Home : tedyagungc.wordpress.com

dokumen-dokumen yang mirip
Materi : Bab II. KARTOGRAFI Pengajar : Ir. Yuwono, MS

PETA TOPOGRAFI DAN PEMBACAAN KONTUR

KLASIFIKASI PENGUKURAN DAN UNSUR PETA

Pemetaan dimana seluruh data yg digunakan diperoleh dengan melakukan pengukuran-pengukuran dilapangan disebut : Pemetaan secara terestris Pemetaan yan

A. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta

Dasar-dasar Pemetaan Pemahaman Peta

Peta Tematik. Jurusan: Survei dan Pemetaan Universitas Indo Global Mandiri Palembang

BAB IV PETA TOPOGRAFI. 1. umum

Konsep Kartografi (Konv ensional)

MATA KULIAH PEMBUATAN PETA TEMATIK. Dr. Sumi Amariena Hamim, ST, MT

APA ITU ILMU UKUR TANAH?

MEMBACA DAN MENGGUNAKAN PETA RUPABUMI INDONESIA (RBI)

BAB 1:MENGGENAL PRINSIP DASAR PETA DAN PEMETAAN.

PANDUAN PRAKTIKUM NAVIGASI DARAT

Peta Topografi. Legenda peta antara lain berisi tentang : a. Judul Peta

Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG)

2 rencana tata ruang itu digunakan sebagai media penggambaran Peta Tematik. Peta Tematik menjadi bahan analisis dan proses síntesis penuangan rencana

Pemetaan. sumber.hayati.laut

Kuliah Pengantar Surveying

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2000 TENTANG TINGKAT KETELITIAN PETA UNTUK PENATAAN RUANG WILAYAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BEBERAPA PEMIKIRAN TENTANG SISTEM DAN KERANGKA REFERENSI KOORDINAT UNTUK DKI JAKARTA. Hasanuddin Z. Abidin

Adipandang YUDONO

INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFORMASI KERUANGAN

BAB 9: GEOGRAFI PETA DAN PEMETAAN

1. Gambaran permukaan bumi di atas suatu media gambar biasa disebut... a. atlas c. globe b. peta d. skala

PENDALAMAN MATERI KONSEP DASAR PETA

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. bentuk spasial yang diwujudkan dalam simbol-simbol berupa titik, garis, area, dan

5.1 PETA TOPOGRAFI. 5.2 GARIS KONTUR & KARAKTERISTIKNYA

5.1 Peta Topografi. 5.2 Garis kontur & karakteristiknya

Pengertian Garis Kontur, Peraturan, & Cara PembuatanDEFINISI, GEOGRAFI, IPS ON FEBRUARY 23, 2016 NO COMMENTS

SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA LAHAN

PANDUAN PRAKTIKUM MATERI 1 : PENGENALAN PETA & FOTO UDARA. Survei Tanah Dan Evaluasi Lahan

BAB II SURVEI LOKASI UNTUK PELETAKAN ANJUNGAN EKSPLORASI MINYAK LEPAS PANTAI

PENGENALAN DAN PENGETAHUAN PEMETAAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2000 TENTANG TINGKAT KETELITIAN PETA UNTUK PENATAAN RUANG WILAYAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

PETA (Dasar Teori dan Geologi Regional Kuliah Lapangan)

BENTUK BUMI DAN BIDANG REFERENSI

GEOGRAFI TEKNIK Untuk SMA Kelas XII Sistem KTSP 2013/2014

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Panduan Membaca Peta Prakiraan Daerah Penangkapan Ikan

SURVEYING (CIV 104) PERTEMUAN 2 : SISTEM SATUAN, ARAH DAN MENENTUKAN POSISI DALAM SURVEYING

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 8. SUPLEMEN PENGINDRAAN JAUH, PEMETAAN, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)LATIHAN SOAL 8.3.

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN UMUM PENENTUAN BATAS DAERAH

Bab 7. Peta Topografi 2012

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENEGASAN BATAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENEGASAN BATAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

Datum Geodetik & Sistem Koordinat Maju terus

MENGGAMBAR BATAS DESA PADA PETA

BAB III TEKNOLOGI LIDAR DALAM PEKERJAAN EKSPLORASI TAMBANG BATUBARA

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

Mengapa proyeksi di Indonesia menggunakan WGS 84?

