BAB 1 PENDAHULUAN. Subekti dan Tjitrosudibio, Cet. 34, Edisi Revisi (Jakarta: Pradnya Paramita,1995), pasal 1233.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, maka manusia mengingkari kodratnya sendiri. Manusia dengan

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA. antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan sebuah kewajiban untuk

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam keadaan yang sedang dilanda krisis multidimensi seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan tanah hak kepada pihak lain untuk selama-lamanya (hak atas tanah

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakannya dalam sebuah perjanjian yang di dalamnya dilandasi rasa

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan

TINJAUAN YURIDIS PEMBATALAN PERJANJIAN SECARA SEPIHAK SEBAGAI SUATU PERBUATAN MELAWAN HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. manusia, demikian pula sektor-sektor industri yang lainnya. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. dalam jangka waktu pendek atau panjang, perjanjian sudah menjadi bagian

PEMBATALAN PERJANJIAN SEBAGAI PERBUATAN MELAWAN HUKUM SKRIPSI PRITA ANINDYA X

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah

BAB 1 PENDAHULUAN. Tengker, cet. I, (Bandung: CV. Mandar Maju, 2001), hal (Jakarta: Djambatan, 2002), hal. 37.

PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA AGEN DENGAN PEMILIK PRODUK UNTUK DI PASARKAN KEPADA MASYARAKAT. Deny Slamet Pribadi

Lex Privatum Vol. V/No. 9/Nov/2017

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERJANJIAN

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan Hukum. Hukum perjanjian adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perikatan merupakan hubungan hukum yang tercipta karena adanya peristiwa

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PEMBORONGAN KERJA. 1. Perjanjian untuk melakukan jasa-jasa tertentu; 2. Perjanjian kerja/perburuhan dan;

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. haknya atas tanah yang bersangkutan kepada pihak lain (pembeli). Pihak

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan negara merupakan salah satu asas pokok. pembentukan pemerintah Negara Kesatuan Republik

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu hasil-hasil pembangunan harus dapat

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan alam kehidupan sekitarnya. 1. ketentuan yang harus dipatuhi oleh setiap anggota masyarakat.

BAB II PENGIKATAN JUAL BELI TANAH SECARA CICILAN DISEBUT JUGA SEBAGAI JUAL BELI YANG DISEBUT DALAM PASAL 1457 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

TINJAUAN PELAKSANAAN HUBUNGAN KERJA DI PT. NYONYA MENEER SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. disanggupi akan dilakukannya, melaksanakan apa yang dijanjikannya tetapi tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN. Universitas. Indonesia

BAB II PERJANJIAN PADA UMUMNYA. Dari ketentuan pasal di atas, pembentuk Undang-undang tidak menggunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjanjian pengalihan..., Agnes Kusuma Putri, FH UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4432, Penjelasan umum.

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari digerakan dengan tenaga manusia ataupun alam. mengeluarkan Peraturan Perundang-undangan No. 15 Tahun 1985 tentang

BAB III TINJAUAN TEORITIS. dapat terjadi baik karena disengaja maupun tidak disengaja. 2

BAB III TINJAUAN TEORITIS. landasan yang tegas dan kuat. Walaupun di dalam undang-undang tersebut. pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata:

BAB I PENDAHULUAN. mendesak para pelaku ekonomi untuk semakin sadar akan pentingnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan laju pertumbuhan ekonomi Negara Kesatuan Republik Indonesia dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. tertulis atau dengan lisan yang dibuat oleh dua pihak atau lebih, masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Hukum adalah segala aturan yang menjadi pedoman perilaku setiap orang

TINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN AKTA HIBAH. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN, WANPRESTASI DAN LEMBAGA PEMBIAYAAN KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN. produknya baik barang atau jasa dapat melakukan dengan berbagai cara, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupannya mempunyai bermacam-macam kebutuhan

BAB II PERJANJIAN PADA UMUMNYA. satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. 11

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peranan hukum di dalam pergaulan hidup adalah sebagai sesuatu yang

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perseorangan, dan kepentingan masyarakat demi mencapai tujuan dari Negara

SKRIPSI TANGGUNG GUGAT BANK CENTURY ATAS DANA INVESTOR PERSEROAN TERBATAS ANTABOGA DELTA SEKURITAS OLEH : HADI WIBOWO NIM

BAB 1 PENDAHULUAN. hal. 2. diakses 06 September Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. signigfikan terhadap sistem ekonomi global dewasa ini. Teknologi telah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan dilakukan manusia sudah berabad-abad. Pembangunan adalah usaha untuk

