Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009

dokumen-dokumen yang mirip
EDIBLE PORTION DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN PAKAN RUMPUT GAJAH DAN POLLARD

Pertumbuhan dan Komponen Fisik Karkas Domba Ekor Tipis Jantan yang Mendapat Dedak Padi dengan Aras Berbeda

D. Akhmadi, E. Purbowati, dan R. Adiwinarti Fakultas Peternakan Unuversitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK

PROPORSI DAGING, TULANG DAN LEMAK KARKAS DOMBA EKOR TIPIS JANTAN AKIBAT PEMBERIAN AMPAS TAHU DENGAN ARAS YANG BERBEDA

BAB III MATERI DAN METODE. Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang.

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Percobaan Kandang Bahan dan Alat Prosedur Persiapan Bahan Pakan

BAB III MATERI DAN METODE. berbeda dilaksanakan mulai bulan Maret sampai Agustus 2016 di kandang domba

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kandang Hewan Percobaan, Laboratorium fisiologi dan biokimia, Fakultas

EDIBLE PORTION DOMBA LOKAL JANTAN YANG MENDAPAT PAKAN LUMPUR LIMBAH FERMENTASI TETES TEBU (LFTT) DALAM KONSENTRAT DENGAN ARAS BERBEDA

Endah Subekti Pengaruh Jenis Kelamin.., PENGARUH JENIS KELAMIN DAN BOBOT POTONG TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAGING DOMBA LOKAL

METODE. Materi. Pakan Pakan yang diberikan selama pemeliharaan yaitu rumput Brachiaria humidicola, kulit ubi jalar dan konsentrat.

PERSENTASE KARKAS DAN NON KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN METODE PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

SELISIH PROPORSI DAGING, LEMAK DAN TULANG DOMBA EKOR TIPIS YANG DIBERI PAKAN UNTUK HIDUP POKOK DAN PRODUKSI

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Hewan

MATERI. Lokasi dan Waktu

PENGARUH KUALITAS PAKAN TERHADAP KEEMPUKAN DAGING PADA KAMBING KACANG JANTAN. (The Effect of Diet Quality on Meat Tenderness in Kacang Goats)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan populasi yang cukup tinggi. Kambing Kacang mempunyai ukuran tubuh

Animal Agricultural Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p Online at :

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Kecernaan dan Deposisi Protein Pakan pada Sapi

PENGARUH JUMLAH (3 DAN 6 PER HARI) FREKUENSI PEMBERIAN KONSENTRAT TERHADAP KOMPOSISI TUBUH KERBAU JANTAN

KARAKTERISTIK KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN YANG DIGEMUKKAN SECARA FEEDLOT DENGAN PAKAN KOMPLIT BERKADAR PROTEIN DAN ENERGI YANG BERBEDA

YIELD GRADE DOMBA LOKAL JANTAN YANG DIGEMUKKAN SECARA FEEDLOT DENGAN KADAR PROTEIN DAN ENERGI PAKAN KOMPLIT SERTA BOBOT POTONG YANG BERBEDA

BAB III MATERI DAN METODE. dengan kuantitas berbeda dilaksanakan di kandang Laboratorium Produksi Ternak

BAB III MATERI DAN METODE. Diponegoro, Semarang. Kegiatan penelitian berlangsung dari bulan Mei hingga

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan

KELUARAN KREATININ LEWAT URIN DAN HUBUNGANNYA DENGAN PROTEIN TUBUH PADA DOMBA PADA BERBAGAI IMBANGAN PROTEIN ENERGI

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan

KOMPOSISI KIMIA DAGING DOMBA LOKAL AKIBAT PEMBERIAN PAKAN KOMPLIT DARI BERBAGAI LIMBAH PERTANIAN DAN AGROINDUSTRI

Gambar 1. Domba Penelitian.

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

YIELD GRADE DAN RIB EYE MUSCLE AREA KAMBING KACANG JANTAN DENGAN BERBAGAI KADAR PROTEIN DAN ENERGI PAKAN

KOMPOSISI KIMIA DAGING SAPI PERANAKAN ONGOLE YANG DIBERI PAKAN JERAMI PADI URINASI DAN LEVEL KONSENTRAT YANG BERBEDA

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 2. (a) Kandang Individu (b) Ternak Domba

RESPONS KOMPOSISI TUBUH DOMBA LOKALTERHADAP TATA WAKTU PEMBERIAN HIJAUAN DAN PAKAN TAMBAHAN YANG BERBEDA

PENGARUH RASIO PROTEIN KASAR DAN ENERGI TERHADAP KOMPOSISI KIMIA DAN KUALITAS FISIK DAGING PADA DOMBA LOKAL

KARAKTERISTIK FISIK DAGING DOMBA YANG DIGEMUKKAN SECARA FEEDLOT DENGAN PAKAN KOMPLIT BERKADAR PROTEIN DAN ENERGI YANG BERBEDA

