DAMPAK PEMBATASAN WAKTU GETAR ALAMI FUNDAMENTAL PADA BANGUNAN GEDUNG TINGKAT RENDAH

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN PEMBATASAN WAKTU GETAR ALAMI FUNDAMENTAL TERHADAP STRUKTUR BANGUNAN BERTINGKAT.

BAB III STUDI KASUS 3.1 UMUM

STUDI KOMPARASI SIMPANGAN BANGUNAN BAJA BERTINGKAT BANYAK YANG MENGGUNAKAN BRACING-X DAN BRACING-K AKIBAT BEBAN GEMPA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan sistem struktur penahan gempa ganda, sistem pemikul momen dan sistem

BAB III METODE PENELITIAN

PEMODELAN DINDING GESER PADA GEDUNG SIMETRI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. untuk mencari ketinggian shear wall yang optimal untuk gedung perkantoran 22

BAB IV PEMODELAN STRUKTUR

ANALISIS PENGARUH BENTUK SHEAR WALL TERHADAP PERILAKU GEDUNG BERTINGKAT TINGGI ABSTRAK

Perencanaan Gempa untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia baik di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya

Contoh Perhitungan Beban Gempa Statik Ekuivalen pada Bangunan Gedung

RESPON DINAMIS STRUKTUR PADA PORTAL TERBUKA, PORTAL DENGAN BRESING V DAN PORTAL DENGAN BRESING DIAGONAL

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG CONDOTEL MATARAM CITY YOGYAKARTA. Oleh : KEVIN IMMANUEL KUSUMA NPM. :

ANALISIS KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DENGAN VARIASI PENEMPATAN BRACING INVERTED V ABSTRAK

ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR TAHAN GEMPA DENGAN SISTEM BALOK ANAK DAN BALOK INDUK MENGGUNAKAN PELAT SEARAH

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR KONSTRUKSI BAJA GEDUNG DENGAN PERBESARAN KOLOM

PEMODELAN DINDING GESER BIDANG SEBAGAI ELEMEN KOLOM EKIVALEN PADA MODEL GEDUNG TIDAK BERATURAN BERTINGKAT RENDAH

ANALISIS STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT RENDAH DENGAN SOFTWARE ETABS V.9.6.0

ANALISIS KINERJA STRUKTUR GEDUNG DENGAN COREWALL TUGAS AKHIR

DESAIN TAHAN GEMPA BETON BERTULANG PENAHAN MOMEN MENENGAH BERDASARKAN SNI BETON DAN SNI GEMPA

STUDI KOMPARATIF PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG TAHAN GEMPA DENGAN SISTEM RANGKA GEDUNG BERDASARKAN TATA CARA ASCE 7-05 DAN SNI

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG TRANS NATIONAL CRIME CENTER MABES POLRI JAKARTA. Oleh : LEONARDO TRI PUTRA SIRAIT NPM.

PERKUATAN SEISMIK STRUKTUR GEDUNG BETON BERTULANG MENGGUNAKAN BREISING BAJA TIPE-X TUGAS AKHIR

DESAIN DINDING GESER TAHAN GEMPA UNTUK GEDUNG BERTINGKAT MENENGAH. Refly. Gusman NRP :

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

ANALISIS DINAMIK RAGAM SPEKTRUM RESPONS GEDUNG TIDAK BERATURAN DENGAN MENGGUNAKAN SNI DAN ASCE 7-05

PENGARUH PENEMPATAN DAN POSISI DINDING GESER TERHADAP SIMPANGAN BANGUNAN BETON BERTULANG BERTINGKAT BANYAK AKIBAT BEBAN GEMPA

BAB 1 PENDAHULUAN. di wilayah Sulawesi terutama bagian utara, Nusa Tenggara Timur, dan Papua.

BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN. Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi

KINERJA STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG DENGAN PERKUATAN BREISING BAJA TIPE X

Pada saat gempa terjadi, titik tangkap gaya gempa terhadap bangunan berada pada pusat massanya, sedangkan perlawanan yang dilakukan oleh bangunan berp

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERHITUNGAN BEBAN GEMPA PADA BANGUNAN GEDUNG BERDASARKAN STANDAR GEMPA INDONESIA YANG BARU 1

PERBANDINGAN ANALISIS STATIK DAN ANALISIS DINAMIK PADA PORTAL BERTINGKAT BANYAK SESUAI SNI

Evaluasi Struktur Gedung Student Centre dan Sport Centre STAIN Malang

ABSTRAK. Kata kunci: perkuatan, struktur rangka beton bertulang, dinding geser, bracing, pembesaran dimensi, perilaku. iii

) DAN ANALISIS PERKUATAN KAYU GLULAM BANGKIRAI DENGAN PELAT BAJA

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan Pada Pelat Lantai

BAB IV PERMODELAN STRUKTUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Studi Perbandingan Dinding Geser dan Bracing Tunggal Konsentris sebagai Pengaku pada Gedung Bertingkat Tinggi

STUDI DESAIN STRUKTUR BETON BERTULANG TAHAN GEMPA UNTUK BENTANG PANJANG DENGAN PROGRAM KOMPUTER

ANALISIS DAN DESAIN DINDING GESER GEDUNG 20 TINGKAT SIMETRIS DENGAN SISTEM GANDA ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. geser membentuk struktur kerangka yang disebut juga sistem struktur portal.

f ' c MPa = MPa

UCAPAN TERIMA KASIH. Jimbaran, September Penulis

ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR FLAT PLATE BETON BERTULANG UNTUK GEDUNG EMPAT LANTAI TAHAN GEMPA

PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG BERATURAN BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450

PENGARUH PASANGAN DINDING BATA PADA RESPON DINAMIK STRUKTUR GEDUNG AKIBAT BEBAN GEMPA

DAFTAR NOTASI BAB I β adalah faktor yang didefinisikan dalam SNI ps f c adalah kuat tekan beton yang diisyaratkan f y

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. dilakukan setelah mendapat data dari perencanaan arsitek. Analisa dan

Laporan Tugas Akhir Perencanaan Struktur Gedung Apartemen Salemba Residences 4.1 PERMODELAN STRUKTUR Bentuk Bangunan

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER

STUDI PENEMPATAN DINDING GESER TERHADAP WAKTU GETAR ALAMI FUNDAMENTAL STRUKTUR GEDUNG

ANALISIS KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DI WILAYAH GEMPA INDONESIA INTENSITAS TINGGI DENGAN KONDISI TANAH LUNAK

PEMODELAN STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG DENGAN PERKUATAN BREISING KONSENTRIK V-TERBALIK

BAB III PEMODELAN STRUKTUR

BAB IV PEMODELAN STRUKTUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PBI 1983, pengertian dari beban-beban tersebut adalah seperti yang. yang tak terpisahkan dari gedung,

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

PERBANDINGAN ANALISIS RESPON STRUKTUR GEDUNG ANTARA PORTAL BETON BERTULANG, STRUKTUR BAJA DAN STRUKTUR BAJA MENGGUNAKAN BRESING TERHADAP BEBAN GEMPA

ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR RANGKA GEDUNG 20 TINGKAT SIMETRIS DENGAN SISTEM GANDA ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sistem Rangka Bracing Tipe V Terbalik

BAB II LANDASAN TEORI. kestabilan struktur dalam menahan segala pembebanan yang dikenakan padanya,

ANALISIS PERENCANAAN DINDING GESER DENGAN METODE STRUT AND TIE MODEL RIDWAN H PAKPAHAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang aman. Pengertian beban di sini adalah beban-beban baik secara langsung

Analisis Perilaku Struktur Pelat Datar ( Flat Plate ) Sebagai Struktur Rangka Tahan Gempa BAB III STUDI KASUS

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Statik Ekivalen

ANALISIS DINAMIK BEBAN GEMPA RIWAYAT WAKTU PADA GEDUNG BETON BERTULANG TIDAK BERATURAN

BAB III MODELISASI STRUKTUR

BAB IV ANALISIS & PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. lain biaya (cost), kekakuan (stiffness), kekuatan (strength), kestabilan (stability)

BAB III PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR

PERBANDINGAN PERILAKU ANTARA STRUKTUR RANGKA PEMIKUL MOMEN (SRPM) DAN STRUKTUR RANGKA BRESING KONSENTRIK (SRBK) TIPE X-2 LANTAI

