BAB I PENDAHULUAN. bidang, baik di bidang politik, ekonomi, sosial, maupun di bidang budaya. Hal ini

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dicapai biasanya bersifat kualitatif, bukan laba yang diukur dalam rupiah. Baldric

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi ini menandakan pemerataan pembangunan di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa otonomi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya yang berkesinambungan, yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. Pendapatan daerah diartikan semua hak daerah yang diakui sebagai penambah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang

Judul : Tata Cara Pemungutan, Perhitungan, Dan Pembayaran Pajak Hotel Dan Restoran Nama : Dewa Ayu Kartika Mahariani NIM : ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan daerahnya sendiri, membuat peraturan sendiri (PERDA) beserta

BAB I PENDAHULUAN. (Diana Sari, 2013:40). Selanjutnya Diana Sari menyatakan, sebagai sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. cukupnya sumber daya alam yang dimilikinya. Bagi daerah yang kaya

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bersumber dari pajak. Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia (NKRI) terbagiatas beberapa provinsi dan beberapa provinsi terbagi

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan suatu daerah otonom dapat berkembang sesuai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULIAN. dan penerimaan lainnya yang termasuk dalam pendapatan asli daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Seiring dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Praktik Kerja Lapangan Mandiri

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

: Pengaruh Kualitas Pelayanan, Sanksi Perpajakan Dan Kesadaran Wajib Pajak Pada Kepatuhan Wajib Pajak Air Tanah di Dinas Pendapatan Kabupaten Badung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah khususnya pemerintah kota merupakan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat mengartikan pajak sebagai pungutan yang dilakukan pemerintah secara

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di daerah. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. daerah menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 yaitu PAD. Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disingkat PAD, adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kabupaten Bandung Potensi Daya Tarik Wisata Kabupaten Bandung

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat baik materil maupun spiritual. Untuk dapat merealisasikan

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan. Ketersediaan dana, menjadi salah satu factor yang

LAJU PERTUMBUHAN PAJAK RESTORAN, HOTEL DAN HIBURAN DALAM PAD KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)

BAB I. Pendahuluan. Pemberlakuan undang - undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. Pemerintahan Daerah, undang - undang Nomor 33 tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penyelenggaraan pemerintahan serta pembangunan nasional, Indonesia menganut

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa orde baru, pembangunan yang merata di Indonesia sulit untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Umum dan Tata Cara Perpajakan pasal 1 ayat 1 mendefinisikan pajak dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam era globalisasi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB II LANDASAN TEORI. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk dikembalikan ke masyarakat walaupun tidak dapat dirasakan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. (Bratahkusuma dan Solihin, 2001:1). Menurut Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. kapabilitas dan efektivitas dalam menjalankan roda pemerintahan. Namun

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah, namun di sisi lain memberikan implikasi tanggung jawab yang

I. PENDAHULUAN. pemungutan yang dapat dipaksakan oleh pemerintah berdasarkan ketentuan

BAB I PENDAHULUAN. dalam mewujudkan daerah otonom yang luas serta bertanggung jawab. Tiap

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki banyak pulau dan di dalamnya terdapat daerah provinsi,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dari segala bidang. Pembangunan tersebut bertujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang-

BAB I PENDAHULUAN. negara. Hasil dari pembayaran pajak kemudian digunakan untuk pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam peraturan perundang-undangan maupun sistem. wewenang dan tanggung jawab dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, maka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan usaha terencana dan terarah untuk

BAB I PENDAHULUAN. utama, yaitu fungsi alokasi yang meliputi: sumber-sumber ekonomi dalam bentuk

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. tekhnologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global. pembangunan. Oleh karena itu peran masyarakat dalam Pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia termasuk negara yang berkembang yang memiliki pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah yang berdasarkan undang-undang penetapan pajak yang langsung. dapat ditujukan dan digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan informasi, komunikasi, dan transportasi dalam kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan pembangunan. Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian. sumber dana yang berasal dari negeri, yaitu berupa pajak.

