PENGARUH MUTU PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP KEPATUHAN BEROBAT PASIEN KUSTA DI PUSKESMAS KOTA PALU Mohamad Andi 1, Inda 2, Alimin Maidin 3 1 Bagian Penjaminan Mutu FKM Unismuh Palu 2 Bagian AKK, FKM Univesitas Hasanudin 3 Bagian MARS FKM, Univesitas Hasanudin ABSTRAK Bedasakan data lapoan tahunan pogam pembeantasan penyakit kusta di Kota Palu menunjukkan peningkatan selama dua tahun teakhi. Penelitian ini betujuan untuk menganalisis pengauh mutu pelayanan kesehatan tehadap kepatuhan beobat pasien kusta. Pendekatan penelitian suvey analitik secaa coss sectional. Populasi dan sampel penelitian (N = n ) adalah semua pasien kusta di Puskesmas Kota Palu yang bejumlah 43 esponden. Kuisione digunakan sebagai instument pengumpulan data. Data dianalisis dengan uji statistic Chi-Squae dan uji statistic Regesi Logistik Beganda. Hasil uji statistic Chis-Squae menunjukkan bahwa kompetensi teknis dengan nilai p=0,000, ketejangkauan dengan nilai p = 0,018, ketesediaan infomasi dengan nilai p = 0,003, kesinambungan dengan nilai p = 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa fakto-fakto tesebut behubungan dengan kepatuhan beobat pasien kusta. Hasil uji egesi logistic beganda menunjukkan bahwa fakto kesinambungan dengan nilai besa pengauh (Exp B) adalah 0,039. Hal ini menunjukkan bahwa fakto kesinambungan meupakan fakto yang paling bepengauh tehadap kepatuhan beobat pasien kusta. Dapat dsimpulkan bahwa kepatuhan beobat pasien dipengauhi oleh kompetensi teknis, ketejangkauan, ketesediaan infomasi, dan kesinambungan, dihaapkan dinas kesehatan Kota Palu aga melakukan upaya pemantauan dan evaluasi secaa utin, tepat dan cepat tehadap poses pengobatan pasien kusta. Dafta Pustaka : 11 (2007-2013) Kata kunci : kompetensi, ketejangkauan, ketesediaan, Kesinambungan, kepatuhan PENDAHULUAN Kota Palu meupakan kota ketiga dengan pesentase pendeita kusta tebesa di Sulawesi Tengah. Kota Palu tedii dai 12 Puskesmas yang teseba di 4 wilayah Kecamatan, dimana hampi semua Puskesmas di Kota Palu tedapat pendeita kusta, tecatat 11 dai 12 Puskesmas yang ada di Kota Palu mempunyai pendeita kusta kecuali Puskesmas Tipo yang tidak ada pendeita kustanya. Jumlah pendeita kusta di Kota Palu mengalami peningkatan pada dua tahun teakhi yaitu jumlah pendeita bau pasien kusta di Kota Palu tahun 2011 sebanyak 43 oang tedii dai PB 5 oang dan MB 38 oang, sedangkan pada tahun 2012 adanya peningkatan pendeita bau yaitu sebanyak 49 oang tedii dai PB 4 oang dan MB 45 oang (Dinas Kesehatan Kota Palu, 2012) Peningkatan jumlah pendeita setiap tahunnya mengindikasikan kuangnya kualitas pelayanan yang di beikan oleh pihak Puskesmas tehadap kepatuhan pendeita kusta untuk beobat (Depkes RI, 2007). Hal ini dikuatkan juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Alabede (2011) yang menunjukkan adanya pengauh antaa mutu pelayanan tehadap kepatuhan seseoang untuk memanfaatkan pelayanan tesebut. Bedasakan penelitian Ratnawati (2008), 90
ada hubungan ketejangkauan, ketesediaan infomasi, kesinambungan dengan pusat pelayanan dengan tingkat Puskesmas Kabupaten Bloa. Bedasakan penelitian Toha (2007), menunjukkan ada hubungan antaa pesepsi dukungan keluaga dengan kepatuhan beobat pendeita kusta dalam menjalani pengobatan MDT. Masalah pasokan obat pelu diselesaikan, teutama pada tingkat kota. Penelitian Siddiqui, et al. (2009) menunjukkan pelunya pemantauan dan evaluasi yang efektif dai poses integasi. Pemantauan yang tidak memadai dapat menyebabkan penuunan diagnosis dini, ketelambatan dalam inisiasi MDT, dan peningkatan kecacatan. Hal ini pada giliannya dapat membalikkan bebeapa pencapaian pogam. Bedasakan hal-hal tesebut, pelu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengauh mutu pelayanan kesehatan tehadap kepatuhan beobat pasien kusta. BAHAN DAN METODE Lokasi Penelitian dan Jenis Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di seluuh Puskesmas Kota Palu, pada bulan Febuai sampai dengan Apil 2013. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan ancangan coss sectional study Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluuh pasien kusta yang beada di wilayah keja Puskesmas di Kota Palu yang bejumlah 43 oang. Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah keseluuhan populasi dalam hal ini seluuh pasien kusta yang beada di wilayah keja Puskesmas di Kota Palu yang bejumlah 43 oang. Instumen Penelitian Instumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesione yang langsung dibagikan peneliti kepada esponden. Teknik Pengumpulan Data Data Pime adalah data yang dipeoleh melalui wawancaa dengan esponden sebagai sampel dengan menggunakan dafta petanyaan yang tesedia (kuesione). Data sekunde dipeoleh dai pofil seta data di dinas kesehatan seta Puskesmas di Kota Palu. Teknik Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputeisasi dengan pogam SPSS (Statistical Package Fo Social Science) dengan tahapan editing, coding, enty, cleaning data enty. Penyajian data dalam bentuk tabel dan naasi dengan analisa data, yaitu Analisa Data Univaiat, Bivaiat, dan Multivaiat. HASIL Hubungan Kompetensi Teknis dengan Kepatuhan Beobat Pasien Kusta di Puskesmas Kota Palu Kompetensi Teknis Tabel 1 Hubungan Kompetensi Teknis dengan Kepatuhan Beobat Pasien Kusta Patuh Kepatuhan Beobat Tidak Patuh Total Baik 15 78,9 4 21,1 19 100 Kuang 4 16,7 20 83,3 20 100 p* 0,000 0,623 Tabel 1 menunjukkan yang petugas dalam melayani pasien kusta, menganggap baik kompetensi teknis yang patuh beobat lebih besa dai yang 91
tidak patuh beobat, yaitu sebesa 78,9%. Hasil analisis uji statistik Chi Squae dan Koelasi Speaman teknis tehadap kepatuhan beobat pasien kusta di Puskesmas kota Palu, dipeoleh nilai p (0,000) < dai nilai α (0,05). mempeilihatkan hubungan kompetensi Hubungan Ketejangkauan Pelayanan dengan Kepatuhan Beobat Pasien Kusta Tabel 2 Hubungan Ketejangakauan Pelayanan dengan Kepatuhan Beobat Pasien Kusta Ketejangkauan Kepatuhan Beobat Total p* Patuh Tidak Patuh Tejangkau 12 75 4 25 16 100 Tidak Tejangkau 7 25,9 20 74,1 27 100 Tabel 2 menunjukkan bahwa yang menganggap pelayanan penyakit kusta tejangkau, yang patuh beobat lebih besa dai yang tidak patuh beobat, yaitu sebesa 75 %. Hasil analisis uji statistik Chi Squae dan Koelasi 0,001 0,478 Speaman menunjukkan ada hubungan ketejangkauan pelayanan tehadap Puskesmas kota Palu, dipeoleh nilai p (0,001) < dai nilai α (0,05). Hubungan Ketesediaan Infomasi dengan Kepatuhan Beobat Pasien Kusta di Puskesmas Kota Palu Tabel 3. Hubungan Ketesediaan Infomasi dengan Kepatuhan Beobat Pasien Kusta Kepatuhan Beobat Ketesediaan Patuh Tidak Patuh Infomasi Total Mudah 15 60 10 40 25 100 Tidak Mudah 4 22,2 14 77,8 18 100 p* 0,013 0,375 Tabel 3 menunjukkan bahwa yang menganggap mudah dalam mempeoleh infomasi tentang penyakit kusta, yang patuh beobat lebih besa dai yang tidak patuh beobat, yaitu sebesa 60 %. Hasil analisis uji statistik Chi Squae dan Koelasi Speaman menunjukkan ada hubungan ketesediaan infomasi tehadap Puskesmas kota Palu, dipeoleh nilai p (0,013) < dai nilai α (0,05). Hubungan Kesinambungan Pelayanan dengan Kepatuhan Beobat Pasien Kusta 92