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan 24 ekor Domba Garut jantan muda umur 8 bulan

Penampilan Produksi Sapi PO dan PFH Jantan yang Mendapat Pakan Konsentrat dan Hay Rumput Gajah

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

KONVERSI SAMPAH ORGANIK MENJADI SILASE PAKAN KOMPLIT DENGAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI FERMENTASI DAN SUPLEMENTASI PROBIOTIK TERHADAP PERTUMBUHAN SAPI BALI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya dari pulau Madura. Sapi Madura merupakan ternak yang dikembangkan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Juli 2016 di Kandang Domba

DEPOSISI PROTEIN PADA DOMBA EKOR TIPIS JANTAN YANG DIBERI PAKAN HIJAUAN DAN KONSENTRAT DENGAN METODE PENYAJIAN BERBEDA

METODE. Materi. Gambar 2. Contoh Domba yang Digunakan dalam Penelitian Foto: Nur adhadinia (2011)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba merupakan salah satu jenis ternak ruminansia yang banyak

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan

PENGARUH PAKAN KOMPLIT DENGAN KADAR PROTEIN DAN ENERGI YANG BERBEDA PADA PENGGEMUKAN DOMBA LOKAL JANTAN SECARA FEEDLOT TERHADAP KONVERSI PAKAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

HASIL DAN PEMBAHASAN

PERSENTASE KARKAS DAN KOMPONEN NON KARKAS KAMBING KACANG JANTAN AKIBAT PEMBERIAN PAKAN DENGAN KADAR PROTEIN DAN ENERGI YANG BERBEDA SKRIPSI.

PEMBAHASAN. Zat Makanan Ransum Kandungan zat makanan ransum yang diberikan selama penelitian ini secara lengkap tercantum pada Tabel 4.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret Juni 2016.Lokasi penelitian di

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian yang digunakan adalah Itik Peking Mojosari Putih (PMp)

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III MATERI DAN METODE. protein berbeda pada ayam lokal persilangan selama 2 10 minggu dilaksanakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai

HASIL DAN PEMBAHASAN

S. Mawati, F. Warastuty, dan A. Purnomoadi Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK

BAB III MATERI DAN METODE. dilaksanakan pada bulan Maret Juni Lokasi penelitian di kandang

BAB III MATERI DAN METODE. Laut (Gracilaria verrucosa) terhadapproduksi Karkas Puyuh (Cotunix cotunix

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar. Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura

HASIL DAN PEMBAHASAN

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. adalah Day Old Duck (DOD) hasil pembibitan generasi ke-3 sebanyak 9 ekor itik

HASIL DA PEMBAHASA. Konsumsi Bahan Kering Ransum

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai tingkah laku makan sapi Madura jantan yang diberi

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III MATERI DAN METODE. Lokasi yang digunakan dalam penelitian adalah Laboratorium Ilmu Ternak

KADAR HEMATROKRIT, GLUKOSA DAN UREA DARAH SAPI JAWA YANG DIBERI PAKAN KONSENTRAT DENGAN TINGKAT YANG BERBEDA

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan, pada Agustus 2012 hingga September

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Nutrien Silase dan Hay Daun Rami (%BK)

BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN NON KARKAS DOMBA LOKAL YANG DIGEMUKKAN DENGAN PEMBERIAN RANSUM KOMPLIT DAN HIJAUAN SKRIPSI AZIZ MEIARO H

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Kelinci Peranakan New Zealand White Jantan Sumber : Dokumentasi penelitian (2011)

BAB III MATERI DAN METODE. hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba yang Digunakan Dalam Penelitian

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

KAJIAN PERTUMBUHAN KARKAS DAN BAGIAN NON KARKAS KAMBING LOKAL JANTAN PASCA PEMBERIAN ASAM LEMAK TERPROTEKSI

TINGKAH LAKU MAKAN KAMBING KACANG YANG DIBERI PAKAN DENGAN LEVEL PROTEIN-ENERGI BERBEDA

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada 4 Juli sampai dengan 21 Agustus 2016.