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara terbesar, dimana sampai saat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kebudayaan manusia dalam era globalisasi menuntut

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari pulau-pulau atau dikenal dengan sebutan Negara Maritim. Yang mana dengan letak

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sistem pemerintahan dari yang semula terpusat menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak sedikit. Dana tersebut dapat diperoleh dari APBN. APBN dihimpun dari semua

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah yang dititikberatkan pada daerah. kabupaten dan kota dimulai dengan adanya penyerahan sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai penyempurnaan Undang-undang Nomor 22

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan pajak dan pendapatan non pajak (Alabede, 2011). Penerimaan pajak

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Dalam menghadapi era-globalisasi dan peningkatan usaha pembangunan, maka

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam pelaksanaan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui

KONTRIBUSI REALISASI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DALAM MENDUKUNG PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. maka menuntut daerah Kab. Lombok Barat untuk meningkatkan kemampuan. Pendapatan Asli Daerah menurut Undang Undang Nomor 28 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemungut pajak yang disebut Publican (Rahayu, 2010). Sedangkan sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. provinsi. Setiap provinsi terbagi dari beberapa Kabupaten maupun Kota.

BAB I PENDAHULUAN. wilayah sebesar km². Dari total luas keseluruhan tersebut, sebesar

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. bertumpu pada penerimaan asli daerah. Kemandirian pembangunan baik di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur dan lainnya, tidak terkecuali dengan Negara Indonesia. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendapatan Asli Daerah (PAD) kota Bandung periode 2006 hingga 2012

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam kajian pustaka ini, akan dijelaskan mengenai pengertian pajak, jenisjenis

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah pada saat ini sedang giatnya melakukan pembangunan di segala bidang, baik di bidang politik, ekonomi, sosial, maupun di bidang budaya. Hal ini dilakukan dalam usahanya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, baik secara fisik maupun mental yang nantinya diharapkan akan tercipta manusia Indonesia seutuhnya. Pembangunan merupakan suatu proses yang berlangsung secara bertahap, terencana, terarah, berkesinambungan dan berkelanjutan. Agar pembangunan tersebut dapat mencapai tujuan pembangunan yaitu meningkatkan kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual, maka tentunya diperlukan sarana dan prasarana yang cukup memadai. Masalah yang paling mendasar yang sering dialami dalam melaksanakan pembangunan adalah masalah penyediaan dana. Dana tersebut dapat dikumpulkan dari segenap sumber daya yang dimiliki oleh suatu negara, baik berupa hasil kekayaan alam maupun iuran dari rakyat. Salah satu bentuk iuran dari masyarakat yang digunakan sebagai sumber dana dalam pembangunan adalah pajak. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) secara langsung dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum, menurut Soemitro dalam Mardiasmo (2009:1). Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, 1

khususnya dalam pelaksanaan pembangunan negara, karena pajak merupakan sumber utama pendapatan negara yang digunakan untuk membiayai semua pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Pelaksanaan otonomi daerah yang dititikberatkan pada daerah kabupaten dan daerah kota dimulai dengan adanya penyerahan sejumlah kewewenangan (urusan) dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah yang bersangkutan. Penyerahan berbagai kewenangan dalam rangka desentralisasi ini tentunya harus disertai dengan penyerahan dan pengalihan pembiayaan. Sumber pembiayaan yang paling penting adalah sumber pembiayaan yang dikenal dengan istilah PAD (Pendapatan Asli Daerah) di mana komponen utamanya adalah penerimaan yang berasal dari komponen pajak daerah dan retribusi daerah. Terwujudnya pelaksanaan otonomi daerah, terjadi melalui proses penyerahan sejumlah kekuasaan/kewenangan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah dimana implementasi kebijakan desentralisasi memerlukan banyak faktor pendukung. Salah satu faktor pendukung yang secara signifikan menentukan keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah adalah kemampuan daerah untuk membiayai pelaksanaan kekuasaan/kewenangan yang dimilikinya, di samping faktor-faktor lain seperti kemampuan personalia di daerah dan kelembagaan pemerintah daerah. Sesuai dengan pasal 157 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan pasal 5 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004, ditetapkan bahwa sumber-sumber pendapatan daerah dalam rangka desentralisasi adalah: 1) Pendapatan Asli Daerah 2

