BAB III METODE PENELITIAN. Bagian ini menjelaskan langkah-langkah yang berkaitan dengan jenis

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini membahas strategi komunikasi guru BK (konselor) dalam

BAB 5. KESIMPULAN dan SARAN. pemakaiannya. Bahasa juga kerap dijadikan media dalam mengungkapkan

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai

BAB I PENDAHULUAN. lain, alat yang digunakan berkomunikasi tersebut adalah bahasa. Chaer

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Dengan bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini membahas karakteristik tuturan guru sains berdasarkan jenis

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa

I. PENDAHULUAN. juga dapat menyampaikan pikiran, perasaan kepada orang lain. demikian, bahasa juga mempunyai fungsi sebagai alat kekuasaan.

I. PENDAHULUAN. satu potensi mereka yang berkembang ialah kemampuan berbahasanya. Anak dapat

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, harapan, pesan-pesan, dan sebagainya. Bahasa adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi

Analisis Tindak Tutur Bahasa Jawa di Pasar Sampang Kecamatan Sampang Kabupaten Cilacap

TINDAK TUTUR GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS XII SMK NEGERI 1 NARMADA. Munawir Guru SMK Negeri 1 Narmada

Pelaksanaan Tindak Ujaran. Dwiyanti Nandang ( ) Meita Winda Lestari ( ) Pamela Yunita Sari ( ) Riza Indah Rosnita ( )

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriftif kualitatif

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk

BAB III METODE PENELITIAN. fenomena sosial dan penggunaan tuturan dalam interaksi antara dokter dan pasien.

BAB I PENDAHULUAN. dari kelompok bermain (0-4 tahun) dan Taman Kanak-kanak (4-6 tahun).

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada Bab 5 ini akan disajikan simpulan dan saran berdasarkan hasil temuan

ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN EKSPRESIF PADA WACANA PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SUSILO BAMBANG YUDHOYONO MASA JABATAN SKRIPSI

TINDAK TUTUR ILOKUSI TOKOH KAKEK DALAM FILM TANAH SURGA

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran penting bagi kehidupan manusia karena bahasa adalah milik

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

TUTURAN RESPONSIF SISWA TERHADAP TUTURAN DIREKTIF GURU DALAM WACANA INTERAKSI KELAS DI SMA NEGERI 1 BATU

ANALISIS TINDAK TUTUR PENJUAL DAN PEMBELI DI PASAR SATWA DAN TANAMAN HIAS YOGYAKARTA (Kajian Pragmatik) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran di sekolah menengah atas, pelajaran sains dianggap

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan

ANALISIS BENTUK TINDAK TUTUR PADA NOVEL REMBULAN TENGGELAM DI WAJAHMU KARYA TERE-LIYE. Naskah Publikasi

3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pendayagunaan konteks dalam

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan,

TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DAN IMPLIKASINYA

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS TINDAK TUTUR PEDAGANG DI STASIUN BALAPAN SOLO NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. hubungan-hubungan antara bahasa dan konteksnya yang tergramatikalisasi atau

BAB I PENDAHULUAN. gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungan ditentukan oleh

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Salah satu ciri penelitian kualitatif itu

BAB I PENDAHULUAN. mendalam adalah pragmatik. Pragmatik merupakan ilmu yang mempelajari

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Menurut Chaer (2007) tuturan dapat diekspresikan melalui dua

BAB 4 KESIMPULAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta temuan kasus yang telah

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property

ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA WACANA KHOTBAH SALAT TARAWIH DI DESA TLOBONG KABUPATEN KLATEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kepentingan untuk menjalin hubungan interaksi sosial.

BAB I PENDAHULUAN. pembeda antara sub-etnis di atas adalah bahasa dan letak geografis.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa

III. METODE PENELITIAN. dalam proses pembelajaran olahraga pada siswa kelas XI SMA Negeri 2

TINDAK TUTUR ILOKUSI GURU BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA SEBAGAI BENTUK KETELADANAN KESANTUNAN BERBAHASA SISWA DI SEKOLAH: PERSPEKTIF GENDER

DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS)

BAB I PENDAHULUAN. bahasa tulis salah satu fungsinya adalah untuk berkomunikasi. Bahasa tulis dapat

