PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI

dokumen-dokumen yang mirip
SISTEM PEMELIHARAAN TERNAK KERBAU DI PROPINSI JAMBI

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. Undang No 22 tahun 1999 tentang Kewewenangan Untuk Menggali Potensi

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi Provinsi Jambi salah satunya adalah pemenuhan

RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKA DINAS PERKEBUNAN DAN PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis LS dan BT. Beriklim tropis dengan

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

KEGIATAN SIWAB DI KABUPATEN NAGEKEO

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

CAPAIAN KINERJA KELUARAN (OUTPUT ) UTAMA APBN PKH TAHUN 2014

PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI PROVINSI JAMBI

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

I. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48/Permentan/PK.210/10/2016

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Ayam Ras Pedaging , Itik ,06 12 Entok ,58 13 Angsa ,33 14 Puyuh ,54 15 Kelinci 5.

OLEH DR. Drh. RAIHANAH, M.Si. KEPALA DINAS KESEHATAN HEWAN DAN PETERNAKAN ACEH DISAMPAIKAN PADA :

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

LAPORAN REALISASI KEGIATAN APBN PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2015 KEADAAN s/d AKHIR BULAN : DESEMBER 2015

FOKUS PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN PETERNAKAN DAN KESWAN TAHUN 2016

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus

Jurnal Ilmiah Ilmu Terapan Universitas Jambi p-issn: Volume 1 Nomor 2 Tahun 2017 e-issn:

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

HASIL DAN PEMBAHASAN. bagian selatan atau pesisir selatan Kabupaten Garut. Kecamatan Pameungpeuk,

STRATEGI USAHA PENGEMBANGAN PETERNAKAN YANG BERKESINAMBUNGAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

RENCANA KERJA TAHUNAN BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG TAHUN 2018

KAWIN SUNTIK/INSEMINASI BUATAN (IB) SAPI

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pembangunan peternakan di Indonesia lebih ditujukan guna

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN

Tabel. 2.1 Pencapaian Kinerja Pelayanan Dinas Kesehatan Hewan dan Peternakan Aceh Provinsi Aceh

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

Lingkup Kegiatan Adapun ruang lingkup dari kegiatan ini yaitu :

PROFIL PETERNAKAN KERBAU DI KABUPATEN SAWAHLUNTO/SIJUNJUNG, SUMATERA BARAT

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA TERNAK KERBAU YANG DIPELIHARA SECARA TRADISIONAL BERDASARKAN PELUANG DAN TANTANGAN

KERAGAAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG YANG DIFASILITASI PROGRAM PENYELAMATAN SAPI BETINA PRODUKTIF DI JAWA TENGAH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. Terdiri dari 18 Kecamatan, 191 Desa, dan 14 Kelurahan. Letak

Judul Kegiatan : Penggunaan pakan berbasis produk samping industri sawit pada sistem perbibitan sapi model Grati dengan tingkat kebuntingan 65%

Nomor : Nama pewancara : Tanggal : KUESIONER PETERNAK SAPI BALI DI DESA PA RAPPUNGANTA KABUPATEN TAKALAR, SULAWESEI SELATAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

ICASEPS WORKING PAPER No. 98

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PROGRAM AKSI PERBIBITAN DAN TRADISI LOKAL DALAM PENGELOLAAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN SUMBAWA, NUSA TENGGARA BARAT

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

LAPORAN REFLEKSI AKHIR TAHUN 2014 DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PROVINSI SUMATERA UTARA

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

4.1. Letak dan Luas Wilayah

PRODUKSI PERTAMBANGAN MENURUT JENIS BARANG TAHUN

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Berikut ini merupakan gambaran umum pencapaian kinerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur :

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai.

