BAB I PENDAHULUAN. merupakan pintu gerbang bagianbarat Indonesiayang. melayanipenerbanganhampir 70 kali dalamsatu jam.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. memperlancar perekonomian sebagai pendorong, penggerak kemajuan suatu wilayah.

BAB I PENDAHULUAN. kedaulatan yang ditetapkan oleh Undang-Undang. Berdasarkan letak

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. yang terjangkau, hal yang terpenting adalah keselamatan, keamanan dan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI SINTANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TUGAS AKHIR PERANCANGAN VOLTAGE REGULATOR CATU DAYA LISTRIK UNTUK PERALATAN AIR FIELD LIGHTING DI BANDAR UDARA INTERNASIONAL SOEKARNO-HATTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Internasional Soekarno-Hatta terus meningkatkan pelayanan untuk. Soekarno-Hatta menimbulkan dampak positif dan negatif terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin maju dari masa ke

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. lainnya (Peraturan Menteri Nomor: PM.66 Tahun 2015). (kini bernama Bandara Internasional Jakarta Soekarno Hatta) dan Bandara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PP RI No.70 Tahun 2001 tentang Kebandar udaraan, Pasal 1 Ayat

BAB I PENDAHULUAN. Internasional Soekarno Hatta mempunyai tugas pokok menyediakan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Encyclopedia, 8 Oktober Artikel: Wikipedia Thre Free

BAB I PENDAHULUAN. Bandara Internasional Minangkabau yang terletak 23 km dari pusat Kota

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Telepon : (Sentral) PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

2 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik In

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1986), Bandar Udara adalah. operator pelayanan penerbangan maupun bagi penggunanya.

2 Ke Dan Dari Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republi

ABSTRAK. Kata Kunci: Constant Current Regulator (CCR), Mikrokontroller, Ethernet, Touchscreen ABSTRACTION

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Prototype Landing Gear System Dan Monitoring Pergerakan Landing Gear System

PERANCANGAN TERMINAL BANDAR UDARA INTERNASIONAL KULON PROGO DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR PERANCANGAN JURUSAN ARSITEKTUR

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada zaman modern seperti sekarang, teknologi dan ilmu

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Nomor : KP. 572 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP-447 TAHUN 2014 TENTANG PEMBAYARAN PASSENGER SERVICE CHARGE (PSC) DISATUKAN DENGAN

Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 1996 Tentang : Kebandarudaraan

MODEL PEMILIHAN MODA KERETA REL LISTRIK DENGAN JALAN TOL JAKARTA BANDARA SOEKARNO-HATTA

Kriteria penempatan pemancar sinyal ke segala arah berfrekuensi amat tinggi (VHF Omnidirectional Range / VOR)

PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA AHMAD YANI SEMARANG

2015, No Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4956); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2012 tentang Pembangunan dan Pelestar

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG

Revitalisasi adalah suatu proses atau cara dan perbuatan untuk menghidupkan kembali suatu hal yang sebelumnya terberdaya sehingga revitalisasi berarti

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2015, No Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 75); 5

Standar dan Regulasi terkait Perencanaan, Perancangan, Pembangunan, dan Pengoperasian Bandar Udara Juli 28, 2011

PERATURAN MENTER. PERHUBUNGAN NOMOR: KM 11 TAHUN 2010 TENTANG TATANAN KEBANDARUDARAAN NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kegiatan penangganan pesawat udara untuk dioperasikan dan setelah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 1986 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENGGUNAAN TANAH SERTA RUANG UDARA DI SEKITAR BANDAR UDARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 1996 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Perancangan Ulang Interior Terminal Keberangkatan Bandar Udara Syamsudin Noor

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 1996 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2012, No.71 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaita

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Telepon : (Sentral)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LINKING CORRIDOR TERMINAL DAN TRANSIT HOTEL BANDARA SOEKARNO - HATTA

BAHAN PAPARAN. Disampaikan pada : BIMBINGAN TEKNIS AUDIT

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP.289 TAHUN 2012 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kriteria penempatan Distance Measuring Equipment (DME)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN MARET 2016

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP.289 TAHUN 2012 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tuntutan zaman. Perkembangan ini menyebabkan dunia bisnis mencoba

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR :KP 12 TAHUN 2015 TENTANG PEMBAYARAN PASSENGER SERVICE CHARGE (PSC) DISATUKAN DENGAN

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Semarang merupakan ibu kota propinsi Jawa Tengah. Kota

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP/114/VI/2002 TENTANG

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP/114/VI/2002 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. efisien, sehingga pesawat udara adalah pilihan yang tepat dalam transportasi.