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa

BAB I PENDAHULUAN. tulis dalam berkomunikasi. Menurut Arifin (2000: 3), dalam wacana lisan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Prinsip kerja..., Ratih Suryani, FIB UI, Universitas Indonesia

I. PENDAHULUAN. sangat berperan penting di samping bahasa tulis. Percakapan itu terjadi apabila

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Bahasa merupakan sebuah hal yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pendapat Austin (1962) yang kemudian dikembangkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi mereka membentuk sebuah komunikasi yang bertujuan untuk

TINDAK TUTUR KOMISIF PADA WACANA KAMPANYE TERBUKA DI KALANGAN BAKAL CALON KEPALA DESA DI KARANGANYAR NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa yang digunakan

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat agar terjalin suatu kehidupan yang nyaman. komunitas selalu terlibat dalam pemakaian bahasa, baik dia bertindak

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks,

BAB III PENDEKATAN, METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

I. PENDAHULUAN. Bagian pendahuluan dalam tesis ini terdiri dari, latar belakang yang berisi hal-hal

SKRIPSI. Diajukan untuk. Oleh: AH A

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah arsip sosial yang menangkap jiwa zaman (zeitgeist) saat itu.

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki fungsi yang terpenting yaitu sebagai alat komunikasi untuk

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri

BAB I PENDAHULUAN. dengan usia pada tiap-tiap tingkatnya. Siswa usia TK diajarkan mengenal

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. misalnya di rumah, di jalan, di sekolah, maupundi tempat lainnya.

PRAANGGAPAN DAN IMPLIKATUR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA UNTUK MEMBENTUK PEMIKIRAN KRITIS IDEOLOGIS PEMUDA INDONESIA: SEBUAH PENDEKATAN PRAGMATIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri di dunia ini, manusia

BAB III METODE PENELITIAN Setting Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SDN 5 Tibawa Kecamatan Tibawa

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN Bagian ini menjelaskan langkah-langkah yang berkaitan dengan jenis penelitian, data dan sumber data, pengembangan instrumen, prosedur pengumpulan data, dan prosedur pengolahan data. Kelima hal tersebut dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut. 3.1 Jenis Penelitian Berdasarkan cara dan prosedur analisis datanya, penelitian ini dilakukan melalui metode deskriptif kualitatif. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif karena berusaha menggambarkan tuturan yang digunakan oleh konselor. Tuturan konselor tersebut diklasifikasikan berdasarkan jenis tindak tutur yang dikemukakan oleh Searle (1979). Klasifikasi tindak tutur tersebut dimaksudkan untuk mendeskripsikan strategi komunikasi konselor dalam menangani siswa bermasalah. Selanjutnya penelitian ini menggunakan pendekatan pragmatik yang memfokuskan pada teori tindak tutur yang dikemukakan oleh Searle (1979) mulai dari jenis tindak tutur asertif, direktif, komisif, ekspresif, dan deklarasi sampai dengan IFID. Sebagaimana diketahui bahwa dalam penelitian pragmatik, sebuah tuturan akan selalu memiliki makna yang mengimplikasikan pada suatu tindakan dan konteks dari mitra tutur. Tuturan yang dimaksudkan dalam konteks ini adalah tuturan yang disampaikan konselor pada saat proses BK. Sementara mitra tutur dalam konteks ini adalah siswa yang sedang memiliki masalah. 26

3.2 Data dan Sumber Data Berdasarkan sumber data yang diambil, penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) karena data berupa teks lisan yaitu percakapan yang terjadi pada proses interaksi (tindak tutur) dalam layanan bimbingan dan konseling antara konselor (guru BK) dengan konseli (siswa). Jadi, secara garis besar penelitian ini menggunakan empat sumber data, yakni konselor, wali kelas, orang tua, dan siswa. Penelitian ini dilakukan di sebuah sekolah menengah kejuruan negeri di Bandung. Alasan penentuan sekolah tersebut adalah ditemukannya latar belakang siswa yang berbeda-beda sehingga menimbulkan permasalahan pribadi siswa yang berbeda-beda pula. Untuk menghadapi masalah yang beragam tersebut memerlukan strategi khusus untuk menanganinya. Adapun yang menjadi sumber data utama dalam penelitian ini adalah konselor dan siswa. Sumber data pertama adalah seorang perempuan dengan usia 47 tahun. Pendidikan terakhir yaitu S1 Pendidikan Bimbingan dan Konseling. Alasan diambilnya data dari konselor tersebut sebab berdasarkan observasi awal konselor tersebut dianggap paling berhasil dalam menangani perubahan sikap pada siswa yang bermasalah. Hal ini juga berarti konselor tersebut memiliki strategi komunikasi khusus dalam dunia konseling yang baik. Sumber data yang kedua adalah siswa. Pada tahapan ini, empat siswa untuk dijadikan sumber data, dengan kasus yang bervariasi. Keempat siswa tersebut, yakni 1) siswa perempuan berinisial G usia 17 tahun. Alasan diambilnya data dari siswa tersebut karena prestasi belajarnya yang terus menurun akibat 27