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

PENGARUH KUALITAS RANSUM TERHADAP KECERNAAN DAN RETENSI PROTEIN RANSUM PADA KAMBING KACANG JANTAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 2. Komposisi Zat Makanan Ransum Penelitian Zat Makanan Jumlah (%)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

MATERI DA METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Pakan

MATERI DAN METODE. Materi

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama 45 hari mulai pada Desember 2014 hingga

BAB III MATERI DAN METODE. Februari 2017 di kandang, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas

Transkripsi:

PENGARUH IMBANGAN PROTEIN DAN TOTAL DIGESTIBLE NUTRIENTS YANG BERBEDA TERHADAP PERSENTASE KARKAS, EDIBLE PORTION, MEAT BONE RATIO DAN YIELD GRADE DOMBA LOKAL JANTAN (The Effect of Protein and Total Digestible Nutrients Rasio on Carcass Percentage, Edible Portion, Meat and Bone Ratio and Yield Grade on Indigenous Sheep) M.R.B. PRAKOSO, F. MULIA, F.A. SETYAWATIE, S. DARTOSUKARNO, S. MAWATI, E. RIANTO, R. ADIWINARTI dan SOEDARSONO Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Kampus Tembalang, Semarang ABSTRACT This study aimed to determine the influence of protein and total digestible nutrients ratio on percentage of carcass, edible portion, meat bone ratio (MBR) and yield grade on indogenous sheep. This study used 24 indigenous sheep with initial body weight (BW) 18 ± 3.1 kg,and were that divided into 6 groups based on completely randomised design (CRD) for the treatments of 6 complete feed that were low protein-low TDN (LPLT), low protein-high TDN (LPHT), medium protein-low TDN (MPLT), medium protein-high TDN (MPTT), high protein-low TDN (HPLT) and high protein-hightdn (HPHT). The results indicated that ratio of PK and TDN did not affect the percentage of carcass, edible portion, meat bone ratio (MBR) and yield grade. The average percentage of carcass ranged at 43.29 47.14%, the MBR ranged at 2.71 3.76, while yield grade ranged at 2.4 4.7. Key Words: Indigenous Sheep, Protein-TDN Ratio, Carcass Percentage, Edible Portion, Meat Bone Ratio, Yield Grade ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pemberian pakan dengan imbangan protein kasar dan total digestible nutrients yang berbeda terhadap persentase karkas dan non karkas, edible portion, meat bone ratio (MBR) dan yield grade pada domba. Penelitian ini menggunakan 24 ekor domba lokal jantan dengan bobot badan (BB) awal 18 ± 3,1 kg, yang dibagi menjadi 6 perlakuan pakan komplit yaitu protein rendah TDN rendah (PRTR), protein rendah TDN tinggi (PRTT), protein sedang-tdn rendah (PSTR), protein sedang TDN tinggi (PSTT), protein tinggi TDN rendah (PTTR), dan protein tinggi TDN tinggi (PTTT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pakan dengan imbangan PK dan TDN yang berbeda tidak berpengaruh nyata terhadap persentase karkas dan non karkas, edible portion, meat bone ratio (MBR) dan yield grade. Rata-rata persentase karkas berkisar antara 43,29 47,4%, meat bone ratio (MBR) sebesar 2,71 3,76 sedangkan yield grade sebesar 2,4 4,7. Kata Kunci: Domba, Imbangan PK dan TDN, Persentase Karkas dan Non Karkas, Edible Portion, Meat Bone Ratio (MBR), Yield Grade PENDAHULUAN Domba merupakan salah satu ternak potong ruminansia kecil yang dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat. Akan tetapi kenyataan yang ada saat ini adalah belum tercukupinya kebutuhan protein hewani yang berasal dari ternak domba. Hal ini dilatarbelakangi oleh rendahnya produktivitas domba yang terdapat di peternakan-peternakan di Indonesia pada umumnya. Produktivitas domba yang rendah dapat dilihat dari parameter pertambahan bobot 456