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN WANPRESTASI. Perjanjian atau persetujuan merupakan terjemahan dari overeenkomst,

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PENGANGKUTAN. Menurut R. Djatmiko Pengangkutan berasal dari kata angkut yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. yaitu saat di lahirkan dan meninggal dunia, dimana peristiwa tersebut akan

AKIBAT HUKUM WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN BAKU. Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JAMBI FAKULTAS HUKUM

BAB II PENGERTIAN PERJANJIAN PADA UMUMNYA. Manusia dalam hidupnya selalu mempunyai kebutuhan-kebutuhan atau

BAB II LANDASAN TEORI Tinjauan Terhadap Perjanjian Pada Umumnya. hukum perdata adalah sama penyebutannya secara berturut-turut seperti

BAB I PENDAHULUAN. kepemilikan hak atas tanah oleh individu atau perorangan. Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

BAB II PERJANJIAN SEWA-MENYEWA DAN PENGATURAN HUKUM DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA. A. Pengertian Bentuk-bentuk dan Fungsi Perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. saseorang pasti mendapatkan sesuatu, baik dalam bentuk uang maupun barang

BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk dapat memenuhi

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu sosialisasi yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. dalam waktu yang sama menuntut kewajiban ditunaikan. Hubungan hak dan

BAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM

Daftar Pustaka. Adjie, Habib, 2009, Sanksi Perdata dan Administratif Terhadap Notaris Sebagai. Pejabat Publik, Bandung: PT. Refika Aditama.

KLASIFIKASI PERJANJIAN KELOMPOK I DWI AYU RACHMAWATI (01) ( )

Lex et Societatis, Vol. V/No. 5/Jul/2017. TINDAK PIDANA PENGGELAPAN DALAM PERJANJIAN SEWA-BELI KENDARAAN BERMOTOR 1 Oleh : Febrian Valentino Musak 2

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat

BAB I PENDAHULUAN. kalangan individu maupun badan usaha. Dalam dunia usaha dikenal adanya

istilah perjanjian dalam hukum perjanjian merupakan kesepadanan Overeenkomst dari bahasa belanda atau Agreement dari bahasa inggris.

ALTERNATIF HUKUM PERKAWINAN HOMOSEKSUAL

Lex Privatum, Vol.I/No.4/Oktober/2013. PEMBATALAN PERJANJIAN SEPIHAK SEBAGAI SUATU PERBUATAN MELAWAN HUKUM 1 Oleh: Gerry R.

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan hukum perdata itu dibagi menjadi dua macam yaitu hukum perdata

WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN GANTI RUGI. (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Denpasar No.522/Pdt.G/2013/PN.Dps )

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. Perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu perbuatan dengan

PANDANGAN HAKIM TENTANG PUTUSAN DAMAI ATAS UPAYA HUKUM VERZET

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN. dua pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Dalam memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dengan banyaknya industri rokok tersebut, membuat para produsen

Lex Privatum, Vol. IV/No. 6/Juli/2016

SKRIPSI. Disusun Oleh : SEPTIAN DWI SAPUTRA C

BAB II PROSEDUR PERALIHAN HAK GUNA USAHA MELALUI PERIKATAN JUAL BELI SEKALIGUS ALIH FUNGSI PENGGUNAAN TANAH

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan oleh para pengusaha untuk mengembangkan usahanya. kedua belah pihak, yakni pembeli dan penjual.

PENERAPAN ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN KERJA UNTUK WAKTU TERTENTU DI PT. TIGA SERANGKAI PUSTAKA MANDIRI SURAKARTA

Beralihnya Hak Milik Tanah Sebagai Jaminan Hutang Piutang (Studi kasus: Nunung Herlina dengan Hani Haryani)

BAB IV PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR. A. Pelaksanaan Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sosialnya senantiasa akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. harga tanah dan bangunan yang terus naik dari tahun ke tahun. Tanah dan

