PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENGOLAHAN SAMPAH RESTORAN DI KECAMATAN SIDOARJO COMMUNITY PARTICIPATION IN RESTAURANT SOLID WASTE MANAGEMENT IN SIDOARJO DISTRICT Khusnul Mawaddah 1) dan Ellina S. Pandebesie 2) Jurusan Teknik Lingkungan- ITS Surabaya Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia Email: 1) khusnul.mawaddah@gmail.com; 2) ellinasitepu@gmail.com Abstrak Produksi sampah semakin meningkat seiring pertambahan penduduk setiap tahunnya. Timbulan sampah di Kecamatan Sidoarjo didominasi oleh sampah organik, yaitu sekitar 65% dari timbulan sampah. Hal ini karena adanya paradigma lama dalam pengelolaan sampah organik (kumpul-angkut-buang), sehingga terjadi penumpukan timbulan sampah yang dapat mencemari dan menghasilkan gas-gas berbahaya. Maka dari itu perlu adanya penelitian tentang potensi reduksi sampah industri petis dan restoran Di Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo. Penelitian ini menggunakan pendekatan aspek teknis dan aspek pastisipasi masyarakat. Pendekatan aspek teknis yaitu mengukur timbulan dan komposisi sampah industri petis dan restoran, sehingga didapatkan potensi reduksi sampah. Data yang telah didapatkan akan dibandingkan dengan hasil survei langsung ke sumber sampah dan hasil kuisioner partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah industri petis dan restoran. Hasil kuisioner dianalisis dengan menggnakan metode skala likert. Berdasarkan metode skala likert didapatkan bahwa responden sudah cukup tahu tentang pengelolaan sampah dan juga sikap responden sudah cukup baik. Perilaku responden dalam partisipasi pengelolaan sampah pada realitanya masih sangat kurang. Kata kunci: Kecamatan Sidoarjo, pengolagan sampah, peran serta masyarakat, sampah restoran. Abstract Solid waste production is increasing as population growth each year. Solid waste generation in the district of Sidoarjo is dominated by organic solid waste, which is about 65% of the total solid waste generation. This is because of the old paradigm existence in the management of organic solid waste (collect-transport-disposal), resulting in the accumulation of solid waste generation that can pollute and produce harmful gases. Therefore, necessary to study on the potential for reducing the solid waste of industry of petis and restaurant in the District of Sidoarjo. This study used the approach of the technical aspects and community participation aspects. Technical aspects is measure the generation and composition of solid waste in industry of petis and restaurant, then obtain the potential for reducing the solid waste. The data have been obtained will be compared with the survey results to the source of solid waste and the results of questionnaires community participation in industry of petis and restaurant waste management. The results of the questionnaire were analyzed by Likert method.based on the Likert method showed that the respondents have known enough about solid waste management and the attitude of the respondents are quite good. The behavior of the respondents in the solid waste management participation in the reality was less. Keywords: community participation, restoran solid waste, Sidoarjo District, solid waste management, 1
