BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Gejala globalisasi mengakibatkan semakin banyaknya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Job insecurity adalah suatu keadaan yang tidak nyaman dan rancu yang dialami para UKDW

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karyawan bekerja untuk mendapatkan penghasilan demi penghidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu ciri kehidupan modern dapat dilihat dari semakin kompleknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam menggerakkan roda perkembangan dan laju produktivitas perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bisnis yang bergerak di bidang jasa adalah perbankan. Di era

BAB 1 PENDAHULUAN. serta perekonomian dunia yang semakin meningkat menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. dengan istilah human capital yang memandang sumber daya manusia atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maraknya sistem outsourcing di Indonesia telah banyak menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu factor yang mampu menentukan keberhasilan atau kegagalan dalam

BAB II LANDASAN TEORI

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. informasi semakin cepat berkembang. Hal ini mempengaruhi pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai karyawannya. Ditengah-tengah persaingan ekonomi secara global, sistem

BAB I PENDAHULUAN 1 BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini, persaingan dalam dunia usaha semakin ketat. Dengan seriring

PENGARUH KETIDAKAMANAN KERJA, KEPUASAN KERJA, DAN KOMITMEN ORGANISASIONAL TERHADAP PENGUNDURAN DIRI PEKERJA

PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. diri (Sunarto, 2004). Hal ini disebabkan karena dunia kerja sekarang telah

RETNO SAWITRIAVI F

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan sumber daya yang dimiliki perusahaan meliputi sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sampai-sampai beberapa organisasi sering memakai unsur komitmen sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. arahan yang positif demi tercapainya tujuan organisasi.

A. MAKNA DAN HAKIKAT PENYEDIAAN TENAGA KERJA DENGAN SISTEM OUTSOURCING

BAB I. kehidupan manusia, tidak terkecuali sektor ekonomi. Semakin tinggi ilmu. dihadapi setiap perusahaan. Hal ini memaksa setiap perusahaan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan tetap terjamin. Mempekerjakan karyawan dalam ikatan kerja outsoucing nampaknya sedang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan di Indonesia. Kondisi tersebut memaksa perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan pekerjaan ataupun kegiatan sehari hari yang tidak. mata bersifat jasmani, sosial ataupun kejiwaan.

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakikatnya setiap individu ingin mendapatkan pekerjaan karena

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi menyebabkan terjadinya perubahan hampir disemua sektor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dunia bisnis pada era globalisasi ini, demikian pesat


BAB I. Era globalisasi telah melanda berbagai aspek kehidupan manusia, dimana

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kumpulan resources yang tidak berguna. Selain itu, sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. peran karyawan yang sangat penting bagi setiap organisasi atau perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan UU No. 3 tahun 1982, perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi kunci utama dari sekian banyak

BAB I PENDAHULUAN. bersaing dan salah satu alat yang dapat digunakan oleh perusahaan adalah

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DENGAN KEPUASAN KERJA PADA KARYAWAN PT. HANIL INDONESIA DI BOYOLALI

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maupun keunggulan lebih dari para pesaing, sehingga perusahaan dapat

BAB III AKIBAT HUKUM APABILA PERJANJIAN KERJA TIDAK DILAPORKAN KE INSTANSI YANG MEMBIDANGI MASALAH KETENAGAKERJAAN

BAB I PENDAHULUAN. sangat dibutuhkan sistem manajamen yang dapat mendorong organisasi agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. Mempertahankan tenaga kerja yang memadai dan berkualitas adalah

BAB I PENDAHULUAN. usaha yang memiliki prospek yang baik dan terus berkembang. Perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia, sumber daya alam dan sumber-sumber ekonomi lainnya untuk

BAB I PENDAHULUAN. (Rachmawati, 2008). Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan persaingan yang ketat diantara perusahaan-perusahaan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Kerja. sebuah evaluasi karakteristiknya. Rivai & Sagala (2009) menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dengan semakin tingginya tuntutan peningkatan Pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. efisiensi dan efektivitas dalam perusahaan (Soegianto & Sutanto, 2013). Salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penjelasan Teoritis

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan persaingan yang ketat diantara perusahaan-perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi yang melanda dunia dengan terus diiringi oleh perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal. Kecemasan

