BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana dalam UU No. 24 tahun 2007 didefinisikan sebagai peristiwa atau

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana adalah sebuah fenomena akibat dari perubahan ekosistem yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan infeksi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Nigeria masing-masing 6 juta episode (Kemenkes RI, 2011). (15%-30%). Berdasarkan hasil penelitian Khin, dkk tahun 2003 di Myanmar

BAB I PENDAHULUAN. hidro-meteorologi (banjir, kekeringan, pasang surut, gelombang besar, dan

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit

Pasal 3 Pedoman Identifikasi Faktor Risiko Kesehatan Akibat Perubahan Iklim sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak

BAB 1 : PENDAHULUAN. ke manusia. Timbulnya gejala biasanya cepat, yaitu dalam waktu beberapa jam

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial.

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa dekade terakhir, skala bencana semakin meningkat seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. digaris khatulistiwa pada posisi silang antara dua benua dan dua samudra dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh faktor alam, faktor non alam, maupun faktor manusia yang

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan negara kepulauan terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik dan

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung yang berada dibagian selatan Pulau Sumatera mempunyai alam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu ruang lingkup epidemiologi ialah mempelajari faktor-faktor yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Saat ini, ISPA merupakan masalah. rongga telinga tengah dan pleura. Anak-anak merupakan kelompok

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana sosial

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB 1 PENDAHULUAN. peristiwa atau serangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu

BUKU SISWA ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah yang

Gunung api yang meletus akan mengeluarkan berbagai jenis debu serta gas dari dalam perut. Debu Vulkanik Dan Gangguan Kesehatan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITR TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG BANTUAN BENCANA

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana alam dapat terjadi secara tiba-tiba maupun melalui proses yang

BAB I PENDAHULUAN. Benua Australia dan Benua Asia serta terletak diantara dua Samudra yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan manusia dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. dan moril. Salah satu fungsi pemerintah dalam hal ini adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan manusia akan protein hewani, ini ditandai dengan peningkatan produksi daging

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme termasuk common cold, faringitis (radang

BAB I PENDAHULUAN. dan musim hujan. Tata kota yang kurang menunjang mengakibatkan sering

BAB 1 PENDAHULUAN. juga merupakan status lambang sosial (Keman, 2005). Perumahan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam, dan manusia. Undang- bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGGUNAAN BAHAN BAKAR DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN SIKUMANA ABSTRAK

Definisi dan Jenis Bencana

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

PENDAHULUAN. waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bencana dilihat dari beberapa sumber memiliki definisi yang cukup luas.

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam bab ini akan dibahas tentang latar belakang penelitian, masalah

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. faktor alam dan non alam yang mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya interaksi antara manusia dengan lingkungan. Terutama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WHO (World Health Organisation) pada tahun 2014,

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan antara promotif, preventif, dan kuratif yang difokuskan pada penduduk

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan yang tercantum dalam

BAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy

BAB 1 : PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai spektrum penyakit dari tanpa gejala atau infeksi ringan

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk meningkatkan derajat kesehatan dalam rangka memperbaiki kualitas

MITIGASI BENCANA BENCANA :

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana

BAB I PENDAHULUAN. komplek dan heterogen yang disebabkan oleh berbagai etiologi dan dapat. berlangsung tidak lebih dari 14 hari (Depkes, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan air memungkinkan terjadinya bencana kekeringan.

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa teori yang menjelaskan mengenai riwayat perkembangan

PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah elemen terpenting dalam kehidupan manusia, yang

PENDAHULUAN. zoonoses (host to host transmission) karena penularannya hanya memerlukan

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batasan anak balita adalah setiap anak yang berada pada kisaran umur

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan terjadinya kerusakan dan kehancuran lingkungan yang pada akhirnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan. parenkim paru. Pengertian akut adalah infeksi yang berlangsung

Kiat Atasi Gangguan Pernapasan Akibat Polusi Udara

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan letak astronomis, Indonesia terletak diantara 6 LU - 11 LS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan infeksi saluran pernafasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Definisi dan Jenis Bencana

BAB I PENDAHULUAN. rongga telingga tengah, dan pleura (Kepmenkes, 2002). ISPA merupakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor alam dan/atau faktor non-alam maupun faktor manusia, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya bagi kesehatan pekerja (Damanik, 2015). cacat permanen. Jumlah kasus penyakit akibat kerja tahun