Lex Privatum, Vol. IV/No. 7/Ags/2016

Lex Privatum, Vol. IV/No. 3/Mar/2016

PROSES PEMERIKSAAN PERKARA JUAL BELI HAK MILIK ATAS TANAH SECARA KREDIT. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak dapat terlepas dari hubungan dengan manusia lainnya untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Hubungan tersebut akan berlangsung baik apabila ada persesuaian kehendak diantara para pihak yang berhubungan. Untuk mencapai kesesuaian kehendak dalam hubungan tersebut timbul suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada orang lainnya untuk melakukan suatu hal. Hal itu dapat berupa kebebasan untuk berbuat sesuatu, untuk menuntut sesuatu, untuk tidak berbuat sesuatu dan dapat berarti keharusan untuk menyerahkan sesuatu, untuk berbuat suatu hal, atau untuk tidak berbuat sesuatu. Hal ini berarti para pihak tersebut melakukan suatu perjanjian sehingga antara para pihaknya timbul hubungan hukum yang dinamakan perikatan. Perikatan didefinisikan sebagai suatu hubungan hukum antara dua orang atau dua pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak yang lain, dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu. 1 Perikatan dapat lahir dari perjanjian atau undang-undang seperti yang disebutkan dalam pasal 1233 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata). 2 Perikatan yang timbul baik dari perjanjian maupun undang-undang akan melahirkan hak dan tanggung jawab yang dapat dituntut serta harus dipenuhi oleh masing-masing pihak. Namun dasar lahirnya perikatan tersebut mempunyai akibat yang berbeda bagi para pihak. Dalam perikatan yang lahir dari perjanjian akibat yang timbul dikehendaki oleh para pihak sedangkan dalam perikatan yang lahir dari undang-undang, akibat hukum yang timbul ditentukan oleh undang- 1 Subekti, Hukum Perjanjian, cet. 18 (Jakarta: Intermasa,2001), hal.1. 2 Indonesia, Kitab Undang-undang Hukum Perdata (Burgerlijk wetboek), terjemahan Subekti dan Tjitrosudibio, Cet. 34, Edisi Revisi (Jakarta: Pradnya Paramita,1995), pasal 1233. Pembatalan perjanjian..., Prita 1 Anindya, FHUI, 2009Universitas Indonesia

2 undang yang mungkin saja tidak dikehendaki oleh para pihak. 3 Adanya perbedaan sumber perikatan tersebut berpengaruh pada bentuk gugatan jika salah satu pihak nantinya tidak memenuhi hak dan kewajibannya. Perikatan yang lahir dari Perjanjian lahir karena antara para pihaknya sepakat mengikatkan diri dalam sebuah perjanjian. Pada perikatan ini, jika salah satu pihak merasa bahwa pihak lain tidak melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati sebelumnya, maka pihak tersebut dapat menuntut pemenuhan hak-haknya dengan mengajukan gugatan wanprestasi ke pengadilan. Perikatan yang lahir karena undang-undang timbul karena dua sebab. karena undang-undang yang menyatakan bahwa antara pihak-pihak yang disebutkan undang-undang mempunyai perikatan/hubungan hukum, dalam hal ini subjek hukumnya pasif. serta perikatan yang bersumber sebagai akibat perbuatan manusia. Perikatan yang bersumber dari undang-undang sebagai akibat perbuatan manusia mengandung arti bahwa dengan dilakukannya serangkaian tingkah laku seseorang, maka undang-undang melekatkan akibat hukum berupa perikatan terhadap orang tersebut. Tingkah laku seseorang tadi mungkin merupakan perbuatan yang menurut hukum (dibolehkan undang-undang) atau mungkin pula merupakan perbuatan yang tidak dibolehkan undang-undang (melawan hukum). 4 Hal ini juga disebutkan dalam KUH Perdata pasal 1352 yaitu perikatan yang dilahirkan demi undang-undang, timbul dari undang-undang saja, atau dari undang-undang sebagai akibat perbuatan orang. 5 Pelanggaran terhadap perikatan yang timbul karena undang-undang ini dapat digugat dengan gugatan perbuatan melawan hukum, pasal 1365 KUH Perdata. Dari uraian di atas jelaslah terdapat perbedaan yang signifikan antara gugatan wanprestasi dengan gugatan perbuatan melawan hukum, yakni bahwa gugatan wanprestasi lahir karena pelanggaran terhadap perikatan yang timbul 3 Subekti, Op. Cit., hal. 1. 4 Rosa Agustina, Perbuatan Melawan Hukum, cet. 1 (Jakarta: program Pasca Sarjana Fakultas Hukum, 2003) hal.31. 5 KUH Perdata, Op.Cit., pasal 1352.