badan yang rendah. Salah satu penyebab utamanya adalah rendahnya kualitas pakan (nutrisi), sehingga kebutuhan ternak domba tidak dapat terpenuhi. Pemberian pakan dengan memperhatikan kualitas dan kuantitas dari nutrisi yang diberikan diharapkan mampu meningkatkan produkivitas. Hal yang perlu diperhatikan adalah imbangan protein kasar (PK) dan total digestible nutrients (TDN) yang terdapat dalam pakan, sehingga dengan imbangan yang tepat dapat memberikan produk yang efisien dan optimal. Menurut LAWRIE (2003), karkas adalah bagian tubuh yang tertinggal setelah darah, kepala, hati, kulit, saluran pencernaan, intestine, kantong urin, jantung, trakea, paruparu, ekor, kaki, limfa, hati dan jaringan lemak (yang melekat pada bagian tubuh tersebut) diambil. Menurut SOEPARNO (1998), karkas terdiri dari urat daging dan jaringan lemak, tulang dan residu yang terdiri dari tendon dan jaringan pengikat lain, pembuluh darah besar dan lain-lain. Faktor genetik dan lingkungan mempengaruhi laju pertumbuhan dan komposisi tubuh yang meliputi distribusi berat dan komponen karkas. Umur seleksi untuk bobot potong yang tinggi secara relatif juga mempengaruhi komposisi tubuh dan karkas. Edible portion merupakan bagian tubuh ternak yang dapat dimakan, baik berasal dari karkas maupun non karkas yang dapat menjadi tolok ukur dari produktivitas ternak. Edible portion yang tinggi ditandai dengan pertambahan bobot badan yang tinggi. FORREST et al. (1975) menyatakan bahwa bagian tubuh ternak yang dapat dimakan dari seekor ternak dipengaruhi oleh bobot badan ternak, semakin meningkat bobot badan ternak maka bagian yang dapat dimakan akan semakin meningkat pula. Meat bone ratio merupakan rasio perbandingan antara daging dan tulang. Sedangkan yield grade merupakan nilai yang menunjukkan jumlah daging yang dihasilkan dari potongan utama suatu karkas (SOEPARNO, 1998). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh imbangan PK dan TDN yang berbeda terhadap persentase karkas dan non karkas, edible portion, meat bone ratio (MBR) dan yield grade pada domba lokal jantan. MATERI DAN METODE Penelitian ini menggunakan 24 ekor domba lokal jantan dengan bobot badan (BB) awal 18 ± 3,1 kg (CV = 17,15%) yang berumur sekitar 5 7 bulan. Peralatan yang dibutuhkan adalah timbangan untuk menimbang ternak dan karkas, seperangkat alat untuk pembuatan pakan komplit, dan seperangkat alat untuk pemotongan ternak. Ternak diberi pakan berupa pelet dengan kandungan bahan pakan yang berbeda. Pelet diberikan 2 kali sehari yaitu pada pukul 07.00 dan pukul 15.00. Air diberikan secara ad libitum setiap hari. Kandungan nutrisi dan komposisi pakan tercantum pada Tabel 1. Tabel 1. Jenis dan kandungan kimia bahan pakan Bahan pakan BK Kandungan nutrisi dalam 100% BK Abu PK LK SK --------------------------------- (%) --------------------------- BETN TDN Ampas bir 91,6 2,35 28,4 7,2 10,9 51,14 89,8 Tepung lamtoro 90,4 7,37 19,6 2,4 13,2 57,53 73,9 Rumput Gajah 91,7 8,46 14,5 1,5 30,3 45,21 56,3 Gaplek 89,2 1,42 3,3 0,4 0,97 93,87 87,9 Bekatul 89,7 6,17 15,3 14 6,36 57,85 96,4 BK = bahan kering; PK = protein kasar; LK = lemak kasar; SK = serat kasar; BETN = bahan ekstrak tanpa nitrogen; TDN = total digestible nutrients (yang dihitung dengan persamaan regresi dalam HARTADI et al., 1997) 457