Tabel 4 Hubungan Kesinambungan Pelayanan dengan Kepatuhan Beobat Pasien Kusta Kepatuhan Beobat Kesinambungan Patuh Tidak Patuh Total Baik 15 83,3 3 16,7 18 100 Kuang 4 16 21 84 25 100 Tabel 4 menunjukkan bahwa yang bependapat kesinambungan pelayanan pasien kusta di Puskesmas Kota Palu sangat baik, yang patuh beobat lebih besa dai yang tidak patuh beobat yaitu sebesa 83,3 %. Hasil p* 0,000 0,668 analisis uji statistik Chi Squae dan Koelasi Speaman menunjukkan ada hubungan kesinambungan pelayanan tehadap kepatuhan beobat pasien kusta di Puskesmas kota Palu, dipeoleh nilai p (0,000) < dai nilai α(0,05). Tabel 5 Pengauh secaa Besama-sama Mutu Pelayanan Kesehatan Tehadap Kepatuhan Beobat Pasien Kusta Vaiabel B S.E Wald df Sig. Exp(B) Kompetensi Teknis -3,286 1,248 6,933 1 0,008 0,037 Ketejangkauan -0,092 1,074 0,007 1 0,932 0,912 Ketesediaan Infomasi -0,930 1,060 0,770 1 0,380 0,395 Kesinambungan -3,243 1,280 6,416 1 0,011 0,039 Constant 3,711 1,207 9,457 1 0,002 40,894 Oveall Pecentage = 83,7 Tabel 5 menunjukkan hasil uji statistik multivaiat, hanya vaiabel kompetensi teknis (p=0.008) dan vaiabel kesinambungan (p=0.011) yang memiliki nilai p < 0,05, yang beati secaa statistik vaiabel kompetensi dan kesinambungan memiliki pengauh secaa besama-sama tehadap Puskesmas Kota Palu. Vaiabel yang paling bepengauh tehadap kepatuhan beobat pasien kusta di Puskesmas Kota Palu adalah vaiabel kesinambungan pelayanan (p=0,000 dan Exp(B) = 0,039). PEMBAHASAN 93 Penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan kompetensi teknis, ketejangkauan pelayanan, ketesediaan infomasi, dan kesinambungan dengan Puskesmas Kota Palu. Kompetensi teknis behubugan dengan kepatuhan beobat pasien kusta. Kompetensi tehnis tekait dengan ketampilan, kemampuan dan ketampilan pembei pelayanan. Tedapat 78,9% yang menganggap baik kompetensi teknis petugas dalam melayani pasien kusta, yang patuh beobat Hal ini behubungan dengan bagaimana pembei pelayanan mengikuti standa pelayanan kesehatan yang disepakati di dalam hal
kepatuhan, ketepatan, kebenaan dan konsistensi (Nsagha D. S., et al., 2011). Jika pasien menganggap kompetensi petugas puskesmas di Kota Palu dapat membuat meeka patuh beobat maka jumlah pasien kusta yang patuh beobat pun akan semakin meningkat sementaa jika pasien menganggap kompetensi petugas puskesmas di Kota Palu tidak dapat membuat meeka patuh beobat maka jumlah pasien kusta yang patuh beobat pun akan semakin menuun. Hasil analisis uji statistik egesi logistik beganda tentang pengauh kompetensi teknis tehadap kepatuhan beobat pasien kusta dipeoleh nilai p(0,000) < dai nilai α (0,25). Penelitian ini didukung oleh penelitian Soebono (2008) yang menunjukkan bahwa kemampuan petugas dan keteampilan petugas membei pengauh positif tehadap tingkat kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatannya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ratnawati (2008), menemukan bahwa ada pengauh kompetensi teknis dengan tingkat kepatuhan beobat pasien kusta di Puskesmas Kabupaten Bloa. Ketejangkauan pelayanan behubungan dengan kepatuhan beobat pasien kusta. Tedapat 75 % yang menganggap pelayanan penyakit kusta tejangkau, yang patuh beobat. Hal tesebut menunjukkan bahwa besanya pengauh ketejangkauan pelayanan tehadap kepatuhan beobat pasien kusta di puskesmas Kota Palu. Jika pasien menganggap ketejangkauan pelayanan puskesmas di Kota Palu dapat membuat meeka patuh beobat maka jumlah