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana dalam UU No. 24 tahun 2007 didefinisikan sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam, maupun faktor manusia, sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007). Menurut Undang-Undang ini, bencana dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu bencana alam (misalnya gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan dan tanah longsor), bencana non alam (misalnya gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi dan wabah penyakit) dan bencana sosial (misalnya konflik sosial antara kelompok atau antar komunitas masyarakat dan terorisme) (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007). Bencana banjir merupakan bencana alam yang terjadi secara mendadak, mengakibatkan kerusakan lingkungan pemukiman, perubahan kualitas lingkungan oleh karena cemaran yang ditimbulkan dan kerawanan masalah kesehatan pada masyarakat yang terkena. Usia pasien yang berobat ke posko kesehatan, berkisar antara kurang dari 1 tahun hingga lebih dari 60 tahun. 12,5% adalah kelompok balita 1

dan 4% lanjut usia. Penyakit yang diderita balita terbanyak adalah ISPA dan diare, sedangkan lanjut usia adalah ISPA dan kulit (Kompas, 2012). Provinsi Sumatera Utara sebagai provinsi besar di Indonesia bagian barat, berpotensi mengalami pola gangguan cuaca, adanya sungai yang melintasi penduduk yang padat sehingga daerah Sumatera Utara rawan terjadinya bencana banjir. Kondisi tersebut memberi dampak kepada masyarakat dalam berbagai sektor kehidupan. Sektor-sektor seperti kesehatan, pertanian, kehutanan, ketahanan pangan dan lain-lain turut mengalami kerugian saat kondisi memburuk atau bahkan menjadi ekstrim. Berdasarkan laporan BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah), banjir merupakan bencana yang sering dialami oleh daerah-daerah yang secara topografi terletak di kawasan rawan bencana banjir seperti di provinsi Aceh, Sumatera Utara dan beberapa provinsi di pulau Jawa merupakan provinsi yang memiliki risiko dampak terbesar terkena bencana banjir (BPBD, 2011). Di seluruh Indonesia tercatat 5.590 sungai induk dan 600 di antaranya berpotensi menimbulkan banjir. Daerah rawan banjir yang dicakup oleh sungaisungai induk ini mencapai 1,4 juta hektar. Dari berbagai kajian yang telah dilakukan, banjir yang terjadi di daerah-daerah rawan pada dasarnya disebabkan oleh tiga hal. Pertama, kegiatan manusia yang menyebabkan terjadinya perubahan tata ruang dan berdampak pada perubahan alam. Kedua, peristiwa alam seperti curah hujan yang sangat tinggi, kenaikan permukaan air laut, badai, dan sebagainya. Ketiga, degradasi lingkungan seperti hilangnya tumbuhan penutup tanah pada catchment area,

pendangkalan sungai akibat sedimentasi, penyempitan alur sungai dan sebagainya (BPBD, 2007). Pada kuartal pertama tahun 2012 telah terjadi sekitar 91 kasus banjir di Indonesia, yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Sementara jika dihitung dari pertengahan tahun 2011, telah terjadi sekitar 129 kasus banjir di Indonesia. Sebagian kasus juga diikuti oleh peristiwa longsor (Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2012). Kota Pematangsiantar pada tahun 2012 terjadi 5 kali banjir dalam setahun, sedangkan pada Kecamatan Siantar Selatan, yang dilintasi oleh sungai Bah Bolon dan sungai Sibarambang terjadi banjir setahun sekali dengan frekuensi 2-3 kali dalam setahun (BPBD, 2012). Pada Kelurahan Aek Nauli, banjir merupakan bencana yang sering terjadi, dengan frekuensi 2-3 kali dalam setahun. Banjir yang melanda wilayah Kelurahan Aek Nauli memberikan implikasi lanjutan seperti kesulitan memperoleh air bersih untuk minum dan mandi. Kejadian bencana alam terkait erat dengan apa yang dilakukan manusia terhadap lingkungannya dalam mengelola kualitas lingkungan. Apabila masyarakat tidak peduli dengan kualitas lingkungan sekitarnya, maka bencana akan datang (Kusumaratna, 2003). Tiga jenis penyakit utama yang menyerang pasca banjir adalah 47,4% infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), 22,5% penyakit kulit dan 11,1% diare dan penyakit saluran cerna. Kelompok balita, 63% menderita infeksi saluran pernafasan akut dan

18% menderita diare sedangkan pada lanjut usia 50% menderita infeksi saluran pernafasan akut dan 14% menderita penyakit kulit. Penyakit kulit umumnya menyerang tangan dan kaki. Hal ini berkaitan dengan kondisi tangan dan kaki yang selalu basah oleh karena terendam air dan air kotor di sekitarnya selama berhari-hari (Kusumaratna, 2012). Risiko pasca bencana banjir adalah terjadinya wabah penyakit. Secara historis, banyak orang telah meninggal pasca banjir karena infeksi penyakit termasuk malaria, infeksi saluran pernapasan, dan diare (Lignen, 2006). Namun, wabah yang terkait dengan banjir jarang terjadi di negara yang lebih maju. Kondisi ini diperburuk dengan keadaan cuaca yang dingin sehingga mengakibatkan warga mengalami penurunan daya tahan tubuh. Kondisi-kondisi ini mempermudah masuknya kuman ke dalam tubuh manusia dan salah satu dampaknya adalah menyebabkan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) (Utomo, 2012). Suhu udara yang dingin mempermudah munculnya koloni kuman di dalam tubuh manusia. Hal ini merupakan salah satu penyebab adanya kemungkinan korban banjir yang meninggal akibat ISPA yang berujung pada pneumonia, yang merupakan proses infeksi akut yang merusak jaringan paru-paru atau alveoli. Oleh karena itu ISPA harus ditangani dengan baik dan cepat, disamping daya tahan tubuh tetap dijaga dengan suplai makanan yang cukup serta sanitasi yang optimal (Utomo, 2012).

