhan tidur pada anak yang di rawat di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo.

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan keilmuan khususnya keperawatan anak dalam upaya peninggkatan kualitas asuhan keperawatan. 1.5.2 Manfaat Praktis 1. Bagi Orang Tua Untuk menambah pengetahuan orang dalam upaya pemenuhan kebutuhan tidur pada anak yang dirawat di rumah sakit. 2. Bagi Peneliti Manfaat bagi peneliti merupakan pengalaman yang sangat berharga dalam memperluas wawasan serta pengetahuan tentang pemenuhan kebutuhan tidur pada anak di rumah sakit. 3. Bagi Rumah Sakit Dapat memberikan informai bagi pihak rumah sakit dalam menentukan arah kebijakan dalam upaya memenuhi kebutuhan tidur pada anak secara kuantitas yang dirawat di rumah sakit. 4. Bagi Keperawatan Dapat memberikan kontribusi dalam bidang keperawatan anak khususnya perawat di ruang anak sehingga perawat dapat menyusun asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan anak.