BAB I PENGANTAR. Universitas Gadjah Mada 1

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

GEOGRAFI 1 LATIHAN SOAL

PENGERTIAN UMUM PETA

BAB II LANDASAN TEORI

Session_02. Session_02 (Lebih Lanjut dengan PETA) MATAKULIAH KARTOGRAFI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. selembar kertas atau media lain dalam bentuk dua dimesional. (Dedy Miswar,

PENENTUAN LOKASI (Route Location)

Pengertian Sistem Informasi Geografis

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2000 TENTANG TINGKAT KETELITIAN PETA UNTUK PENATAAN RUANG WILAYAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MAKALAH GRAVITASI DAN GEOMAGNET INTERPRETASI ANOMALI MEDAN GRAVITASI OLEH PROGRAM STUDI FISIKA JURUSAN MIPA FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

ANALISA PETA LINGKUNGAN PANTAI INDONESIA (LPI) DITINJAU DARI ASPEK KARTOGRAFIS BERDASARKAN PADA SNI

TUGAS MANDIRI MINGGU KETIGA SURVEI TANAH DAN EVALUASI LAHAN

Kecepatan angin meningkat pada rasio H/W kecil dan sebaliknya Jarak >, rasio H/W < Kecepatan angin tinggi pada rongga yang dipengaruhi elevasi

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Geodesi dan Keterkaitannya dengan Geospasial

sensing, GIS (Geographic Information System) dan olahraga rekreasi

SALMANI SALEH ILMU UKUR TANAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2002 TENTANG DAFTAR KOORDINAT GEOGRAFIS TITIK-TITIK GARIS PANGKAL KEPULAUAN INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PETA TOPOGRAFI. Oleh Ign. Sudarno

Modul 10 Garis Kontur

GPS vs Terestris (1)

BAB IV ANALISIS. 4.1 Analisis terhadap Seleksi Unsur Pemetaan Laut Teritorial Indonesia

KATA PENGANTAR. Tim Penyusun: Nara Sumber : Sukendra Martha. Editor : Diah Kirana Kresnawati Agus Hermawan Atmadilaga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PP Nomor 10 Tahun 2000 (dalam Indarto,2010 : 177) Secara umum peta

Geologi dan Analisis Struktur Daerah Cikatomas dan Sekitarnya, Kabupaten Lebak, Banten. BAB I PENDAHULUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Menurut Erwin Raisz dalam Rosana (2003 ) peta adalah gambaran konvensional

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG TINGKAT KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG BADAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAN NASIONAL

TUJUAN INSTRUKSIONAL

BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran.. 66 DAFTAR PUSTAKA Lampiran-lampiran... 69


b. Merubah Sudut Kompas ( SK ) menjadi Sudut Peta ( SP )

SD kelas 4 - ILMU PENGETAHUAN SOSIAL BAB 1. PETA DAN KOMPONENNYALatihan Soal 1.1

BAB II PENENTUAN BATAS LAUT DAERAH

Pengenalan Peta & Data Spasial Bagi Perencana Wilayah dan Kota. Adipandang Yudono 13

PENGUKURAN BEDA TINGGI / SIPAT DATAR

PEMETAAN DAN PENENTUAN POSISI POTENSI DESA

PENGENALAN MACAM-MACAM PENGUKURAN SITUASI

KONTUR.

SURVEI HIDROGRAFI. Tahapan Perencanaan Survei Bathymetri. Jurusan Survei dan Pemetaan Universitas Indo Global Mandiri Palembang

Gambar 2.1. Gambar Garis Kontur Dari Suatu Permukaan Bumi

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster.

CUCU RATNASIH ( ) REFKA MAHERA ( )

URGENSI PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS LAUT DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DAN GLOBALISASI. Oleh: Nanin Trianawati Sugito*)

Bab IV ANALISIS. 4.1 Hasil Revisi Analisis hasil revisi Permendagri no 1 tahun 2006 terdiri dari 2 pasal, sebagai berikut:

Transkripsi:

Email : tedyagungc@gmail.com Home : tedyagungc.wordpress.com

Subagyo 2003, Permukaan bumi merupakan suatu bidang lengkung yang tidak beraturan, sehingga hubungan geometris antara titik satu dengan titik lainnya di permukaan tersebut sulit untuk ditentukan. Hubungan geometris tersebut, yang secara praktis dapat dinyatakan dalam bentuk peta topografi, merupakan informasi penting bagi berbagai keperluan, baik untuk pembangunan fisik maupun penelitian ilmiah.