BAB I PENDAHULUAN. Sumber:

HOTEL TRANSIT DI KAWASAN BANDARA SOEKARNO - HATTA

PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Stasiun KA Bandara Internasional Soekarno-Hatta Penekanan Desain High Tech Architecture

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan transportasi akan terus bertambah seiring dengan semakin tingginya

EVALUASI ON TIME PERFORMANCE PESAWAT UDARA DI BANDAR UDARA HUSEIN SASTRANEGARA MENGGUNAKAN APLIKASI FLIGHTRADAR24

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. penjualan tiket, pelapor tiket, boarding pass, ruang tunggu penjualan souvenir,

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

Menimbang: a. bahwa dalam rangka mendukung kegiatan Layanan Tunggal

BAB I PENDAHULUAN. Angkutan umum merupakan sarana untuk memindahkan barang dan orang

2 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014; 3. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fung

PENGEMBANGAN TERMINAL BANDAR UDARA SULTAN ISKANDAR MUDA NANGGROE ACEH DARUSSALAM (PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR RENZO PIANO)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PP RI NO 70 Tahun 2001 Tentang Kebandarudaraan Pasal 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bandar Udara dan Sistem Lapangan Terbang. Menurut Annex 14 dari ICAO (International Civil Aviation Organization):

Pesawat Polonia

BAB I PENDAHULUAN. adalah lebih hemat energi. Untuk menghidupkan lampu LED tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan akan bersifat melanjutkan, meningkatkan dan memperluas

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar BelakangMasalah Bandar Udara adalah kawasan di daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu yang digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan lepas landas, naik turun penumpang, bongkar muat barang, dan tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi, yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan penerbangan, serta fasilitas pokok dan fasilitas penunjang lainnya. Bandar udara merupakan pintu gerbang suatu daerah, yang menghubungkan daerah tersebut dengan daerah lain. Baik untuk hubungan antar daerah dalam wilayah provinsi itu sendiri, hubungan antar provinsi maupun hubungan antar negara. Bandar udara Internasional Soekarno-Hatta merupakan pintu gerbang bagianbarat Indonesiayang melayanipenerbanganhampir 70 kali dalamsatu jam. Suksesnya pelayanan yang diberikan oleh suatu bandar udara tidak terlepas dari kehandalan peralatan sebagai fasilitas penunjang keselamatan dan keamanan penerbangan. Fasilitas peralatan udara sebagai sarana pelayanan terhadap keselamatan dan keamanan penerbanganmemiliki fungsi dan peran yang penting dalam membantu menciptakan keselamatan dan keamanan penerbangan. Keberadaan peralatan-peralatan tersebut dari tahun 1

ke tahun selalu mengalami perubahan mengikuti perkembangan teknologi dan itu dibutuhkan sebagai fasilitas penting yang harus ada agar terwujudnya kelancaran dan keamanan transportasi udara. Konsekuensi dari hal tersebut, diperlukan perencanaan pelaksanaan perawatan dan pemeliharaan dalam penggunaan mengikuti aturan-aturan dan prosedur-prosedur yang berlaku. Hal ini untuk menjaga agar peralatan selalu dalam kondisi siap pakai dengan kinerja peralatan yang terjaga kehandalannya, tidak terkecuali peralatan Visual/Air Field Lighting. Peralatan Air Field Lighting atau di singkat AFL dalam dunia penerbangan memegang peranan yang sangat penting, hal ini disebabkan karena fungsinya yang memberikan panduan secara visual pada pesawat dalam melaksanakan misi penerbangannya sehingga pesawat dapat melakukan take off dan landing dengan aman, karena itu peralatan AFL dituntut untuk selalu berada dalam kondisi yang baik dan siap pakai (ready for use). Peralatan AFL mendapatkan power dengan ketentuan arus maksimal sebesar 6.6 A sesuai dengan ketentuan pabrik dari peralatan tersebut sehingga peralatan AFL membutuhkan peralatan power supply yang dinamakan Constant Current Regulator (CCR), setiap gardu di landasan selalu disiapkan sebuahconstant Current Regulator (CCR) untuk memberikan power sebesar 6.6 A pada peralatan AFL, dengan kemajuan zaman sekarang ini banyak sekali penambahan pada peralatan AFL yang dimana dari peralatan tersebut tidak lagi dengan ketentuan arus penggunaan sebesar 6.6 A sehingga dari pengelola bandara baik teknisi maupun pengguna fasilitas harus memikirkan 2