PENDAHULUAN Laju timbulan sampah berbanding lurus dengan pertumbuhan penduduk, tingkat ekonomi, tingkat urbanisasi, dan taraf hidup masyarakat (Minghua et al., 2009). Menurut Damanhuri dan Padmi (2010), Pengelolaan sampah di Indonesia selalu berakhir di tempat pemrosesan akhir (TPA). Hal tersebut karena adanya paradigma lama pengelolaan sampah di masyarakat yaitu sistem pembuangan sampah kumpul, angkut, buang. Berdasarkan data dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Sidoarjo (2013), menunjukkan bahwa 41,28% timbulan sampah di Kabupaten Sidoarjo dibuang ke TPA, dibakar sebanyak 35,59% dan dibuang ke sungai 14,01%, sedangkan yang dikubur adalah 7,97% dan hanya 1,15% yang dikomposkan. Data tersebut menujukkan bahwa pembuangan sampah ke TPA mempunyai persentase terbesar dalam pengelolaan sampah di Sidoarjo. Kondisi ini sangat memprihatinkan karena selain kondisi TPA di Sidoarjo sudah dalam keadaan hampir penuh (Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Sidoarjo, 2013), banyaknya timbulan sampah yang masuk ke TPA akan menjadi beban TPA semakin tinggi (Kustiah, 2005). Salah satu faktor meningkatnya jumlah timbulan sampah yang dibuang ke TPA adalah kurangnya komitmen dalam pengurangan volume sampah dari sumber (Damanhuri dan Padmi, 2010). Menurut Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Sidoarjo (2013), penanganan persampahan dapat dilakukan dengan cara merubah paradigma lama menjadi paradigma baru dalam pengelolaan sampah. Paradigma baru ini menerapkan kegiatan reduksi sampah mulai dari sumber. Data dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Sidoarjo (2013), komponen sampah di Kabupaten Sidoarjo didominasi oleh sampah organik yaitu sebesar 65% dari timbulan sampah. Krisnawati (2012) meneliti bahwa sampah organik merupakan sampah yang mudah membusuk dan dapat menghasilkan gas metana (CH 4 ), H 2 S, amoniak, dan gas-gas lainnya. Menurut Artiningsih (2008), peningkatan jumlah timbulan sampah yang tidak diikuti oleh perbaikan dan peningkatan sarana dan prasarana pengelolaan sampah akan mengakibatkan permasalahan sampah semakin komplek. Restoran merupakan salah satu sumber sampah yang menghasilkan sampah organik yang berjumlah besar. Kecamatan Sidoarjo merupakan pusat pemerintahan Kabupaten Sidoarjo (Badan Pusat Statistika Kabupaten Sidoarjo, 2013). Hal tersebut menjadikan Kecamatan Sidoarjo menjadi pusat kota, dimana berbagai aktivitas ekonomi dan perdagangan berkumpul (Wahyuni, 2012). Berdasarkan data di atas, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui potensi reduksi sampah industri petis dan restoran di Kecamatan Sidoarjo. Hal tersebut sebagai langkah awal untuk mengaplikasikan pengelolaan sampah dengan paradigma baru. METODE Populasi dalam penelitian ini adalah semua restoran yang ada di Kecamatan Sidoarjo dan dilakasanakan pada tahun 2014. Sampel yang akan diambil untuk penyebaran kuisioner adalah 30 restoran. Jumlah ini didapat dari jumlah minimal syarat perhitungan statistik yang baik. Hal tersebut dikuatkan oleh Kerlinger dan Lee (2000) bahwa untuk mengurangi kemungkinan terjadinya bias, disarankan mengambil responden minimal 30 orang. Penentuan sampel dilakukan dengan mendata restoran yang berada di tempat strategis seperti, jalan raya dan perumahan di Kecamatan Sidoarjo. Hal ini karena sebagian besar restoran berada di tempat strategis. Pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling, setelah itu dikelompokkan menjadi 3 jenis