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

PENGENALAN TEKNIK USAHATANI TERPADU DI KAWASAN EKONOMI MASYARAKAT DESA PUDAK

Keberhasilan Pembangunan Peternakan di Kabupaten Bangka Barat. dalam arti yang luas dan melalui pendekatan yang menyeluruh dan integratif dengan

I. PENDAHULUAN. sedikit berbukit. Kecamatan Tanjung Bintang merupakan daerah yang sebagian

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

UU 54/1999, PEMBENTUKAN KABUPATEN SAROLANGUN, KABUPATEN TEBO, KABUPATEN MUARO JAMBI, DAN KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

Revisi ke 01 Tanggal : 18 April 2017

OPERASIONAL PROGRAM TEROBOSAN MENUJU KECUKUPAN DAGING SAPI TAHUN 2005

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PETERNAKAN DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Dalam usaha meningkatkan penyediaan protein hewani dan untuk

HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BERTEMPAT DI GEREJA HKBP MARTAHAN KECAMATAN SIMANINDO KABUPATEN SAMOSIR Oleh: Mangonar Lumbantoruan

PENGEMBANGAN PERBIBITAN KERBAU KALANG DALAM MENUNJANG AGROBISNIS DAN AGROWISATA DI KALIMANTAN TIMUR

Revisi ke 02 Tanggal : 16 Maret 2017

I. PENDAHULUAN. Kinali dan Luhak Nan Duomerupakandua wilayah kecamatan dari. sebelaskecamatan yang ada di Kabupaten Pasaman Barat. Kedua kecamatan ini

TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI HIJAUAN PAKAN TERNAK DI DESA MARENU, TAPANULI SELATAN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

Oleh: Rodianto Ismael Banunaek, peternakan, ABSTRAK

RENCANA PENGEMBANGAN PETERNAKAN PADA SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KALIMANTAN SELATAN

PEMERINTAH KABUPATEN TEBO

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Sejak awal pembangunan peranan sektor pertanian dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN. Indonesia akan pentingnya protein hewani untuk kesehatan dan kecerdasan

KAJIAN PERSEPSI DAN ADOPSI PETERNAK SAPI TERHADAP TEKNOLOGI BUDIDAYA SAPI UNGGUL DI KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU

RENCANA KINERJA TAHUNAN

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. perkebunan, khususnya pada sektor tanaman karet. Penduduk di Desa Negeri

PROSPEK PENGEMBANGAN AYAM BURAS BERWAWASAN AGRIBISNIS DI KALIMANTAN TENGAH

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA

Transkripsi:

PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI H. AKHYAR Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Batang Hari PENDAHULUAN Kabupaten Batang Hari dengan penduduk 226.383 jiwa (2008) dengan Ibukota Muara Bulian memiliki luas wilayah 5.180,35 km 2 atau 518.035 ha atau 10,16% dari luas wilayah Provinsi Jambi, terdiri dari 8 (delapan) kecamatan dengan 113 desa/kelurahan. Kepadatan penduduk Kabupaten Batang Hari sebesar 38 jiwa setiap kilometer persegi, dengan kepadatan tertinggi pada Kecamatan Muara Bulian dan Muara Tembesi. Sementara itu, kepadatan penduduk yang paling rendah ada di Kecamatan Maro Sebo Ulu dan Batin XXIV. Wilayah Kabupaten Batang Hari terletak pada koordinat geografis 1º15 1 2º20 1 Lintang Selatan dan 102 º 30 1 104º 30 1 Bujur Timur. Batas wilayah Kabupaten Batang Hari sebagai berikut: 1. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten dengan Kabupaten Tebo dan Tanjab Barat. 2. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Muaro Jambi. 3. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Sarolangun dan Provinsi Sumatera Selatan. 4. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Tebo. Jenis tanah padsolik merah kuning merupakan tanah yang paling luas di Kabupaten Batang Hari sebesar 445.251 ha atau 85,95% sebagian lagi terdiri alluvial yang terletak disepanjang aliran sungai Batang Hari dan anak sungainya, luasnya mencapai 72.784 ha. Berdasarkan data potensi lahan yang telah dihimpun dari tiap desa oleh mantri tani dan Petugas Pertanian di lapangan tercatat seluas 125.706 ha, yang potensinya untuk dijadikan lahan pertanian tanaman pangan terdiri dari lahan persawahan seluas 24.077 ha dan lahan kering seluas 101.629 ha. Lahan pertanian tanaman pangan di Kabupaten Batang Hari terutama lahan kering sudah banyak yang berubah fungís menjadi kebun kelapa sawit terdapat di Kecamatan Mersam, Muara Bulian dan Bajubang. PERKEMBANGAN PROGRAM AKSI PERBIBITAN KERBAU Populasi ternak Usaha peternakan merupakan sumber mata pencarian alternatif bagi masyarakat Kabupaten Batang Hari. Sifat pengelolaannya sebagian besar masih merupakan usaha sampingan dari usaha pokok perkebunan karet dan kelapa sawit. Khususnya usaha peternakan system pengelolaan yang diterapkan peternak umumnya masih bersifat tradisional dan semi intensif dengan ciri-ciri sebagai berikut: 1. Volume usaha yang masih relatif kecil atau belum memenuhi sekala ekonomi 2. Teknologi yang diterapkan masih minim 3. Manajemen usaha sangat lemah 4. Tingkat produksi dan produktifitas rendah Kondisi tersebut diatas disebabkan antara lain oleh: 1. Lemahnya SDM peternakan 2. Lemahnya kemampuan permodalan peternak 3. Terbatasnya sarana dan prasarana penunjang usaha peternakan Permasalahan diatas mempunyai dampak terhadap rendahnya perkembangan populasi ternak, bahkan pada akhir-akhir ini beberapa populasi ternak cenderung menunjukkan angka penurunan. Hal ini terjadi juga karena didorong oleh tingginya angka penjualan dan pemotongan ternak sehingga tidak dapat diimbangi dengan angka kelahiran dan 252