Untuk dapat menggambarkan peta topografi, diperlukan model matematis yang mempunyai bentuk dan ukuran tertentu sehingga mendekati bentuk dan ukuran bumi. Berdasarkan penelitian disimpulkan bahwa model yang paling mendekati bentuk dan ukuran bumi tersebut adalah elips putar, yaitu elips yang diputar seratus delapan puluh derajat terhadap sumbu pendeknya. Model ini dikenal sebagai elipsoid referensi. Karena elipsoid referensi ini merupakan model matematis yang hanya mempunyai bentuk dan ukuran tertentu, maka model tersebut tidak mempunyai arti fisis sehingga tidak mempunyai makna yang berarti bagi penelitian kebumian. Agar model tersebut bermakna untuk penelitian ilmiah (khususnya penelitian geodesi), maka elipsoid referensi perlu didudukkan atau diorientasikan sedemikian rupa sehingga bersinggungan (atau sedapat mungkin berhimpit) dengan permukaan bumi. Dalam kondisi dan situasi inilah model tersebut dapat didefini sikan sebagai model matematis bumi, sehingga dapat dijadikan bidang acuan (referensi) bagi perhitungan geodesi

Di samping model elipsoid referensi, dikenal pula model lainnya yang sulit untuk dapat didefinisikan secara matematis, karena diperlukan lebih banyak parameter dibandingkan parameter untuk elipsoid. Model ini dikenal sebagai model geoid. Secara ilmiah geoid didefinisikan sebagai bidang ekuipotensial gaya berat bumi, sehingga potensial di setiap tempat pada permukaan geoid tersebut adalah sama. Secara praktis, geoid didefinisikan sebagai bidang permukaan laut rata-rata yang tidak terganggu oleh gaya apapun. Berbeda dengan elipsoid yang merupakan permukaan lengkung yang teratur, geoid merupakan permukaan lengkung yang tidak beraturan. Ketidakberaturan tersebut disebabkan oleh ketidakberaturan dalam penyebaran rapat massa bumi, sehingga hal tersebut akan menyebabkan arah gaya berat bumi (yang mempunyai arah tegak lurus geoid di setiap tempat) menjadi tidak beraturan pula. Berhubung arah gaya berat bumi ini merupakan pedoman arah vertikal bagi peralatan ukur geodesi, maka secara otomatis bidang geoid tersebut (yang erat kaitannya dengan arah gaya berat) akan menjadi penting dalam survei topografi (survei geodesi) sehingga dijadikan bidang acuan (referensi) pengukuran (pengukuran ketinggian)

Persamaan dan ketiga bidang di atas adalah semuanya merupakan bidang lengkung, dua buah bidang lengkung tidak beraturan, yaitu bidang permukaan bumi dan bidang geoid, dan satu bidang lengkung beraturan, yaitu elipsoid. Berbeda dengan ketiga bidang di atas, bidang yang juga penting dalam survei geodesi ini adalah bidang proyeksi. Bidang proyeksi ini merupakan bidang datar atau bidang yang dapat didatarkan tanpa ada perubahan lebih lanjut, sehingga sebagian kecil permukaan bumi dapat digambarkan di atasnya dalam skala tertentu serta dengan menggunakan metode tertentu pula, Gambaran permukaan bumi tersebut dikenal dengan nama peta topografi

Walaupun peta merupakan gambaran (sebagian) permukaan bumi, tetapi di antara keduanya terdapat beberapa perbedaan yang sangat prinsip, seperti: PERMUKAAN BUMI : bidang lengkung bidang tidak beraturan bidang yang luas mempunyai bentuk dan luas yang tidak tetap, karena sangat tergantung kepada proses alamiah yang terjadi di dalam bumi PETA : bidang datar bidang beraturan bidang yang terbatas luasnya mempunyai bentuk dan luas yang tetap

PENGERTIAN PETA Gambaran keadaan permukaan bumi pada bidang horisontal dengan skala tertentu meliputi unsur-unsur alamiah (sungai, gunung, lembah) dan unsurunsur buatan manusia (bangunan, jalan, saluran irigasi, batas pemilikan lahan) yang disajikan dengan konfigurasi tertentu. Pemetaan Terestris : Pemetaan dimana seluruh data yang digunakan diperoleh langsung dari pengukuran-pengukuran pada permukaan bumi (WP, theodolit, TS) Pemetaan Extra Terestris: Pemetaan tidak secara langsung dipermukaan bumi, melainkan menggunakan benda-benda angkasa (satelit) GPS Fotogrametris : Pemetaan dimana sebahagian datanya diperoleh dari foto hasil pemotretan udara.