restoran. Hal ini bertujuan untuk membandingkan partisipasi dari 3 jenis restoran dalam pengolahan sampah. Pengelompokkan jenis restoran yaitu restoran makanan Indonesia, restoran makanan Asia, dan restoran makanan Barat. Partisipasi pihak restoran dalam pengolahan sampah yang didapatkan dari data kuisioner dan survei ke lokasi sampel. Kuisioner yang diberikan ke responden berisi tentang pengetahuan responden, sikap responden, perilaku responden dalam pengolahan sampah dan metode pengolahan sampah yang 2
diinginkan responden. Data hasil dari penyebaran kuisioner kemudian dianalisis dengan menggunakan metode skala likert (Hendri, 2009). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari pendataan restoran di tempat strategis di Kecamatan Sidoarjo dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah restoran sampel berdasarkan jenisnya No Jenis Restoran Jumlah % 1 Makanan Indonesia 22 73 2 Makanan Asia 2 20 3 Makanan Barat 6 7 Total 30 100 Tabel 1 menunjukkan bahwa Kecamatan Sidoarjo didominasi oleh restoran jenis makanan Indonesia yaitu sekitar 73%. Ketiga puluh restoran tersebut dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini. Hal ini karena restoran yang diambil berada di tempat yang strategis, sehingga sudah dapat mewakili seluruh restoran di Kecamatan Sidoarjo. Isi kuisioner yang pertama adalah pengetahuan responden terhadap pengolahan sampah yang terdiri dari 5 pertanyaan, yaitu: 1. Perbedaan sampah yang dapat dan tidak dapat dikomposkan 2. Contoh dari sampah basah dan sampah kering 3. Akibat dari sampah yang dibiarkan menumpuk 4. Sampah basah dapat dijadikan sebagai pakan ternak 5. Sampah basah dapat dijadikan sebagai kompos Kedua adalah perilaku responden terhadap pengolahan sampah, terdiri dari 3 pertanyaan yaitu: 1. Responden memilah sampah atau tidak 2. Responden mengolah sampah atau tidak 3. Responden memanfaatkan kembali sampah atau tidak Ketiga adalah sikap masyarakat terhadap pengolahan sampah yang terdiri dari 4 pertanyaan yaitu apakah responden setuju jika, 1. Responden seharusnya memilah sampah 2. Responden membayar retribusi sampah 3. Responden seharusnya mengolah sampah basahnya sendiri 4. Responden seharusnya mengolah sampah keringnya sendiri Semua pertanyaan tersebut merupakan tertutup yang mempunyai 5 pilihan ganda. Setiap pilihan diberi skor 1 sampai 5. Hasil analisis kuisioner dan survei ke tampat lokasi sampel dapat dilihat pada Tabel 2 dan Restoran Ke- 1 2 3 4 5 Jumlah 1 2 3 Jumlah 1 2 3 4 Jumlah 1 4 4 4 4 4 20 1 1 1 3 4 4 3 3 14 2 4 4 4 4 4 20 1 1 1 3 4 4 3 3 14 3 4 4 4 4 4 20 1 1 1 3 4 4 3 3 14 4 4 4 4 4 4 20 2 1 1 4 3 4 3 3 13 5 1 3 4 4 3 15 1 1 1 3 3 4 3 3 13 6 1 4 4 4 1 14 1 1 1 3 3 4 3 3 13 7 1 4 4 4 1 14 1 1 1 3 4 4 3 3 14 8 4 4 4 4 4 20 1 1 1 3 4 4 3 3 14 9 4 4 4 4 4 20 1 1 1 3 5 3 5 5 18 10 1 3 3 4 1 12 1 1 1 3 3 3 3 3 12 11 2 3 3 4 3 15 1 1 1 3 3 3 3 3 12 12 4 4 4 4 4 20 1 1 1 3 5 4 3 3 15 3