bagaimana untuk mendapatkan tegangan/voltase untuk menghidupkan peralatan tersebut. Sebagai supply pengganti sumber dari Constant Current Regulator (CCR) yang memberikan ketentuan arus konstan sebesar 6.6 A bukan tegangan/voltase pengelola bandara harus menyiapkan power baru untuk menyesuaikan beberapa peralatan yang saat ini tidak menggunakan ketentuan besaran arus, oleh karena itu salah satu masalah yang dihadapi oleh pihak bandara yaitu masalah catu daya listrik untuk peralatan baru yang menunjang penerbangan secara visual, dengan situasi dan kondisi yang ada serta guna menunjang kelancaran dan keselamatan penerbangan, penulis tertarik untuk mencoba mengatasi hambatan yang ada dengan merancang dan menyelesaikan permasalahan yang ada untuk membantu manajemen bandara dalam mengambil sikap dalam bentuk skripsi yang berjudul Perancangan Voltage Regulator Catu Daya Listrik Untuk Peralatan Air Field Lighting Di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta. 1.2 Rumusan Masalah Dari uraian tentang latar belakang masalah di atas maka dapat diketahui bahwa ada masalah yang timbul dalam pengelolaan Bandar udara Internasional Soekarno-Hatta, yaitu banyaknya peralatan baru pada fasilitas penunjang pendaratan atau Air Field Lighting (AFL) yang mengakibatkan terganggunya pengoperasian fasilitas peralatan, maka penulis mengidentifikasikan permasalahan tersebut sebagai berikut : 3

1. Apakah Peralatan Catu Daya atau Constant Current Regulator (CCR) yang ada saat ini bisa digunakan sebagai power supply untuk peralatan baru Air Field Lighting (AFL)? 2. Apakah peralatan baru AFL perlu di modifikasi agar bisa menggunakan Constant Current Regulator (CCR)? 3. Bagaimana merancang Voltage Regulator Catu Daya Listrik Untuk Peralatan Air Field Lighting Di BandarUdara Internasional Soekarno- Hatta? 1.3 Batasan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah di atas, untuklebih mengarahkan pembahasan pada pokok permasalahan, maka penulis akan membatasi yaitu bagaimana merancang Voltage Regulator Catu Daya Listrik untuk peralatan AFL di Bandara Internasional Soekarno-Hatta dengan permasalahan yang ada, yaitu terdapatnaya penambahan alat baru untuk peralatan Air Field Lighting di Bandara Internasional Soekarno-Hatta yang dimana belum ada ketersediaan power atau tegangan untuk menghidupkan peralatan tersebut dan hanya terdapat power Constant Current Regulator yang hanya mengeluarkan besaran arus 6.6 A dengan ketentuan tegangan yang tidak pernah stabil. 1.4 TujuanPenelitian Tujuan dari perancangan ini adalah untuk merancang sistem voltage regulator catu daya listrik yang dapat digunakan menghidupkan bebrapa 4

peralatan lampu lanadasan yang menggunakan lampu led di Banadara Soekarno-Hatta. 1.5 Metode Penelitian Dalam proses penyusunan tugas akhir ini, penulis menggunakan metodologi sebagai berikut: 1. Studi literatur Studi literatur digunakan dalam pengumpulan data dengan membaca buku-buku dan artikel yang relevan dengan masalah yang akan dibahas. 2. Studi Lapangan Studi lapangan ini dilakukan untuk memperoleh data-data penunjang yang diperlukan. 3. Bimbingan Yaitu melakukan bimbingan dengan dosen pembimbing guna mengevaluasi isi serta susunan dari tugas akhir ini. 1.6 Sistematika Laporan Laporan tugas akhir ini terdiri dari empat bab, yang tersusun secara sistematis agar mudah dipahami oleh pembaca, yaitu: BAB I PENDAHULUAN Berisi latar belakang penulisan, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan serta sistematika penulisan. BAB II LANDASAN TEORI Diuraikan pada bab ini teori-teori serta landasan lainyang berkaitan, yang menjadi acuan dalam penyusunan tugas akhir ini. Seperti perhitungan daya listrik, kualitaspower regulator catudayalistrik dan lain sebagainya. BAB III PERANCANGAN SISTEM VOLTAGE REGULATOR CATU DAYA 5

Bab ini berisi perencanaan, kondisisaatini, kondisi yang diinginkan gambar situasi dan kebutuhandaya listrikdari setiap peralatan AFL. BAB IV ANALISIS DAN PERHITUNGAN Bab ini berisi tentang perhitungan teknis dari perhitungan daya, bebanperalatan, dan rekapitulasi tegangan/volatse yang dibutuhkan. BAB V PENUTUP Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran yang dapat diambil dari penyusunan tugas akhir ini, yang berguna untuk memperbaiki kelemahan sistem yang dirancang. 6