Tabel 1. Perkembangan populasi ternak tahun 2004 2009 di Kabupaten Batang Hari Jenis ternak Tahun 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Sapi 8.156 7.135 7.135 7.619 8.067 8.997 Kerbau 14.129 13995 13995 13.972 13.858 13.974 Kambing 13.970 13.706 13.706 13.921 14.385 14.945 Domba 8.392 8.828 8.828 8.535 8.634 8.913 Ayam Buras 314.320 311.740 311.740 390.477 453.724 560.902 Ayam Broiler 1.898.976 2.476.125 2.476.125 2.538.854 2.061.000 2.400.000 Itik 20.993 21.631 21.631 23.524 24.725 25.788 pemasukan ternak dari luar daerah. Khusus ternak kerbau yang menjadi komoditas andalan bagi sub sektor peternakan di Kabupaten Batang Hari. Sekarang mengalami permasalahan yang cukup serius dimana terjadinya kekurangan populasi pejantan secrara dramatis sehingga berdampak pada rendahnya angka kelahiran ternak tersebut. Perkembangan populasi ternak selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 1. Potensi lahan Potensi lahan untuk pengembangan peternakan di Kabupaten Batang Hari seluas ± 278.992 ha. Lahan tersebut adalah berupa areal sawah, tegalan/ladang, kebun campuran, Perkebunan karet dan perkebunan sawit yang berpotensi menghasilkan hijauan pakan ternak Tabel 2. Tabel 2. Potensi lahan peternakan di Kabupaten Batang Hari tahun 2009 Kecamatan Luas (ha) Maro Sebo Ulu 27.600 Mersam 31.794 Muara Tembesi 37.107 Batin XXIV 33.234 Maro Sebo Ilir 18.295 Muara Bulian 14.873 Bajubang 71.110 Pemayung 44.979 Jumlah 278.992 Populasi kerbau Populasi kerbau di Kabupaten Batang Hari cukup bertahan keberadaannya disebabkan adat istiadat masyarakat Kabupaten Batang Hari menjadikan kerbau sebagai ternak yang dipakai dalam kegiatan upacara adat dan sebagian wilayah tertentu kepemilikan kerbau menjadi ukuran status sosial dimasyarakat. Tingkat konsumsi masyarakat setempat cendrung lebih menyukai daging yang berasal dari ternak Kerbau dibandingkan dengan Sapi. Pengembangbiakan ternak Kerbau pada masyarakat umumnya di daerah persawahan atau masyarakat yang tinggal di pinggir aliran sungai Batang Hari, dimana pola pemeliharaannya masih secara semi- intensif. Pergeseran kegiatan usaha masyarakat yang cendrung ke arah perkebunan kelapa sawit, membuat tempat penggembalaan ternak kerbau semakin berkurang, sehingga perkembangan populasi berpengaruh. KEGIATAN PROGRAM AKSI PERBIBITAN Kelompok kerbau di Kabupaten Batang Hari yang mendapat bantuan Program Aksi Perbibitan adalah Kelompok Suka Maju di Dusun Sungai Gondang Desa Simpang Rantau Gedang Kecamatan Mersam. Pada tahun 2006 sebanyak 51 ekor kerbau betina dan 5 ekor jantan dengan alokasi dana sebesar Rp. 280.000.000 melalui dana Penguatan 253