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan ransum yaitu T1 (protein rendah 12% TDN rendah 65%), T2 (protein rendah 12% TDN tinggi 75%), T3 (protein sedang 14% TDN rendah 65%), T4 (protein sedang 14% TDN tinggi 75%), T5 (protein tinggi 16% TDN rendah 65%), dan T6 (protein tinggi 16% TDN tinggi 75%). Penelitian berlangsung melalui 5 tahap, yaitu tahap persiapan, adaptasi, pendahuluan, perlakuan dan pemotongan ternak. Bobot badan awal ditimbang pada tahap pendahuluan. Pakan diberikan sebanyak 3,7% dari bobot badan ternak (sesuai kemampuan ternak) dan pemberiannya dilakukan dua kali sehari yaitu setiap pagi (pukul 7:00) dan sore (pukul 16:00) hari, sedangkan air minum diberikan secara ad libitum. Sebelum pemberian pakan dan air minum di pagi hari dilakukan penimbangan sisa pakan kemarin. Domba ditimbang seminggu sekali untuk menyesuaikan jumlah ransum yang diberikan. Pemotongan dilakukan secara halal setelah dipuasakan (tidak diberi pakan) selama 24 jam, dengan tujuan untuk memperkecil variasi bobot potong akibat isi saluran pencernaan dan untuk mempermudah pelaksanaan pemotongan. Air minum diberikan secara ad libitum. Pemotongan ternak dimulai dengan memotong leher hingga vena jugularis, oesophagus, dan trachea terputus (dekat tulang rahang bawah) agar terjadi pengeluaran darah yang sempurna. Kemudian ujung oesophagus diikat agar cairan rumen tidak keluar apabila ternak tersebut digantung. Kepala dipotong dari tubuh pada sendi occipito-atlantis. Kaki depan dan kaki belakang dilepaskan pada sendi carpometacarpal dan sendi tarso-metatarsal. Ternak tersebut digantung pada tendo-achiles pada kedua kaki belakang, kemudian kulitnya dilepas. Bobot karkas segar diperoleh dari selisih bobot potong (bobot tubuh puasa) dengan bobot darah, kepala, kaki, kulit, ekor, organ tubuh bagian dalam (selain ginjal), dan alat reproduksi. Karkas segar ini kemudian dibelah secara simetris sepanjang tulang belakangnya dari leher (Ossa vertebrae cervicalis) sampai sakral (Ossa vertebrae sacralis) dan ditimbang bobotnya (bobot karkas kiri dan kanan). Karkas sebelah kanan dimasukkan ke dalam kantong plastik yang diikat erat lalu dilayukan dalam alat pendingin dengan suhu 2 3 C selama 8 jam untuk diuraikan menjadi komponen karkas (tulang, daging, dan lemak). Karkas kanan yang telah dikeluarkan dari alat pendingin ditimbang bobotnya (bobot karkas dingin kiri). Karkas kanan tersebut selanjutnya diuraikan menjadi tulang, daging, lemak, lemak ginjal dan pelvis, kemudian masingmasing ditimbang untuk mengetahui bobotnya. Data produksi non karkas diperoleh dengan menguraikan dan menimbang komponenkomponen non karkas. Parameter yang diamati dalam penelitian adalah bobot karkas diperoleh dengan menimbang karkas. Bobot non karkas diperoleh dengan menimbang bagian non karkas yang meliputi kepala, ekor, darah, jantung, kaki, seluruh organ pernafasan, organ reproduksi, dan organ pencernaan. Bobot edible portion karkas diperoleh dengan menimbang bagian edible portion karkas (daging dan lemak karkas). Bobot edible portion non karkas diperoleh dengan menimbang bagian edible portion non karkas yang meliputi kepala, ekor, darah, jantung, kaki, seluruh organ pernafasan, organ reproduksi, dan organ pencernaan yang telah dibuang isinya. Bobot total edible portion diperoleh dengan cara menjumlah bagian edible portion karkas dan edible portion non karkas. Ketebalan lemak punggung diukur pada tulang rusuk ke-12 atau tepatnya pada permukaan area otot Longissimus dorsi (LD), pada posisi pemisahan seperempat depan dan seperempat belakang dari karkas. Pengukuran ketebalan lemak subkutan dilakukan tegak lurus permukaan lemak, di posisi perempat bagian sumbu panjang otot LD. Daging tanpa lemak dan tulang karkas kemudian dipisahkan untuk mengetahui bobot masing-masing komponen tersebut. Kemudian menimbang masing-masing bagian tersebut. Meat bone ratio (perbandingan antara tulang dan daging) diperoleh dengan cara membagi bobot daging dibagi bobot tulang. Meat bone ratio diperoleh dengan persamaan: Meat bone ratio = bobot daging : bobot tulang (1) Yield Grade diperoleh dengan rumus ROMANS et al. yang dikutip SOEPARNO (1994) sebagai berikut: Yield grade = 0,4 + (10 x tebal lemak punggung) (2) 458