a. hasil pajak daerah; b. hasil retribusi daerah; c. hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; d. lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. 2) Dana Perimbangan 3) Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Pendapatan Asli Daerah sebagai salah satu sumber penerimaan daerah mempunyai peranan penting dalam pembangunan. Hal ini dapat dilihat dalam pelaksanaan otonomi daerah dimana peranan PAD diharapkan dan diupayakan dapat menjadi penyangga utama dalam membiayai kegiatan pembangunan di daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah harus dapat mengupayakan peningkatan penerimaan yang berasal dari daerah sendiri. Dengan demikian akan memperbesar tersedianya keuangan daerah yang dapat digunakan untuk berbagai kegiatan pembangunan yang bersifat mandiri. Pajak daerah sebagaimana yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Berdasarkan uraian di atas maka pajak daerah merupakan salah satu faktor pendukung dalam penyelenggaraan pemerintah daerah, karena pendapatan yang diperoleh dari sektor pajak akan sangat diperlukan untuk menunjang kegiatan pembangunan di daerah. Pajak Hotel sebagaimana yang tertuang dalam Peraturan Daerah Kabupaten 3

Badung Nomor 20 Tahun 2001 adalah pungutan daerah atas pelayanan yang disediakan oleh hotel dan/atau tempat menginap lain yang sejenis. Pajak Restoran sebagaimana yang tertuang dalam Peraturan Daerah Kabupaten Badung Nomor 21 Tahun 2001 adalah pungutan daerah atas pelayanan yang disediakan oleh restoran. Kabupaten Badung merupakan kabupaten yang memiliki potensi penerimaan dari Pajak Hotel dan Restoran yang sangat besar. Hal ini dapat dimaklumi karena Kabupaten Badung memiliki kawasan wisata Nusa Dua, kawasan wisata Kuta, kawasan wisata Tuban, dan kawasan wisata Seminyak yang menjadi primadona kepariwisataan di Bali. Kabupaten Badung juga menjadi titik penyebaran wisatawan ke semua daerah kabupaten di Bali bahkan juga ke provinsi lain di Indonesia berkat keberadaan Bandara Internasional Ngurah Rai yang merupakan salah satu akses utama menuju Bali. Kontribusi Pajak Hotel dan Restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Badung dapat dilihat pada Tabel 1.1 sebagai berikut. Tabel 1.1 Kontribusi Pajak Hotel dan Restoran terhadap Penerimaan PAD Kabupaten Badung Tahun 2008-2011 Tahun PAD Realisasi PHR Persentase (%) 2008 759.720.015.450,53 635.683.630.562,32 83,67 2009 796.879.516.014,72 667.119.047.159,94 83,72 2010 979.241.565.350,13 798.827.285.889,86 81,58 2011 1.406.835.182.181,01 969.348.761.116,15 68,90 Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Badung, 2012 Kontribusi Pajak Hotel dan Restoran di Kabupaten Badung sangat tinggi. Dari tahun 2008 sampai 2010 kontribusi pajak hotel dan restoran lebih dari 80% dari Pendapatan Asli Daerah. Di tahun 2011 kontribusinya menurun mencapai 4