Modal Usaha Kelompok (APBN-P) tahun 2006. Pola pemeliharaan masyarakat pada kelompok ini dengan cara ternak dilepas pada siang hari dan malam hari ternak kembali ke kandang. Pada kelompok ini sudah dibangun 2 buah kandang koloni. Untuk mendukung kegiatan program Aksi Perbibitan Kerbau melalui kegiatan uji coba inseminasi buatan kerbau yang dimulai pada tahun 2006 2009, bekerjasama dengan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Batang Hari dengan Tim Konsultan dari Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor dan Fakultas Peternakan Universitas Jambi yang berhasil lahir sebanyak 17 ekor di 7 wilayah yang dilaksanakan uji coba. Wilayah program aksi perbibitan berhasil melahirkan sebanyak 7 ekor. Penggunaan semen beku kerbau untuk uji coba dengan mendatangkan Straw Kerbau Belang dari Balai Inseminasi Buatan Daerah Loktabat Kalimantan Selatan dan LIPI melalui alokasi anggaran dana APBN Provinsi Jambi dan APBD Kabupaten Batang Hari Tahun 2006 2009. Pada tahun 2009 melalui dana anggaran APBD Kabupaten Batang Hari telah mengirim ketua kelompok (Suparto) untuk mengikuti Pelatihan Inseminasi Buatan Sapi dan Kerbau di Balai Inseminasi Buatan Besar Singosari. Dimana diharapkan dengan Inseminator swadaya yang berdomisili di dekat kelompok Program Aksi Perbibitan Kerbau ini dapat melayani ternak kerbau betina yang minta kawin. Implementasi kegiatan diatas merupakan wujud dari penyelenggaraan Seminar Nasional di Kabupaten Batang Hari pada tahun 2008 sebagai salah satu Daerah Sentra Pengembangan Ternak Kerbau. Beberapa kelompok pengembangan ternak kerbau di Kabupaten Batang Hari dibawa studi banding ke LIPI Cibinong dan diperoleh pengetahuan bahwa ternak kerbau dapat dipelihara secara intensif dan dapat dilakukan Inseminasi Buatan sehingga tidak dikenal ternak kerbau yang dipelihara secara semi tradisional apalagi tradisional. PERMASALAHAN Adapun permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan ternak kerbau di Kabupaten Batang Hari antara lain: 1. Masyarakat yang terbiasa memelihara ternak kerbau belum seperti halnya memelihara ternak sapi, sehingga populasi kerbau lambat berkembang dan hanya terbatas pada wilayah tertentu saja. 2. Pola pemeliharaan ternak kerbau yang semi-intensif dapat memudahkan pencurian ternak di lapangan di karenakan pengawasan oleh pemilik hanya waktuwaktu tertentu saja. 3. Tingkat konsumsi masyarakat yang cendrung menyukai daging kerbau dan upacara adat yang memanfaatkan ternak kerbau sebagai status sosial dapat mempengaruhi penurunan populasi ternak kerbau. 4. Khusus pada wilayah pengembangan kerbau lumpur, apabila masuk peralihan musim penghujan ke musim kemarau sering terjadi meningkatnya kasus yang menyerang penyakit SE (Septicemia Epizootica) Tabel 3. Perkembangan ternak kerbau program aksi perbibitan Lokasi / kelompok Sei. Gondang/ Klp. Suka Maju Penyebaran awal 2006 Lahir Perkembangan Induk Mati Anak Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina Jumlah 5 51 5 4 1 11 2 1 46 Jumlah 5 51 5 4 1 11 2 1 46 254