Data yang diperoleh di penelitian ini dianalisis menggunakan Analisis Ragam (ANOVA) untuk mengetahui pengaruh perlakuan yang diterapkan. Perbedaan yang terjadi diuji dengan uji wilayah ganda Duncan (STEEL dan TORRIE, 1991). HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai nutrisi pakan perlakuan setelah analisis laboratorium menunjukkan hasil yang lebih tinggi daripada rancangan perlakuan pakan, dikarenakan kondisi dan kualitas pakan yang lebih baik daripada yang diperkirakan. Oleh karena itu, perlakuan T1 diubah menjadi PRTT (Protein Rendah TDN Tinggi), T2 menjadi PRTR (Protein Rendah TDN Rendah), T3 menjadi PSTR (Protein Sedang TDN Rendah), T4 menjadi PTTR (Protein Tinggi TDN Rendah), T5 menjadi PTTT (Protein Tinggi TDN Tinggi), dan T6 menjadi PSTT (Protein Sedang TDN Tinggi). Perlakuan yang baru menggunakan nama PRTR, PRTT, PSTR, PSTT, PTTR, dan PTTT. Kandungan nutrisi pakan perlakuan berdasar hasil analisis laboratorium dapat dilihat pada Tabel 2. Pengaruh perlakuan terhadap konsumsi pakan dan pertambahan bobot badan Data tentang konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan persentase karkas tercantum pada Tabel 3. Konsumsi BK, protein dan Total Digestible Nutriens (TDN) pada semua perlakuan menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P > 0,05). Hal ini menunjukkan tidak adanya pengaruh komposisi pakan terhadap konsumsinya. Kondisi seperti ini disebabkan karena pakan diberikan dalam bentuk yang sama yaitu pelet dengan bahan pakan yang sama pula. Hal ini sesuai dengan pendapat POND et al. (1995) yang menyatakan bahwa tingkat konsumsi dipengaruhi oleh ukuran partikel dan palatabilitas bahan pakan. Hal ini sesuai dengan pendapat SANTOSA (2006), yang menyatakan bahwa penyusunan ransum diusahakan supaya kandungan zat-zat makanan yang ada dalam ransum sesuai dengan kebutuhan ternak yang dipelihara. Karkas dan non karkas Pemberian pakan dengan imbangan protein dan energi yang berbeda, tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap bobot potong, bobot karkas dan bobot non karkas domba (P > 0,05). Hal ini disebabkan konsumsi BK, PK, dan TDN tidak berbeda nyata karena kemungkinan karena konsumsi domba yang diberikan dalam penelitian ini relatif sama, sehingga bobot potong dan bobot karkas yang dihasilkan relatif sama sehingga tidak berpengaruh terhadap konsumsi BK, PK, dan TDN. Hasil penelitian ini didapatkan rata-rata bobot potong 22,21 kg. Bobot potong Tabel 2. Kandungan nutrisi pakan penelitian Kandungan pakan a PRTR PRTT PSTR PSTT PTTR PTTT Bahan kering (%) 90,86 89,95 90,25 89,41 88,38 88,04 Protein kasar (%) 18,84 16,29 19,94 19,40 20,88 20,12 TDN (%) 61,56 67,18 60,29 67,31 60,47 63,05 Energi (MJ/g) 17,45 17,96 18,04 18,74 18,53 19,60 a Komposisi bahan pakan berdasarkan 100% bahan kering Tabel 3. Rata-rata konsumsi BK Parameter PRTR PRTT PSTR PSTT PTTR PTTT Konsumsi BK (kg/hari) 0,78 0,70 0,67 0,69 0,90 0,77 Konsumsi PK (kg/hari) 0,11 0,14 0,13 0,16 0,14 0,18 Konsumsi TDN (kg/hari) 0,46 0,46 0,40 0,47 0,43 0,61 Semua parameter tidak berbeda nyata (P > 0,05) 459

penelitian ini lebih rendah dibandingkan dengan penelitian TOBING et al. (2004) yaitu rata-rata bobot potong yang didapat 24,80 kg,karena rata-rata konsumsi BK yang didapat lebih tinggi yaitu 0,83 kg/hari dibandingkan dengan hasil penelitian ini yang konsumsi BK didapat 0,75 kg/hari. Pemberian pakan dengan imbangan protein dan energi yang berbeda, tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap persentase karkas dan non karkas domba (P > 0,05). Hal ini disebabkan bobot potong, bobot karkas, dan bobot non karkas tidak berbeda nyata karena jenis pakan yang diberikan relatif sama, selain itu tidak semua energi dimanfaatkan maksimal oleh tubuh. Ada sebagian yang terbuang melalui urin dan feses sehingga tidak berpengaruh terhadap potong, bobot karkas, dan bobot non karkas. SOEPARNO (1998), menyatakan bahwa terdapat hubungan yang erat antara komponen-komponen karkas dengan karkas. Rata-rata persentase karkas hasil penelitian ini adalah 45,90%. Hasil penelitian ini persentase karkasnya lebih rendah dibandingkan dengan penelitian HUDALLAH et al. (2007) yaitu persentase karkasnya mencapai 51,44% karena diduga adanya perbedaan kualitas ransum yang diberikan. Persentase non karkas dipengaruhi oleh bobot non karkas dan bobot potong. Bobot non karkas tidak berbeda nyata, oleh karena itu bobot non karkas dan presentasenya juga tidak berbeda nyata. Rata-rata persentase non karkas hasil penelitian ini adalah 54,10%. Menurut CAHYONO (1998) persentase non karkas domba kurang lebih 49 54%. Hal ini terjadi karena perbedaan perlakuan yang diberikan dengan masing-masing perlakuan memiliki imbangan protein dan TDN yang berbeda. Edible portion Analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian pakan dengan imbangan PK dan TDN yang berbeda tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap bobot edible portion karkas (P > 0,05). Hasil ini disebabkan karena bobot potong dan bobot karkas dan bobot lemak tidak berbeda nyata. Hal ini sesuai dengan pendapat SOEPARNO (1998) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang erat antara bobot komponen-komponen karkas dengan bobot karkas. Rata-rata persentase edible portion karkas sebesar 79,860 83,433%. Hasil penelitian ini lebih tinggi dibanding hasil penelitian LESTARI et al. (2005) yaitu 77,41-80,07%, namun lebih rendah dibanding hasil penelitian ACHMADI et al. (2005) sebesar 80,93 84,34%. Edible portion non karkas domba akibat pemberian pakan dengan imbangan PK dan TDN yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 4. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian ransum yang berbeda tidak berpengaruh nyata terhadap bobot edible portion non karkas (P > 0,05). Edible portion non karkas dipengaruhi oleh bobot non karkas. SOEPARNO (1998) menjelaskan bahwa pakan dapat mempengaruhi pertambahan komponen non karkas. Rata-rata persentase edible portion non karkas sebesar 35,276 43,877%. Hasil penelitian ini lebih tinggi dibanding hasil penelitian LESTARI et al. (2005) yaitu 24,67 29,95%, maupun hasil penelitian ACHMADI et al. (2005) sebesar 29,13 31,71%. SWATLAND (1984) menyatakan bahwa bobot edible portion dipengaruhi oleh bobot potong. Domba dengan bobot potong tinggi, mempunyai bobot dan presentase edible portion yang tinggi, sedangkan domba dengan bobot potong rendah akan mempunyai bobot edible portion yang rendah pula. Hal ini sesuai dengan pendapat SOEPARNO (1998) menyatakan bahwa bagian tubuh yang dapat dimakan dari seekor ternak meningkat seiring dengan pertambahan bobot badan ternak. Bagian tubuh ternak yang dapat dimakan dari seekor ternak dipengaruhi oleh bobot badan ternak, semakin meningkat bobot badan ternak maka bagian yang dapat dimakan akan semakin meningkat pula (FORREST et al, 1975). Rata-rata persentase edible portion total sebesar 55,108 60,610%. Hasil penelitian ini lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian LESTARI et al. (2005) yaitu 38,85 47,45%. Meat bone ratio Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa meat bone ratio pada domba antar perlakuan tidak berbeda nyata (P > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan imbangan PK dan TDN pakan yang terdiri dari 6 macam 460