angka 68,9%. Namun, meskipun menurun dalam hal persentase, tetapi jika dilihat dari sisi nominalnya mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya. Kepatuhan wajib pajak merupakan suatu ketaatan untuk melakukan ketentuanketentuan atau aturan-aturan perpajakan yang diwajibkan atau diharuskan untuk dilaksanakan. Secara umum, kewajiban yang wajib/harus dilakukan oleh Wajib Pajak Hotel dan Restoran adalah menghitung, menyetor, dan melaporkan kewajiban perpajakannya. Untuk menjaga agar wajib pajak tetap berada pada koridor perpajakan, maka Dinas Pendapatan melakukan penyuluhan intensif, pelayanan prima, dan pemeriksaan pajak. Jumlah tunggakan Pajak Hotel dan Restoran setiap tahun terus mengalami peningkatan. Hal ini mengindikasikan tingkat kepatuhan wajib pajak yang terus menurun setiap tahunnya. Daftar tunggakan Wajib Pajak Hotel dan Restoran di Kabupaten Badung disajikan pada Tabel 1.2. Tabel 1.2 Daftar Tunggakan Wajib Pajak Hotel dan Restoran Aktif Tahun 2008-2011 Tahun Jumlah Tunggakan WP Hotel Jumlah Tunggakan WP Restoran Jumlah Tunggakan WP Hotel dan Restoran 2008 2.602.001.758,39 2.454.789.310,99 5.056.791.069,38 2009 9.080.337.940,90 2.994.720.456,50 12.075.058.397,40 2010 10.504.004.490,76 4.688.086.101,10 15.192.090.591,86 2011 24.082.121.258,77 5.083.335.714,66 29.165.457.000,43 Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Badung, 2012 Berdasarkan Tabel 1.2, jumlah tunggakan Wajib Pajak Hotel terus mengalami peningkatan. Mulai dari tahun 2008 sebesar Rp2.602.001.759,39 hingga tahun 2011 yang mencapai Rp24.082.121.258,77. Hal serupa juga terjadi pada jumlah tunggakan Wajib Pajak Restoran yang pada tahun 2008 sebesar 5

Rp2.454.789.310,99 dan di tahun 2011 mencapai Rp5.083.335.714,66. Hal ini mencerminkan masih adanya wajib pajak yang kurang/tidak patuh dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana tingkat kepatuhan Wajib Pajak Hotel dan Restoran atas pemenuhan kewajiban Pajak Hotel dan Restoran (PHR) berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Badung No. 20 dan 21 Tahun 2001 di Kabupaten Badung tahun 2011? 1.2 Tujuan Penelitian Berdasarkan pokok permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kepatuhan Wajib Pajak Hotel dan Restoran atas pemenuhan kewajiban Pajak Hotel dan Restoran (PHR) berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Badung No. 20 dan 21 Tahun 2001 di Kabupaten Badung tahun 2011. 1.3 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, meliputi: 1) Kegunaan Teotitis Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan yang lebih luas bagi mahasiswa serta dapat dijadikan tambahan informasi dan referensi bagi penelitian sejenis. Selain itu penelitian ini diharapkan 6

dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa dalam mengaplikasikan secara langsung teori-teori yang diperoleh selama mengikuti studi kuliah pada keadaan nyata yang berlaku di lapangan. 2) Kegunaan Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan-masukan, sumbangan pemikiran, dan bahan pertimbangan dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak atas pemenuhan kewajiban Pajak Hotel dan Restoran di Kabupaten Badung. 1.4 Sistematika Penelitian Penyajian dalam penelitian ini diorganisasikan ke dalam lima bab, yaitu: Bab I : Pendahuluan Pada bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, pokok permasalahan dalam penelitian, tujuan yang ingin dicapai dan kegunaan penelitian yang terdiri dari manfaat teoritis dan manfaat praktis. Pada bab ini juga diuraikan mengenai sistematika penyajian skripsi. Bab II : Kajian Pustaka Pada bab ini diuraikan mengenai landasan teori yang menunjang penelitian ini dan pembahasan hasil penelitian sebelumnya. Bab III : Metode Penelitian Pada bab ini diuraikan mengenai lokasi penelitian, objek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber 7

data, responden penelitian, metode penentuan sampel, metode pengumpulan data, uji instrumen, dan teknik analisis data. Bab IV : Pembahasan Hasil Penelitian Pada bab ini akan diuraikan mengenai gambaran umum Kabupaten Badung, gambaran umum Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Badung beserta struktur organisasinya, data penelitian dan hasil penelitian serta pembahasan atas hasil penelitian tersebut. Bab V : Simpulan dan Saran Pada bab ini disajikan simpulan mengenai hasil pembahasan serta memberikan saran-saran yang diharapkan dapat menjadi masukan bagi Dinas Pendapatam Daerah Kabupaten Badung maupun bagi Wajib Pajak Hotel dan Restoran. 8