Restoran Ke- 1 2 3 4 5 Jumlah 1 2 3 Jumlah 1 2 3 4 Jumlah 13 4 4 4 4 4 20 1 1 1 3 4 4 3 3 14 14 4 4 4 4 4 20 1 1 1 3 3 4 3 3 13 15 4 4 4 4 4 20 1 1 1 3 4 4 3 3 14 16 1 3 4 3 1 12 1 1 1 3 3 4 3 3 13 17 1 1 1 4 1 8 1 1 1 3 3 4 3 3 13 18 1 3 4 4 1 13 1 1 1 3 3 3 3 3 12 19 4 4 4 1 4 17 1 1 1 3 4 4 3 3 14 20 3 3 3 4 3 16 1 1 1 3 3 4 3 3 13 21 4 4 4 4 4 20 1 1 1 3 3 4 3 3 13 22 3 3 3 4 3 16 1 1 1 3 3 4 3 3 13 23 2 3 4 4 3 16 1 1 1 3 3 4 3 3 13 24 3 3 3 4 3 16 1 1 1 3 3 4 3 3 13 25 3 3 3 4 3 16 1 1 1 3 3 4 3 3 13 26 1 3 4 4 1 13 1 1 1 3 4 4 3 3 14 27 4 4 4 4 4 20 1 1 1 3 4 4 3 3 14 28 4 4 4 4 4 20 1 1 1 3 5 4 3 3 15 29 3 3 4 4 4 18 1 1 1 3 4 4 3 3 14 30 3 3 3 4 3 16 1 1 1 3 3 4 3 3 13 Total 507 91 407 Penilaian untuk isi kuisioner dengan membuat skor dari setiap jawaban yang terpilih dengan skor antara satu sampai lima. Jumlah skor dari pertanyaan tersebut dibagi menjadi ke lima kelas yaitu: 1. Maksimal = 5 x jumlah soal setiap 2. Kuartil III = 4 x jumlah soal setiap 3. Median = 3 x jumlah soal setiap 4. Kuartil I = 2 x jumlah soal setiap 5. Minimal = 1 x jumlah soal setiap Interpretasi secara umum jumlah skor tersebut adalah sebagai berikut: 1. Kuartil III<skor<maksimal : sangat positif 2. Median<skor<kuartil III : positif 3. Kuartil I<skor<median : negatif 4. Minimal<skor<kuartil I : sangat negatif Arti interpretasi tergantung pada jenis pertanyaan yang diajukan. Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah skor untuk pengetahuan responden adalah 507, perilaku Tabel 3. responden sebesar 91, dan sikap masyarakat yaitu 407. Masing-masing jumlah skor yang didapatkan akan dianalisis dengan menggunakan metode skala likert.berikut ini adalah pembahasan untuk masing-masing jenis pertanyaan yang diajukan pada kuisioner untuk partisipasi pihak restoran dalam pengolahan sampah. Analisis Pengetahuan, Perilaku, dan Sikap Responden terhadap Pengolahan Sampah Jumlah skor dari 5 pertanyaan untuk pengetahuan responden adalah 507 dengan total responden 30 restoran. Data tersebut dapat digunakan untuk menghitung angka pedoman skor sebagai berikut: Jumlah skor untuk setiap responden: Maksimal = 5 x 5 soal = 25 Jumlah skor untuk seluruh responden: Maksimal = jumlah skor untuk setiap responden x jumlah responden = 25 x 30 = 750 Perhitungan di atas berlaku juga untuk analisis perilaku dan sikap responden. Hasil perhitungan untuk pedoman skor masingmasing pertanyaan dapat dilihat pada No Tabel 3 Pedoman Skor untuk Pengetahuan Responden Kelas Skor Per Skor Skor Per Skor Skor Per Skor 4
Responden Total Responden Total Responden Total 1 Maksimal 25 750 15 450 20 600 2 Kuartil III 20 600 12 360 16 480 3 Median 15 450 9 270 12 360 4 Kuartil I 10 300 6 180 8 240 5 Minimal 5 150 3 90 4 120 Hasil perhitungan tersebut didapatkan pedoman skor total di masing-masing pertanyaan. Pedoman skor tersebut digunakan untuk menilai jumlah skor yang didapatkan di masing-masing pertanyaan. Hasil penilaian untuk pengetahuan, perilaku, dan sikap responden dapat dilihat pada Gambar 1, Gambar 2, dan Gambar 3. Gambar 2 Penilaian Perilaku Responden Perilaku pihak restoran yang tidak melakukan pengolahan sampah berkebalikan dengan hasil pengetahuan responden, dimana responden cukup mengetahui pengolahan sampah sederhana. Hal ini karena pihak restoran tidak sanggup membiayai jika harus mengolah sampahnya sendiri. Karyawan juga tidak dikoordinir dari awal untuk mengolah sampah restoran, sehingga mempersulit untuk memulai mengolah sampah. Gambar 1 Penilaian Pengetahuan Responden Berdasarkan grafik penilaian pengetahuan responden, menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan pihak restoran berada diantara median dan kuartil III (Median<skor< kuartil III). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan pihak restoran terhadap pengolahan sampah yang dihasilkan adalah positif atau cukup tahu. Berbeda dari penilaian pengetahuan responden, hasil penilaian perilaku responden dalam pengolahan sampah berada diantara median dan kuartil III (Minimal<skor<kuartil I). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat perilaku pihak restoran dalam mengolah sampah sangat negatif atau sangat kurang peduli untuk mengolah sampahnya. Hasil penilaian perilaku responden dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 3 Penilaian Sikap Responden Skor sikap pihak restoran dalam mengolah sampah berada diantara median dan kuartil III (Median<skor<kuartil III) yaitu positif atau cukup baik. Semua restoran bersedia untuk membayar retribusi sampah. Hal tersebut juga merupakan faktor pihak restoran tidak mengolah sampahnya, karena adanya anggapan bahwa pengolahan sampah adalah tanggung jawab petugas kebersihan setempat. Analisis Metode Pengolahan Sampah Restoran di Kecamatan Sidoarjo Penyebaran kuisioner tentang pengetahuan, perilaku, dan sikap responden kemudian diikuti dengan kuisioner metode pengolahan sampah yang dihunbungkan dengan identitas restoran.. Tabel 2 Hasil Kuisioner Pengetahuan, Perilaku, dan Sikap Responden Restoran Ke- 1 2 3 4 5 Jumlah 1 2 3 Jumlah 1 2 3 4 Jumlah 1 4 4 4 4 4 20 1 1 1 3 4 4 3 3 14 2 4 4 4 4 4 20 1 1 1 3 4 4 3 3 14 3 4 4 4 4 4 20 1 1 1 3 4 4 3 3 14 4 4 4 4 4 4 20 2 1 1 4 3 4 3 3 13 5 1 3 4 4 3 15 1 1 1 3 3 4 3 3 13 6 1 4 4 4 1 14 1 1 1 3 3 4 3 3 13 5
Restoran Ke- 1 2 3 4 5 Jumlah 1 2 3 Jumlah 1 2 3 4 Jumlah 7 1 4 4 4 1 14 1 1 1 3 4 4 3 3 14 8 4 4 4 4 4 20 1 1 1 3 4 4 3 3 14 9 4 4 4 4 4 20 1 1 1 3 5 3 5 5 18 10 1 3 3 4 1 12 1 1 1 3 3 3 3 3 12 11 2 3 3 4 3 15 1 1 1 3 3 3 3 3 12 12 4 4 4 4 4 20 1 1 1 3 5 4 3 3 15 13 4 4 4 4 4 20 1 1 1 3 4 4 3 3 14 14 4 4 4 4 4 20 1 1 1 3 3 4 3 3 13 15 4 4 4 4 4 20 1 1 1 3 4 4 3 3 14 16 1 3 4 3 1 12 1 1 1 3 3 4 3 3 13 17 1 1 1 4 1 8 1 1 1 3 3 4 3 3 13 18 1 3 4 4 1 13 1 1 1 3 3 3 3 3 12 19 4 4 4 1 4 17 1 1 1 3 4 4 3 3 14 20 3 3 3 4 3 16 1 1 1 3 3 4 3 3 13 21 4 4 4 4 4 20 1 1 1 3 3 4 3 3 13 22 3 3 3 4 3 16 1 1 1 3 3 4 3 3 13 23 2 3 4 4 3 16 1 1 1 3 3 4 3 3 13 24 3 3 3 4 3 16 1 1 1 3 3 4 3 3 13 25 3 3 3 4 3 16 1 1 1 3 3 4 3 3 13 26 1 3 4 4 1 13 1 1 1 3 4 4 3 3 14 27 4 4 4 4 4 20 1 1 1 3 4 4 3 3 14 28 4 4 4 4 4 20 1 1 1 3 5 4 3 3 15 29 3 3 4 4 4 18 1 1 1 3 4 4 3 3 14 30 3 3 3 4 3 16 1 1 1 3 3 4 3 3 13 Total 507 91 407 Penilaian untuk isi kuisioner dengan membuat skor dari setiap jawaban yang terpilih dengan skor antara satu sampai lima. Jumlah skor dari pertanyaan tersebut dibagi menjadi ke lima kelas yaitu: 6. Maksimal = 5 x jumlah soal setiap 7. Kuartil III = 4 x jumlah soal setiap 8. Median = 3 x jumlah soal setiap 9. Kuartil I = 2 x jumlah soal setiap 10. Minimal = 1 x jumlah soal setiap Interpretasi secara umum jumlah skor tersebut adalah sebagai berikut: 5. Kuartil III<skor<maksimal : sangat positif 6. Median<skor<kuartil III : positif 7. Kuartil I<skor<median : negatif 8. Minimal<skor<kuartil I : sangat negatif Arti interpretasi tergantung pada jenis pertanyaan yang diajukan. Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah skor untuk pengetahuan responden adalah 507, perilaku responden sebesar 91, dan sikap masyarakat yaitu 407. Masing-masing jumlah skor yang didapatkan akan dianalisis dengan menggunakan metode skala likert.berikut ini adalah pembahasan untuk masing-masing jenis pertanyaan yang diajukan pada kuisioner untuk partisipasi pihak restoran dalam pengolahan sampah. Analisis Pengetahuan, Perilaku, dan Sikap Responden terhadap Pengolahan Sampah Jumlah skor dari 5 pertanyaan untuk pengetahuan responden adalah 507 dengan total responden 30 restoran. Data tersebut dapat digunakan untuk menghitung angka pedoman skor sebagai berikut: Jumlah skor untuk setiap responden: Maksimal = 5 x 5 soal = 25 Jumlah skor untuk seluruh responden: Maksimal = jumlah skor untuk setiap responden x jumlah responden = 25 x 30 = 750 Perhitungan di atas berlaku juga untuk analisis perilaku dan sikap responden. Hasil perhitungan untuk pedoman skor masingmasing pertanyaan dapat dilihat pada 6
Tabel 3. Tabel 3 Pedoman Skor untuk Pengetahuan Responden No Kelas Skor Per Responden Skor Total Skor Per Responden Skor Total Skor Per Responden Skor Total 1 Maksimal 25 750 15 450 20 600 2 Kuartil III 20 600 12 360 16 480 3 Median 15 450 9 270 12 360 4 Kuartil I 10 300 6 180 8 240 5 Minimal 5 150 3 90 4 120 Hasil perhitungan tersebut didapatkan pedoman skor total di masing-masing pertanyaan. Pedoman skor tersebut digunakan untuk menilai jumlah skor yang didapatkan di masing-masing pertanyaan. Hasil penilaian untuk pengetahuan, perilaku, dan sikap responden dapat dilihat pada Gambar 1, Gambar 2, dan Gambar 3. cukup mengetahui pengolahan sampah sederhana. Hal ini karena pihak restoran tidak sanggup membiayai jika harus mengolah sampahnya sendiri. Karyawan juga tidak dikoordinir dari awal untuk mengolah sampah restoran, sehingga mempersulit untuk memulai mengolah sampah. Gambar 3 Penilaian Sikap Responden Gambar 1 Penilaian Pengetahuan Responden Berdasarkan grafik penilaian pengetahuan responden, menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan pihak restoran berada diantara median dan kuartil III (Median<skor< kuartil III). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan pihak restoran terhadap pengolahan sampah yang dihasilkan adalah positif atau cukup tahu. Berbeda dari penilaian pengetahuan responden, hasil penilaian perilaku responden dalam pengolahan sampah berada diantara median dan kuartil III (Minimal<skor<kuartil I). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat perilaku pihak restoran dalam mengolah sampah sangat negatif atau sangat kurang peduli untuk mengolah sampahnya. Hasil penilaian perilaku responden dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2 Penilaian Perilaku Responden Perilaku pihak restoran yang tidak melakukan pengolahan sampah berkebalikan dengan hasil pengetahuan responden, dimana responden Skor sikap pihak restoran dalam mengolah sampah berada diantara median dan kuartil III (Median<skor<kuartil III) yaitu positif atau cukup baik. Semua restoran bersedia untuk membayar retribusi sampah. Hal tersebut juga merupakan faktor pihak restoran tidak mengolah sampahnya, karena adanya anggapan bahwa pengolahan sampah adalah tanggung jawab petugas kebersihan setempat. Analisis Metode Pengolahan Sampah Restoran di Kecamatan Sidoarjo Penyebaran kuisioner tentang pengetahuan, perilaku, dan sikap responden kemudian diikuti dengan kuisioner metode pengolahan sampah yang dihunbungkan dengan identitas restoran. Faktor identitas responden terdiri dari jabatan responden, jumlah karyawan, jumlah kursi, dan jumlah pengunjung restoran. Faktorfaktor tersebut bertujuan untuk memberikan gambaran latar belakang yang jelas dari setiap restoran. Jabatan Responden Berdasarkan Gambar 4 diketahui bahwa jabatan responden dari penelitian ini adalah 56,67% merupakan pengelola restoran dan sisanya adalah karyawan dengan persentase 43,33%. Jawaban responden tidak dibedakan antara pengelola dan karyawan. Hal tersebut 7
