FAKTOR KEAMANAN (Safety Factor)*

dokumen-dokumen yang mirip
Metode Perencanaan Berdasarkan Kondisi Keamanan*

SIFAT MEKANIK MATERIAL BAJA

BAB I PENDAHULUAN. beton bertulang dituntut tidak hanya mampu memikul gaya tekan dan tarik saja, namun

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang

II. KONSEP DESAIN. A. Pembebanan Beban pada struktur dapat berupa gaya atau deformasi sebagai pengaruh temperatur atau penurunan.

BAB 1 PENDAHULUAN Umum

VARIABEL DASAR DAN BIDANG RUNTUH*

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum

EVALUASI SENDI PLASTIS DENGAN ANALISIS PUSHOVER PADA GEDUNG TIDAK BERATURAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. metoda desain elastis. Perencana menghitung beban kerja atau beban yang akan

KONSEP DAN METODE PERENCANAAN

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat diramalkan kapan terjadi dan berapa besarnya, serta akan menimbulkan

Kuliah ke-6. UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI FAKULTAS TEKNIK Jalan Sudirman No. 629 Palembang Telp: , Fax:

BAB 1 PENDAHULUAN. di wilayah Sulawesi terutama bagian utara, Nusa Tenggara Timur, dan Papua.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beton berlulang merupakan bahan konstruksi yang paling penting dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LENTUR PADA BALOK PERSEGI ANALISIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN GEDUNG PERPUSTAKAAN KOTA 4 LANTAI DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI SURAKARTA (+BASEMENT 1 LANTAI)

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dan telah mempermudah manusia untuk melakukan pekerjaan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DAMPAK PEMBATASAN WAKTU GETAR ALAMI FUNDAMENTAL PADA BANGUNAN GEDUNG TINGKAT RENDAH

Struktur Beton Bertulang

EVALUASI KEKUATAN STRUKTUR YANG SUDAH BERDIRI DENGAN UJI ANALISIS DAN UJI BEBAN (STUDI KASUS GEDUNG SETDA KABUPATEN BREBES)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH SENSITIFITAS DIMENSI DAN PENULANGAN KOLOM PADA KURVA KAPASITAS GEDUNG 7 LANTAI TIDAK BERATURAN

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERILAKU DAN KINERJA STRUKTUR RANGKA BAJA DENGAN DINDING PENGISI DAN TANPA DINDING PENGISI

BAB V ANALISIS KINERJA STRUKTUR

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan SNI Untuk mendukung penulisan tugas akhir ini

T I N J A U A N P U S T A K A

II. KAJIAN LITERATUR. tahan gempa apabila memenuhi kriteria berikut: tanpa terjadinya kerusakan pada elemen struktural.

BAB III METODE ANALISIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan

PLASTISITAS. Pendahuluan. Dalam analisis maupun perancangan struktur (design) dapat digunakan metoda ELASTIS atau Metoda PLASTIS (in elastis)

EFISIENSI DAN KINERJA STRUKTUR RANGKA BREISING KONSENTRIK TIPE X-2 LANTAI

Integrity, Professionalism, & Entrepreneurship. : Perancangan Struktur Beton. Pondasi. Pertemuan 12,13,14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. desain untuk pembangunan strukturalnya, terutama bila terletak di wilayah yang

BAB III PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR

a home base to excellence Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 Pondasi Pertemuan - 4

BAB I PENDAHULUAN. balok, dan batang yang mengalami gabungan lenturan dan beban aksial; (b) struktur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Studi Assessment Kerentanan Gedung Beton Bertulang Terhadap Beban Gempa Dengan Menggunakan Metode Pushover Analysis

BAB 5 ANALISIS Elemen yang Tidak Memenuhi Persyaratan Kekuatan API RP 2A WSD

) DAN ANALISIS PERKUATAN KAYU GLULAM BANGKIRAI DENGAN PELAT BAJA

Penerbit Universiras SematangISBN X Judul Struktur Beton

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN GEDUNG PASAR TIGA LANTAI DENGAN SATU BASEMENT DI WILAYAH BOYOLALI (DENGAN SISTEM DAKTAIL PARSIAL)

EVALUASI KINERJA SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS SNI PADA STRUKTUR DENGAN GEMPA DOMINAN

KAJIAN EKSPERIMENTAL POLA RETAK PADA PORTAL BETON BERTULANG AKIBAT BEBAN QUASI CYCLIC ABSTRAK

RESPON DINAMIS STRUKTUR PADA PORTAL TERBUKA, PORTAL DENGAN BRESING V DAN PORTAL DENGAN BRESING DIAGONAL

ANALISIS KINERJA STRUKTUR GEDUNG DENGAN COREWALL TUGAS AKHIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. geser horisontal dan momen guling akibat beban lateral. Secara umum, Dinding