3 karena suatu perjanjian/kontrak, dalam artian bahwa sebelumnya telah terdapat hubungan kontraktual antara para pihak, sedangkan gugatan perbuatan melawan hukum lahir karena pelanggaran terhadap perikatan yang timbul karena undangundang, tidak ada hubungan kontraktual antar para pihak. Namun yang terjadi saat ini, gugatan wanprestasi maupun gugatan perbuatan melawan hukum, telah mengalami penipisan perbedaan. Pelanggaran terhadap perikatan yang lahir dari perjanjian juga dapat digugat dengan perbuatan melawan hukum. Pembatalan perjanjian secara sepihak yang digugat dengan perbuatan melawan hukum ini menjadi salah satu gejala penipisan perbedaan tersebut. Gugatan perbuatan melawan hukum ini digunakan agar pihak yang menggugat tetap dapat menuntut hak-haknya, tanpa harus menyandarkan dasar gugatannya pada perjanjian sebelumnya, karena perjanjian antara para pihak telah dibatalkan. Oleh karena itu, dalam skripsi ini, Peneliti akan mencoba mengamati kembali hukum perikatan secara teoritis khususnya yang berkaitan dengan pangkal sengketa dalam hukum perikatan yang dapat dijadikan alasan gugatan. Untuk lebih memahami penerapan gugatan perbuatan melawan hukum ini, peneliti juga akan mencoba menganalisa putusan dari gugatan perbuatan melawan hukum atas pembatalan perjanjian sepihak yakni putusan No. 281/Pdt.G/2007/PN.JKT.PST antara PT Sapta Sarana Personaprima dengan Conoco Philips dan perkara No. 484/Pdt.G/1999/PN.JKT.SEL antara PT Perusahaan Dagang Tempo (PT Tempo) dengan PT Roche Indonesia. 1.2. POKOK PERMASALAHAN Berdasarkan latar belakang di atas, maka pokok permasalahan yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah sebagai berikut: a) Bagaimanakah suatu konsep perbuatan melawan hukum dapat diterapkan pada pembatalan perjanjian secara sepihak? b) Bagaimanakah sistem ganti rugi yang dapat diterapkan dalam gugatan perbuatan melawan hukum atas perjanjian yang dibatalkan secara sepihak? c) Bagaimanakan konsep penerapan perbuatan melawan hukum dan sistem ganti rugi yang dijadikan dasar putusan pada Perkara Perdata No.

4 281/Pdt.G/2007/PN.JKT.PST antara PT Sapta Sarana Personaprima dengan Conoco Philips dan Perkara Perdata No. 484/Pdt.G/1999/PN.JKT.SEL antara PT Perusahaan Dagang Tempo (PT Tempo) dengan PT Roche Indonesia (PT Roche) 1.3. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk: a) Mengetahui bagaimana suatu konsep perbuatan melawan hukum dapat diterapkan pada perkara perdata pembatalan perjanjian secara sepihak b) Mengetahui sistem ganti rugi dalam penerapan konsep perbuatan melawan hukum dalam perkara perdata pembatalan perjanjian secara sepihak c) Mengetahui konsep penerapan perbuatan melawan hukum dan sistem ganti rugi yang dijadikan dasar putusan pada perkara-perkara perdata (Putusan No. 281/Pdt.G/2007/PN.JKT.PST antara PT Sapta Sarana Personaprima dengan Conoco Philips dan perkara No. 484/Pdt.G/1999/PN.JKT.SEL antara PT Perusahaan Dagang Tempo (PT Tempo) dengan PT Roche Indonesia (PT Roche) 1.4. KERANGKA KONSEP Untuk menganalisa permasalahan dalam penelitian ini, ada beberapa konsep yang perlu diperjelas terlebih dahulu, yakni sebagai berikut: a) Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. Definisi ini sesuai dengan pasal 1313 KUH Perdata. 6 Namun definisi ini di kritik oleh Prof. Subekti, karena menurutnya definisi ini tidak menunjukkan adanya hubungan timbal balik antara para pihaknya. Menurut Prof Subekti perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal. 7 6 KUH Perdata, Op.Cit., Pasal 1313. 7 Subekti, Op.Cit., hal. 1-3.

5 b) Perjanjian Timbal balik adalah suatu perjanjian yang memberikan hak dan kewajiban kepada kedua belah pihak. Misalnya perjanjian jual beli, sewa menyewa, tukar menukar 8 c) Perikatan adalah statu perhubungan antara dua orang atau dua pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak lain, dan pihak lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu. 9 d) Gugatan adalah salah satu bentuk cara penyelesaian perselisihan perkara perdata yang diajukan ke pengadilan oleh salah satu pihak terhadap pihak lain berdasarkan adanya statu sengketa atau konflik. 10 e) Wanprestasi adalah kelalaian, kealpaan, cidera janji, tidak menepati atau tidak melakukan kewajibannya dalam perjanjian atau tidak dilaksanakannya prestasi atau kewajiban sebgaimana mestinya yang dibebankan oleh kontrak terhadap pihak-pihak tertentu seperti yang disebutkan dalam kontrak yanng bersangkutan. 11 f) Perbuatan melawan hukum adalah setiap perbuatan yang melanggar hukum kepada seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut. 12 8 Abdulkadir Muhammad, Hukum perikatan. Cet. 3, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1992), hal 97. 9 Subekti, ibid. 10 Retnowulan Sutantio dan Iskandar Oeripkartawinata, Hukum Acara Perdata dalam teori dan Praktek, Cet.9 (Bandung: Mandar Maju, 2002), hal.10. 11 C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil Istilah Aneka Hukum, Cet. 1 (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2001) hal. 195. 12 KUH Perdata Op. Cit., Pasal 1365.