pasien kusta yang patuh beobat pun akan semakin meningkat. Ketejangkauan membeikan pesepsi bagi pasien untuk datang memanfaatkan pelayan di puskesmas kaena semakin mudah akses ketempat pelayanan membeikan pandangan bahwa beobat bukanlah hal yang sulit dilakukan. Ketejangkauan adalah layanan kesehatan haus dapat dicapai oleh pasien dengan mudah tanpa tehalang biaya, keadangan demogafis, maupun tanspotasi. Akses geogafis diuku dengan : jaak, lama pejalanan, jenis tanspotasi dan hambatan fisik yang menghalangi seseoang mempeoleh pelayanan kesehatan. Akses sosial atau budaya bekaitan dengan dapat diteimanya pelayanan. kesehatan secaa social atau nilai budaya, kepecayaan dan pilaku. Akses oganisasi behubungan dengan sejauh mana pelayanan kesehatan dapat membei kemudahan dan kenyamanan pada pasien / konsumen. Hasil analisis uji statistik egesi logistik beganda tentang pengauh ketejangkauan pelayanan tehadap kepatuhan beobat pasien kusta, dipeoleh nilai p (0,018) < dai nilai p (0,25). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ratnawati (2008), yang menemukan bahwa ada pengauh ketejangkauan pusat pelayanan dengan tingkat kepatuhan beobat pasien kusta di Puskesmas Kabupaten Bloa. Ketesediaan infomasi behubungan dengan kepatuhan beobat pasien kusta. bahwa tedapat 60 % yang menganggap mudah dalam mempeoleh infomasi tentang penyakit kusta, yang patuh beobat. Hal tesebut menunjukkan bahwa besanya pengauh ketesediaan infomasi tehadap kepatuhan beobat pasien kusta. Jika pasien menganggap ketesediaan infomasi pelayanan pada puskesmas di Kota Palu dapat membuat meeka patuh beobat maka jumlah pasien kusta yang patuh beobat pun akan semakin meningkat. Ketesediaan infomasi adalah pasien dapat dengan mudah mendapatkan infomasi yang jelas tentang penyakit kusta. Layanan kesehatan yang bemutu haus mampu membeikan infomasi yang jelas tentang apa, siapa, kapan, dimana, dan bagaimana layanan kesehatan itu akan dan telah dilaksanakan (Alfonso J. L., et al, 2005). Vaiabel ketesediaan infomasi memiliki pengauh tehadap puskesmas Kota Palu disebabkan kaena pada saat pasien datang beobat ke 94
puskesmas, petugas jaang membeikan infomasi yang jelas tekait lamanya pengobatan penyakit kusta dan petugas jaang membeikan infomasi tekait waktu kunjungan pasien selama poses pengobatan penyakit meeka. Dimensi ketesediaan infomasi ini sangat penting pada tingkat puskesmas. Penyataan ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Budiman, dkk (2013) menunjukkan bahwa mutu pelayanan bedasakan ketesediaan infomasi bepengauh tehadap kepatuhan beobat. Hasil analisis uji statistik egesi logistik beganda tentang pengauh ketesediaan infomasi tehadap kepatuhan beobat pasien kusta, dipeoleh nilai p(0,003) < dai nilai p (0,25). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ratnawati (2008) yang menemukan bahwa ada pengauh ketesediaan infomasi dengan tingkat kepatuhan beobat pasien kusta di Puskesmas Kabupaten Bloa. Kesinambungan pelayanan behubungan dengan kepatuhan beobat pasien kusta. Tedapat 83,3 % yang bependapat kesinambungan pelayanan pasien kusta sangat baik, yang patuh beobat. Hal tesebut menunjukkan bahwa besanya pengauh kesinambungan pelayanan penyakit kusta tehadap kepatuhan beobat pasien kusta. Jika pasien menganggap kesinambungan pelayanan penyakit kusta dapat membuat meeka patuh beobat maka jumlah pasien kusta yang patuh beobat pun akan semakin meningkat Tidak adanya kesinambungan pelayanan kesehatan akan menguangi efisiensi dan mutu hubungan anta manusia (Reveiz L. et al, 2009). Hasil analisis uji statistik egesi logistik beganda tentang pengauh kesinambungan pelayanan tehadap kepatuhan beobat pasien kusta menunjukkan bahwa vaiabel kesinambungan pelayanan adalah vaiabel yang paling behubungan dengan dengan kepatuhan beobat pasien kusta (p = 0,000 dan Exp (B) = 0,039). Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Budiman, dkk (2013) menunjukkan bahwa mutu pelayanan bedasakan kesinambungan bepengauh tehadap kepatuhan beobat. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ratnawati (2008), yang dimana hasil kesimpulan penelitiannya menemukan bahwa ada pengauh kesinambungan pelayanan dengan tingkat kepatuhan beobat pasien kusta di Puskesmas Kabupaten Bloa. KESIMPULAN DAN SARAN Bedasakan hasil penelitian dan pembahasan tentang pengauh mutu pelayanan kesehatan tehadap puskesmas kota palu dapat disimpulkan bahwa ada pengauh kompetensi teknis, ketejangakuan pelayanan, ketesediaan infomasi, dan kesinambungan pelayanan tehadap Puskesmas Kota Palu. Kesinambungan pelayanan meupakan vaiabel yang paling bepengauh tehadap kepatuhan beobat pasien kusta di Puskesmas Kota Palu. Bedasakan hal tesebut kami menyaankan pelu peningkatan pofesionalisme petugas kesehatan di puskesmas dengan tenaga medis maupun tenaga paamedis atau tenaga kesehatan lain yang bemutu sesuai dengan pendididkan pofesi masingmasing dan senantiasa ditingkatkan dengan pendididkan dan pelatihan teknis medis yang bekelanjutan. Dihaapkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Palu aga melakukan upaya pemantauan dan evaluasi secaa utin tekait poses pengobatan pasien pendeita kusta di Kota Palu. DAFTAR PUSTAKA Alabede, J.O. (2011). Tax Sevice Quality and Compliance Behaviou in Nigeia: Do Taxpaye s Financial 95
Condition and Risk Pefeence Play Any Modeating Role?. Euopean Jounal of Economics, Finance and Administative Science. No 35. Alfonso J. L., Vich F. A., Vilata J. J, Aguas J. T. (2005). Factos Contibuting to the Decline of Leposy in Spain in the Second Half of the Twentieth Centuy. Intenational Jounal of Leposy. (ISSN 0148-916X) Budiman, A dkk. (2013). Fakto yang Mempengauhi Kepatuhan Beobat Pasien yang Diteapi dengan Tamoxifen Setelah Opeasi Kanke Payudaa, Junal Kesehatan Andalas. Vol 2. No. 1 Depkes RI. (2007). Buku Pedoman Nasional Pengendalian Penyakit Kusta, Diektoat Jendeal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan, Jakata. Dinas Kesehatan Kota Palu. (2012). Lapoan Tahunan P2 Kusta. Kota Palu Nsagha D. S., et al. (2011). Elimination of Leposy as a public health poblem by 2000 AD: an epidemiological pespective. PanAfican Medical Jounal. Di akses 28 Apil 2013. Available fom http://www.panafican-medjounal.com/content/aticle/9/4/ful l/ Ratnawati. (2008). Hubungan Pesepsi Mutu Pelayanan Kesehatan dengan Tingkat Kepatuhan Beobat Pasien Kusta di Puskesmas Kabupaten Bloa. Junal Undip, Semaang Reveiz L., Buendía J. A., and Téllez D. (2009). Chemopophylaxis in contacts of patients with leposy: systematic eview and metaanalysis. Oiginal Reseach Rev Panam Salud Publika. 26(4):341 9. Soebono. (2008). Fakto-fakto Sosiomedik yang Mempengauhi Ketaatan Beobat Pendeita Kusta di Yogyakata, Lokakaya Pembeantasan Penyakit Topis : Jakata. Siddiqui, et al. (2009). Integation of Leposy Elimination into Pimay Health Cae in Oissa, India, Jounal PLOSONE Decembe 2009 Volume 4 Issue 12 e8351. Toha, M. (2007). Hubungan Pesepsi Dukungan Keluaga dengan Kepatuhan Pendeita Penyakit Kusta dalam Menjalani Pengobatan MDT, Junal Undip, Semaang. 96