PENGARUH KETIDAKAMANAN KERJA, KEPUASAN KERJA DAN KOMITMEN ORGANISASIONAL TERHADAP PENGUNDURAN DIRI PEKERJA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Memasuki era globalisasi aktivitas bisnis saat ini, dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. perannya sebagai subyek pelaksana kebijakan dan kegiatan operasional

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan baik perusahaan besar, swasta maupun pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. dan kemampuan yang terakumulasi dalam diri anggota organisasi. menunjang keberhasilan pelaksanaan pekerjaannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi yang modern sekarang ini, sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. ini, oleh karena itu perusahaan membutuhkan manusia-manusia yang berkualitas tinggi, memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Persaingan dalam dunia usaha di era global saat ini sudah sangat ketat, setiap

BAB I PENDAHULUAN. PT Jasmanindo Sapta Perkasa adalah salah satu perusahaan jasa nasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada era globalisasi yang kompetitif sekarang ini, sumber daya

KINERJA DAN RETENSI INDIVIDUAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan dunia usaha di tanah air mengalami banyak kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. laba semaksimal mungkin (disamping misi lainnya) harus siap untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang dimilki agar dapat bertahan dalam menghadapi persaingan. Setiap perusahaan dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat

BAB I PENDAHULUAN. dapat menjadi aset penting yang dapat memaksimalkan nilai perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam era globalisasi ini persaingan dalam dunia bisnis semakin ketat.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. (Mahdi et al., 2012). Widjaja et al. (2011) mengungkapkan bahwa proses turnover

PENDAHULUAN. Setiap perusahaan mengharapkan produktivitas kinerja yang optimal dari

BAB 2 KAJIAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya dunia usaha saat ini membuat pola pikir seorang manajer

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam setiap perusahaan yang merupakan sebuah organisasi bisnis,

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini sangat banyak merek mobil yang digunakan di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari peran karyawannya. Karyawan dalam suatu perusahaan bukan semata-mata

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KEPEMIMPINAN VISIONER DENGAN KOMITMEN ORGANISASI S K R I P S I

STRUKTUR PEKERJAAN DAN STRUKTUR SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. individu itu sendiri, baik pada organisasi maupun pada teknologinya. Hal. suatu dinamika itu sendiri (Almigo. 2004: 50).

BAB 1 PENDAHULUAN. Karyawan adalah manusia yang mempunyai sifat kemanusiaan, perasaan dan

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh organisasi untuk memenuhi kebutuhan sumber daya manusia di

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya komunikasi dan teknologi, perusahaan dihadapkan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu lembaga yang di organisir dan di jalankan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemajuan sebuah organisasi sangat dipengaruhi oleh kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. organisasi (Arthur, 1994). Menurut Samad (2006) bahwa karakteristik pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. efisien dalam menunjang tercapainya tujuan organisasi (Rusmayanti, 2013).

Teknik Yogyakarta menyimpulkan bahwa ada pengaruh yang positif dan. signifikan antara faktor kompensasi material, kompensasi sosial, kompensasi

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. diatur tegas di dalam Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Dasar Tahun penghidupan yang layak bagi kemanusian.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk mengoptimalkan fungsi manajemennya melalui sumber daya

BAB II LANDASAN TEORI. Komitmen karyawan terhadap organisasi merupakan suatu hubungan antara

I. PENDAHULUAN. manusia yang ada di dalamnya. Apabila sumberdaya manusia tersebut diperhatikan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gejala globalisasi mengakibatkan semakin banyaknya perusahaan multinasional yang masuk dan ikut berperan dalam kancah perekonomian. Hal ini tentu saja menimbulkan persaingan dengan perusahaan skala nasional yang telah ada terlebih dahulu. Demikian juga halnya dengan para karyawan akan terjadi persaingan di tingkatan yang sama. Di sisi lain, globalisasi juga membawa dampak positif, yaitu terbukanya kesempatan untuk bekerja di perusahaan bersakala internasional. Terbukanya peluang kerja tentu akan mempengaruhi komitmen karyawan. Akibat adanya globalisasi tersebut nampak dibidang ketenagakerjaan. Perusahaan yang berkembang di Indonesia saat ini telah banyak menggunakan sistem outsourcing untuk mencari para pekerjanya. untuk mencari para pekerjanya. Outsourcing berasal dari bahasa Inggris yang berarti alih daya. Outsourcing mempunyai nama lain yaitu contracting out merupakan sebuah sistem pemindahan tanggung jawab atau operasi non core business unit dari perusahaan inti ke perusahaan lain di luar perusahaan inti tersebut, sehingga tenaga kerja itu terikat kontrak kerja pada perusahaan lain. Hal ini biasanya dilakukan untuk memperkecil biaya produksi atau untuk memusatkan perhatian pada hal lain.