salah pergaulan; 2) siswa laki-laki berinisial P usia 16 tahun. P dianggap bermasalah karena sering membolos dengan alasan tidak nyaman di sekolah. Selain itu, P memiliki masalah dengan teman satu kelas dan salah seorang guru bidang studi; 3) siswa laki-laki berinisial I usia 18 tahun. I merupakan siswa yang pernah mengulang akibat jarang masuk sekolah. Menjelang ujian nasional, I kembali bermasalah dengan kehadiran, alasannya kurang mendapat perhatian dari orang tua; 4) siswa laki-laki berinisial B usia 17 tahun. B termasuk siswa yang rajin dan ceria, namun belakangan B berubah menjadi pemurung. Berdasarkan informasi dari teman terdekatnya, B memiliki masalah dengan ayahnya. 3.3 Prosedur Pengumpulan Data Pengumpulan data dibagi ke dalam tiga tahap yaitu observasi, penyebaran angket, dan perekaman. Penggunaan observasi sebagai instrumen pertama berdasarkan pemaparan yang disampaikan oleh Meleong (2001) dan Gunarwan (2002). Observasi ini dilakukan hanya untuk melakukan pengamatan terkait penentuan subjek penelitian. Kegiatan observasi penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap, yaitu observasi awal, observasi lanjutan, dan observasi akhir. Dalam observasi awal, peneliti melakukan pengenalan terhadap sekolah yang dipilih, mendapat informasi untuk penentuan siswa bermasalah yang kemudian diteliti. Penentuan siswa bermasalah tersebut berdasarkan pertimbangan dari konselor untuk dilakukan pengambilan data. Kemudian observasi lanjutan, dilakukan untuk mendapatkan gambaran secara menyeluruh tentang situasi dalam proses BK serta konselor yang akan dijadikan sampel penelitian. Selanjutnya observasi akhir, 28

untuk mengecek kembali jika data masih kurang. Tahap observasi ini dipadukan pula dengan pencatatan langsung, sebagai laporan dari hasil observasi. Tahap kedua yaitu penyebaran angket. Angket dalam penelitian ini berupa kuisioner sederhana yang digunakan untuk memperoleh informasi dari wali kelas. Informasi ini berguna untuk mendukung pemaparan dalam latar belakang masalah. Angket diisi oleh wali kelas untuk melengkapi penentuan konselor yang dianggap paling berhasil dalam menangani siswa bermasalah. Di bawah ini adalah angket yang digunakan. Tabel 3.1 Angket No Angket : Nama Responden : 1. Konselor manakah yang dianggap paling berhasil dalam menangani siswa bermasalah? Alasannya... 2. Bagaimanakah perilaku siswa setelah melaksanakan proses bimbingan konseling? Tahap terakhir yaitu dengan perekaman. Perekaman ini diambil secara langsung oleh peneliti. Rekaman ini dilakukan pada saat proses konseling antara konselor dengan siswa berlangsung. Hal ini dilakukan agar peneliti dapat mengambil gambaran yang muncul secara langsung pada saat proses bimbingan konseling. Dalam rekaman ini akan diketahui tindak tutur konselor dalam menangani siswa bermasalah. Rekaman ini dijadikan sebagai sumber data utama dalam penganalisisan. Pengambilan data ini dilakukan empat kali, yaitu terhadap siswa yang berinisial G, P, I, dan B. 29