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Analisis Perilaku Struktur Pelat Datar ( Flat Plate ) Sebagai Struktur Rangka Tahan Gempa BAB III STUDI KASUS

Ganter Bridge, 1980, Swiss. Perencanaan Struktur Beton Bertulang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. dilakukan setelah mendapat data dari perencanaan arsitek. Analisa dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

KINERJA STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG DENGAN PERKUATAN BREISING BAJA TIPE X

PERBANDINGAN PERENCANAAN SAMBUNGAN KAYU DENGAN BAUT DAN PAKU BERDASARKAN PKKI 1961 NI-5 DAN SNI 7973:2013

BAB I PENDAHULUAN. bangunan saat ini adalah : kayu, beton, dan baja. Pada mulanya, bangunan-bangunan

harus memberikan keamanan dan menyediakan cadangan kekuatan yang kemampuan terhadap kemungkinan kelebihan beban (overload) atau kekurangan

ANALISA STRUKTUR GEDUNG 8 LANTAI DARI MATERIAL KAYU TERHADAP BEBAN GEMPA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. geser membentuk struktur kerangka yang disebut juga sistem struktur portal.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan sistem struktur penahan gempa ganda, sistem pemikul momen dan sistem

KAJIAN EKSPERIMENTAL PERILAKU BALOK BETON TULANGAN TUNGGAL BERDASARKAN TIPE KERUNTUHAN BALOK ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PBI 1983, pengertian dari beban-beban tersebut adalah seperti yang. yang tak terpisahkan dari gedung,

BAB III METODE PENELITIAN SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. hingga tinggi, sehingga perencanaan struktur bangunan gedung tahan gempa

BAB III METODE PENELITIAN

tegangan tekan disebelah atas dan tegangan tarik di bagian bawah, yang harus ditahan oleh balok.

BAB I PENDAHULUAN. analisa elastis dan plastis. Pada analisa elastis, diasumsikan bahwa ketika struktur

PERENCANAAN PORTAL BAJA 4 LANTAI DENGAN METODE PLASTISITAS DAN DIBANDINGKAN DENGAN METODE LRFD

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Desain Review Pier Flyover Bridge di Jakarta Jalur Tn.Abang Kp.Melayu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya dilakukan penelitian untuk menemukan bahan-bahan baru atau

) DAN ANALISIS PERKUATAN KAYU GLULAM KELAS III (NYATOH) DENGAN KAYU KELAS I (BENGKIRAI), KAYU KELAS II (KAMFER) DAN PELAT BAJA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERBANDINGAN PERILAKU DAN KINERJA STRUKTUR RANGKA BAJA DENGAN SISTEM BREISING KONSENTRIK TIPE-X DAN SISTEM BREISING EKSENTRIK V-TERBALIK

5ton 5ton 5ton 4m 4m 4m. Contoh Detail Sambungan Batang Pelat Buhul

ANALISIS DINAMIK RAGAM SPEKTRUM RESPONS GEDUNG TIDAK BERATURAN DENGAN MENGGUNAKAN SNI DAN ASCE 7-05

STUDI MENENTUKAN PARAMETER DAKTILITAS STRUKTUR GEDUNG TIDAK BERATURAN DENGAN ANALISIS PUSHOVER

STUDI DAKTILITAS DAN KUAT LENTUR BALOK BETON RINGAN DAN BETON MUTU TINGGI BERTULANG

Kombinasi beban? Distribusi bidang M,N,V sepanjang tiang Tulangan minimum? Syarat lain?

BAB I PENDAHULUAN. tanah, dan batu digunakan langsung sebagai bahan utama pembuatan bangunan.

MODUL KULIAH STRUKTUR BETON BERTULANG I LENTUR PADA PENAMPANG 4 PERSEGI. Oleh Dr. Ir. Resmi Bestari Muin, MS

ANALISIS PERILAKU STRUKTUR PELAT DATAR ( FLAT PLATE ) SEBAGAI STRUKTUR RANGKA TAHAN GEMPA TUGAS AKHIR

TUGAS AKHIR OLEH : BAMBANG PISCESA DOSEN PEMBIMBING : Ir. IMAN WIMBADI, MS. Ir. MUDJI IRMAWAN, MS.