2 Di negara-negara maju seperti Amerika dan Eropa, pemanfaatan outsourcing sudah sedemikian mengglobal. Perusahaan pengguna jasa outsourcing memilih sistem ini untuk lebih berkonsentrasi pada core businessnya sehingga lebih fokus pada keunggulan produk servicenya. Berbagai manfaat dapat dipetik dari melakukan praktek outsourcing seperti; penghematan biaya (cost saving) perusahaan dapat memfokuskan kepada kegiatan utamanya (core business), dan akses kepada sumber daya (resources) yang tidak dimiliki oleh perusahaan. Tenaga kerja atau pegawai yang diperoleh melalui perusahaan outsourcing ini sering disebut dengan pegawai outsourcing. Pegawai outsourcing merupakan sumber daya manusia yang karirnya akan sulit berkembang. Hal ini karena pegawai tersebut tidak berstatus sebagai pegawai perusahaan tempatnya bekerja namun terdaftar sebagai pegawai dari perusahaan outsourcing yang bekerjasama dengan perusahaan yang bersangkutan. Perusahaan yang tidak puas dengan kinerja pegawai outsourcing tersebut, akan mudah memberhentikan atau mengembalikan tanpa memberikan kompensasi apapun (Faiz, 2007) Dalam sistem kerja outsourcing perusahaan tidak lagi dipusingkan oleh urusan pesangon, Tunjangan Hari Raya (THR), Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), dan masalah ketenagakerjaan lainnya, karena hal ini diambil alih oleh perusahaan outsourcing. Dari sisi tenaga kerja, kondisi demikian sering menimbulkan persoalan, khususnya ketidakpastian hubungan kerja. Perusahaan outsourcing biasanya membuat kontrak dengan pekerja apabila ada perusahaan yang

3 membutuhkan tenaga kerja, kontrak tersebut hanya berlaku selama pekerjaan masih tersedia dan apabila kontrak atau pekerjaan tersebut telah berakhir, maka hubungan kerja antara pekerja dan perusahaan outsourcing juga berakhir. Hal ini dapat diartikan bahwa outsourcing adalah memborongkan satu bagian atau beberapa bagian kepada penyedia jasa tenaga kerja. Fenomena outsourcing yang terjadi dalam dunia usaha di Indonesia menjadi sistem yang ingin disingkirkan dalam roda usaha. Unjuk rasa yang terjadi pada buruh 5 Februari 2010 merupakan indikasi penolakan terhadap sistem outsourcing. Masalah terjadinya aksi tersebut adalah sistem gaji yang dirasa tidak adil selain itu ada beberapa hal yang menyebabkan sistem outsourcing ini tidak bisa diterima oleh para pekerja antara lain ketidakpastian hubungan kerja, perbedaan perlakuan kompensasi dan benefit, jenjang karir yang sulit, dan pemutusan hubungan yang dapat terjadi sewaktu-waktu (Taufik,M. 2010). Pegawai outsourcing sendiri pastilah telah paham dengan sistem outsourcing yang berlaku di era global ini. Keinginan untuk perbaikan sistem ketenagakerjaan sangat diharapkan oleh pegawai outsourcing. Mereka menyadari bahwa sistem ini lebih banyak menguntungkan bagi perusahaan. Namun tidak bisa menolaknya karena para pekerja menyadari bahwa perlunya kebutuhan hidup yang harus dipenuhi sehingga harus menerima keadaan yang ada, selain itu sistem ini pun telah menjamur dan banyak digunakan hampir diseluruh perusahaan di Indonesia.