Tabel 4. Rata-rata konsumsi BK, bobot potong, bobot karkas, persentase karkas dan non karkas Parameter PRTR PRTT PSTR PSTT PTTR PTTT Bobot potong, kg 22,56 21,56 21,75 19,31 25,92 22,13 Bobot karkas, kg 10,63 9,44 9,92 8,88 12,25 10,44 Bobot daging karkas, kg 6,21 5,54 5,73 5,88 5,51 6,66 Bobot tulang karkas, kg 2,38 1,77 1,83 1,73 1,74 2,23 Bobot lemak karkas, kg 2,52 2,12 2,35 2,83 1,62 3,36 Persentase karkas, % 46,80 43,29 45,40 45,63 47,14 47,13 daging karkas, % 58,80 59,15 57,92 56,50 62,15 54,67 tulang karkas, % 19,00 18,24 18,72 16,57 19,50 18,27 lemak karkas, % 22,19 22,62 23,37 26,92 18,35 27,05 Bobot non karkas, kg 11,94 12,13 11,83 10,44 13,67 11,69 Persentase non karkas, % 53,20 56,71 54,60 54,36 52,86 52,87 Edible portion karkas, kg 8,73 7,66 8,09 10,02 8,71 7,13 Persentase edible portion karkas 81,76 80,99 81,28 81,73 83,43 79,86 Edible portion non karkas, kg 4,43 4,27 5,29 5,05 4,15 3,80 Edible portion non karkas, % 37,10 35,28 43,88 36,98 38,80 36,51 Bobot edible portion total, kg 13,16 11,94 13,38 15,07 13,21 10,93 Persentase edible portion total, % 57,16 55,11 60,61 58,08 59,75 56,32 MBR 3,22 3,11 3,09 3,09 3,76 2,71 Yield grade 3,4 4,7 4,1 3,9 3,7 2,4 Tebal lemak punggung, mm 6,68 10,75 9,25 8,75 8,25 5,83 Semua parameter tidak berbeda nyata (P > 0,05) pakan perlakuan (jenis), yang disusun dari 5 bahan pakan, dengan komposisi yang berbeda untuk setiap jenis pakan perlakuan, tidak berpengaruh nyata terhadap perbandingan daging dan tulang pada masing-masing perlakuan. Rasio daging dan tulang (MBR) pada penelitian ini berkisar antara 2,71 3,76. Hal ini sesuai dengan pendapat SOEPARNO (1998) bahwa proporsi tulang, otot dan lemak antara lain dipengaruhi oleh faktor pakan. Perlakuan pemberian pakan dengan imbangan PK dan TDN yang berbeda pada perlakuan T4 menghasilkan lemak karkas yang paling tinggi, yaitu 27,05%. Peningkatan lemak karkas ini diduga disebabkan oleh meningkatnya kandungan energi dan meningkatnya konsumsi TDN pakan yang diberikan. Hal ini sesuai dengan pendapat SOEPARNO (1998), bahwa peningkatan energi pakan dan konsumsi energi akan meningkatkan kadar lemak karkas. Tidak adanya perbedaan yang nyata (P > 0,05); daging dan tulang pada ke enam perlakuan disebabkan kandungan nutrisi pada ke enam perlakuan hampir sama (Tabel 2). Hal ini sejalan dengan pendapat SOEPARNO (1998) bahwa komposisi karkas dipengaruhi oleh kandungan energi dan protein pakan. Yield grade Rata-rata yield grade, tebal lemak punggung, bobot daging pada potongan utama karkas, dan bobot potong ini dapat dilihat pada Tabel 4. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa yield grade pada domba antar perlakuan tidak berbeda nyata (P > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan komposisi kimiawi ke enam perlakuan tidak menyebabkan tingkat kegemukan pada domba percobaan. Konsumsi PK dan TDN keenam perlakuan tidak berbeda nyata (P > 0,05), 461