Transkripsi:

TKS 6112 Keandalan Struktur FAKTOR KEAMANAN (Safety Factor)* * www.zacoeb.lecture.ub.ac.id Pendahuluan Faktor keamanan atau Safety Factor (SF) adalah suatu hal yang sangat penting dalam analisis dan perencanaan struktur secara keseluruhan. Permasalahan ini sudah menjadi subyek penelitian dan telah banyak dibicarakan di kalangan insinyur sipil, khususnya di bidang rekayasa struktur. Faktor keamanan elemen dan sistem struktur sangat tergantung pada ketahanan struktur (R : bahan dan geometri), dan beban yang bekerja (S : beban mati, beban hidup, beban gempa, beban angin, dan sebagainya.) 1

Pendahuluan (lanjutan) Beban yang berasal dari beban hidup, beban gempa, dan beban angin diasumsikan sebagai variabel random (probabilistik). Demikian pula halnya dengan ketahanan atau respons struktur yang tergantung pada sifat-sifat fisik material, dan bentuk geometrinya yang dapat dianggap juga sebagai variabel random. Meskipun hal tersebut (ketahanan dan beban) telah diketahui sejak lama sebagai variabel random, para ahli rekayasa struktur enggan mempertimbangkannya dalam perencanaan atau analisis berdasarkan konsep probabilistik. Pendahuluan (lanjutan) Keenganan tersebut didasarkan pada alasan berikut : 1. Keraguan untuk penggunaan statistik dalam perencanaan atau analisis struktur. 2. Teori-teori berdasarkan statistika mengandung konsep-konsep yang tidak biasa digunakan di bidang rekayasa struktur. 3. Perencanaan atau analisis struktur berdasarkan teori probabilitas dikhawatirkan akan banyak memerlukan data, waktu, dan usaha yang lebih dibandingkan dengan penggunaan metode yang sudah ada. 2

Pendahuluan (lanjutan) Seiring dengan berkembanganya ilmu pengetahuan dan kemajuan di bidang teknik komputasi, pada tahun 1960- an baru para ahli rekayasa struktur mempertimbangkan adanya ketidakpastian (uncertainty) dalam menentukan parameter-parameter dalam perencanaan ataupun analisis. Hal ini dapat dilakukan dengan bantuan perangkat lunak (software) untuk mempermudah dan mempercepat perhitungan ataupun simulasi. Metode Perencanaan Prinsip-prinsip umum untuk mengatur faktor keamanan didefinisikan sebagai analisis perilaku dan ketahanan struktur akibat beban yang bekerja pada struktur tersebut. Perkembangan metode perencanaan berdasarkan faktor keamanan dapat diurutkan seperti berikut : 1. Metode Tegangan Kerja (Working Stress Method) 2. Metode Perencanaan Plastis (Plastic Method) dan Metode Tegangan Ultimit (Ultimate Stress Method) 3. Metode Perencanaan Batas (Limit State Method) 3

1. Metode Tegangan Kerja Metode tegangan kerja atau sering disebut juga dengan metode tegangan ijin, hal ini dikarenakan penggunaan tegangan ijin yang merupakan tegangan leleh (runtuh) bahan dibagi dengan angka tertentu yang disebut dengan faktor keamanan (SF) seperti Pers. 2.1. SF = F u F i (2.1) SF = faktor keamanan F u = tegangan leleh/ultimit F i = tegangan ijin F u F y F i F A A B M C O ε y ε p ε 1. Metode Tegangan Kerja (lanjutan) Pada metode ini, struktur dikatakan gagal (failure) jika tegangan yang terjadi akibat beban yang bekerja lebih besar dari tegangan ijin. Pada material liat (ductile), contoh baja, tegangan ultimit diambil dari tegangan leleh. Sedangkan pada material getas (brittle), contoh beton, tegangan ultimit diambil dari tegangan runtuh. Dengan metode ini, material masih dalam kondisi elastis, sehingga hukum Hooke masih bisa diberlakukan. 4

1. Metode Tegangan Kerja (lanjutan) Untuk bahan baja, faktor keamanan biasanya diambil lebih kecil daripada bahan beton. Hal ini dikarenakan baja adalah bahan yang sangat kohesif, dan metode produksi yang pasti, sehingga ketidakpastiannya menjadi rendah. Pada beton, bahan penyusunnya cukup banyak dengan metode pencampuran yang tidak pasti, sehingga akan menimbulkan varian yang cukup besar dibanding baja. 1. Metode Tegangan Kerja (lanjutan) Jika kombinasi beban diperhitungkan, sebagai contoh beban mati, DL hidup, LL angin, W gempa, E, maka tegangan ijin dinaikkan 33%. Tetapi penentuan angka 33% tersebut tidak ada acuan yang baku, sehingga dapat dikatakan bahwa SF yang didefinisikan pada tegangan ijin tidak menggambarkan keamanan sesungguhnya. 5