Berdasarkan sumber datanya, peta dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan peta, yaitu peta induk (basic map) dan peta turunan (derived map). Peta induk adalah peta yang dihasilkan dan survei langsung di lapangan dan dilakukan secara sistematis. Untuk melakukan pemetaan secara sistematis, diperlukan adanya pembakuan dalam metode pemetaan, sistem datum, sistem proyeksi peta, ukuran lembar peta, skala peta, tata letak informasi tepi, derajat ketelitian serta kelengkapan isi, serta pembakuan dalam kerangka geometris peta (grid dan graticule). Berhubung peta induk ini dapat digunakan sebagai peta dasar untuk pemetaan topografi, maka peta ini dapat digolongkan pula sebagai peta dasar (base map). Peta dasar adalah peta yang dijadikan acuan dalam pembuatan peta lainnya, khususnya acuan untuk kerangka geometrisnya. Peta turunan adalah peta yang dibuat (diturunkan) berdasarkan acuan peta yang sudah ada, sehingga survei langsung ke lapangan tidak diperlukan di sini. Peta turunan ini tidak dapat digunakan sebagai peta dasar untuk pemetaan topografi.

Berdasarkan jenis data yang disajikan, peta dapat digolongkan dalam dua kelompok, yaitu peta topografi (topographic map) dan peta tematik (tematic map). Peta topografi adalah peta yang menggambarkan semua unsur topografi yang nampak di permukaan bumi, baik unsur alam (seperti sungai, garis pantai, danau, kehutanan, gunung, dli.) maupun unsur buatan manusia (seperti jalan, pemukiman, pelabuhan, pasar, tempat rekreasi, dli.), serta menggambarkan pula keadaan relief permukaan bumi. Dengan demikian, di samping data planimetris berupa unsur-unsur topografi di atas, ditampilkan pula data-data ketinggian seperti data titik tinggi, dan data kontur topografi. Contoh peta topografi: peta rupa bumi terbitan Bakosurtanal, peta teknik untuk perencanaan teknik sipil, dan lain-lain. Peta tematik adaiah peta yang hanya menyajikan data-data atau informasi dan suatu konsep/tema yang tertentu saja, baik itu berupa data kualitatif maupun data kuantitatif, dalam hubungannya dengan detail topografi yang spesifik, terutama yang sesuai dengan tema peta tersebut. Yang dimaksud data kualitatif adalah data yang menyajikan unsur-unsur topografi berupa gambar atau keterangan, seperti jalan, sungai, perumahan, nama daerah, dan lain sebagainya. Sedangkan data kuantitatif adalah data yang menyajikan unsur-unsur topografi yang menyatakan besaran tertentu, seperti ketinggian titik, nilai kontur, jumlah penduduk, persentase pemeluk agama tertentii, dan lain sebagainya. Contoh peta tematik, yaitu peta geologi, peta anomali gaya berat, peta anomali magnet, peta tata guna lahan, peta pendaftaran tanah, dan lain-lain

Menurut Isinya : a. Peta Geologi Memuat informasi tentang keadaan geologi suatu daerah, bahanbahan yang membentuk lapisan tanah yang disajikan dengan simbol ltithologi dan struktur tertentu. b. Peta Hidrografi Memuat informasi tentang keadaan dasar lautan, kedalaman air serta keterangan-keterangan lain yang diperlukan untuk pelayaran (navigasi). c. Peta Kadaster Memuat informasi tentang batas-batas pemilikan tanah, kelas tanah dan keterngan yang berhubungan dengan status tanah. d. Peta Irigasi Memuat informasi tentang jaringan irigasi di suatu wilayah pengairan, baik saluran-saluran pembawa, saluran pembuang dan bangunan irigasi.

e. Peta jalan Memuat informasi tentang jaringan jalan-jalan di suatu wilayah untuk keperluan perhubungan. f. Peta Kota Memuat informasi tentang jaringan jalan, gedung-gedung dan keterangan lain di wilayah perkotaan. g. Peta Relief Memuat informasi tentang bentuk permukaan tanah serta kondisinya. h. Peta Kemajuan Tambang Memuat informasi tentang kemajuan penambangan (material yang telah digali) dengan terget produksi tertentu dalam periode waktu tertentu, sebagai kontrol kegiatan penambangan suatu bahan galian.