4 Hubungan kerja yang terjadi antara tenaga kerja outsourcing dengan perusahaan kerja outsourcing dituangkan dalam perjanjian kerja tertulis. Bentuk perjanjian tersebut adalah PKWT ( Perjanjian Kerja waktu Tertentu). Mengacu pada pasal 59 ayat 1UU No 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. PKWT adalah perjanjian kerja antara tenga kerja dengan pengusaha yang dibuat untuk pekerjaan tertentu dan kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam waktu tertentu. Menurut UU no 13 tahun 2003 pasal 66 pegawai outsorcing tidak diperbolehkan melakukan kegiatan pokok (inti) atau kegiatan langsung yang berhubungan dengan proses produksi melainkan hanya kegiatan yang bersifat menunjang Bagi perusahaan, keuntungan dari berbagai sektor merupakan prioritas utama dalam mencapai keberhasilan perusahaan. Guna mencapai suatu keberhasilan dalam sebuah perusahaan, maka perlu memikirkan faktor sumber daya manusia sebagai pegawai yang bekerja di perusahaan tersebut. Hal ini dikarenakan adanya garis ketersinggungan atau interaksi antar individu itu sendiri, pada pekerjaan, organisasi maupun pada teknologinya sehingga mengakibatkan kehidupan dinamik dalam suatu organisasi atau perusahaan akan yang akan menjadi suatu dinamika itu sendiri. Salah satu faktor yang berperan dalam pemberdayaan sumber daya manusia dalam mencapai keunggulan kompetitif perusahaan adalah faktor komitmen (Amstrong, 2003, hal 16). Pegawai perusahaan yang baik adalah pegawai yang memiliki komitmen yang tinggi pada perusahaan tempatnya bekerja. Komitmen organisasi dibutuhkan karena dalam

5 komitmen terkandung keyakinan pengikat, yang akan menimbulkan energi untuk melakukan yang terbaik (Jatnika, 2003, hal.143). Komitmen kerja atau komitmen organisasi (Djati dan Khusaini, 2003, hal.31) merupakan suatu kondisi yang dirasakan oleh karyawan yang dapat menimbulkan perilaku positif yang kuat terhadap organisasi kerja yang dimilikinya. Seseorang memiliki komitmen organisasi yang kuat akan mengidentifikasi dan memiliki perasaan yang kuat terhadap pekerjaannya dan perusahaannya dibandingkan dengan orang yang komitmennya rendah. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi komitmen kerja pada pegawai, antara lain: pendapatan finansial individu, kesempatan untuk berafiliasi, status simbol, waktu kerja, pekerjaan yang menantang, variasi kerja, keamanan kerja, pertumbuhan dan perkembangan pribadi yang menyangkut pengembangan karir (Rue dan Byars dalam Tanajaya dan Noegroho, 1995, hal. 9). Greenberg dan Baron (dalam Setiawati dan Zulkaida,2007,hal 72)) menyatakan beberapa faktor yang mempengaruhi komitmen kerja karyawan adalah karakteristik pekerjaan, kesempatan akan adanya pekerjaan lain, karakteristik individu serta perlakuan organisasi terhadap karyawan baru. Senada dengan pendapat pendapat Greenberg dan Baron di atas, Schultz dan Schultz (dalam Setiawati dan Zulkaida, 2007,hal 72) menyebutkan bahwa faktor personal dan faktor organisasi dapat meningkatkan komitmen kerja. Disamping itu, pendapatan financial merupakan salah satu faktor yang memberikan kontribusi bagi