sehingga menghasilkan pertambahan bobot badan yang tidak berbeda nyata (P > 0,05), yang ditunjukkan pada hasil bobot potong dan bobot karkas yang tidak berbeda nyata pula (P > 0,05). Hal ini sesuai dengan pendapat SWAN dan COLE (1994) bahwa kondisi tubuh dipengaruhi oleh asupan nutrisi; ternak yang mendapat pakan dengan nutrisi tinggi cenderung lebih gemuk daripada ternak yang kurang mendapat asupan nutrisi. KESIMPULAN Pemberian pakan dengan imbangan PK (16,29 20,88%) dan TDN (60,29 667,18%) tidak meningkatkan persentase karkas dan non karkas, produksi edible portion, meat bone ratio dan yield grade pada domba lokal jantan. DAFTAR PUSTAKA ACHMADI, D., E. PURBOWATI, dan R. ADIWINARTI. 2005. Persentase Edible Portion Domba yang Diberi Ampas Tahu Kering dengan Aras yang Berbeda. J. Pengembangan Peternakan Tropis. 30(4): 248 253. CAHYONO, B. 1998. Beternak Domba dan Kambing, Penerbit Kanisius, Yogyakarta. FORREST, J. C., E. D. ABERLE, H. B. HENDRICK, M. D. JUDGE and R. A. MERKEL. 1975. Principles of Meat Science. 1 st Ed. W. H. Freeman & Company, San Fransisco. HARTADI, H., S. REKSOHADIPROJO dan A. D. TILLMAN. 1997. Tabel Komposisi Pakan untuk Indonesia. Cetakan ke-4. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. HUDALLAH, C. M. S. LESTARI dan E. PURBOWATI. 2007. Persentase Karkas dan Non Karkas Domba Lokal Jantan dengan Metode Pemberian Pakan Yang Berbeda. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 21 22 Agustus 2007. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 380 386. LAWRIE, R. A. 2003. Ilmu Daging. Edisi ke-5. Universitas Indonesia, Jakarta. Diterjemahkan oleh: PARAKKASI, A. LESTARI, C.M.S., S. DARTOSUKARNO dan I. PUSPITA. 2005. Edible Portion Domba Lokal Jantan yang Diberi Pakan Dedak Padi dan Rumput Gajah. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 12 13 September 2005. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 461 466. LESTARI, C.M.S., E. PURBOWATI dan S. MAWARTI. 2001. Produksi edible portion karkas domba lokal jantan akibat penggantian protein konsentrat dengan protein ampas tahu. J. Pengembangan Peternakan Tropis. Edisi Spesial. hlm. 228 235. POND. W.G., D.C. CHURCH dan K.R. POND.1995. Basic Animal Nutrition and Feeding. Edisi ke- 4. John Wiley & Sons, New York. SANTOSA, U. 2006. Manajemen Usaha Ternak Potong. Penebar Swadaya, Jakarta. SOEPARNO. 1998. Ilmu dan Teknologi Daging. Cetakan ke-3. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. STEEL, R.G.D. dan J.H. TORRIE. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika. Edisi Kedua. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Diterjemahkan oleh: SUMANTRI, B. SWAN, H. and D.J.A. COLE. 1975. Nutrition of Farm Animals. In: Meat. COLE, D.J. and R.A. LAWRIE (Eds.). Butterworths, London. SWATLAND, H.J. 1984. Structure and Development of Meat Animal. Prentice Hal Inc., Englendwood Cliffs, New Jersey. TOBING, M.M., LESTARI C.M.S. dan S. DARTOSUKARNO. 2004. Proporsi karkas dan non karkas domba lokal jantan menggunakan pakan rumput gajah dengan berbagai level ampas tahu. J. Pengembangan Peternakan Tropis. hlm. 90 97. DISKUSI Pertanyaan: Apa yang dimaksud imbangan? Jawaban: Yang dimaksud imbangan adalah perlakuan. 462