5. Pada kelompok yang mendapat bantuan program aksi perbibitan mendatangkan ternak dari Provinsi Lampung sehingga dalam pengawasan kesehatan yang kurang menyebabkan ternak kerbau terserang penyakit sura. 6. Rasio ternak jantan dan ternak betina yang tidak seimbang, dimana dalam satu koloni Padang penggembalaan yang betinanya berjumlah lebih dari 50 ekor sedangkan jantan sebagai pemacek hanya berjumlah 1 3 ekor (rasio 1 : 15 20). Hal ini berakibat rendahnya tingkat kelahiran. Dalam perkawinan sering terjadi perkawinan ternak kerbau dalam ternak kerbau itu sendiri (inbreeding) yang akan menyebabkan mutu genetik kerbau terus menurun dari tahun ke tahun. 7. Program Inseminasi Buatan (IB) tidak berjalan efektif karena kesulitan peternak memantau ternak betinanya birahi dan tidak adanya inseminator di dekat lokasi program sehingga kawin suntik sulit untuk dilaksanakan. UPAYA PEMECAHAN MASALAH Berdasarkan kebijakan Pemerintah Kabupaten Batang Hari untuk mengatasi masalah tersebut, salah satunya adalah dengan pembinaan kelompok secara intensif dan terintegrasi yang dikoordinasikan oleh UPT BPPPK Mersam. Melalui kegiatan tersebut diharapkan: 1. Meningkatkan pengetahuan petani ternak secara mendetail tentang tahapan-tahapan usaha perbibitan ternak kerbau dengan baik dan benar. 2. Mengupayakan kelompok mempertahankan kerbau betina produktif untuk tidak dijual atau dipotong. 3. Mengupayakan pemecahan masalah yang ditemui melalui diskusi kelompok tentang masalah-masalah yang ditemui dilapangan oleh kelompok dalam menyelesaikan masalah kesehatan ternak kerbau. 4. Meningkatkan fasilitas sarana dan prasarana untuk pelayanan kesehatan, Intensifikasi Kawin Alam (INKA) dan Inseminasi Buatan yang semakin dekat dengan kelompok ternak kerbau. 5. Program kawin suntik kerbau yang sulit dideteksi masa birahinya diupayakan dengan sinkronisasi birahi dan uji coba inseminasi buatan kerbau dengan bekerjasama dengan tim perguruan tinggi. SARAN TINDAK LANJUT 1. Pengalihan fungsi lahan penggembalaan ternak yang menjadi kebun kelapa sawit membuat ternak kerbau digembalakan di persawahan (saat tidak musin tanam) dan kebun kelapa sawit atau sekitar hutan, maka kelompok ternak kerbau di motivasi untuk membuat kandang koloni untuk memudahkan pengawasan dan penanganan kesehatan ternaknya. 2. Tingginya animo masyarakat Kabupaten Batang Hari mengkonsumsi daging kerbau dengan menyarankan peternak untuk tidak menjual betina produktif untuk dipotong dan hanya menjual jantannya saja atau dapat membeli jantan dari pasar hewan yang ada di kabupaten setiap satu kali seminggu. 3. Untuk tidak terjadi inbreeding dan kekurangan pejantan (pemacek) yang ada di koloni ternak kerbau disediakan pejantan (pemacek) dari luar daerah melalui dana APBD maupun APBN. 4. Meningkatkan kesehatan ternak kerbau dilakukan vaksinasi SE secara teratur pada saat musim tanam dan mendekatkan pelayanan kesehatan hewan kepada masyarakat dengan mendirikan Puskeswan di Kecamatan. 5. Mendekatkan pelayanan Inseminasi Buatan Kerbau pada kelompok program aksi perbibitan dengan menyediakan container straw di kecamatan dan inseminator swadaya pada kelompok ternak Kerbau. 6. Menyediakan dana anggaran kerjasama Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Batang Hari dengan Fakultas Kedokteran Hewan IPB dan Universitas Jambi untuk program inseminasi buatan kerbau. 7. Di Kabupaten Batang Hari terdapat Balai Pembibitan Ternak Talang Bukit yang saat ini mengembangkan ternak sapi dan kerbau, yang mana direncanakan untuk kedepan akan dikhususkan untuk tempat pembibitan ternak kerbau. 255

PENUTUP Program Aksi Perbibitan Ternak Kerbau Tahun Anggaran 2006 (APBN-P) melalui Penguatan Modal Usaha Kelompok Tahun 2006 di Kabupaten Batang Hari diharapkan dapat selalu memberikan dukungan dan keuntungan yang dirasakan masyarakat, khususnya masyarakat kelompok penerima program dan secara tidak langsung juga akan memberikan kontribusi bagi Pemerintah Daerah. Pengembangan Ternak Kerbau di Kabupaten Batang Hari selain dapat meningkatkan populasi yang ada juga dapat mendukung kebutuhan daging sehingga dapat dikeluarkan rumusan-rumusan baru dan langkah konkrit yang selalu menyediakan Anggaran Pemerintah dalam Pengembangan Ternak Kerbau. 256