BAB III METODE PENELITIAN

DAFTAR LAMPIRAN. L.1 Pengumpulan Data Struktur Bangunan 63 L.2 Perhitungan Gaya Dalam Momen Balok 65 L.3 Stressing Anchorage VSL Type EC 71

ANALISA STRUKTUR DAN KONTROL KEKUATAN BALOK DAN KOLOM PORTAL AS L1-L4 PADA GEDUNG S POLITEKNIK NEGERI MEDAN

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS STUDENT PARK APARTMENT SETURAN YOGYAKARTA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG. Pada perencanaan gedung ini penulis hanya merencanakan gedung bagian atas

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan Surat Pernyataan Kata Pengantar DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BANK MANDIRI JL. NGESREP TIMUR V / 98 SEMARANG

EVALUASI RESPONS STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT TINGGI EKSISTING MENGGUNAKAN PERATURAN KEGEMPAAN SNI

Laporan Tugas Akhir Perencanaan Struktur Gedung Apartemen Salemba Residences 2.1. ACUAN PERATURAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

APLIKASI BUILDING INFORMATION MODELING (BIM) DALAM PERANCANGAN BANGUNAN BETON BERTULANG 4 LANTAI ABSTRAK

Pengaruh Penambahan Dinding Geser (Shear Wall) pada Waktu Getar Alami Fundamental Struktur Gedung

STUDI MENENTUKAN PARAMETER DAKTILITAS STRUKTUR GEDUNG TIDAK BERATURAN DENGAN ANALISIS PUSHOVER

EVALUASI SENDI PLASTIS DENGAN ANALISIS PUSHOVER PADA GEDUNG TIDAK BERATURAN

MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG WISMA SEHATI MANOKWARI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GANDA

BAB IV ANALISA STRUKTUR

ANALISIS DINAMIK STRUKTUR GEDUNG DUA TOWER YANG TERHUBUNG OLEH BALOK SKYBRIDGE

STUDI KAPASITAS PENAMPANG EKIVALEN KOLOM PERSEGI TERHADAP PENAMPANG KOLOM L, T DAN + PADA BANGUNAN RUMAH TINGGAL DENGAN BEBAN GEMPA

BAB 1 PENDAHULUAN. hingga tinggi, sehingga perencanaan struktur bangunan gedung tahan gempa

BAB II LANDASAN TEORITIS

PERENCANAAN PENULANGAN DINDING GESER (SHEAR WALL) BERDASARKAN TATA CARA SNI

Transkripsi:

ASTRAK DAMPAK PEMATASAN WAKTU GETAR ALAMI FUNDAMENTAL PADA ANGUNAN GEDUNG TINGKAT RENDAH Josia Irwan Rastandi 1 Salah satu hal yang baru dalam SNI 03-1726-2002 yang tidak ada dalam peraturan sebelumnya atau mungkin juga merupakan satu-satunya di dunia adalah tentang pembatasan waktu getar alami fundamental dari struktur. Dalam peraturan ini waktu getar alami, T 1, dibatasi oleh suatu nilai yang merupakan perkalian antara koefisien ξ dan jumlah tingkat n. Dalam makalah ini akan disimulasikan tentang penerapan peraturan ini pada bangunan gedung tingkat rendah dari 3 hingga 8 lantai, dengan mengambil denah yang simetris dan beraturan, sehingga memungkinkan pula untuk dilakukan analisa beban gempa secara statik ekivalen. Dari hasil simulasi dapat dilihat bahwa dengan penerapan aturan pembatasan periode alami fundamental ini untuk bangunan tingkat rendah akan didapat suatu struktur yang sangat kaku dan tidak efisien. Kata kunci : waktu getar alami fundamental, bangunan tingkat rendah ASTRACT One of the new regulations in the latest Indonesian Seismic Code, SNI 03-1726-2002, is the restriction of the first natural period of the structure. This regulation may be the only one in the world. In this regulation the first natural period is restricted by the value of the multiplication from coefficient, ξ and the total stories, n. In this paper, the application of this restriction rule are simulated for the low rise building structures from 3 to 8 stories with symmetrical plan, so that for the seismic load, they also can be analyzed with static equivalent method. From the simulation, it can be seen that the application of this restriction regulation for low-rise building create a very rigid and high cost structure. Keywords : first natural period, low rise building 1 Staf pengajar tetap pada Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Indonesia 1. PENDAHULUAN Dalam SNI 03 1726 2002 setidaknya ada 2 hal yang yang berhubungan dengan pembatasan kekakuan lateral suatu struktur. Pertama ialah dengan adanya pembatasan simpangan antar tingkat, dimana pada pasal 8.1.2 disebutkan bahwa untuk memenuhi persyaratan kinerja batas layan struktur gedung, dalam segala hal simpangan antar-tingkat yang dihitung dari simpangan struktur gedung tersebut akibat pengaruh Gempa Nominal 0,03 yang telah dibagi Faktor Skala, tidak boleh melampaui kali tinggi tingkat yang bersangkutan atau 30 mm, R bergantung yang mana yang nilainya terkecil. Hal yang kedua ialah yang berkaitan dengan pembatasan waktu getar alami fundamental, dimana pada pasal 5.6 menyebutkan bahwa untuk mencegah penggunaan struktur gedung yang terlalu fleksibel, nilai waktu getar alami