3.4 Prosedur Pengolahan Data Prosedur pengolahan data dibagi menjadi beberapa tahap yang tersusun secara struktural. Berikut ini tahapan pengolahan data. Tahap 1, proses transkripsi dari sumber data berbentuk rekaman. Rekaman tersebut ditranskripsikan menjadi bentuk tulisan. Transkripsi ini hanya berbentuk tulisan yang terdiri atas deretan kata-kata dalam bentuk kalimat ditambah dengan penanda gramatikal jika diperlukan. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Leech (1983) bahwa pengotak-ngotakan tuturan di dalam analisis pragmatik tidaklah tepat sebab akan membuntukan maksud dari penutur. Sebuah kajian pragmatik, khususnya tindak tutur, membutuhkan bentuk tuturan berupa kalimat yang utuh agar diketahui konteks dari tuturan itu dan secara tidak langsung diketahui pula maksud tuturannya sehingga dapat mempermudah dalam proses penganalisisan. Contoh: Wa alaikum salam warahmatullahi wa barokatuh. Apa kabar G? Silahkan duduk! Mungkin G bingung ya kenapa ibu panggil ke sini? (Tuturan konselor pada data 1). Tahap 2 yaitu proses klasifikasi. Pada tahap ini, tuturan konselor yang telah ditranskripsi dikelompokkan berdasarkan jenis tindak tutur asertif, direktif, komisif, ekspresif, dan deklaratif, berserta masing-masing ilokusinya. Seperti pada tabel analisis di bawah ini. Tabel 3.2 Klasifikasi Tuturan Konselor Berdasarkan Jenis Tindak Tutur No. Wujud Tuturan Jenis Tindak Tutur Ilokusi Wa alaikum salam Ekspresif dalam bentuk A1 Menjawab salam. warahmatullahi wa barokatuh. memberi selamat A2 Apa kabar G? Direktif dalam bentuk Memberi perhatian. 30

A3 A4 Silahkan duduk! Mungkin G bingung ya kenapa ibu panggil ke sini? bertanya. Direktif dalam bentuk perintah. Direktif dalam bentuk bertanya. Mempersilahkan duduk. Meminta perhatian siswa. Tabel 3.3 Frekuensi Kemunculan Tuturan Konselor Berdasarkan Jenis Tindak Tutur JTT Ilokusi frekuensi % Contoh 1. Asertif Memberi tahu Memberi informasi proses bimbingan dan 22 konseling Menyatakan Memberi perhatian 7 Menunjukkan Memberi ilustrasi 4 Tabel analisis ini terbagi ke dalam dua bagian. Tabel 3.2, digunakan untuk mengelompokkan tuturan konselor yang ditranskripsi ke dalam bentuk tulisan. Pengelompokkan tersebut berdasarkan wujud tuturan tiap-tiap kalimat, jenis-jenis tindak tutur, serta ilokusi dari tuturan tersebut. Tabel 3.3 digunakan untuk penghitungan jenis tindak tutur yang muncul. Tabel ini berguna untuk menguatkan hasil analisis dan melihat karakteristik strategi komunikasi yang muncul dari tuturan konselor berdasarkan jenis tindak tutur. Tentunya hal ini diperbolehkan sebagaimana yang diungkapkan Mahsun (2005: 233) pada hakikatnya dalam analisis kualitatif tidak tertutup kemungkinan pemanfaatan data kuantitatif. Penggunaan data kuantitatif sekaligus memperkaya analisis kualitatif itu sendiri. Untuk menentukan jenis tindak tutur dan ilokusinya, bentuk gramatikal tuturan terlebih dahulu diperhatikan secara seksama. Penentuan bentuk gramatikal di sini berdasarkan sintaksis yakni kalimat berita, kalimat perintah, dan kalimat tanya. Kajian ini lebih menitikberatkan pada kajian pragmatik yakni berkaitan dengan isi dan maksud penutur. Selain itu dalam menentukan bentuk, secara 31