karena karyawan yang menjadi responden merupakan perwakilan dengan ijin pengelola dari restoran. pembuangan sampah restoran ke TPA dapat dilihat pada Gambar 6. 6,67% 43,33% 56,67% Pengelola Karyawan 93,33% Langsung Tidak Langsung Gambar 4 Jabatan Responden Jumlah Karyawan Persentase jumlah karyawan setiap sumber sampah dapat dilihat pada Gambar 5. Pembagian kelas dalam jumlah karyawan dilakukan dengan cara mengurangi jumlah karyawan terbesar dengan jumlah karyawan terkecil kemudian dibagi menjadi tiga. Jumlah karyawan terbesar adalah sebanyak 59 dan yang terkecil yaitu 5 karyawan. Pembagian menjadi tiga bertujuan agar didapatkan tiga rentang kelas yaitu skala besar (41 59), skala sedang (22 40), dan skala kecil (<22). Persentase terbesar jumlah karyawan dari industri petis dan restoran adalah jumlah karyawan kurang dari 24 karyawan. 73,33% 13,33% 13,33% Besar Gambar 5 Jumlah Karyawan Sedang Kecil Jumlah karyawan di restoran Kecamatan Sidoarjo didominasi dengan jumlah karyawan kurang dari 22 orang. Menurut pengelola restoran jumlah karyawan yang terlalu banyak tidak efektif dalam pelayanan di restoran. Hal ini menyebabkan beberapa restoran mengurangi jumlah karyawan yang awalnya mempunyai karyawn dengan jumlah banyak. Pembuangan sampah semua restoran berakhir di TPA dengan menggunakan sistem pembuangan sampah yang berbeda. Sistem Gambar 6 Tempat Pembuangan Sampah Industri Petis dan Restoran Sistem pembuangan sampah langsung merupakan pembuangan sampah dari sumber langsung dibawa ke TPA. Disebut dengan pembuangan sampah tidak langsung karena sampah melewati proses pengumpulan, setelah itu baru dibawa ke TPA. Restoran yang mempunyai sistem pembuangan sampah langsung merupakan restoran dengan timbulan sampah lebih besar daripada restoran dengan sistem pembuangan tidak langsung. Hal tersebut dikarenakan timbulan sampah yang besar lebih efisien jika langsung diangkut oleh truk sampah dan dibawa ke TPA. Sistem pembuangan langsung mempunyai peluang kecil adanya reduksi sampah restoran. Hal tersebut dikarenakan reduksi sampah restoran biasanya dilakukan pada saat proses pengumpulan sampah. Pembuangan sampah untuk restoran dilakukan oleh pihak lain. Sebagian sampah restoran diangkut oleh pihak swasta, namun ada yang langsung diangkut oleh pihak dari dinas kebersihan Sidoarjo. Restoran membayar retribusi sampah sesuai dengan kesepakatan dimana didasarkan pada timbulan sampah yang dihasilkan. Berdasarkan hasil survei didapatkan data seperti pada Gambar 7 menunjukkan bahwa ada 80,00% restoran mempunyai retribusi sampah dibawah Rp. 513.332. Pembayaran retribusi diantara rentang Rp. 513.332 Rp. 1.006.666 sebesar 13,33 % dan sisanya 6,67% yaitu pembayaran diantara rentang Rp. 1.006.667 1.500.000. Pembayaran retribusi dilakukan sebulan sekali dan diserahkan ke pihak kebersihan secara langsung, adapula yang melewati pengelola yang membawahi restoran tersebut. Restoran 8