6 timbulnya komitmen kerja, Szillagyi,dkk (dalam Tanajaya dan Noegroho,1995,h.9-10) berpendapat bahwa pendapatan finansial yang dimaksudkan adalah jaminan kesejahteraan, sistem dan besarnya gaji, serta fasilitas-fasilitas lain yang diberikan perusahaan. Komitmen memiliki hubungan dengan kepuasan kerja, karena komitmen dan kepuasan kerja dapat diidentifikasikan sebagai akumulasi dari hasil interaksi yang terjadi secara terus-menerus antara pribadi individu dengan pekerjaan dan lingkungan tempatnya bekerja dalam suatu kurun waktu tertentu (Jatnika, 2003, hal 143). Wexley dan Yukl (dalam Muhaimin, 2004) mengartikan kepuasan kerja sebagai perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Kepuasan kerja secara umum merupakan sikap terhadap pekerjaan yang didasarkan pada evaluasi terhadap aspek-aspek yang berbeda bagi pekerja. Sikap seseorang terhadap pekerjaannya tersebut menggambarkan pengalaman-pengalaman menyenangkan atau tidak menyenangkan dalam pekerjaan dan harapan-harapan mengenai pengalaman mendatang. Penelitian yang yang dilakukan oleh Temaluru (2001) di PT. SB Jakarta dengan 166 responden menunjukan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara komitmen terhadap pekerjaannya dan organisasi,usia, jenis kelamin, pendidikan, masa kerja dengan kepuasan kerja (R=.42 ; P=.05). Penelitian lain yang juga berkaitan adalah penelitian yang dilakukan oleh Lam & Zhang (2003, h.215) yang mengemukakan bahwa penelitian-penelitian sebelumnya telah ditemukan adanya harapan-harapan pegawai yang tidak terpenuhi

7 sehingga mempengaruhi komitmen yang berhubungan dengan kepuasan kerja. Seorang pegawai tentu saja tidak hanya mengharapkan upah yang besar tetapi juga kesempatan berkarier atau promosi sebagai kontribusi timbulnya komitmen kerja. Hal ini disebabkan dalam kepuasan kerja dapat terlihat aspek-aspek seperti ganjaran yang pantas diterima,sehingga kepuasan kerja seseorang sangat mempengaruhi besarnya komitmen pegawai terhadap pekerjaannya atau organisasi. Bagi pegawai outsourcing kesempatan seperti itu sangat sulit, pegawai outsourcing harus menunjukan performa kerja yang bagus agar mampu bertahan di perusahaan tempatnya bekerja. Bila pegawai menunjukan perfoma yang buruk atau tidak mampu memenuhi tututan perusahaan maka mereka akan dipecat atau dikeluarkan tanpa uang pesangon. Hal ini tentu saja akan mengakibatkan kekhawatiran serta ketidaknyamanan dan ketidakamanan kerja ( job insecurity) bagi karyawan yang bersangkutan. Kondisi yang berhubungan dengan rasa takut seseorang akan kehilangan pekerjaan atau prospek akan demosi atau penurunan jabatan serta berbagai ancaman lain terhadap kondisi kerja yang berasosiasi dengan menurunnya kesejahteraan secara psikologis dan menurunnya kepuasan kerja merupakan definisi dari Job insecurity (Greenglass dalam Suriana, 2008, hal 12) Penelitian yang dilakukan Burchell (1996, h.129) menyebutkan bahwa tingginya job insecurity berhubungan dengan implikasi pada sedikitnya insentif atau biaya untuk pelatihan karyawan serta

8 rendahnya kesempatan untuk mengembangkan berbagai manfaat sehubungan dengan loyalitas karyawan. Purcell, dkk. (dalam Kurniasari, 2005,hal.10) menyatakan bahwa hampir kebanyakan pekerja temporer dan part time termasuk di dalam golongan karyawan yang mengalami job insecurity tertinggi. Adanya outsourcing, kompetisi yang ketat dan strategi eksternal dari organisasi menyebabkan semakin meningkatnya rasa tidak aman dan rasa tidak pasti dari karyawan. Sistem pemberian reward yang dikaitkan dengan manajemen kinerja serta fleksibilitas dalam pemberian finansial menyebabkan rasa tidak pasti tentang tingkat pendapatan yang akan diperoleh. Greenhalgh dan Rossenbaltt (dalam Indriana, 2003 hal.135) berhasil merumuskan secara teoritis variable job insecurity sebagai variable yang menggambarkan kebutuhan akan rasa aman pada lingkungan kerja. Penelitian lainnya oleh Passewark dan Srawser (dalam Indriana, 2003 hal.133) menemukan bukti empiris bahwa job insecurity mempengaruhi kepuasan kerja dan komitmen kerja dan kepercayaan organisasional yang akhirnya mempunyai hubungan dengan keinginan berpindahnya karyawan sehingga menyebabkan performa kerja pada karyawan menjadi buruk dan berimbas pada pemecatan atau PHK. Job insecurity yang dialami karyawan perusahaan merupakan hasil yang diakibatkan karena karyawan yang satu melihat karyawan yang lain kehilangan pekerjaannya dan sering kali job insecurity menambah stress para karyawan. Job insecurity