sepintas pun akan lebih mudah ditentukan. Analisis bentuk ini hanya sebagai penguat data dalam pembahasan. Selanjutnya, data hasil klasifikasi tersebut dihitung berdasarkan jenis tindak tutur yang muncul pada tuturan konselor yang nantinya akan memberi pertimbangan dalam proses analisis. Tahap 3 yaitu proses identifikasi. Dari hasil klasifikasi tersebut kemudian diidentifikasi atau dipaparkan kembali dengan mendeskripsikan hasilnya. Untuk menganalisis wujud tuturan di atas, terdapat enam indikator yang telah ditentukan pada bab 2 berdasarkan pandangan dari para ahli. Pertama, tuturan dideskripsikan berdasarkan bentuk gramatikal; kedua, tuturan diidentifikasi berdasarkan alasan dimasukkannya ke dalam jenis tindak tutur tertentu; ketiga, melihat persentase kemunculan jenis tindak tutur; keempat mengidentifikasi pilihan kata (diksi), intonasi ditandai dengan gramatikal tanda tanya (?), tanda seru (!), ataupun titik (.) berdasarkan informasi yang muncul dalam rekaman, jeda yakni berhentinya penutur dalam mengujarkan kata-katanya. Jika jedanya cukup lama maka itu menandakan pergantian kalimat, jika sebentar maka itu dapat menggunakan tanda koma (,) yang tentunya masuk ke dalam salah satu analisis IFID; kelima, melihat keruntutan pesan yang disampaikan; keenam interaksi konselor untuk merangsang siswa agar mau berbicara terbuka dan efek dari tuturan yang disampaikan konselor (ilokusi). Keenam indikator ini akan memunculkan karakteristik dari tuturan konselor. Dari karakteristik tersebut, akan diambil karakteristik yang dominan dan akan menjadi bahan analisis untuk mengetahui efek berpeluang tidaknya siswa menunjukkan perubahan. Seperti pada contoh tabel di bawah ini. Tabel 3.4 Analisis tindak tutur yang relevan dalam menangani siswa bermasalah 32

No Wujud Tuturan Jenis Tindak Tutur Ilokusi A7 Ibu selaku Konselor akan membantu menyelesaikan permasalahan G atau apapun yang akan G ceritakan kepada Ibu. Komisif dalam bentuk berjanji. Memberi informasi. A8 Misalnya, ada nih siswa yang mau lulus. Asertif dalam bentuk menunjukkan. Memberi ilustrasi. Dilihat dari bentuk gramatikalnya tuturan di atas merupakan kalimat berita. Pada tuturan A7 konselor menunjukkan sikap terbuka dengan menggunakan JTT komisif dalam bentuk berjanji. Hal ini digunakan sebagai strategi bertutur konselor agar siswa percaya terhadap kerahasiaan permasalah pribadi yang dimilikinya. Konselor tidak langsung bertanya permasalah yang dihadapi siswa, akan tetapi mengikat perjanjian terlebih dahulu agar proses konseling lebih nyaman dan leluasa. Pada tuturan A8 konselor menggunakan JTT asertif dalam bentuk menunjukkan. Hal ini digunakan untuk memberi informasi tentang fungsi keberadaan konselor di sekolah. Hal ini dapat sekaligus menutup pemikiran bahwa tidak selamanya siswa yang bermasalah dipanggil untuk proses bimbingan konseling. Selanjutnya, untuk mengetahui efek dari strategi tuturan yang digunakan konselor terhadap siswa (ilokusi). Dalam hal ini peneliti melihat respon tuturan yang muncul dari siswa ketika konselor memberikan arahan. Misalnya pada contoh analisis di bawah ini. TS : Iya Bu, mulai sekarang saya akan berusaha untuk lebih rajin lagi sekolahnya. Pada tuturan di atas, terlihat bahwa siswa memahami terhadap apa yang diinginkan oleh konselor. Penanda Iya Bu.. merupakan JTT deklaratif dalam bentuk memutuskan. Dalam konteks itu siswa menyetujui terhadap saran dari 33

konselor. Hal ini ditambah dengan penanda saya akan berusaha.. yang merupakan JTT komisif dalam bentuk berjanji yang menunjukkan kesungguhan dari siswa untuk mau berubah. Berdasarkan tuturan di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi komunikasi yang digunakan oleh konselor dapat dikatakan berhasil karena siswa menunjukkan keinginannya untuk berubah. Tahap 4 yaitu proses evaluasi. Tahap ini, dilakukan untuk memonitor kembali hasil analisis yang dirasa masih kurang. Kemudian, menarik garis merah hasil dari temuan dan pembahasan penelitian ini yang dipaparkan ke dalam bentuk kesimpulan. 34