yang berada di supermarket dan sejenisnya seperti kentucky fried chicken (KFC) membayar retribusi ke pengelola supermarket. 40,00% 6,67% 53,33% kompos Biogas 13,33% Pakan Ternak 6,67% 80,00% Rp1.006.667 - Rp1.500.000 Rp513.332 - Rp1.006.666 < Rp513.332 Gambar 7 Retribusi Sampah Adanya pembayaran retribusi sampah restoran yang cukup besar menyebabkan adanya anggapan bahwa timbulan sampah yang dihasilkan adalah tanggung jawab petugas kebersihan. Peran serta pihak restoran dalam pengolahan sampah masih sangat rendah, karena pengolahan sampah yang dilakukan hanya sebatas membayar retribusi. Gambar 8 Pengolahan Sampah Restoran Gambar 8 menunjukkan bahwa pengolahan sampah yang banyak dipilih oleh responden adalah pengolahan sampah menjadi kompos yaitu mencapai 53,33% dari jumlah sampel. Pengolahan sampah menjadi biogas sebesar 40,00% dan 6,67% untuk pengolahan sampah menjadi pakan ternak. Responden banyak yang memilih pengolahan sampah menjadi kompos karena selain termasuk pengolahan yang sederhana, kompos dapat digunakan untuk menyuburkan tanah. Alasan responden memilih pengolahan sampah menjadi biogas karena gas yang dihasilkan bisa dimanfaatkan untuk keperluan memasak di restoran. KESIMPULAN Peran serta pihak restoran dalam pengelolaan sampah industri petis dan restoran dibahas dalam beberapa faktor diantaranya yaitu pengetahuan, perilaku, dan sikap responden. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa responden sudah cukup tahu tentang pengolahan sampah. Sikap responden terhadap pengolahan sampah restoran sudah cukup baik. Namun kenyataannya perilaku responden dalam mengolah sampah restoran pada realitanya masih sangat kurang. Pihak restoran tidak melakukan pengolahan sampah, padahal hasil pengetahuan responden menunjukkan bahwa pengetahuan responden cukup mengetahui pengolahan sampah sederhana. Hal ini karena pihak restoran tidak sanggup membiayai jika harus mengolah sampahnya sendiri. Karyawan juga tidak dikoordinir dari awal untuk mengolah sampah restoran, sehingga mempersulit untuk memulai Anggapan bahwa pengolahan sampah. adalah tanggung jawab petugas kebersihan setempat. Hal tersebut disebabkan karena pihak restoran sudah memberikan retribusi sampah ke petugas kebersihan. DAFTAR PUSTAKA Minghua, Z., Xiumin, F., Rovetta, A., Qichang, H., Vicentini, F., Bingkai, L., Giusti, A., dan Li, Y. Municipal Solid Waste Management in Pudong New Area. China. Journal of Waste Management 29 (2009): 1227-1233. Damanhuri, E. dan Padmi, T. Diktat Kuliah TL- 3104 Pengelolaan Sampah. Bandung: ITB, 2010. Sidoarjo. Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Sidoarjo, 2013. Kustiah, T. Kajian Kebijakan Pengelolaan Sanitasi Berbasis Masyarakat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman. Bandung: Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum, 2005. 9
Artiningsih, N. K. A. Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga. Semarang: Universitas Diponegoro, 2008. Surabaya. Badan Pusat Statistika Kabupaten Sidoarjo. Kecamatan Sidoarjo dalam angka 2013, 2013. Wahyuni, S. Implementasi Kebijakan Pembangunan dan Penataan Sanitasi Perkotaan Melalui Program Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM) di Kabupaten Tulungagung. Semarang: Universitas Diponegoro, 2012. Kerlinger, F. N. Dan Lee, H. B. Foundations of Behavioral Research. Orlando: Harcourt College Publishers, 2000. Hendri, J. Riset Pemasaran. Jakarta: Universitas Gunadarma, 2009. 10