Selain itu, ada ribuan jenis jamur di lingkungan udara yang dingin dan lembab yang dapat bertahan untuk jangka waktu yang lama. Sebagai bagian dari lingkungan alam kita, sebagian besar jamur ini tidak berbahaya bagi kebanyakan orang. Masalah akan muncul ketika banjir memberikan lingkungan yang ideal untuk jamur untuk cepat tumbuh di dalam gedung (rumah) (Clements,2009). Tergantung pada jenis jamur, dapat menyebabkan masalah bagi mereka yang membersihkan setelah banjir dan bagi mereka yang menempati kembali gedung/rumah pasca banjir. Beberapa orang sensitif terhadap jamur dan mengalami reaksi alergi sedangkan yang lain yang sebelumnya sudah ada gangguan pernafasan akan berisiko untuk mendapat akibat yang lebih parah. Mereka yang sensitif biasanya memiliki reaksi alergi termasuk hidung tersumbat, bersin, iritasi mata dan kulit. Kondisi dapat parah pada mereka dengan paparan yang banyak atau dengan kondisi gangguan pernafasan yang sudah ada sebelumnya. Misalnya, orang dengan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) (Clements, 2009). Penyakit ISPA masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia hal ini disebabkan masih tingginya angka kematian karena ISPA terutama pada bayi dan anak balita. Salah satu faktor pencetus munculnya kejadian ISPA adalah buruknya kondisi lingkungan rumah pada suatu pemukiman penduduk. Rumah sebagai tempat tinggal merupakan salah satu kebutuhan pokok hidup manusia. Rumah yang sehat dan layak huni sangat penting bagi setiap orang. Rumah yang sehat harus memenuhi persyaratan kesehatan antara lain kebutuhan

fisiologis, kebutuhan psikologis, mencegah penularan penyakit dan mencegah kecelakaan (Ariningsih, 2011). Infeksi saluran pernafasan akut dan penyakit kulit merupakan penyakit utama yang diderita di daerah dengan kedalaman air lebih dari 2 meter.dari tiga kali observasi di lapangan setelah hujan lebat, ternyata makin dalam air menyebabkan insidens penyakit juga bertambah besar dari sebelumnya, contohnya ISPA naik hingga 2 kali dan penyakit kulit naik 10 kali. Hal ini terlihat dari angka kasus ISPA pada bulan Juni sebanyak 194 kasus, sedangkan setelah banjir pada bulan Juli yaitu sebanyak 233 kasus dan bulan Agustus sebanyak 185 kasus. Jenis penyakit dalam kelompok lain yang diderita adalah mialgia, gejala reumatik (ngilu-ngilu sendi), hipertensi dan sariawan. Kedalaman air membuat kondisi seseorang sangat rentan karena kedinginan, terendam air bagi yang tetap bertahan di rumahnya, menggunakan pakaian basah dan kelembaban yang tinggi (Laporan Puskesmas Aek Nauli, 2012). Infeksi saluran pernafasan akut atau ISPA adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman yang masuk ke dalam tubuh melalui udara. Gejalanya batuk, pilek, panas atau demam serta sakit dada (Amirullah, 2009). Transmisi penyakit menular akibat dari banjir dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu Water borne disease (penyakit yang menyebar melalui perantaraan air), seperti demam tifoid, kolera, leptospirosis dan hepatitis A, Vector-borne disease (penyakit yang menyebar melalui perantaraan hewan) seperti malaria, demam dengue dan demam berdarah dengue, demam kuning dan demam west nile dan Air Borne disease (penyakit yang menular melalui udara), seperti ISPA dan