fundamental T 1 dari suatu struktur gedung harus dibatasi, bergantung pada koefisien ζ untuk wilayah gempa tempat struktur gedung berada dan jumlah tingkatnya n menurut persamaan T < ζ n 1. Pembatasan waktu getar alami fundamental ini mungkin sampai saat ini merupakan yang pertama dan satusatunya di dunia. Dalam Lampiran Penjelasan SNI 03-1726-2002 ini disebutkan bahwa alasan untuk membatasi waktu getar fundamental suatu struktur gedung adalah : 1. untukmencegah pengaruh P-Delta yang berlebihan 2. untuk mencegah simpangan antar tingkat yang berlebihan pada taraf pembebanan gempa yang menyebabkan pelelehan pertama, yaitu untuk menjamin kenyamanan penghunian dan membatasi kemungkinan terjadinya kerusakan struktur akibat pelelehan baja dan peretakan beton yang berlebihan, maupun kerusakan non struktur. 3. untuk mencegah simpangan antar tingkat yang berlebihan pada taraf pembebanan gempa maksimum, yaitu untuk membatasi kemungkinan terjadinya keruntuhan struktur yang menelan korban jiwa manusia. 4. untuk mencegah kekuatan (kapasitas) struktur terpasang yang terlalu rendah, mengingat struktur gedung dengan waktu getar fundamental yang panjang menyerap beban gempa yang rendah (terlihat dari spectrum respons C-T), sehingga gaya internal yang terjadi di dalam unsure-unsur struktur menghasilkan kekuatan terpasang yang rendah. Alasan ke-dua dan ke-tiga sebenarnya sudah tercover pada pasal 8.1.2 tentang pembatasan simpangan antar tingkat. Sedangkan jika dilihat dari alasan pertama dan ke empat, tampaknya pembatasan periode fundamental ini lebih ditekankan kepada bangunan tingkat tinggi, karena pengaruh P-Delta menurut pasal 5.7 peraturan ini, hanya perlu diperhitungkan jika ketinggian gedung lebih dari 40m atau 10 tingkat ke atas, sedangkan gedung yang mempunyai waktu getar yang panjang adalah gedung bertingkat relatif tinggi. Akan tetapi dalam SNI ini tidak ada pasal yang menyebutkan kapan kita harus menerapkan aturan pembatasan periode alami fundamental ini, sehingga sebagai konsekuensinya pasal 5.6 ini harus diterapkan kepada seluruh struktur bangunan, baik tingkat rendah, menengah maupun bangunan tingkat tinggi. Dalam prakteknya, jika pembatasan periode getar utama ini diterapkan kepada bangunan tingkat rendah, maka akan didapat suatu struktur bangunan yang super kaku, sehingga rasanya perlu dilakukan peninjauan ulang tentang penerapan pasal 5.6 ini. Dalam makalah ini akan disimulasikan tentang penerapan peraturan ini pada bangunan gedung tingkat rendah dari 3 hingga 8 lantai, dengan mengambil denah yang simetris dan beraturan, sehingga memungkinkan pula untuk dilakukan analisa beban gempa secara statik ekivalen. 2. SIMULASI MODEL STRUKTUR 2.1. Geometri Struktur Pemodelen geometri struktur dalam simulasi ini seperti pada gambar 1 sampai 3 mengikuti ketentuan sebagai berikut : Denah lantai dibuat tipikal dan simetris terhadap sumbu-x dan sumbu-y Perbedaan elevasi tiap lantai 3,5 meter Variasi rasio lebar terhadap panjang bangunan dibuat 1 : 1, 1 : 2 dan 1 : 3 dengan mempertahankan sisi pendek selebar 24,00 m Jumlah lantai bangunan diambil dari 3 hingga 8 lantai Jarak antar kolom dibuat 3 variasi : 4.80 m, 6.00 m, dan 8.00 m Dimensi balok dan kolom seperti pada gambar 4 dan 5 Tebal pelat lantai diambil sama baik untuk lantai tipikal maupun lantai atap, yaitu setebal 120 mm