1. Metode Tegangan Kerja (lanjutan) Keuntungan metode ini : sederhana, mudah, dan sudah biasa dilakukan. Sedangkan kerugiannya : pada faktor keamanan yang sama tidak menjamin tingkat keamanan yang sama pada semua struktur. Dengan kata lain, perencanaan dua buah struktur dengan menggunakan metode tegangan kerja untuk beban yang sama akan terjadi tingkat keamanan yang berbeda. 1. Metode Tegangan Kerja (lanjutan) Sebagai contoh, dua buah struktur atap terbuat dari bahan yang sama, yang pertama berbentuk cangkang, yang kedua berbentuk balok dan pelat. Kedua jenis atap tersebut direncanakan dengan kombinasi beban yang sama, maka rasio antara DL dan LL+W+E pada tipe cangkang akan lebih rendah. Hal ini dikarenakan DL dapat diprediksi dengan lebih tepat dibandingkan dengan LL+W+E yang umumnya memliki varian yang cukup besar, dengan demikian struktur atap yang berbentuk cangkang akan mempunyai kemungkinan keruntuhan yang lebih besar. 6

2. Metode Perencanaan Plastis dan Metode Tegangan Ultimit Dalam metode ini, faktor keamanan ditentukan dengan memperbesar nilai beban layan yang disebut juga dengan beban runtuh. Faktor pembesaran (multiplier) ini disebut sebagai faktor beban, yang didefinisikan sebagai rasio antara beban ultimit dengan baban layan seperti Pers. 2.2. LF = P u P s (2.2) LF = faktor beban P u = beban ultimit P s = beban layan 2. Metode Perencanaan Plastis dan Metode Tegangan Ultimit (lanjutan) Pada metode ini, faktor keamanan berhubungan dengan kapasitas struktur. Untuk memperjelas perencanaan plastis dapat dilihat pada Gambar 2.1. Gambar 2.1. Proses terbentuknya sendi plastis 7

2. Metode Perencanaan Plastis dan Metode Tegangan Ultimit (lanjutan) Dalam metode ini, faktor beban bervariasi, yang berarti untuk jenis beban yang berbeda akan memiliki faktor beban yang berbeda pula. Sebagai contoh, faktor beban untuk LL, W, atau E akan memiliki nilai yang lebih besar dibanding DL. Hal ini dikarenakan besarnya nilai varian untuk LL, W, atau E. Namun demikian, besarnya faktor beban sudah dipilih berdasarkan intuisi atau penilaian tertentu serta pengalaman para ahli rekayasa struktur yang dituangkan dalam bentuk peraturan (code). 2. Metode Perencanaan Plastis dan Metode Tegangan Ultimit (lanjutan) Beban berfaktor sebenarnya merupakan beban imajiner yang tidak pernah terjadi secara nyata pada suatu struktur. Seperti SF, LF tidak berhubungan langsung dengan umur bangunan. Sebagai contoh, jika LF = 2 mengasumsikan umur bangunan 50 tahun. Kemudian LF ditingkatkan 50% menjadi 3, bukan berarti secara otomatis umur bangunan menjadi 3/2 50 = 75 tahun. Suatu struktur yang direncanakan dengan metode ini akan aman terhadap keruntuhan, dan berarti juga aman terhadap beban layannya. 8

3. Metode Perencanaan Batas Kondisi batas adalah tercapainya suatu kondisi bagian struktur atau struktur menjadi tidak aman, atau tidak berfungsi sesuai dengan kriteria perencanaan awal. Kondisi batas dibedakan menjadi dua yaitu : 1. Kondisi batas ultimit (ultimate state) 2. Kondisi batas layan (serviceability state) 3. Metode Perencanaan Batas (lanjutan) Faktor keamanan berhubungan langsung dengan kondisi batas ultimit dan batas layan, yang berarti bahwa peningkatan beban dibandingkan dengan ketahanan yang relevan pada struktur dimana pengaruh beban layan dibandingkan dengan harga yang spesifik. Dengan kata lain metode ini lebih baik dibanding dengan metode sebelumnya, karena metode ini menjamin keamanan yang pasti pada beban ultimit yang bekerja. 9

Terima kasih dan Semoga Lancar Studinya! 10