bronkhitis. Masing-masing dari penyakit ini memiliki karakteristik yang berbeda. Diare dan gatal-gatal disebabkan oleh kurang baiknya sanitasi, sementara ISPA muncul akibat udara yang dingin yang memicu aktifnya koloni kuman di dalam tubuh sehingga menimbulkan infeksi saluran pernafasan (Utomo, 2012). Penyakit ISPA mengalami peningkatan karena banjir yang membawa banyak sedimen, endapan dan lumpur yang menyebabkan perumahan di sekitar aliran sungai terkena pencemaran udara. Debu yang beterbangan setelah air surut, yang dibawa oleh arus air pada saat banjir merupakan pencemaran udara karena faktor alamiah atau internal (Wardhana, 2004). Menurut Wardhana (2004), pencemaran partikel seperti debu pada pasca banjir, merupakan dampak pencemaran partikel yang disebabkan karena peristiwa alamiah (faktor internal). Secara umum partikel - partikel yang mencemari udara dapat merusak lingkungan dan menimbulkan gangguan kesehatan pada manusia. Partikel - partikel tersebut dapat menimbulkan berbagai macam penyakit saluran pernafasan. Pada saat menarik nafas, udara yang mengandung partikel akan terhirup masuk kedalam paru-paru. Ukuran debu partikel yang masuk kedalam paru - paru akan menetukan letak penempelan atau pengendapan partikel tersebut. Partikel yang berukuran sedang dari 5 mikron akan bertahan di saluran nafas bagian atas, sedangkan partikel 3-5 mikron tertahan dibagian tengah, partikel lebih kecil 1-3 mikron akan masuk ke kantung paru paru, menempel pada alveoli. Partikel yang lebih kecil, kurang 1 mikron akan ikut keluar saat dihembuskan.

Terdapat 3 faktor penting yang berperan dalam penularan penyakit seperti ISPA yaitu kuman penyakit, kondisi lingkungan dan daya tahan tubuh. Secara umum, proses perjalanan penyakit dapat dijabarkan dalam beberapa tahapan. Tahap pre-patogenesis (Stage of Susceptibility) merupakan tahap dimana terjadi interaksi antara host, bibit penyakit dan lingkungan. Tahap inkubasi (Stage of Presymtomatic Disease) merupakan tahap dimana bibit penyakit sudah masuk ke dalam tubuh inang (host) dan gejala penyakit belum tampak. Tahap timbulnya gejala penyakit dan terakhir tahap terjadinya kecacatan apabila penyakit yang ada tidak dapat tertolong dan menimbulkan gejala sisa. Sanitasi rumah menitikberatkan pada pengawasan terhadap struktur fisik, yaitu digunakan sebagai tempat berlindung yang memengaruhi derajat kesehatan manusia. Sarana sanitasi tersebut antara lain ventilasi, suhu, kelembaban, kepadatan hunian, penerangan alami, sarana pembuangan sampah dan sarana pembuangan kotoran (Azwar, 2000). Sanitasi rumah sangat erat kaitannya dengan angka kesakitan penyakit menular terutama ISPA. Lingkungan perumahan sangat berpengaruh pada terjadi dan tersebarnya ISPA. Rumah yang jendelanya kurang proporsional ukurannya, menyebabkan pertukaran udara yang tidak dapat berlangsung dengan baik. Rumah yang lembab dan basah karena banyak air yang terserap di dinding tembok dan matahari pagi sukar masuk dalam rumah juga memudahkan anak- anak terserang ISPA (Ranuh, 2007). Berdasarkan uraian di atas, hal tersebut menunjukkan masih banyaknya masyarakat yang tidak mengetahui mengenai pencegahan terhadap penyakit ISPA

pada saat pasca bencana banjir, maka oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap pencegahan penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) pasca bencana banjir di Kelurahan Aek Nauli Kecamatan Siantar Selatan Kota Pematangsiantar tahun 2013. 1.2. Permasalahan Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut: bagaimanakah pengaruh pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap pencegahanpenyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) pasca bencana banjir di Kelurahan Aek Nauli Kecamatan Siantar Selatan Kota Pematangsiantar tahun 2013. 1.3. Tujuan Penelitian Untuk menganalisis pengaruh pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap pencegahan penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) pasca bencana banjir di Kelurahan Aek Nauli Kecamatan Siantar Selatan Kota Pematangsiantar tahun 2013. 1.4. Hipotesis Ada pengaruh pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap pencegahan penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) pasca bencana banjir di Kelurahan Aek Nauli Kecamatan Siantar Selatan Kota Pematangsiantar tahun 2013.

1.5. Manfaat Penelitian 1. Menjadi masukan khususnya masyarakat untuk menambah wawasan dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap terhadap pencegahan penyakit ISPA pasca bencana banjir. 2. Menjadi masukan bagi Dinas Kesehatan Kota Pematangsiantar untuk meningkatkan perannya dalam perencanaan penanggulangan bencana untuk meminimalisir dampak bencana khususnya penyakit ISPA. 3. Untuk menambah ilmu pengetahuan, penelitian ini dapat menambah wawasan keilmuan yang berkaitan dengan pengaruh pengetahuan dan sikap terhadap pencegahan penyakit ISPA pasca bencana banjir.