Skala grafis Skala grafis adalah suatu bentuk penyajian skala peta diatas garis lurus yang mempunyai panjang tertentu, dan pada sisi garis yang satu dituliskan panjang garis tersebut di peta (dalam satuan cm) serta pada sisi yang lain dituliskan panjang garis tersebut di lapangan (dalam satuan km), sehingga kedua panjang garis tersebut mempunyai perbandingan yang sesuai dengan angka perbandingan skala peta tersebut. Pada gambar di atas, jarak 5 km digambarkan dengan panjang garis 5 cm, sehingga antara keduanya terdapat angka perbandingan 5 cm: 5 km = 5 cm: 500.000 cm = 1: 100.000. Jadi skala grafis tersebut menyatakan skala 1: 100.000.

Skala numeris Skala numeris merupakan suatu cara penyajian skala peta dengan menuliskan langsung besaran skala tersebut. Jadi dengan skala numeris ini pengguna peta dapat langsung mengetahui besaran skala tersebut. Kedua jenis skala di atas mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing sehingga pada peta-peta dasar topografi nasional, kedua jenis skala tersebut haruss dicantumkan secara bersama-sama agar saling melengkapi. Kelemahan skala grafis adalah sulit untuk dibaca secara langsung, tetapi skala ini mempunyai kelebihan, yaitu ikut berubah (mengembang atau menciut) sesuai dengan perubahan bahan dasar peta yang bersangkutan. Dengan demikian skala ini dapat mengontrol ketelitian skala suatu peta, walaupun peta tersebut sudah diperkecil/diperbesar. Sedangkan kelebihan dan skala numeris adalah dapat langsung dibaca oleh setiap pemakai peta, tetapi kekurangannya adalah tidak dapat mengontrol kebenaran skala suatu peta yang telah mengalami perubahan baik karena cuaca ataupun karena perubahan akibat pencetakan peta (perbesaran/perkecilan).

Skala besar merupakan skala peta yang dapat menyajikan gambar dalam ukuran besar sehingga data-data topografi dapat digambarkan secara rinci. Misalnya dalam peta skala 1 : 1000, semua batas pekarangan rumah dapat digambarkan dengan jelas. Begitu pula dengan lebar jalan raya dapat digambarkan sesuai dengan ukurannya. Termasuk ke dalam kelompok ini adalah skala peta 1: 10.000, 1: 5000, 1: 1000, 1: 500, dan skala yang lebih besar lagi. Skala besar ini pada umumnya digunakan untuk keperluan teknis, yaitu untuk keperluan perencanaan teknik sipil, perencanaan jaringan telepon/ listrik, keperluan tataguna lahan, keperluan pendaftaran tanah, keperluan pajak bumi dan bangunan, dan sebagainya Dibuat untuk merencanakan dan melaksanakan pekerjaan-pekerjaan Teknik Sipil (pembuatan gedung, jalan, saluran irigasi dll) maupun Pertambangan (rencana penambangan, tata letak tambang dll).

Skala sedang merupakan skala peta yang dapat menyajikan gambar dalam ukuran yang semi rinci, sehingga di sini sudah mulai adanya pengelompokan data-data rinci dan sejenis ke dalam satu kelompok data. Misalnya beberapa data pekarangan persil) rumah digabung menjadi satu kelompok data pemu kiman. Begitu pula dengan lebar jalan sudah mengalami penyederhanaan, misalnya jalan digambarkan dengan satu garis. Termasuk ke dalam kelompok ini adalah skala 1: 250.000, 1: 100.000, 1: 50.000, 1: 25.000. Skala sedang ini pada umumnya digunakan untuk pemetaan dasar topografi nasional, seperti yang dilakukan Bakosurtanal

Skala kecil merupakan skala peta yang hanya dapat menyajikan data dalam ukuran kecil pula, sehingga tingkat penyederhanaan penyajian data sudah semakin membesar. Pada skala ini, luas daerah/kota sudah tidak dapat di gambarkan secara rinci, sehingga hanya dapat diwakili dengan simbol titik saja. Begitu pula dengan data-data topografi lainnya, hanya dapat disajikan data-data yang besar saja, misalnya jalan protokol, sungai besar, kehutanan, dan sebagainya. Contoh skala kecil adalah 1: 500.000, 1: 1.000.000, atau skala yang lebih kecil lagi. Skala ini pada umumnya digunakan untuk atlas

JUDUL SKALA LEGENDA KOORDINAT TGL PEMBUATAN ARAH

One family - Three series for more Flexibility and Performance TS02 TS06 TS09