Lebar (L) Gambar 1. Variasi Denah Gambar 2. Variasi Tampak Samping Gambar 3. Variasi Tampak Depan Notasi Keterangan Jarak entang N Jumlah Lantai 1:n Rasio lebar dengan panjang bangunan

entang 4,8 m entang 6,0 m entang 8,0 m 3 Lantai 4 Lantai 5 Lantai 6 Lantai Gambar 4. Dimensi balok dan kolom

entang 4,8 m entang 6,0 m entang 8,0 m 7 Lantai 8 Lantai Gambar 5. Dimensi balok dan kolom (lanjutan) 2.2. Material Spesifikasi material yang digunakan adalah : eton mutu K-300 dengan f c = 24.,9 Mpa dan Modulus Elastisitas eton, E c = 23452,95 Mpa Mutu aja tulangan JTD 40 dengan Modulus Elastisitas aja, E s = 2,1. 10 6 kg/cm 2 2.3. Pembebanan 1. eban mati (DL) - Langit-langit dan dinding (tanpa pengaku atau penggantung) = 11 kg/m 2 - Penggantung langit-langit = 7 kg/m 2 - Adukan dari semen, 2 cm = 42 kg/m 2 - Penutup lantai dari ubin semen portland, teraso dan beton = 24 kg/m 2 - Partisi = 100 kg/m 2 + DL total = 184 kg/m 2 2. eban hidup total (q LL) = 250 kg/m 2 (lantai tipikal) = 100 kg/m 2 (lantai atap) 3. eban gempa = Wilayah Gempa 3, tanah lunak dengan I=1,0 dan R=8,5

3. HASIL ANALISA DAN DISKUSI Hasil analisa periode alami fundamental struktur ditampilkan dalam gambar 9 sampai 14 berikut : Gambar 6. Periode struktur dengan bentang 4,8 m dengan rasio L:P=1:1 Gambar 7. Periode struktur dengan bentang 4,8 m dengan rasio L:P=1:2 Gambar 8. Periode struktur dengan bentang 4,8 m dengan rasio L:P=1:3

Gambar 9. Periode struktur dengan bentang 6,0 m dan rasio L:P=1:1 Gambar 10. Periode struktur dengan bentang 6,0 m dan rasio L:P=1:2 Gambar 11. Periode struktur dengan bentang 6,0 m dan rasio L:P=1:3

Gambar 12. Periode struktur dengan bentang 8,0 m dan rasio L:P=1:1 Gambar 13. Periode struktur dengan bentang 8,0 m dan rasio L:P=1:2 Gambar 14. Periode struktur dengan bentang 8,0 m dan rasio L:P=1:3