9 sebagai dampak dari restrukturisasi menyebabkan ketidak puasan kerja karyawan. Masalah yang terjadi pada sistem outsourcing memang yang terjadi pada sistem outsourcing memang sangat beragam. Pegawai outsource sering mengalami ketidakpuasan kerja seperti ketidakadilan dalam gaji, sulitnya berkembang dalam karir, ketidakpastian masa kerja, pemutusan hubungan kerja yang terjadi sewaktu-waktu sehingga mempengaruhi ketidakamanan atau ketidaknyaman sesorang (job insecurity). Hal tersebut tentu akan membawa dampak kepada harapan seseorang yang dapat mempengaruhi komitmen kerja seseorang. Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada Asisten Manager Bank Muamalat diperoleh keterangan bahwa sistem outsourcing ini membantu perusahaan dalam mencari tenaga kerja. Namun terjadi masalah yang berkaitan dengan komitmen kerja para pegawai outsourcing sebagai akibat adanya rasa tidak puas terhadap pekerjaan maupun sistem perusahaan. Indikasi yang sangat nampak adalah pengunduran diri secara tiba-tiba yang terjadi beruntun. yang membuat produktivitas perusahaan sedikit terganggu. Berdasarkan data yang diberikan, prosentase jumlah pegawai outsourcing yang mengundurkan diri dari pekerjaan dalam tiap periodenya mengalami kenaikan. Data pada tahun 2008 disebutkan 15% dari 38 pekerja yaitu 6 pegawai mengundurkan diri dari pekerjaannya, berikutnya tahun 2009 dari penambahan pegawai berjumlah 46 pekerja 17% atau 8 pegawai juga mengundurkan diri secara tiba-tiba.

10 Wawancara lain yang dilakukan kepada pegawai outsourcing dapat diketahui bahwa saat ini bekerja merupakan suatu kewajiban, adanya ketidakpuasan akan imbalan yang diterima serta ketidakamanan sistem kerja outsourcing, yaitu mengenai masa depan kariernya yang dapat sewaktu-waktu diberhentikan dan semua itu mempengaruhi komitmen pegawai tersebut terhadap pekerjaan maupun organisasi tempatnya bekerja. Penelitian ini akan dilakukan di Bank Muamalat sebagai salah satu perusahaan penggunakan jasa outsourcing yang sering mengalami pergantian pegawai akibat keinginan mengundurkan diri dari pekerjaan secara tiba-tiba yang mempengaruhi produktivitas kerja perusahaan. Penelitian ini penting dilakukan sebab komitmen kerja perlu dimiliki oleh setiap pegawai tanpa kecuali selain itu komitmen kerja juga memberikan kontribusi bagi terciptanya visi dan misi perusahaan. Berdasarkan uraian di atas maka timbul pertanyaan dalam diri peneliti Apakah kepuasan kerja dan job insecurity mempengaruhi komitmen kerjanya? Dari pertanyaan tersebut peneliti tertarik mengadakan judul peneltian KOMITMEN KERJA PEGAWAI OUTSOURCING DITINJAU DARI KEPUASAN KERJA DAN JOB INSECURITY. B. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kepuasan kerja dan job insecurity dengan komitmen kerja pada pegawai outsourcing.

11 C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Diharpkan dapat memberika sumbangan ilmu pada psikologi khususnya psikologi industri dan organisasi dalam kaitannya dengan komitmen kerja, kepuasan kerja dan job insecurity pegawai outsource. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan mampu memberikan saran dan kontribusinya bagi pembaca dan perusahaan tentang job insecurity serta kepuasan kerja dalam hubungannya dengan komitmen kerja pegawai outsource.