6 1.5. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kepustakaan 13 dengan melakukan studi dokumen menggunakan bahan-bahan dari data sekunder, data sekunder yaitu data yang diperoleh dari kepustakaan, seperti buku-buku, artikel, skripsi, tesis, putusan pengadilan, dan lain sebagainya. 14 Tipe penelitian yang digunakan oleh peneliti merupakan penelitian yang berfokus masalah, 15 Dalam penelitian ini, permasalahan yang diteliti didasarkan pada teori atau dilihat kaitannya antara teori dengan praktek. Dari sudut bentuknya merupakan penelitian diagnostik, yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui sebab-sebab timbulnya suatu gejala. 16 Dalam hal ini dikaitkan pada penerapan Perbuatan melawan hukum pada kasus dimana para pihaknya telah mempunyai hubungan kontraktual sebelumnya. Dari sudut tujuannya, penelitian ini merupakan penelitian problem identification, yaitu penelitian dengan mengklasifikasikan permasalahan yang ada, sehingga memudahkan dalam proses analisa dan pengambilan kesimpulan. 17 Bentuk penelitian yang digunakan adalah penelitian yuridis-normatif, yaitu penelitian dengan lebih mengutamakan data sekunder, khususnya terhadap bahan hukum primer 18 berupa putusan pengadilan dan undang-undang atau peraturan yang berlaku. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode analisis kualitatif, karena data yang digunakan bukan berupa angka/kuantitas, maka analisis data yang digunakan adalah analisa kualitatif. 13 Sri Mamudji et al., Metode Penelitian dan Penulisan Hukum (Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum, 2005), hal. 21. 14 Ibid., hal. 28. 15 Ibid., hal. 5. 16 Ibid., hal 4. 17 Ibid., hal 5. 18 Ibid., hal 9.

7 1.6. SISTEMATIKA PENULISAN Pada bab 1 akan diuraikan mengenai pendahuluan, yang berisi latar belakang permasalahan, pokok permasalahan, tujuan penelitian, kerangka konsep, yang menjelaskan istilah-istilah penting yang terkait dengan penelitian ini, metode penelitian, serta sistematika penulisan. Pada bab 2 akan dibahas mengenai pembatalan perjanjian secara sepihak, yang terdiri dari dua sub bab, yang pertama yaitu perjanjian secara umum, yang meliputi asas konsensual dalam perjanjian, jenis-jenis perjanjian, dan batal dan pembatalan suatu perjanjian, kemudian yang kedua mengenai teori tentang perbuatan melawan hukum yang terdiri dari pengertian perbuatan melawan hukum, sejarah pengajuan gugatan perbuatan melawan hukum, unsur-unsur perbuatan melawan hukum, unsur kesalahan dalam perbuatan melawan hukum, serta hal-hal yang menghilangkan sifat melawan hukum, Pada bab 3 akan diuraikan tentang perbuatan melawan hukum sebagai dasar gugatan, yang terdiri dari dua sub bab, yaitu dasar pertimbangan penggunaan konsep perbuatan melawan hukum dalam sengketa pembatalan perjanjian, serta diuraikan tentang konsep ganti kerugian yang digunakan. Pada bab 4 diuraikan analisa beberapa perkara perdata tentang pembatalan perjanjian secara sepihak untuk melihat penerapan pembahasan teoritis pada beberapa kasus agar dapat ditarik suatu benang merah dalam pertimbangan yang membuat suatu perkara pembatalan perjanjian sepihak sebagai perbuatan melawan hukum. Putusan yang akan dianalisa adalah putusan No. 281/Pdt.G/2007/PN.JKT.PST antara PT Sapta Sarana Personaprima dengan Conoco Philips dan perkara No. 484/Pdt.G/1999/PN.JKT.SEL antara PT Perusahaan Dagang Tempo (PT Tempo) dengan PT Roche Indonesia (PT Roche) Bab 5, Penutup, terdiri atas kesimpulan yang merupakan ringkasan atas jawaban dari pokok permasalahan dan saran-saran baik refleksi maupun hasil temuan penelitian maupun apa yang seharusnya dilakukan pada masa yang akan datang. Universitas Indonesia