Dari hasil analisa seperti yang ditampilkan pada gambar 6 sampai 14 diatas tampak bahwa untuk perbadingan rasio L : P, 1 : 2 dan 1 : 3, pada semua bentang antar kolom, periode getar alami hasil perhitungan model 3-D, berada dalam rentang 0,8 T Rayleigh dan 1,2 T Rayleigh. Sedangkan untuk perbandingan rasio L : P, 1 : 1 pada bentang antar kolom 4,8 m, hasil perhitungan periode alami dengan untuk struktur bangunan 8 lantai, lebih besar daripada hasil perhitungan periode dengan rumus Rayleigh, begitu juga pada bentang antar kolom 6 m, hasil perhitungan periode alami dengan pemodelan 3-D untuk struktur bangunan 3 lantai, 4 lantai, 5 lantai dan 8 lantai, lebih besar daripada hasil perhitungan periode dengan rumus Rayleigh, dan pada bentang antar kolom 8 m, hasil perhitungan periode alami dengan pemodelan 3-D untuk struktur bangunan 3 lantai, 4 lantai, 5 lantai, 6 lantai dan 8 lantai, lebih besar daripada hasil perhitungan periode dengan rumus Rayleigh. Akan menjadi suatu pertanyaan, jika suatu struktur telah dianalisa secara 3 dimensi, apakah masih perlu untuk dibandingkan dengan periode Rayleigh? Karena sudah dapat dipastikan bahwa pastilah hasil analisa pemodelan 3-D adalah yang lebih benar. erdasarkan SNI 03-1726-2002 pasal 5.6 mengenai pembatasan waktu getar alami fundamental, dimana T < ζ n, dari analisa di atas untuk wilayah gempa 3 dimana ζ = 0,18 dapat dilihat bahwa untuk semua 1. bentuk variasi denah dan banyaknya tingkat pada model-model tersebut tidak memenuhi persyaratan atau melewati batas 0,18n. Dengan kata lain struktur dianggap terlalu fleksibel sehingga perlu diperkaku dengan memperbesar kolom atau menambah elemen vertikal penahan gaya lateral lain seperti bracing atau shearwall. Padahal jika kita melihat hasil perhitungan drift maksimum ijin seperti yang disyaratkan pada SNI 03-1726-2002 pasal 8.1.2, dan ditampilkan pada gambar 15 sampai 17, semua drift masih berada dibawah batas maksimum ( 0,03 kali tinggi tingkat yang bersangkutan atau 30 mm). R Gambar 15. Simpangan Antar Lantai entang 4,8 m

Gambar 16. Simpangan Antar Lantai entang 6 m Gambar 17. Simpangan Antar Lantai entang 8 m

Untuk struktur 8 lantai, mungkin masih logis untuk menambah shearwall, tetapi jika kita lihat misalnya saja untuk struktur 3 lantai dengan bentang antar kolom 4,8m dan denah tipikal 24m x 24m harus dipergunakan kolom yang menerus dari lantai dasar sampai atap dengan dimensi 75cm x 75 cm ( T 1 = 0,5381 detik ), untuk bentang 6,0 harus menggunakan dimensi 80cm x 80cm (T 1 = 0,5265 detik ) dan untuk bentangan 8,0m minimal digunakan dimensi kolok 85cm x 85cm (T 1 = 0,5357 detik ). Melihat dimensi-dimensi kolom tersebut di atas (bangunan tipikal 3 lantai), pastilah kita semua sepakat bahwa secara intuisi kita dapat mengatakan bahwa dimensi tersebut adalah terlalu besar dan akan merupakan suatu pemborosan jika kita membangun secara demikian. 4. KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil simulasi struktur bangunan 3-8 lantai diatas dapat dilihat bahwa penerapan pembatasan waktu getar alami fundamental struktur untuk bangunan tingkat rendah (SNI 03-1726-2002 pasal 5.6), akan menghasilkan bangunan yang sangat kaku, dan melihat kondisi perekonomian bangsa kita saat ini, rasanya perlu dikaji ulang untuk penerapannya. 5. DAFTAR PUSTAKA 1. Arafani Kautsari, Perbandingan Hasil Analisa Gempa ersarkan PMI 1970 dan SNI 03-1726-2002, Skripsi Sarjana Teknik, Departemen Teknik Sipil FTUI, Depok, 2006 2. Rinaldi, Evaluasi Ketahanan Gempa angunan Eksisting Tingkat Rendah (SNI 03-1726-1989) dengan SNI -03-1726-2002, Skripsi Sarjana Teknik, Departemen Teknik Sipil FTUI, Depok, 2006 3. SNI 03-1726-2002, Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk angunan Gedung 4. SNI 03-2847-2002, Tata Cara Perhitungan Struktur eton Untuk angunan Gedung 5. SKI-1.3.53.1987, Pedoman perencanaan pembebanan untuk rumah dan gedung